Anda di halaman 1dari 123

Kesehatan Haji

LATAR BELAKANG
• Tugas nasional yang dilaksanakan oleh
pemerintah secara inter departemental
• Departemen Kesehatan bertanggung jawab
dalam pembinaan dan pelayanan kesehatan
calon/ jemaah haji Indonesia
• Tanggung jawab pelayanan ini sejak sebelum
keberangkatan ke Arab Saudi, diperjalanan
pergi/ pulang, selama di Arab Saudi dan
setelah kembali ke tanah air.
LATAR BELAKANG
• Penyelenggaraan ibadah haji bertujuan untuk
memberikan pembinaan, pelayanan dan
perlindungan yang sebaik-baiknya melalui
sistem dan manajemen penyelenggaraan yang
terpadu agar pelaksanaan ibadah haji dapat
berjalan dengan aman, tertib, lancar dan
nyaman sesuai dengan tuntunan agama serta
jemaah haji dapat melaksanakan ibadah haji
secara mandiri sehingga diperoleh haji
mabrur.
Tantangan pelayanan kesehatan haji
• meningkatnya jumlah calon jemaah haji risiko
tinggi
• beragamnya latar belakang pendidikan, etnis dan
sosial budaya
• kondisi fisik yang kurang baik
• kondisi lingkungan di Arab Saudi yang berbeda
secara bermakna dengan kondisi di tanah air
– perbedaan musim (panas, dingin)
– kelembaban udara yang rendah
– perbedaan lingkungan sosial budaya
Tantangan pelayanan kesehatan haji
• keterbatasan waktu perjalanan ibadah haji
• kepadatan populasi jemaah haji pada saat
wukuf di Arafah maupun melontar jumrah di
Mina
Tujuan umum
• Meningkatnya kondisi kesehatan calon/
jemaah haji Indonesia serta terbebasnya
masyarakat Indonesia/ Internasional dari
transmisi penyakit menular yang mungkin
terbawa keluar/ masuk oleh calon/ jemaah
haji Indonesia


Tujuan Khusus
• Terindentifikasinya calon jemaah haji yang
memenuhi persyaratan kesehatan untuk ibadah
haji.
• Terbinanya kondisi kesehatan calon jemaah haji
dan kemandirian pemeliharaan kesehatan.
• Tersedianya petugas kesehatan haji yang
berpengetahuan, terampil, berdedikasi dan
profesional disetiap jenjang pelayanan kesehatan
haji.
Tujuan Khusus
• Meningkatnya surveilans, sistem kewaspadaan
dini dan respon KLB.
• Terwujudnya kesiapsiagaan dalam
mengantisipasi penanggulangan bencana dan
musibah masal pada jemaah haji Indonesia.
• Tersedianya data/ informasi cepat, tepat,
terpercaya dan diseminasi informasi
kesehatan haji.
Tujuan Khusus
• Terbinanya kerjasama dan kemitraan lintas
program, sektor, bilateral dan multilateral
tentang kesehatan haji.
• Tersedianya obat dan alat kesehatan sesuai
dengan kebutuhan.
• Menurunnya angka kunjungan sakit dan angka
kematian jemaah haji di Arab Saudi.

