BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. COVID 19
2.1.1 Definisi
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-
2). SARS-CoV-2 merupakan coronavirus jenis baru yang belum pernah
diidentifikasi sebelumnya pada manusia.
2.1.2 Epidemiologi
Penyakit COVID 19 ini diawali dengan munculnya kasus pneumonia yang
tidak diketahui etiologinya di Wuhan, China pada akhir Desember 2019. Pada
tanggal 7 Januari 2020, Pemerintah China kemudian mengumumkan bahwa
penyebab kasus tersebut adalah Coronavirus jenis baru yang kemudian diberi
nama SARS-CoV-2 (Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2).
Proses penularan yang cepat membuat WHO menetapkan COVID-19
sebagai KKMM D/PHEIC pada tanggal 30 Januari 2020. Angka kematian kasar
bervariasi tergantung negara dan tergantung pada populasi yang terpengaruh,
perkembangan wabahnya di suatu negara, dan ketersediaan pemeriksaan
laboratorium.
Pada tanggal 2 Maret 2020 Indonesia melaporkan 2 kasus yang
terkonfirmasi COVID-19, kemudian pada tanggal 3 Maret 2020 dilaporkan
90.870 kasus konfirmasi di 72 negara dengan 3.112 kematian (CFR 3,4%).
Diantara kasus-kasus tersebut, terdapat beberapa petugas kesehatan yang
terinfeksi. Pada tanggal 11 Maret 2020 WHO menyatakan COVID-19 sebagai
pandemi.
2.1.3 Etiologi
Penyebab COVID-19 adalah virus yang tergolong dalam family
coronavirus. Coronavirus merupakan virus RNA strain tunggal positif, berkapsul
dan tidak bersegmen. Secara umum, virus korona memiliki struktur sampul yang
7
a) Kewaspadaan Standar
Pada tahun 2007, CDC dan HICPAC merekomendasikan 11 (sebelas)
komponen utama yang harus dilaksanakan dan dipatuhi dalam kewaspadaan
standar, yaitu kebersihan tangan, alat pelindung diri (APD), dekontaminasi
peralatan perawatan pasien, kesehatan lingkungan, pengelolaan limbah,
9
1. Jenis-Jenis APD
a. Sarung tangan
Terdapat tiga jenis sarung tangan, yaitu:
⁻ Sarung tangan bedah (steril), dipakai sewaktu melakukan tindakan
invasif atau pembedahan.
⁻ Sarung tangan pemeriksaan (bersih), dipakai untuk melindungi
petugas pemberi pelayanan kesehatan sewaktu melakukan pemeriksaan
atau pekerjaan rutin.
⁻ Sarung tangan rumah tangga, dipakai sewaktu memproses peralatan,
menangani bahan-bahan terkontaminasi, dan sewaktu membersihkan
permukaan yang terkontaminasi.
b. Masker
1. Masker Kain
Masker kain dapat digunakan untuk mencegah penularan dan
mengantisipasi kelangkaan masker yang terjadi. Efektivitas penyaringan
pada masker kain meningkat seiring dengan jumlah lapisan dan kerapatan
tenun kain yang dipakai. Masker kain perlu dicuci dan dapat dipakai
berkali-kali.
Penggunaan masker kain dapat digunakan untuk :
a. Bagi masyarakat sehat
Digunakan ketika berada di tempat umum dan fasilitas lainnya dengan
tetap menjaga jarak 1-2 meter.
b. Bagi tenaga medis
Masker kain tidak direkomendasikan sebagai APD (Alat Pelindung
Diri) untuk tingkat keparahan tinggi karena sekitar 40-90% partikel
15
Masker setingkat N95 yang sesuai dengan standar WHO dan dilapisi
oleh masker bedah dapat digunakan selama 8 jam dan dapat dibuka dan
ditutup sebanyak 5 kali. Masker tidak dapat digunakan kembali jika
pengguna masker N95 sudah melakukan tindakan yang menimbulkan
aerosol.
Melepas Masker
⁻ Ingatlah bahwa bagian depan masker telah terkontaminasi - JANGAN
SENTUH.
