HEMOROID
Pembimbing:
dr. Tri Feriana, M.H
Disusun Oleh:
M. Bintang Ibrahim
G4A022055
PUSKESMAS SOMAGEDE
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2023
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRESENTASI KASUS
HEMOROID
Disusun Oleh:
M. Bintang Ibrahim
G4A022055
Pembimbing,
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
No. RM : xxx
Nama : Ny. R
Umur : 71 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Penjahit
Alamat : Somagede
Tanggal Periksa : Senin, 27 Februari 2023
Metode Anamnesis : Autoanamnesis
B. Keluhan Utama
BAB keluar darah
C. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Poli Puskesmas Somagede pada hari Senin, 27
Februari 2023 dengan keluhan BAB keluar darah. keluhan dirasakan sejak
2 tahun yang lalu. Pasien mengatakan feses yang keluar berukuran kecil-
kecil dan berwarna merah kehitaman. Feses bercampur darah dirasakan
terus menerus dan mengganggu aktivitas. Keluhan memberat setelah
pasien makan makanan yang pedas, dan keluhan ringan ketika tidak makan
pedas. Keluhan lain dirasakan yaitu nyeri pada saat BAB, BAB terasa
tidak tuntas, dan pasien merasakan ada benjolan pada lubang anusnya
sehingga harus membuka anusnya menggunakan jari ketika BAB.
D. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Keluhan Serupa (-)
Riwayat Operasi (-)
Riwayat Hipertensi (-)
Riwayat DM (-)
Riwayat Alergi (-)
E. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat Keluhan Serupa (+) Suami pasien
Riwayat Hipertensi (-)
Riwayat DM (-)
F. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien merupakan seorang penjahit. Pasien tinggal bersama suami dan
anaknya. Pasien tidak merokok dan tidak mengonsumsi alkohol. Pasien
makan tiga kali sehari dan jarang makan sayur dan buah. Pasien berobat
menggunakan BPJS
G. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Vital Sign
Tekanan Darah : 124/82 mmHg
Nadi : 82x/menit
Respirasi : 20x/menit
Suhu : 36,6 °C
SpO2 : 99% room air
Berat Badan : 50 kg
Tinggi Badan : 155 cm
IMT : 20,88 kg/m2 (Normal)
Status Generalis
1. Kepala : mesocephal, luka (-)
2. Mata : ptosis (-/-), konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik
(-/-) pupil bulat isokor 3mm/3mm, RC (+/+), mata cekung (-/-)
3. Hidung : NCH (-), deviasi septum (-), sekret (-/-)
4. Telinga : Simetris, discharge (-)
5. Mulut : Bibir sianosis (-), mukosa basah
6. Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (-)
7. Pemeriksaan Thorax
Dinding thorax : gerak simetris, retraksi (-)
Paru: SD Vesikuler +/+, ronkhi (-), wheezing (-)
Jantung: S1>S2, gallop (-), murmur (-)
8. Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi: datar, supel
Auskultasi: bising usus (+) normal
Perkusi: timpani di seluruh kuadran
Palpasi: nyeri tekan (-), pembesaran hepar (-), pembesaran lien (-)
9. Ekstremitas
Akral hangat (+/+//+/+), CRT <2 detik
10. Status Lokalis
Rectal Toucher : Tidak dilakukan karena pasien tidak bersedia
H. Diagnosis
Diagnosis Kerja : Hemoroid Grade I
Diagnosis banding : Hemoroid Grade II, Polip, Rektal prolaps
I. Usulan Pemeriksaan Penunjang
Kolonoskopi
Anoskopi
Endosonografi
J. Planning dan Tatalaksana
1. Medikamentosa
PO Paraetamol 3x1
PO Lansoprazole 1x1
PO Antasida 3x1
Salep Anti Hemoroid
2. Non-medikamentosa
Modifikasi gaya hidup
Rujuk ke faskes lanjutan agar dilakukan pemeriksaan penunjang untuk
menegakkan diagnosis
3. Edukasi
Menjelaskan terkait penyakit, meliputi penyebab, pengobatan,
komplikasi, dan prognosis
Edukasi mengenai cakupan cairan yang cukup, kurangi konsumsi
makanan berlemak dan pedas, menghindari tegang dan olahraga
teratur, jangan mengedan terlalu keras, makan tinggi serat
K. Prognosis
1. Quo ad vitam : ad bonam
2. Quo ad sanationam : ad bonam
3. Quo ad functionam : ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
B. Definisi Hemoroid
Hemoroid adalah pelebaran dan inflamasi dari vena-vena didalam
pleksus hemoroidalis (PPK MENKES, 2014). Kata “hemoroid” atau
“haemorrhoids” pertama kali ditemukan Hippocrates, berasal dari Bahasa
Yunani yang berarti “aliran darah”. Kata tersebut kemudian digunakan pada
berbagai kasus yang berkaitan dengan perdarahan. Penyakit hemoroid dikenal
sekarang sebagai gangguan anorektal. Hemoroid dikenal pada masyarakat
Indonesia sebagai “wasir” atau “ambien” dan merupakan penyakit yang sering
dijumpai.
