Disusun oleh :
Pendamping :
KABUPATEN PATI
JAWA TENGAH
2020
LAPORAN KEGIATAN INTERNSIP
Disusun oleh :
Pendamping :
KABUPATEN PATI
JAWA TENGAH
2020
HALAMAN PENGESAHAN
F.6 Upaya Pengobatan Dasar
iii
DAFTAR ISI
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Hemoroid atau wasir adalah pelebaran dan inflamasi pembuluh darah vena
di daerah anus yang berasal dari pleksus hemoroidalis (Price dan Wilson 2005).
Hemoroid adalah struktur normal dari tubuh manusia yang terdiri dari 3 unsur,
yaitu mukosa, stroma yang terdiri dari pembuluh darah, otot polos, dan jaringan
penunjang, serta jaringan ikat. Hemoroid, dikenal di masyarakat sebagai penyakit
wasir atau ambeien, merupakan penyakit yang sering dijumpai dan telah ada sejak
zaman dahulu (Sjamsuhidrajat, 2004).
1
makanan yang berserat, kurang minum air, proses mengedan yang sulit, pola
buang air besar yang salah (lebih menggunakan jamban duduk & terlalu lama
duduk di jamban), adanya tekanan intraabdomen yang meningkat karena
kehamilan, usia tua, konstipasi kronik, kurang olahraga dan pergerakan minimal
(Simadibrata, 2009).
1.2. Permasalahan
1.3. Tujuan
2
a. Meningkatkan pengetahuan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas
Gabus 1 tentang tentang gejala, faktor resiko, dan terapi hemoroid.
b. Memberikan edukasi pada masyarakat untuk senantiasa
melaksanakan pola hidup sehat dan memperbaiki kebiasaan untuk
mencegah hemoroid.
1.4. Manfaat
a. Bagi Puskesmas
Membantu dalam pengembangan program upaya kesehatan
personal di balai pengobatan khususnya tentang penyakit hemoroid.
b. Bagi Masyarakat
1) Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang penyakit
hemoroid
2) Memberikan edukasi kepada masyarakat akan pentingnya pola
hidup sehat pada penderita hemoroid.
3
BAB II
PERMASALAHAN DAN KASUS
2.1. Identitas
Nama : Ny. S
Umur : 45 Tahun
Agama : Islam
4
2.2. Anamnesis
BAB berdarah
5
Riwayat DM : Disangkal
Riwayat Hipertensi : Disangkal
Riwayat alergi : Disangkal
Riwayat penyakit kronik : Disangkal
6
2.3.5. Status Generalis
7
2.3.6. Status Lokalis
Regio Anus
2.4. Resume
Dari pemeriksaan fisik status lokalis tampak benjolan yang keluar dari
dalam anus berbentuk bulat, berwarna kemerahan dengan ukuran diameter 2 cm.
Nyeri tekan (+), teraba benjolan, bentuk bulat, konsistensi kenyal, mudah
digerakkan.
8
2.5. Diagnosis
2.6. Tatalaksana
2.7. Prognosis
9
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Penyebab pasti timbulnya hemoroid masih belum pasti, hanya saja ada
beberapa faktor pendukung terjadinya hemoroid, yaitu :
10
Anatomik : vena daerah anorektal tidak mempunyai katup dan pleksus
hemoroidalis kurang mendapat sokongan dari otot dan fascia sekitarnya.
Umur : pada umur tua terjadi degenerasi dari seluruh jaringan tubuh, juga
otot sfingter menjadi tipis dan atonis.
Keturunan :dinding pembuluh darah lemah dan tipis
Pekerjaan : orang yang harus berdiri, duduk lama, atau harus mengangkat
barang berat mempunyai predisposisi untuk hemoroid.
Mekanis : semua keadaan yang menyebabkan meningkatnya tekanan intra
abdomen, misalnya penderita hipertrofi prostat, konstipasi menahun dan
sering mengejan pada waktu defekasi.
Endokrin : pada wanita hamil ada dilatasi vena ekstremitas dan anus oleh
karena ada sekresi hormone relaksin.