⁻ Lepaskan tali bagian bawah dan kemudian tali/karet bagian atas.
⁻ Buang ke tempat limbah infeksius.
c. Gaun Pelindung
Gaun pelindung digunakan untuk melindungi baju petugas dari
kemungkinan paparan atau percikan darah atau cairan tubuh, sekresi, ekskresi
atau melindungi pasien dari paparan pakaian petugas pada tindakan steril.
Mengacu pada Petunjuk Teknis Penggunaan APD Kementerian Kesehatan,
maka penggunaan coverall diutamakan sebagai perluasan area perlindungan
petugas dalam masa wabah COVID-19.
Bahan gaun yang digunakan kembali (reusable) terbuat dari polyester
atau kain katun-polyester. Gaun yang terbuat dari kain ini dapat dicuci dengan
aman sesuai prosedur rutin dan digunakan kembali. Prosedur pencucian yang
18
⁻ Lipat atau gulung menjadi gulungan dan letakkan di wadah yang telah di
sediakan untuk diproses ulang atau buang di tempat limbah infeksius.
e. Sepatu Pelindung
20
f. Topi Pelindung
Tujuan pemakaian topi pelindung adalah untuk mencegah jatuhnya
mikroorganisme yang ada di rambut dan kulit kepala petugas terhadap alat-
alat/daerah steril atau membran mukosa pasien dan juga sebaliknya untuk
melindungi kepala/rambut petugas dari percikan darah atau cairan tubuh dari
pasien.
Gambar 12. Rekomendasi APD bagi Tenaga Medis dan Paramedis Tingkat 1
22
Gambar 13. Rekomendasi APD bagi Tenaga Medis dan Paramedis Tingkat 2
23
Gambar 14. Rekomendasi APD bagi Tenaga Medis dan Paramedis Tingkat 3
C. DEKONTAMINASI PERALATAN PERAWATAN PASIEN
Dalam dekontaminasi peralatan perawatan pasien dilakukan
penatalaksanaan peralatan bekas pakai perawatan pasien yang terkontaminasi
darah atau cairan tubuh (pre-cleaning, cleaning, disinfeksi, dan sterilisasi) sesuai
Standar Prosedur Operasional (SPO) sebagai berikut :
a) Rendam peralatan bekas pakai dalam air dan detergen atau enzyme lalu
dibersihkan dengan menggunakan spons sebelum dilakukan disinfeksi tingkat
tinggi (DTT) atau sterilisasi.
b) Peralatan yang telah dipakai untuk pasien infeksius harus didekontaminasi
terlebih dulu sebelum digunakan untuk pasien lainnya.
c) Pastikan peralatan sekali pakai dibuang dan dimusnahkan sesuai prinsip
pembuangan sampah dan limbah yang benar. Hal ini juga berlaku untuk alat
yang dipakai berulang, jika akan dibuang.
d) Untuk alat bekas pakai yang akan di pakai ulang, setelah dibersihkan dengan
menggunakan spons, di DTT dengan klorin 0,5% selama 10 menit.
e) Peralatan nonkritikal yang terkontaminasi, dapat didisinfeksi menggunakan
alkohol 70%. Peralatan semikritikal didisinfeksi atau disterilisasi, sedangkan
peralatan kritikal harus didisinfeksi dan disterilisasi.
f) Untuk peralatan yang besar seperti USG dan X-Ray, dapat didekontaminasi
permukaannya setelah digunakan di ruangan isolasi.
D. PENGENDALIAN LINGKUNGAN
(1) Lakukan prosedur pembersihan dan desinfeksi secara rutin sekitar
lingkungan dengan cara mengelap seluruh permukaan lingkungan
ruangan dan pengepelan lantai ruangan dengan menggunakan cairan
detergen kemudian bersihkan dengan air bersih selanjutnya
menggunakan klorin 0.05 %. Cairan pembersih harus diganti setelah
digunakan di area perawatan pasien COVID-19.
