Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN KASUS GAWAT DARURAT

ASUHAN KEPERAWATAN
FRAKTUR FEMUR

Disusun Oleh:
AMILYA LATIFAH NUR
P133720920155

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kecelakaan lalu lintas seringkali mengakibatkan trauma, salah satu bentuk trauma
yang mengenai sistem musculoskeletal yaitu terjadinya fraktur atau patah tulang
(Andarmoyo,2013). Menurut World Health Organization (WHO), kasus fraktur terjadi di
dunia kurang lebih 13 juta orang pada tahun 2008, dengan angka prevalensi sebesar
2,7%. Sementara pada tahun 2009 terdapat kurang lebih 18 juta orang dengan angka
prevalensi sebesar 4,2%. Tahun 2010 meningkat menjadi 21 juta orang dengan angka
prevalensi 3,5%. Terjadinya fraktur tersebut termasuk didalamnya insiden kecelakaan,,
cedera olahraga, bencana kebakaran, bencana alam dan lain sebagainya (Mardiono,
2010). Menurut Badan kesehatan dunia (WHO) mencatat di tahun 2013 terdapat 67%
korban kecelakaan lalu lintas berada pada usia produktif, yakni usia 22-50 tahun.
Survey kesehatan Nasional mencatat bahwa kasus fraktur pada tahun 2008
menunjukan bahwa prevalensi fraktur secara nasional sekitar 27,7%. Prevalensi ini
khususnya pada laki-laki mengalami kenaikan dibanding tahun 2009 dari 51,2% menjadi
54,5%. Sedangkan pada perempuan sedikit menurun yaitu sebanyak 2% di tahun 2009,
pada tahun 2010 menjadi 1,2% (Depkes RI, 2010). Riset Kesehatan Dasar (2011)
menemukan ada sebanyak 45.987 peristiwa terjatuh yang mengalami fraktur sebanyak
1.775 orang (3,8 %). Kasus kecelakaan lalu lintas sebanyak 20.829 kasus, dan yang
mengalami fraktur sebanyak 1.770 orang (8,5 %), dari 14.127 trauma benda
tajam/tumpul, yang mengalami fraktur sebanyak 236 orang (1,7 %).(Nurchairiah,dkk
2013).
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan trauma atau tenaga fisik. Kekuatan
dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang, jaringan lunak disekitar tulang akan
menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap (Nurarif dan
Kusuma, 2015). Secara umum fraktur dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu fraktur terbuka
dan fraktur tertutup. (Thomas & Jason, 2012). Pasien dengan fraktur terbuka mengalami
kerusakan integritas jaringan kulit serta tulang, adanya hubungan jaringan tulang dengan
dunia luar langsung akan menjadi port de entree kuman yang dapat menyebabkan infeksi
yang mempersulit penyembuhan luka serta memperberat kondisi kerusakan integritas
jaringan kulit dan tulang (Sugiarso, 2010). Oleh sebab itu perawat perlu melakukan
penanganan yang tepat agar masalah kerusakan integritas jaringan kulit dan tulang yang
ditimbulkan dari open fraktur ini dapat diatasi, yaitu dengan melakukan intervensi dan
implementasi Asuhan Keperawatan.
Salah satu ketakutan terbesar pasien fraktur adalah nyeri, untuk itu perawat perlu
memberikan informasi kepada pasien dan keluarga pasien tentang terapi non farmakologi
yang bisa membantu pasien dalam menghilangkan atau mengurangi nyeri antaranya
terapi musik. Musik bisa menyentuh individu baik secara fisik, psikososial, dan spiritual
(Campbell, 2006).
Perawat sebagai salah satu anggota tim kesehatan mempunyai peran dalam melakukan
asuhan keperawatan kepada pasien yang meliputi peran promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif. Dalam upaya promotive perawat berperawat berperan dalam memberikan
pendidikan kesehatan meliputi pengertian, penyebab, tanda dan gejala dari penyakit
sehingga dapat mencegah bertambahnya jumlah penderita. Dalam upaya preventif,
perawat memberi pendidikan kesehatan mengenai cara-cara pencegahan agar pasien
tidak terkena penyakit dengan membiasakan pola hidup sehat. Peran perawat dalam
upaya kuratif yaitu memberikan Tindakan keperawatan sesuai dengan masalah dan
respon pasien terhadap penyakit yang diderita, seperti : memberikan pasien istirahat fisik
dan psikologis, mengelola pemberian terapi oksigen. Sedangkan peran perawat dalam
upaya rehabilitatif yaitu memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien yang sudah
terkena penyakit agar tidak terjadi komplikasi yang tidak diinginkan (Sutrisno, 2013).
Dari latar belakang di atas, maka penulis terdorong untuk melakukan Studi Kasus
dengan judul : Asuhan Keperawatan Pada Tn.Y yang Mengalami Fraktur dengan Nyeri
Akut.
B. WOC (Web Of Causation)
BAB II
LAPORAN KASUS KELOLAAN