Fisiologi : bendungan pada peredaran darah portal, misalnya pada
penderita sirosis hepatis (Simadibrata, 2009).
a. Hemoroid eksterna
Merupakan pelebaran dan penonjolan vena hemorrhoidalis inferior yang
timbul di sebelah luar musculus sphincter ani. Hemorrhoid eksterna
diklasifikasikan sebagai bentuk akut dan kronis. Bentuk
akut dapat berupa pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus yang
merupakan suatu hematoma. Bentuk ini sering terasa sangat nyeri dan
gatal karena ujung-ujung saraf pada kulit merupakan reseptor nyeri.
Hemorrhoid eksterna kronis atau skin tag biasanya merupakan sequele dari
hematoma akut (Sjamsuhidrajat, 2005).
b. Hemoroidinterna
Merupakan pelebaran dan penonjolan vena hemorrhoidalis superior dan
media yang timbul di sebelah proksimal dari musculus sphincter ani.
Hemorhoid interna yang merupakan pelebaran cabang-cabang v. rectalis
11
superior (v. hemoroidalis) dan diliputi oleh mukosa. Cabang vena yang
terletak pada colllum analis posisi jam 3,7, dan 11 bila dilihat saat paien
dalam posisi litotomi mudah sekali menjadi varises. Kedua jenis
hemorrhoid ini sangat sering dijumpai dan terjadi pada sekitar 35%
penduduk yang berusia di atas 25 tahun (Sjamsuhidrajat, 2005).
12
Gambar 2. Derajat Pada Hemoroid Interna
Klasifikasi Tingkat Penyakit Hemoroid (IH=Internal Hemoroid,
EH=External Hemoroid, AC=Anal Canal, AT=Anchoring Tisue,
PL=Pecten Ligamen. Hemoroid Tingkat III dan IV, Pleksus
Hemoroid berada diluar anal kanal.
13
masuk sendiri dengan spontan. Namun lama-kelamaan penonjolan itu tidak
dapat masuk ke anus dengan sendirinya sehingga harus dimasukkan dengan
tangan. Bila tidak segera ditangani, hemorrhoid itu akan menonjol secara
menetap dan terapi satu-satunya hanyalah dengan operasi. Biasanya pada
celana dalam penderita sering didapatkan feses atau lendir yang kental dan
menyebabkan daerah sekitar anus menjadi lebih lembab. Sehingga sering
pada kebanyakan orang terjadi iritasi dan gatal di daerah anus (Price dan
Wilson, 2005).
Sel mast memiliki peran multidimensional terhadap patogenesis
hemoroid, melalui mediator dan sitokin yang dikeluarkan oleh granul sel
mast. Pada tahap awal vasokonstriksi terjadi bersamaan dengan peningkatan
vasopermeabilitas dan kontraksi otot polos yang diinduksi oleh histamin dan
leukotrin. Ketika vena submukosal meregang akibat dinding pembuluh darah
pada hemoroid melemah, akan terjadi ekstravasasi sel darah merah dan
perdarahan. Sel mast juga melepaskan platelet-activating factor sehingga
terjadi agregasi dan trombosis yang merupakan komplikasi akut hemoroid.
Pada tahap selanjutnya hemoroid yang mengalami trombosis akan mengalami
rekanalisasi dan resolusi. Proses ini dipengaruhi oleh kandungan
granul sel mast. Termasuk diantaranya tryptase dan chymase untuk degradasi
jaringan stroma, heparin untuk migrasi sel endotel dan sitokin sebagai TNF-α
serta interleukin 4 untuk pertumbuhan fibroblas dan proliferasi. Selanjutnya
pembentukan jaringan parut akan dibantu oleh basic fibroblast growth factor
dari sel mast (Robbins, 2007).
a. Hemoroid Eksterna
Pada fase akut, hemoroid eksterna dapat menyebabkan nyeri, biasanya
berhubungan dengan adanya udem dan terjadi saat mobilisasi.Hal ini
muncul sebagai akibat dari trombosis dari v.hemorrhoid dan terjadinya
perdarahan ke jaringan sekitarnya. Beberapa hari setelah timbul nyeri,
kulit dapat mengalami nekrosis dan berkembang menjadi ulkus.,
14
akibatnya dapat timbul perdarahan. Pada beberapa minggu selanjutnya
area yang mengalami thrombus tadi dapat mengalami perbaikan dan
meninggalkan kulit berlebih yang dikenal sebagai skin tag . Akibatnya
dapat timbul rasa mengganjal, gatal dan iritasi (Robbins, 2007).
b. Hemoroid Interna
Gejala yang biasa adalah protrusio, pendarahan, nyeri tumpul dan pruritus.