24
E. PENGELOLAAN LIMBAH
Proses pengelolaan limbah dimulai dari identifikasi, pemisahan, labeling,
pengangkutan, penyimpanan hingga pembuangan/pemusnahan.
1) Identifikasi jenis limbah :
Secara umum limbah medis dibagi menjadi padat, cair, dan gas. Sedangkan
kategori limbah medis padat terdiri dari benda tajam, limbah infeksius, limbah
patologi, limbah sitotoksik, limbah tabung bertekanan, limbah genotoksik,
limbah farmasi, limbah dengan kandungan logam berat, limbah kimia, dan
limbah radioaktif.
2) Pemisahan Limbah
Tempatkan limbah sesuai dengan jenisnya, antara lain :
- Limbah infeksius : Limbah yang terkontaminasi darah dan cairan tubuh
masukkan kedalam kantong plastik berwarna kuning.
- Limbah non-infeksius : Limbah yang tidak terkontaminasi darah dan cairan
tubuh, masukkan ke dalam kantong plastik berwarna hitam.
- Limbah benda tajam : Limbah yang memiliki permukaan tajam, masukkan
kedalam wadah tahan tusuk dan air.
- Limbah cair segera dibuang ke tempat pembuangan/pojok limbah cair
(spoelhoek).
mengangkut limbah. Lift pengangkut limbah berbeda dengan lift pasien, bila tidak
memungkinkan atur waktu pengangkutan limbah
F. PENATALAKSANAAN LINEN
- Semua linen di ruang perawatan COVID-19 dianggap infeksius yang
dibagi menjadi dua yaitu linen kotor tidak ternoda darah atau cairan tubuh
dan linen ternoda darah atau cairan tubuh.
- Pisahkan linen kotor ternoda darah dan cairan tubuh dengan linen kotor
tanpa noda darah dan cairan tubuh, masukan kewadah infeksius yang
tertutup dan diberi label. Semua linen harus dikemas (dimasukan dalam
plastik infeksius) didalam ruang perawatan pasien
- Ganti linen setiap satu atau dua hari atau jika kotor dan sesuai dengan
kebijakan rumah sakit
- Linen harus ditangani dan diproses khusus untuk mencegah kontak
langsung dengan kulit dan membaran mukosa petugas, mengkontaminasi
pakaian petugas dan lingkungan
- Gunakan APD yang sesuai dengan risiko saat menangani linen infeksius
- Tempatkan linen bersih pada lemari tertutup, dan tidak bercampur dengan
peralatan lainnya
bekas pasien atau terpercik bahan infeksius maka perlu pengelolaan yang cermat
dan tepat serta efektif untuk mencegah semaksimal mungkin terjadinya infeksi
yang tidak diinginkan.
H. PENEMPATAN PASIEN
Penempatan pasien termasuk di sini penyesuaian alur guna menempatkan
pasien infeksius terpisah dengan pasien non infeksius. Disamping itu, penempatan
pasien disesuaikan dengan pola transmisi infeksi penyakit pasien (kontak, droplet,
airbone) sebaiknya ruangan tersendiri.
2.4 Sosialisasi
2.4.1 Definisi
Sosialisasi adalah suatu proses interaksi sosial melalui mana kita mengenal
cara-cara berpikir, berperasaan dan berperilaku, sehingga dapat berperan serta
secara efektif dalam masyarakat.8 Tanpa mengalami proses sosialisasi yang
memadai tidak mungkin seorang warga masyarakat akan dapat hidup normal tanpa
menjumpai kesulitan dalam masyarakat. jelas, bahwa hanya dengan menjalani
proses sosialisasi yang cukup banyak sajalah seorang individu warga masyarakat
akan dapat meyesuaikan segala tingkah pekertinya dengan segala keharusan
norma-norma sosial.8
30
Sosialisasi adalah proses penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai dan
aturan dari suatu generasi ke generasi lainnya dalam suatu kelompok masyarakat.