Sasaran
• Sasaran penyelenggaraan kesehatan haji
Indonesia adalah seluruh calon/ jemaah haji sejak
terdaftar di daerah asal, di perjalanan, selama di
Arab Saudi dan 14 hari setelah kembali dari Arab
Saudi, pengelola kesehatan haji, tenaga
kesehatan, instansi pemerintah di semua jenjang
administrasi yang bertanggung jawab dalam
penyelenggaraan haji, dan petugas kesehatan haji
(Tim Kesehatan Haji Indonesia dan Panitia
Penyelenggaran Ibadah Haji di Arab Saudi bidang
kesehatan) ◄
Target
• Seluruh Puskesmas pemeriksa kesehatan
calon jemaah haji dan Dinas Kesehatan
Daerah Kabupaten/ Kota melaksanakan
pemeriksaan, rujukan dan pembinaan
kesehatan sesuai dengan standar.
• Cakupan pemeriksaan kesehatan calon
jemaah haji 100 %.
• Cakupan tes kehamilan pada calon jemaah
haji wanita pasangan usia subur ( PUS ) 100%.
Target
• Cakupan imunisasi Meningitis meningokokus
tetravalen 100 % dengan Indeks Pemakaian (IP) 9
• Frekuensi KLB menurun.
• Menurunnya angka kunjungan dan angka
kematian.
• Seluruh pelabuhan Embarkasi/ Debarkasi Haji
melaksanakan pemeriksaan dokumen kesehatan
haji sesuai dengan standar.
• Cakupan pengumpulan Kartu Kewaspadaan
Kesehatan Jemaah Haji (K3JH) 80 % ◄
Kegiatan pokok pelayanan kesehatan
haji
• Pemeriksaan kesehatan calon jemaah haji
• Pembinaan kesehatan calon jemaah haji
• Pelayanan medis
• Imunisasi
• Surveilans
• Kesiapsiagaan Penanggulangan KLB dan
Musibah Masal
• Kesehatan Lingkungan
Tahap - Tahap Pemeriksaan Kesehatan
Calon Jemaah Haji
• Pemeriksaan Kesehatan I
• Pemeriksaan Kesehatan II
Pemeriksaan Kesehatan I
• Pemeriksaan kesehatan I dilaksanakan di
puskesmas oleh dokter puskesmas sebagai
pemeriksa kesehatan, dibantu tenaga
keperawatan dan analis laboratorium
puskesmas sebelum melunasi Biaya Perjalanan
Ibadah Haji (BPIH) ke Bank Penerima Setoran
(BPS)
Pemeriksaan Kesehatan I
• Pemeriksaan kesehatan I dilakukan untuk
mengetahui faktor risiko calon jemaah haji
dan selanjutnya dilakukan manajemen
terhadap faktor risiko tersebut sehingga calon
jemaah haji mencapai kesehatan yang optimal
untuk menunaikan ibadah haji.
Pemeriksaan Kesehatan I
• Pada saat pemeriksaan kesehatan I tersebut,
foto harus sudah ditempel pada lembar Surat
Keterangan Kesehatan yang akan diserahkan
ke BPS dan sesuai dengan wajah calon jemaah
haji. Selanjutnya calon jemaah haji diingatkan
bahwa setelah memperoleh kursi (seat) atau
terdaftar di Siskohat, calon jemaah haji harus
kembali ke puskesmas untuk dilakukan
pembinaan lebih lanjut dan dibuatkan buku
kesehatan
Pemeriksaan Kesehatan I
• Pasfoto yang ditempel pada buku kesehatan
dan surat keterangan kesehatan harus sama
dengan pasfoto yang digunakan untuk paspor
haji dan berukuran 4 x 6 cm kemudian
dibubuhi stempel puskesmas dan harus
mengenai pasfoto.
Pemeriksaan Kesehatan I
• Bila yang diperiksa calon jemaah haji wanita
sebaiknya pemeriksa kesehatan adalah dokter
wanita. Apabila yang memeriksa dokter pria
harus didampingi oleh perawat wanita.
• Data hasil pemeriksaan kesehatan calon jemaah
haji harus ditulis dengan lengkap dan benar
dalam BKJH dan dapat dipertanggung jawabkan
kebenarannya sesuai dengan lembar I Petunjuk
Pengisian Buku Kesehatan Jemaah Haji terlampir
Pemeriksaan Kesehatan I
• Tenaga kesehatan harus mengisi kode diagnosis
sesuai dengan hasil pemeriksaan kesehatan calon
jemaah haji, sesuai dengan lembar II petunjuk
pengisian terlampir. Calon jemaah haji yang hasil
pemeriksaan kesehatannya BAIK atau KURANG
BAIK kesehatannya, tetapi besar harapan dapat
disembuhkan sebelum keberangkatannya, maka
buku kesehatannya dapat ditanda tangani
langsung oleh dokter pemeriksa dengan catatan
harus mengikuti pengobatan dan pembinaan
kesehatan secara teratur
Pemeriksaan Kesehatan I
• Khusus untuk calon jemaah haji wanita pasangan
usia subur (PUS) perlu dilakukan pemeriksaan tes
kehamilan (bagi puskesmas yang sudah mampu).
Bagi yang tidak hamil ditekankan untuk
mengikuti keluarga berencana (KB), untuk
mencegah kehamilan sampai keberangkatan.
Kemudian menanda tangani surat pernyataan
pada buku kesehatan bahwa jika ternyata hamil
menjelang saat keberangkatan bersedia menunda
keberangkatannya ke Arab Saudi
Pemeriksaan Kesehatan I
• Bagi wanita hamil dengan usia kehamilan kurang dari
14 minggu dan lebih dari 26 minggu harus menunda
keberangkatannya sesuai dengan Surat Keputusan
Bersama (SKB) Menteri Agama dan Menteri Kesehatan
serta peraturan penerbangan Internasional
• Bagi wanita hamil dengan usia kehamilan antara 14 s/d
26 minggu dan telah divaksinasi Meningitis
meningokokus tetravalen sebelum hamil diizinkan
berangkat dengan syarat menanda tangani surat
pernyataan bersedia menanggung segala risikonya
Pemeriksaan Kesehatan I
• Khusus bagi calon jemaah haji usia lanjut (Usia
>60 tahun ) selain dilakukan pemeriksaan
laboratorium (darah dan urin) perlu dirujuk ke
Rumah Sakit Kabupaten/ Kota untuk dilakukan
pemeriksaan EKG, foto thorak dan kimia darah
sesuai indikasi. Hasil pemeriksaan dilampirkan
pada Buku Kesehatan Jemaah Haji
Pemeriksaan Kesehatan I
• Bagi calon jemaah haji yang batuk lebih dari 3
minggu, dilakukan pemeriksaan laboratorium
Basil Tahan Asam (BTA) dan foto thorak.
Apabila hasilnya positif maka diberi
pengobatan sesuai dengan ketentuan Program
Pemberantasan TB Paru Nasional
Pemeriksaan Kesehatan I
• Hasil pemeriksaan kesehatan harus ditulis
sesuai kode diagnosis calon jemaah haji risti
maksimal 5 kode dengan urutan pertama yang
terberat.