A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama : Tn. Y
Umur : 20 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Status Perkawinan : Belum menikah
Alamat : Sidorejo
Suku Bangsa : Jawa/Indonesia
No. Registrasi : 013XXXXX
Diagnose Medis : Close Fraktur Femur 1/3 tengah sinistra
2. Riwayat Penyakit
a. Keluhan Utama
Pasien mengatakan kaki kiri pasien tidak dapat di gerakkan.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengatakan kaki kiri pasien bagian paha tidak dapat di gerakkan dan
terasa nyeri saat gerakkan di karenakan pasien mengalami kecelakaan saat
berangkat mengantar susu kedelai.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien mengatakan sebelumnya belum pernah di rawat di rumah sakit.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan keluarga tidak memiliki penyakit keturunan.
e. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Pasien mengatakan lingkungan rumah pasien bersih, udara bersih, jauh dari
polusi udara.
3. Pengkajian Fokus
a. Aiway
Jalan nafas paten, tidak ada lidah jatuh kebelakang, tidak adanya benda asing
pada jalan nafas, tidak ada edema pada mulut, tidak ada nyeri telan.
b. Breathing
Pola nafas pasien efektif, Respiratory rate 22x/menit, tidak menggunakan otot
bantu pernafasan, tidak ada suara nafas tambahan, tidak ada pernafasan cuping
hidung, saturasi oksigen 98%, terpasang oksigen.
c. Circulation
Frekuensi nadi 80x/menit, irama teratur, tekanan darah 100/80 mmHg, capilary
refill <2 detik, akral hangat, suhu tubuh 36,2, warna kulit sawo matang.
d. Disability
GCS 15 dengan E5 V5 M5 reaksi pupil positif terhadap cahaya, pupil
berdiameter ka/ki 3mm/3mm (sama).
e. Exprosure
Kondisi klien aman, klien berada di IGD untuk dilakukan tindakan.
4. Pemeriksaan Fisik (Head to Toe)
a. Keadaan Umum:
Kesadaran Composmentis
b. Tanda-tanda Vital:
Tekanan Darah : 110/80 mmHg
Respirasi : 22 x/menit
Nadi : 80x/menit
Suhu : 36,2oC
c. Head to toe:
1) Kepala : Mesocephal
2) Muka : Pucat
3) Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
4) Hidung : Simetris, bersih, tidak ada sekret
5) Telinga : Tidak ada gangguan pendengaran
6) Mulut : Bersih
7) Leher : Terpasang neckolar
8) Dada
- Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ic teraba di ICS ke 5 mid klavikula sinistra
Perkusi : Pekak
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II lup dup
- Paru-paru
Inspeksi : Tidak ada jejas di dada
Palpasi : Pengembangan dada kuat angkat ka/ki
Perkusi : Sonor pada seluruh lapang paru
Auskultasi : Suara nafas vesikuler
- Abdomen
Inspeksi : Tidak ada jejas
Auskultasi : Bising usus terdengar 23 x/menit
Perkusi : Kuadran I sonor, kuadran II, III, IV timpani
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
9) Genetalia : Bersih, terpasang DC
10) Rectum : Tidak terkaji
11) Ekstremitas atas : Kekuatan otot ka/ki  5/5
12) Ekstremitas bawah ; Kekuatan otot ka/ki  5/3
5. Genogram
Keterangan :
: Laki-laki : Pasien
: Perempuan : Tinggal serumah
: Meninggal
6. Pemeriksaan Diagnostik
pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Hematologi Rutin
- Hemoglobin 13,6 13,5 – 17,5
- Hematokrit 42 33 – 45
- Leukosit 10,5 4,5 – 11,0
- Trombosit 239 150 – 450
- Eritrosit 5,01 4,50 – 5,90
- Golongan darah O
Hemostatis
- PT 14,5 10,0 – 15,0
30,3 20,0 – 40,0
- APTT
1,210
- INR
Kimia Klinik Elektrolit
137 136 – 145
- Na darah 3,1 3,3 – 5,1
- Kal darah 10,2 98 – 106
- Clorida darah 60 – 40
- Glukosa darah
sewaktu Non Reaktif Non Reaktif
Serologi Hepatitis
HBSAg Rapid