Trombosis atau prolapsus akut yang disertai edema atau ulserasi luar biasa
nyerinya. Hemoroid interna bersifat asimtomatik, kecuali bila prolaps dan
menjadi stangulata.
Gejala yang muncul pada hemorrhoid interna dapat berupa:
Perdarahan
Merupakan gejala yang paling sering muncul; dan biasanya
merupakan awal dari penyakit ini. Perdarahan berupa darah segar dan
biasanya tampak setelah defekasi apalagi jika fesesnya keras.
Selanjutnya perdarahan dapat berlangsung lebih hebat, hal ini
disebabkan karena prolaps bantalan pembuluh darah dan mengalami
kongesti oleh spincter ani.
Prolaps
Dapat dilihat adanya tonjolan keluar dari anus. Tonjolan ini dapat
masuk kembali secara spontan ataupun harus dimasukan kembali oleh
tangan.
Nyeri dan rasa tidak nyaman
Nyeri biasanya ditimbulkan oleh komplikasi yang terjadi (seperti
fisura, abses dll) hemorrhoid interna sendiri biasanya sedikit saja yang
menimbulkan nyeri.Kondisi ini dapat pula terjadi karena terjepitnya
tonjolan hemorrhoid yang terjepit oleh spincter ani (strangulasi).
Keluarnya Sekret
Walaupun tidak selalu disertai keluarnya darah, secret yang menjadi
lembab sehingga rawan untuk terjadinya infeksi ditimbulkan akan
menganggu kenyamanan penderita dan menjadikan suasana di daerah
anus (Price dan Wilson 2005).
15
3.6. Pentalaksanaan Hemoroid
b. Terapi Medikamentosa
Salep anastetik local
Kortikosteroid
Laksatif
Analgesik
(Simadibrata, 2009)
c. Terapi Pembedahan
Hemorrhoid Institute of South Texas (HIST) menetapkan indikasi
tatalaksana pembedahan hemoroid antara lain :
Hemoroid interna derajat II berulang
Hemoroid derajat III dan IV dengan gejala
Mukosa rektum menonjol keluar anus
16
Hemoroid interna derajat I dan II dengan penyakit penyerta seperti
fisura
Kegagalan penatalaksanaan konservatif
Permintaan pasien
Skleroterapi
Teknik ini dilakukan dengan menginjeksikan 5 % fenol dalam minyak
nabati. Lokasi injeksi adalah submukosa hemoroid. Efek dari injeksi
adalah edema, reaksi inflamasi dengan proliferasi fibroblast dan
thrombosis intravascular. Reaksi ini akan menyebabkan fibrosis pada
submukosa hemoroid sehingga akan mencegah atau mengurangi
prolapsus jaringan hemoroid. Terapi ini disertai anjuran makanan
tinggi serat dapat efektif untuk hemoroid interna derajat I dan II.
Komplikasi sklerotherapy biasanya akibat penyuntikan cairan yang
tidak tepat atau kelebihan dosis pada satu tempat. Komplikasi yang
paling sering adalah pengelupasan mukosa, kadang bisa menimbulkan
abses (Linchan, 2001).
Infrared thermocoagulation
Teknik ini dilakukan dengan cara memberikan radiasi infra merah
dengan lampu tungsten-halogen yang difokuskan ke jaringan
hemorrhoid dari reflector plate emas melalui tabung polymer khusus.
Sinar koagulator infra merah (IRC) menembus jaringan ke submukosa
dan dirubah menjadi panas, menimbulkan inflamasi, destruksi
jaringan di daerah tersebut. Daerah yang akan dikoagulasi diberi local
anestesi terlebih dahulu. Komplikasi biasanya jarang terjadi,
umumnya berupa koagulasi pada daerah yang tidak tepat
(Sjamsuhidrijat, 2009).
Bipolar diathermy
17
Teknik ini menggunakan listrik untuk menghasikan jaringan koagulasi
pada ujung cauter. Cara ini efektif untuk hemorrhoid derajat III atau
dibawahnya (Sjamsuhidrijat, 2009).
Cryotherapy
Teknik ini didasarkan pada pembekuan dan pencairan jaringan yang
secara teori menimbulkan analgesia dan perusakan jaringan hingga
terbentuk jaringan parut (Sjamsuhidrijat, 2009).
