1. Definisi
buku saku dari Brunner & Suddarth mendefinisikan, Bell’s palsy (paralisis
parsial) adalah kondisi yang diakibatkan oleh kerusakan saraf cranial ketujuh
bagian perifer pada satu sisi, yang mengakibatkan kelemahan atau paralisis
otot fasial.
ketujuh pada salah satu sisi, yang mengakibatkan kelemahan atau paralisis
fasialis perifer, terjadi secara akut, dan penyebabnya tidak diketahui atau tidak
(Harsono, 2020)
2. Etiologi
penyakit autoimun, atau kombinasi semua factor ini (Smeltzer dan Bare,
2018).
berat, anestesi local pada pencabutan gigi, infeksi telinga bagian tengah,
1
dan trauma. Apabila factor penyebabnya jelas maka disebut paralisis fasialis
3. Patofisiologi
beberapa tipe paralisis tekanan. Inflamasi dan edema saraf pada titik
nekrosis iskemik dalam kanal yang sangat sempit. Ada kelainan wajah berupa
paralisis otot wajah; peningkatan lakrimasi (air mata); sensasi nyeri pada
wajah, belakang telinga, dan terdapat kesulitan bicara pada sisi yang terkena
karena kelemahan atau otot wajah. Pada kebanyakan klien, yang pertama kali
Pada observasi dapat terlihat juga bahwa gerakan kelompok yang tidak sehat
lebih lambat jika dibandingkan dengna gerakan kelopak mata yang sehat lebih
lambat jika dibandingkan dengan gerakan kelopak mata yang sehat. Lipatan
yang tidak sehat. Jika klien diminta untuk memperlihatkan gigi geliginya atau
diminta meringis, sudut mulut sisi yang lumpuh tidak terangkat, sehingga
mulut tampaknya mencong kearah yang sehat. Setelah paralisi pasial perifer
sembuh, masih sering terdapat gejala sisa. Pada umumnya gejala itu
merupakan proses regerasi yang salah, sehingga timbul gerakan fasial yang
gerakan otot kelopak lain disebut sinkinetik. Gerakan yang mengikuti gerakan
2
otot kelopak lain itu disebut sinkinetik. Adapun gerakan sinkinetik adalah ikut
terangkatnya sudut mulut pada waktu mata ditutup dan fisula palpebra sisi
yang pernah lumpuh menjadi sempit, pada waktu rahang bawah ditarik ke atas
atau ke bawah, seperti sewaktu berbicara atau mengunyah. Dalam hal ini, di
luar serangan spasme fasialis, sudut mulut sisi yang pernah lumpuh tampak
lebih tinggi kedudukannya dari padapada sisi yang sehat. Oleh karena itu,
memperoleh ‘stroke’.
4. Manifestasi klinis
merasakan ada kelainan disaat bangun tidur, menggosok gigi atau berkumur,
cermin. Mulut tampak mencong terlebih pada saat meringis kelopak mata
kelopak matanya maka bola matanya makan bola mata tampak terputar ke atas
(tanda Bell). Penderita tak dapat bersiul atau menutup, apabila berkumur atau
minum makan air akan keluar melalui sisi mulut yang lumpuh. Selanjutnya
Mulut tertarik ke arah sisi mulut sehat, makanan terkumpul di antara pipi
dan gusi, dan sensasi dalam (deep sensation) di wajah menghilang. Lipatan
3
kulit dahi menghilang. Apabila mata yang terkena tidak tertutup atau tidak
Gejala dan tanda klinik seperti pada (1), ditambah dengan hilangnya
ketajaman pengecapan lidah (dua pertiga bagian depan) dan salviasi di sisi
antara pons dan titik di mana korda timpani bergabung dengan nervus
Gejala tanda klinis seperti pda (1) dan (2), ditambah dengan adanya
hiperakusis.
Gejala dan tanda klinik sepertipada (1), (2), dan (3) disertai dengan nyeri
di belakang dan di dalam liang telinga. Kasus seperti ini dapat terjadi
Gejala dan tanda klinik seperti di atas ditambah dengna tuli sebagai akibat
4
f. Lesi di tempat keluarnya nervus fasialis dari pons
Gejala dan tanda klinis sama dengan diatas, disertai gejala dan tanda
Bell, beberapa bulan pasca awitan, dengna manifestasi klinik: air mata
bercucuran dari mata yang terkena pada saat penderita makan. Nervus
5. Pemeriksaan diagnosik
sementara dengan interupsi patologis serabut saraf ( Wiliam & Wilkins, 2021).
6. Penataksaaan
saku dari Brunner & Suddarth mengatakan tujuan dari penatalaksanaan adalah
meminimalkan penyimpangan.
a. Tenangkan pasien bahwa tidak terjadi stroke pada dirinya dan pemulihan
secara spontan akan terjadi dalam 3-5 minggu pada kebanyakan pasien.
5
mengurangi keparahan, menghilangkan nyeri, dan meminimalkan
penyimpangan.
otot.