Anda di halaman 1dari 3

Stroke Lakunar (terjadi di pembuluh darah yang kecil)

Stroke lakunar adalah stroke yang terjadi pada pembuluh-pembuluh darah kecil yang ada di otak.
Terjadi sekitar 20% kasus dari seluruh stroke. Stroke lakunar ini disebabkan oleh adanya sebuah
lesi/ luka yang kecil, berbatas jelas berukuran kurang lebih 1,5 cm yang biasanya terletak di
daerah subkortikal, kapsula interna, batak otak, dan serebelum (otak kecil). Stroke lakunar ini
berkaitan kuat dengan hipertensi dan juga dihubungkan dengan perubahan mikrovaskular yang
timbul karena hipertensi kronis dan kencing manis (diabetes mellitus). Penyumbatan pada
pembuluh darah kecil ini biasanya tidak memberikan dampak stroke yang parah.

Infark lakunar dapat bermanifestasi dalam 4 macam sindroma:


1. Pure motor hemiparesis (infark di kapsula interim dan pons).
2. Pure sensory stroke (talamus).
3. Homolateral ataxia and aural paresis (kaps. Interna dan korona radiata).
4. Dysarthria and clumsy hand (pons)

Derajat Perdarahan Subarachnoid menurut Hunt-Hess

Derajat Manifestasi klinis

1 Asimtomatik atau nyeri kepala dan kaku kuduk yang ringan


2 Nyeri kepala yang sedang sampai berat, kaku kuduk dan tidak ada deficit
neurologis kecuali pada saraf cranial
3 Bingung, penurunan kesadaran, deficit fokal ringan
4 Stupor, hemiparesis ringan sampai dengan berat, deserebrasi, gangguan
fungsi vegetative
5 Koma dalam, deserebrasi, moribound appearance

SINDROM WEBER

DEFINISI

Sindrom Weber adalah suatu sindrom yang terdiri dari paralysis okulomotor pada sisi
yang sama dengan lesi, yang mengakibatkan ptosis, strabismus, dan hilangnya refleks cahaya
serta akomodasi, juga hemiplegi spastik pada sisi yang berlawanan dengan lesi dengan
peningkatan refleks-refleks serta hilangnya refleks superfisial.

ETIOLOGI

Sindrom Weber dapat disebabkan oleh hal sebagai berikut:


1. Penyumbatan pembuluh darah cabang ramus perforantes medialis arteria basilaris.
2. Insufisiensi yang mengakibatkan lesi pada batang otak.
3. Lesi yang disebabkan oleh proses neoplasmatik sebagai akibat invasi dari thalamus atau
serebelum.
4. Lesi yang merusak bagian medial pedunkulus serebri.
5. Stroke (perdarahan atau infark) di pedunkulus serebri.
6. Hematoma epiduralis.
7. Tumor lobus temporalis.

DIAGNOSIS

Diagnosis sindroma dapat ditegakkan dengan melakukan anamnesis tentang riwayat


penyakit, termasuk juga riwayat keluhan, berapa lama keluhan sudah timbul dan apakah
unilateral atau kah bilateral. Pemeriksaan saraf biasanya dapat dilakukan dan dapat sangat
membantu untuk menentukan adanya sindroma weber. Pemeriksaan nervus okulomotorius
biasanya dilakukan bersama-sama dengan pemeriksaan nervus troklearis dan nervus abdusen,
pemeriksaan tersebut terdiri atas:
1. Celah kelopak mata kemudian dinilai kedudukan kelopak mata terhadap pupil dan
irisPasien disuruh memandang lurus ke depan
2. Pupil Yang perlu diperiksa adalah
a. ukuran: apakah normal (diameter 4-5 mm), miosis, midriasis atau pin pont
pupil,
b. bentuk: apakah normal, isokor atau anisokor,
c. posisi: apakah central atau eksentrik,
d. cahaya diarahkan pada saturefleks pupil: refleks cahaya langsung reaksi
yang tampak untuk kontraksi pupil homolateral, reflekspupil
selaincahaya tidak langsung (konsensual /crossed light refleks) kontraksi
homolateral juga akan tampak kontraksi kontralateral, refleks pasien diminta
melihat jauh kemudian melihatakomodasi-konvergensi ketangan pemeriksa
yang diletakkan 30 cm di depan hidung pasien. Pada saat melihat tangan
pemeriksa, kedua bola mata pasien bergerak secara konvergensi (kearah nasal)
dan tampak pupil mengecil. Refleks ini negatif pada kerusakan saraf
simpatikus leher, refleks siliospinal refleks nyeri ini dilakukan dalam ruangan
dengan penerangan samar-samar. Caranya ialah merangsang nyeri pada
daerah leher dan sebagai reaksi pupil akan melebar pada sisi ipsilateral.
Refleks ini terjadi bila ada benda asing pada kornea atau intraokuler, atau
pada cedera mata atau refleks nyeri ini adalah konstriksipelipis, refleks
okulosensorik atau dilatasi disusul konstriksi, sebagai respons rangsang nyeri
di daerah mata atau sekitarnya.
3. Gerakan bola mata Fungsi otot-otot ekstrinsik bola mata dinilai dengan gerakan bola
mata keenam arah yaitu lateral, medial, lateral atas, medial atas, medial atas dan
medial bawah, cara: pasien menghadap ke depan dan bola mata digerakkan menurut
perintah atau mengikuti arah objek.
Kelainan-kelainan yang dapat terjadi:
1. Kelemahan otot-otot bola mata (opthalmoparese/opthalmoplegi) berupa:
a. gerakan terbatas,
b. kontraksi skunder dari anta-gonisnya,
c. strabismus,
d. diplopia
2. dapat terlihat saat melihat ke samping, atas, bawah. (4,5,6)Nistagmus (gerakan bolak-
balik bola mata yang involunter)

Anda mungkin juga menyukai