C. Epidemiologi
Berdasarkan data WHO, jumlah penderita hemoroid di dunia mencapai
lebih dari 230 juta jiwa pada tahun 2014. Diperkirakan akan meningkat
menjadi 350 juta jiwa pada tahun 2030. Di Indonesia sendiri penderita
hemmoroid terus bertambah. Menurut data Depkes tahun 2015, prevalensi
hemorroid di Indonesia adalah 5.7 % namun hanya 1.5 % saja yang
terdiagnosa. Data riskesdas (riset kcesehatan dasar) tahun 2015 menyebutkan
ada 12.5 juta jiwa penduduk Indonesia yang terdiagnosis hemorrhoid (Depkes
RI, 2015).
D. Etiologi dan Faktor Risiko
Etiologi hemoroid tidak dapat dipastikan. Sejak diteliti oleh Burkitt
dan Graham-Stewart pada tahun 1970-an, hemoroid dianggap disebabkan oleh
diet rendah serat dan konstipasi (sembelit). Keyakinan saat ini adalah bahwa
konstipasi kronis dan feses yang keras dapat mengakibatkan degenerasi
jaringan pendukung di saluran anus dan pergeseran dari bantalan anal kanal
(Sandler & Peery, 2019). Mengejan yang terlalu lama, kehamilan dan asites
juga dapat berkontribusi terhadap dilatasi, pembengkakan, dan prolaps
jaringan pembuluh darah hemoroid (Mounsey, Halladay & Sadiq, 2011).
Peningkatan tekanan intra abdomen karena tumor, usia tua, hubungan seksual
peranal, kurang minum air, kurang olahraga/imobilisasi diyakini juga sebagai
faktor risiko terjadinya hemoroid.
E. Patofisiologi
Gambar 2 Patogenesis dan Manifestasi Klinis Hemoroid (The Calgary Guide, 2019)
F. Manifestasi Klinis
Gejala dari hemoroid yang paling umum adalah pendarahan di anus
dan keluhan yang paling utama adalah ditemukannya massa atau tonjolan di
daerah anus (Song & Kim, 2011). Pada hemoroid interna, perdarahan
merupakan gejala paling umum yang dilaporkan. Pendarahan ini biasanya
disebabkan karena feses yang keras. Darah yang keluar berwarna merah segar
dan tidak bercampur dengan feses, dapat hanya berupa garis pada feses atau
kertas pembersih sampai pada pendarahan yang terlihat menetes atau
mewarnai air toilet menjadi merah. Gejala lain yang sering muncul adalah
sensasi prolaps jaringan. Hemoroid internal yang sudah mengalami prolaps
dapat disertai inkontinensia fekal ringan, keluarnya lendir, sensasi kepenuhan
perianal, dan iritasi kulit perianal yang dapat menimbulkan rasa gatal yang
dikenal dengan pruritus anus dan disebabkan oleh kelembaban yang terus-
menerus serta rangsangan mukus. Rasa nyeri lebih jarang terjadi dibandingkan
dengan hemoroid eksterna (Sun & Migaly, 2016).
Kadang perdarahan hemoroid berulang dapat menyebabkan anemia
berat. Jika sudah muncul prolaps menetap dan tidak dapat didorong masuk
lagi, biasanya disertai keluarnya mukus dan terdapatnya feses pada pakaian
dalam (Sjamsuhidajat, 2016). Hemoroid eksterna lebih cenderung dikaitkan
dengan rasa sakit, karena aktivasi persarafan perianal yang diakibatkan oleh
trombosis. Pasien biasanya menggambarkan massa perianal yang nyeri yang
terasa lunak saat dipalpasi. Massa mungkin meningkat dalam ukuran dan
keparahan dari waktu ke waktu. Pendarahan juga dapat terjadi jika ulserasi
berkembang dari nekrosis hemoroid trombosis, dan darah ini cenderung lebih
gelap dan lebih menggumpal daripada perdarahan dari hemoroid interna (Sun
& Migaly, 2016).
G. Klasifikasi
Hemoroid dapat diklasifikasikan menjadi hemoroid interna dan
hemoroid eksterna. Hemoroid interna adalah pembengkakan vena pada
pleksus hemoroidalis superior, di atas linea dentate dan tertutup oleh mukosa.