7. Hasil Rontgen
Hasil :
- Tampak fraktur di OS femur 1/3 tengah kiri
- Trabekulasi tulang normal
- Celah dan permukaan sendi dalam batas normal
- Tak tampak klasifikasi abnormal
- Tak tampak erosi/destruksi tulang
- Tak tampak soft tissue mass/sweilling
- Pergeseran sendi (-)
Kesimpulan : Fraktur OS Femur 1/3 tengah kiri
8. Therapy
NaCl 0,9% 20 tpm
Inj. Ranitidin 50 mg
Inj. Cefazolin 1 gr
Fenitoin 100 mg
Inj. Metamizole 1 gr

B. Analisa Data
Data Problem Etiologi
DS: Nyeri akut Agen cidera fisik
Klien mengeluh nyeri
pada kaki kiri bagian
paha
P: Nyeri bertambah saat
di gerakkan
Q: Nyeri seperti diremas-
remas
R: Nyeri pada bagian
femur 1/3 tengah sinestra
(di sekitar pada kiri)
S: Skala nyeri 7
T: Hilang timbul
DO:
- Klien tampak lemas
- Klien tampak meringis
kesakitan
TD: 100/80 mmHg
N: 80x/menit
S: 36,2
DS: Hambatan mobilitas fisik Penurunan kekuatan otot
Klien mengeluh kaki
kirinya sulit untuk
digerakkan
DO:
- Kekuatan otot
ektremitas atas
ka/ki: 5/5,
Ekstremitas bawah
ka/ki: 5/3
- Klien tampak
membutuhkan bantuan
orang lain saat
beraktifitas
DS: Resiko infeksi Adanya luka terbuka
Klien mengatakan bagian
paha klien sebelah kiri
tampak ada luka dan
merasa sakit.
DO:
- Leukosit10.5 ribu/ul
- Suhu 36,2
- Tampak ada
kemerahan
- Klien tampak
menahan sakit

C. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen cidera fisik
2. Hambatan mobilitas fisik b.d penurunan kekuatan otot
3. Resiko infeksi b.d adanya luka terbuka

D. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan Intervensi
Keperawatan
Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan Tindakan 1. Berikan penjelasan
cidera fisik keperawatan selama 8 jam diharapkan pada klien tentang
nyeri berkurang dan dapat teratasi penyebab nyeri
dengan kriteria hasil : 2. Kaji skala nyeri
- Mengkaji skala nyeri PQRST 3. Ajarkan klien tentang
- Skala nyeri turun menjadi 4 teknik mengurangi rasa
- Klien mampu mengontrol nyeri nyeri
4. Observasi TTV
5. Kolaborasi dengan tim
medis dalam
pemberian analgesic
Hambatan mobilitas Setelah dilakukan Tindakan 1. Berikan istirahat yang
fisik b.d penurunan keperawatan selama 8 jam diharapkan cukup
kekuatan otot klien mampu memiliki cukup energi 2. Berikan Latihan
untuk beraktivitas dan dapat teratasi aktivitas secara
dengan kriteria hasil: bertahap
- Klien mampu melakukan aktivitas 3. Bantu dalam
mandiri sesuai kemampuan memenuhi kebutuhan
- Klien mampu untuk memenuhi sesuai yang diinginkan
kebutuhan dirinya sendiri
Resiko infeksi b.d Setelah dilakukan Tindakan 1. Observasi TTV
adanya luka terbuka keperawatan selama 8 jam diharapkan 2. Lakukan perawatan
klien tidak terjadi infeksi dan dapat luka
teratasi dengan kriteria hasil:
- Tidak ada tanda-tanda infeksi
- Luka bersih, tidak lembab dan tidak
kotor
E. Implementasi
Hari/tangga No. Implementasi Respon Klien
l Dx
Senin, Memberikan penjelasan S :
07.30 1 pada klien tentang Klien bersedia untuk mendengarkan
penyebab nyeri penjelasan perawat
O:
Klien tampak meringis kesakitan dan
pucat