Sosialisasi berfungsi agar seorang individu dapat diterima dimasyarakat dan
tercipta suatu aturan social dalam masyarakat itu sendiri.9 Dalam proses sosialisasi
terjadi 3 proses yaitu : 9
1. Belajar kebiasaan dan aturan tersebut
2. Internalisasi, menjadikan kebiasaan dan aturan tersebut sebagai milik diri
3. Enkulturasi, yaitu membiasakan tindakan dan perilaku sesuai dengan
kebiasaan dan aturan yang telah dimiliki tadi.
Sosialisasi dalam penjaman makanan merupakan suatu proses belajar atau
mengetahui mengenai kebiasaan dan aturan ditempat kerja agar penjamah
makanan tersebut kelak mampu menjadikannya sebagai tindakan dan perilakunya
sehingga mampu meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja perusahaan
tempatnya bekerja. Media yang digunakanan dalam sosialisasi antara lain:
Handbook
Handbook atau buku pegangan adalah jenis buku rujukan yang
berisi ikhtisar pokok bahasan atau subjek tertentu mengenai suatu ilmu
pengetahuan yang dapat digunakan untuk petunjut dalam penerapan
praktik dan memberikan pengajaran. Handbook yang baik memiliki ciri-
ciri antara lain:
1. Kumpulan keanekaragaman informasi dalamsatu atau beebrapa subjek
yang saling berhubungan.
2. Memuat unsur what, why, when dan how.
3. Memuat intruksi-intruksi bimbingan dan informasi
Informasi atau petunjuk praktis mengenai suatu jenis pekerjaan atau
kegiatan kerja suatu alat.
Leaflet
Leaflet (sering juga disebut pamphlet) merupakan sehelai kertas dari bahan
agak kaku yang mudah dilipat sebagai sarana untuk menginformasi dan
mengkomunikasikan produk, jasa, layanan, proses atau prosedur tertentu.
Ciri-ciri desain leaflet adalah sebagai berikut:
1. Lembaran leaflet terdiri dari dua muka (halaman), yang dirancang
sesuai dengan bentuk lipatan kertas
2. Jumlah lipatan dapat dua, tiga atau empat lipatan
3. Ukuran kertas A4, Folio atau 20 cm x 30cm
4. Informasi yang terkandung dalam leaflet singkat, dan padat. Isi harus
bisa ditangkap dengan sekali baca. Umumnya berisi tulisan 200 –400
kata.
Flyer (bentuk seperti leaflet tetapi tidak terlipat)
Flif chart (lembar balik, dimana dalam bentuk buku tiap lembar berisi
gambar peragaan dan kalimat yang berkaitan dengan gambar tersebut)
Rubrik atau tulisan – tulisan pada surat kabar atau majalah
Foto
35
b. Media elektronik
Media elektrolik sebagai sasaran untuk menyampaikan pesan – pesan atau
informasi kesehatan berbeda – beda jenisnya, antara lain :
Televisi (sandiwara, sinetron, forum diskusi atau tanya jawab, pidato, TV
spot, kuis atau cerdas cermat)
Radio (obrolan atau tanya jawab, sandiwara radio, ceramah, dan radio
spot).
Video.
Slide.
Film strip.
c. Media papan
Papan atau billboard yang dipasang di tempat umum dapat diisi dengan
pesan atau informasi kesehatan. Media papan ini juga mencakup pesan –
pesan yang ditulis pada lembaran seng ditempel pada kendaraan – kendaraan
umum.
4. Action
a. Standarisasi perubahan
Pertimbangkan area mana saja yang mungkin diterapkan
Revisi proses yang sudah diperbaiki
Modifikasi standar, prosedur dan kebijakan yang ada
Komunikasi pada seluruh staf, pelanggan atas perubahan yang
dilakukan
Lakukan pelatihan jika perlu
Mengembangkan rencana yang jelas
Dokumentasikan proyek
b. Memonitor perubahan
Memonitor pengukuran dan pengendalianproses secara teratur.
Berikut adalah gambar PDCA cycle yang mempunyai empat tahapan utama yaitu
Plan, Do, Check, Action.
PLAN
PDCA
ACTION DO
cycle
CHECK
40