Hemoroid interna dapat dikelompokkan dalam empat derajat. Pada derajat
pertama, hemoroid menyebabkan perdarahan merah segar tanpa nyeri pada
waktu defekasi. Pada stadium awal seperti ini tidak terdapat prolaps. Pada
derajat kedua, hemoroid menonjol melalui kanalis analis pada saat mengedan
ringan tetapi dapat masuk kembali secara spontan. Pada derajat ketiga,
hemoroid menonjol saat mengejan dan harus didorong masuk secara manual
sesudah defekasi. Dan pada derajat keempat, hemoroid yang menonjol keluar
dan tidak dapat dapat didorong masuk kembali (Lohsiriwat, 2015).
Hemoroid eksterna adalah terjadinya varises pada pleksus
hemoroidalis inferior dibawah linea dentate dan tertutup oleh kulit. Hemoroid
ini diklasifikasikan sebagai akut dan kronik. Bentuk akut berupa
pembengkakan bulat kebiruan pada tepi anus dan sebenarnya merupakan
hematoma. Walaupun disebut hemoroid trombosis eksterna akut, bentuk ini
sangat nyeri dan gatal karena ujung-ujung saraf pada kulit merupakan reseptor
nyeri. Hemoroid eksterna kronik berupa satu atau lebih lipatan kulit anus yang
terdiri dari jaringan dan sedikit pembuluh darah (Sudarsono, 2015).
I. Manajemen
J. Preventif
Berdasarkan review artikel Ramani (2020) pencegahan terkait penyakit hemoroid
atau untuk mencegah keparahan dapat dilakukan dengan hal sebaigai berikut :
1. Diet tinggi serat seperti buah, sayuran, dan biji-bijian sehingga melunakan
tinja dan mengurangi ketegangan yang dapat menyebabkannya hemoroid.
2. Mencukupi kebutuhan cairan tubuh kurang lebih hingga delapan gelas per
hari atau sekitar 30-40 cc/kgBB/hari
3. Pertimbangkan suplemen serat. Kebanyakan orang tidak mendapatkan
cukup dari jumlah yang disarankan serat - 20 hingga 30 gram sehari -
dalam makanan mereka. Penelitian telah menunjukkan bahwa serat yang
dijual bebas suplemen, seperti psyllium (Metamucil) atau methylcellulose
(Citrucel), meningkatkan secara keseluruhan gejala dan perdarahan dari
wasir. Jika Anda menggunakan suplemen serat, pastikan untuk minum
setidaknya delapan gelas air atau cairan lainnya setiap hari. Jika tidak,
suplemen dapat menyebabkan atau memperburuk sembelit.
4. Mengurangi ketegangan seperti mengejan dan menahan napas saat
mencoba buang air besar karena menyebabkan tekanan pada vena di
rektum bawah.
5. Merutinkan buang air besar dan tidak menunngu sampai dorongan kuat,
karena semakin ditunda akan semakin keras fesesnya.
6. Bergerak aktif untuk menurunkan berat badan, selain itu berdiri atau
duduk dalam jangka waktu lama dapat memperparah kondisi wasir
Ganz, R. A. (2013). The evaluation and treatment of hemorrhoids: A guide for the
gastroenterologist. Clinical Gastroenterology and Hepatology, 11(6), 593–603
Kemenkes. 2022. Panduan Praktik Klinik Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Primer Edisis Revisi Tahun 2014.
Malviya, V.K., Diwan, S., Sainia T.K. Apte A. 2019. Demographic study of hemorrhoid
with analysis of risk factors. IJSO Vol 5 (1) : 7-13
Pradiantini, K.H.Y., Dinata, I.G.S. 2021. Diagnosis dan Penatalaksanaan Hemoroid.
Ganesha Medicina Journal. Vol 1 (1) : 38-47
Sandler, R. S., & Peery, A. F. (2019). Rethinking What We Know About Hemorrhoids.
Clinical Gastroenterology and Hepatology, 17(1), 8–15.
Sherwood, L. (2018). Pertahanan Tubuh. Fisiologi manusia : dari sel ke sistem. Edisi 9.
EGC : Jakarta.
Sjamshuhidajat & de jong. 2017. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.
Sudarsono, D.F. 2015. Diagnosis dan Penanganan Hemoroid. Majority Journal. Vol 4(6) :
31-34
Sun, Z., & Migaly, J. (2016). Review of Hemorrhoid Disease: Presentation and
Management. Clinics in Colon and Rectal Surgery, 29(1), 22–29.
Trompetto, M., Clerico, G., Cocorullo, G. F., Giordano, P., Marino, F., Martellucci, J.,
Milito, G., Mistrangelo, M., & Ratto, C. (2015). Evaluation and management of
hemorrhoids: Italian society of colorectal surgery (SICCR) consensus statement.
Techniques in Coloproctology, 19(10), 567–575.