07.45 1 Mengkaji skala nyeri S:


P : nyeri bertambah saat digerakkan
Q : nyeri seperti diremas
R : nyeri pada bagian femur 1/3 tengah
sinistra
S : skala nyeri 7
T : hilang timbul
O:
Klien tampak meringis kesakitan

08.00 1 Mengajarkan teknik S :


relaksasi nafas dalam Klien bersedia mengikuti instruksi
perawat
O : klien tampak mengikuti apa yang
diajarkan oleh perawat

08.15 1 Mengobservasi tanda- S :


tanda vital Klien bersedia mengikuti instruksi
O:
TD : 100/80 mmHg
N : 80 x/menit
S : 36,2 C
RR : 22 x/menit

08.30 2 Memberikan istirahat yang S :


cukup Klien mengatakan kaki kirinya terasa
nyeri dan sulit beristirahat
O:
Klien sulit beristirahat
Klien meringis kesakitan

08.45 2 Membantu dalam S :


beraktivitas Klien bersedia dibantu beraktivitas
O : klien tampak masih sulit untuk
beraktivitas

S:
09.15 3 Mengobservasi TTV Klien bersedia
O:
TD : 100/80 mmHg
N : 80 x/menit
S : 36,2
RR : 22 x/menit

S:
09.30 3 Memberikan perawatan Klien bersedia
luka O:
Klien tampak meringis kesakitan
Luka nersih tidak ada tanda-tanda
infeksi

F. Evaluasi
No. Dx Evaluasi
1 S : Klien mengatakan nyeri pada kaki kiri bagian paha
P : nyeri bertambah saat digerakkan
Q : nyeri seperti diremas
R : nyeri pada bagian femur 1/3 tengah sinistra (disekitar paha kiri)
S : skala nyeri 7
T : hilang timbul
O : Klien tampak meringis kesakitan
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
- Observasi TTV
- Kaji skala nyeri
- Ajarkan teknik relaksasi
2 S : Klien mengeluh kaki kirinya sulit untuk digerakkan
O : Klien tampak sulit beraktivitas
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Meminta keluarga untuk mendampingi saat beraktivitas
3 S : Di bagian paha klien sebelah kiri tampak ada luka
O : Klien tampak menahan sakit
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Mengobsertasi tanda-tanda infeksi
- Melakukan perawatan luka
- Mengobservasi TTV