Ligasi dengan gelang karet (Rubber band ligation)
Biasanya teknik ini dilakukan untuk hemoroid yang besar atau yang
mengalami prolaps. Dengan bantuan anuskop, mukosa diatas
hemoroid yang menonjol dijepit dan ditarik atau dihisap kedalam
tabung ligator khusus. Efek dari teknik ini adalah nekrosis iskemia,
ulserasi, dan scarring yang akan menghasilkan fiksasi jaringan ikat ke
dinding rektum. Komplikasi yang sering terjadi berupa edema dan
trombosis (Katerina, 2003).
18
Gambar 4. Hemoroidektomi
19
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
1. Ny. S usia 45 Tahun datang ke Puskesmas Gabus I dengan keluhan
BAB berdarah 1 hari yang lalu disertai dengan benjolan yang keluar
dari anus sejak 1 tahun yang lalu. Benjolan dapat keluar masuk secara
spontan, terasa nyeri saat bab dengan konsistensi keras dan keluar
darah segar yang menetes.
2. Hemoroid merupakan pelebaran dan inflamasi pembuluh darah vena
di anus dari pleksus hemoroidalis. Hemoroid dibedakan menjadi dua,
interna dan eksterna. Hemoroid interna adalah pleksus vena
hemoroidales superior diatas garis mukokutan dan ditutupi oleh
mukosa. Hemoroid eksterna merupakan pelebaran dan penonjolan
pleksus hemoroid inferior yang terdapat di bagian distal garis
mukokutan di dalam jaringan dibawah epitel anus
3. Diagnosis ditegakkan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik.
4.2. Saran
1. Tenaga kesehatan proaktif untuk melakukan edukasi kepada
masyarakat tentang penyakit hemoroid dan pencegahannya.
2. Untuk pasien dan keluarga sebaiknya mengikuti saran dan pengobatan
yang telah direncanakan oleh dokter mengenai pengobatan dan
edukasi yang telah diberikan supaya tidak memperburuk keadaan
pasien.
20
DAFTAR PUSTAKA
Ali, ZH., El-Sayed, NO., Taha, NM., 2011, Effect of conservative measures in
improving hemorrhoid stages and relieving symptoms among patients with
hemorrhoid, Journal of American Science, 7(9) : 53-65.
Buntzen, S., Christensen, P., Khalid, A., Ljungmann, K., Lindholt, Lundby, L,,
Rossell L., et al., 2013, Diagnosis and treatment of haemorrhoids, Danish
Medical Journal, 60(12): 1-9.
Linchan, W.M., 2001, Sabiston Buku Ajar Bedah Jilid II, EGC, Jakarta,hal 56 –
598.
Neal, KO., Kerry, HK., Olaitan, AA., et al., 2009, Hemorrhoid Treatment in the
Outpatient Gastroenterology Practice Using the O’Regan Disposable
Hemorrhoid Banding System is Safe and Effective. The Journal of
Medicine, 2(5):248-256.
Price, S.A., and Wilson, L.M., 2005, Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses
penyakit (Edisi 4), Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
21
Riwanto, I., 2010, Usus halus, apendiks, kolon, dan anorektum. Dalam:
Sjamsuhidajat R, Jong WD (eds). Buku ajar ilmu bedah Edisi ke-3. EGC,
Jakarta, pp: 788-92.
Robbins, S.L., 2007, Buku Ajar Patologi Robbins, Volume 2, Ed 7, EGC, Jakarta.
Simadibrata, M., 2009, Hemoroid, Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid I, Pusat
Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Indonesia, Jakarta.
Sjamsuhidajat, Wim de Jong., 2004, Hemoroid, Dalam: Buku Ajar Ilmu Bedah,
Ed.2, EGC, Jakarta, Hal: 672 – 675.
Wandari, NN., 2011, Prevalensi hemoroid di rsup haji adam malik medan periode
Januari 2009 - Juli 2011, Medan, Universitas Sumatera Utara.
22
LAMPIRAN
23
FORM BERITA ACARA PRESENTASI PORTOFOLIO
24
No Nama Peserta Tanda Tangan
1 dr. Alnia Rindang
2 dr. Farah Fauziah
3 dr. Intan Rahmawati
4 dr. Niken Tri Utami
5 dr. Sushanti Nuraini
6 dr. M Wahib Hasyim
Mengetahui
Pembimbing
25