BAB III
PEMBAHASAN

A. Analisa Kasus
Pada pengkajian umum didapat bahwa Tn.Y mengatakan nyeri pada area fraktur
dengan skala nyeri 7 (0-10). Menurut (Djaman dkk, 2015) Nyeri merupakan perasaan
yang tidak nyaman dan bersifat subjektif dimana hanya penderita yang dapat
merasakannya, untuk itu perlu mencari pendekatan yang paling efektif dalam upaya
mengontrol nyeri.
Kekuatan otot yang didapatkan dari Tn.Y ekstremitas kanan atas 5 kanan bawah 5 dan
kiri atas 5 kiri bawah 3. Hal ini terjadi karena pasien mengalami kelemahan otot yang
mengakibatkan hambatan mobilitas fisik, hambatan mobilitas fisik adalah keterbatasan
pada pergerakan fisik tubuh atau satu atau lebih pada ekstremitas secara mandiri dan
terarah. Batasan karakteristik hambatan mobilitas fisik penurunan waktu reaksi, kesulitan
membolak balikan posisi, keterbatasan gerak sendi, pergerakan lambat, pergerakan tidak
terkoordinasi (Herman, 2012).
Luka yang di dialami Tn.Y terdapat luka di bagian paha kirinya dan kondisi luka
bersih. Luka merupakan suatu ketidak sinambungan dikulit dan jaringan dibawahnya
yang mengakibatkan perdarahan dan infeksi luka (Hastuti,2006).
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon manusia terhadap
gangguan kesehatan atau proses kehidupan atau kerentanan respon dari seseorang
individu, keluarga, kelompok atau komunitas (Heardman & Shigemi Kamitsuru, 2015).
Berdasarkan kasus yang dialami pada Tn.Y dapat ditemukan masalah Nyeri akut.
Sesuai data yang didapat dari pengkajian pasien, penulis menemukan etiologi dari
masalah keperawatan yaitu agen cidera fisik.
B. Analisa Intervensi Keperawatan
Perencanaan adalah suatu proses di dalam pemecahan masalah yang merupakan
keputusan awal tentang sesuatu yang akan dilakukan, bagaimana dilakukan, kapan akan
dilakukan, dan siapa yang akan melakukan semua tindakan keperawatan. Tujuannya
adalah untuk mengidentifikasi focus keperawatan kepada kelompok atau klien, untuk
membedakan tanggung jawab perawat dengan profesi kesehatan lain, untuk
menyediakan suatu kriteria hasil guna pengulangan data evaluasi keperawatan, untuk
menyediakan kriteria dan klasifikasi pasien (Dermawan, 2012).
Berdasarkan kasus yang di alami Tn.Y diberikan 3 intervensi yang sudah ditetapkan.
Masalah keperawatan nyeri akut dapat dilakukan beberapa rencana keperawatan yaitu
kaji karakteristik nyeri (P,Q,R,S,T) untuk mengetahui sekala nyeri kedua klien.
Intervensi yang kedua mengajarkan latihan teknik mengurangi rasa nyeri pada pasien.
Relaksasi merupakan teknik relaksasi bernafas yakni teknik peredaan nyeri yang banyak
memberikan masukan terbesar karena teknik relaksasi adalah teknik untuk mencapai
kondisi rileks (Vindora dkk, 2014).
Intervensi yang ketiga mengkolaborasikan obat dengan dokter yang bersangkutan.
Menejemen farmakologi yaitu menejemen yang berkolaborasi antara dokter dengan
perawat yang menentukan pada pemberian obat yang mampu menghilangkan rasa nyeri
(Mandagi,2017).
Implementasi keperawatan merupakan catatan tentang tindakan yang diberikan
kepada klien. Pencatatan mencangkup tindakan keperawatan yang diberikan secara
mandiri maupun kolaboratif, serta pemenuhan kriteria hasil terhadap tindakan yang
diberikan kepada klien (Hutahean, 2010).
3 tindakan keperawatan dilakukan sesuai dengan intervensi yang sudah ditetapkan.
Implementasi yang pertama yaitu mengkaji karakteristik nyeri (P,Q,R,S,T) selama 1x8
jam P:klien merasa nyeri saat di gerakan, Q: Nyerinya seperti di remas-remas, R:
Nyerinya di bagian frakturnya, S: Skala nyeri klien masih menetap klien 1 skala nyeri
7, klien 2 skala nyeri 8, T: Nyerinya hilang timbul Implementasi yang kedua yaitu
mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam selama 1x8 jam untuk mengurangi rasa nyeri,
di dapatkan hasil kedua klien mengeluh nyeri dan saat di ajarkan teknik relaksasi nafas
dalam kedua klien tampak mengikutinya.
Implementasi yang ketiga yaitu mengkolaborasikan pemberian obat untuk
menurunkan integritas nyeri selama 1x8 jam. Tidak ada perbedaan obat untuk
menurunkan rasa nyeri untuk kedua klien, sama-sama mendapat inj.metamizol 1gr.
Keefektifan tindakan keperawatan dan pencapaian hasil yang teridentifikasi terus
dievaluasi sebagai penilaian status klien. Evaluasi harus terjadi disetiap langkah proses
keperawatan (Herdman & Shigemi Kamitsuru, 2015).
Dari hasil evaluasi yang dilakukan didapatkan data subyektif yaitu P: masih terasa
nyeri saat di gerakan, Q: Nyerinya seperti di remas-remas, R: Nyerinya di bagian
frakturnya, S: Skala nyeri klien masih menetap skala nyeri 7, T: Nyerinya hilang timbul.
Pada data obyektif kedua klien tampak meringis kesakitan, muka pucat.
Berdasarkan data subyektif dan data obyektif diatas dapat dianalisa masalah keperawatan
nyeri akut belum teratasi, sehingga intervensi tetap di lanjutkan dengan observasi tanda-
tanda vital, kaji skala nyeri, ajarkan teknik relaksasi. Nyeri belum bisa berkurang karena
kedua klien belum mendapat tindakan operasi dan klien banyak bergerak. Nyeri
merupakan perasaan yang tidak nyaman dan bersifat subjektif dimana hanya penderita
yang dapat merasakannya. Untuk itu perlu mencari pendekatan yang paling efektif dalam
upaya mengontrol nyeri (Djaman dkk, 2015).
BAB IV
PENUTUP

A. Simpulan
Saat dilakukan pengkajian didapatkan data klien mengalami nyeri akut dengan skala
nyeri 7 dnegan masalah keperawatan utama nyeri akut b.d agen cidera fisik. Intervensi
yang diberikan yaitu melakukan pengkajian nyeri PQRST, mengajarkan teknik relaksasi
nafas dalam, memonitor TTV, dan melakukan kolaborasi dalam pemberian analgetik.
Setelah dilakukan implementasi dan dievaluasi, masalah keperawatan nyeri akut masih
belum teratasi dan akan dilanjutkan intervensi sebelumnya.
B. Saran
Diharap rumah sakit dapat memberikan pelayanan kesehatan pada klien secara akurat,
dapat memfasilitasi sarana dan prasaran yang sudah ada secara optimal. Kemudian dapat
menjadi kemudahan dalam fasilitas sarana prasarana bagi mahasiswa untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan serta kemampuan ketrampilan yang dimiliki melalui
praktek klinik dan pembuatan studi kasus. Serta diharapkan perawat dapat bertanggung
jawab dengan menjalankan tugasnya serta dapat memberikan asuhan keperawatan yang
optimal khususnya pada fraktur.
DAFTAR PUSTAKA

Andarmoyo, S., 2013. Konsep Dan Proses Keperawatan Nyeri, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Campbell, D. (2006). Music : Physician For Times to Come. 3 Edition. Wheaton: quest
books.
Djamal Rivaldy, Rampas Sefty, Bawotong Jeavery. 2015. Pengaruh Terapi Musik Terhadap
Skala Nyeri Pada Pasien Fraktur Di Irina A Rsup Prof. Dr. R. D. Kandou. Manado: e-
Journal Keperawatan (eKp), Vol.3, No.2
Mardiono, (2010). TeknikDistraksi. Posted by Qittun on Wedneday,October 29 2008,
(www.qittun.com ,diaksespadatanggal 20 November 2014).
NANDA. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan NANDA NIC_NOC.
Yogyakarta: Mediaction Publishing.
Nurarif, A.H. & Kusuma, H., 2016. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA NIC NOC Jilid 1, Jakarta: EGC.
Nurchairiah. A. DKK. 2013. Efektifitas Kompres Dingin Terhadap Intensitas Nyeri Pada
Pasien Fraktur Tertutup Di Ruang Dahlia RSUD Arifin Achmad. Jurnal
Keperawatan.
Sugiarso, 2010. Pola Kuman Penderita Fraktur Terbuka. Universitas Sumatera Utara.
Available at: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27630/ 6/Cover.pdf.
Thomas, M.S. & Jason, H.C., 2012. Open Fractures. Mescape Reference. Available at:
http://emedicine.medscape.com/article/1269242-overview#aw2aab6b3.

Anda mungkin juga menyukai