Pemeriksaan Kesehatan II
• Pemeriksaan kesehatan II dilaksanakan oleh Tim
Penyelenggara Kesehatan Haji Kabupaten/ Kota
dengan penanggung jawab Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/ Kota yang anggotanya
terdiri dari Dinas Kesehatan dan Rumah Sakit
Umum Kabupaten/ Kota
• Pemeriksaan kesehatan II dilakukan terhadap
seluruh calon jemaah haji untuk menentukan
layak tidaknya calon jemaah haji berangkat ke
Arab Saudi
Pemeriksaan Kesehatan II
• Pelaksana pemeriksaan kesehatan II dan rujukan
adalah dokter, perawat dan tenaga kesehatan
lainnya (dinas kesehatan dan rumah sakit) dan
atau dokter yang pernah bertugas sebagai Tim
Kesehatan Haji Indonesia (TKHI) atau Tim
Kesehatan Haji Daerah (TKHD) yang ditetapkan
oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota
• Tim Pelaksana Penerima Rujukan Kabupaten/
Kota adalah dokter spesialis yang ditetapkan oleh
Tim Penyelenggara Kesehatan Haji Kabupaten/
Kota
Pemeriksaan Kesehatan II
• Pada saat memeriksa calon jemaah haji,
tenaga kesehatan harus memeriksa dengan
teliti apakah calon jemaah haji yang diperiksa
sesuai dengan foto yang terdapat dalam BKJH
• Bagi calon jemaah haji wanita pasangan usia
subur harus dilakukan tes kehamilan sebelum
divaksinasi Meningitis meningokokus
tetravalen
Pemeriksaan Kesehatan II
• Dokter pemeriksa kesehatan II harus menentukan
kesimpulan sesuai dengan hasil pemeriksaan,
yang dinyatakan BAIK atau TIDAK BAIK
• Bagi calon jemaah haji yang BAIK kesehatannya
diberikan imunisasi Meningitis meningokokus
tetravalen. BKJH diisi dengan lengkap dan ditanda
tangani oleh dokter pemeriksa kesehatan II dan
selanjutnya dianjurkan untuk mengikuti
pembinaan kesehatan hingga waktu
keberangkatan ke pelabuhan Embarkasi Haji
Pemeriksaan Kesehatan II
• Bagi calon jemaah haji yang TIDAK BAIK
kesehatannya tetapi menurut dokter
pemeriksa kesehatan dapat disembuhkan
sebelum keberangkatan maka kesimpulan
hasil pemeriksaan ditentukan setelah
pengobatan terakhir dan apabila sampai
dengan pengobatan terakhir tidak sembuh
maka dinyatakan tidak baik kesehatannya dan
ditunda/ ditolak keberangkatannya
Pemeriksaan Kesehatan II
• Bagi calon jemaah haji penderita penyakit
menular yang membahayakan diri sendiri
maupun orang lain, dilakukan pengobatan hingga
tidak membahayakan lagi. Jika memerlukan
pengobatan yang lama dan diperkirakan tidak
sembuh hingga saat keberangkatan ke Arab
Saudi, maka dokter pemeriksa kesehatan II
bersama Tim Penyelenggara Kesehatan Haji
Kabupaten/ Kota memutuskan menunda/
menolak keberangkatan calon jemaah haji
tersebut
Pemeriksaan Kesehatan II
• Bagi calon jemaah haji berumur lebih dari 60
tahun dan sesuai dengan indikasi agar
dilengkapi dengan hasil foto thorak, EKG, dan
laboratorium kimia darah, hasilnya ditulis dan
dilampirkan pada BKJH
Pemeriksaan Kesehatan II
• Seluruh hasil pemeriksaan kesehatan II ditulis
secara lengkap sesuai status kesehatannya di
BKJH dan dapat dipertanggung jawabkan akan
kebenaran isinya
Pemeriksaan Kesehatan II
• Pelanggaran terhadap pelaksanaan pemeriksaan
kesehatan calon jemaah haji dapat dikenakan sanksi
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.


Imunisasi Meningitis Meningokokus
• Tujuan
• Penatalaksanaan Imunisasi Meningitis
Meningokokus
• Cara Pelarutan dan Cara Imunisasi
• Efikasi Vaksin, Daya Lindung dan Imunisasi Ulang
(Revaksinasi)
• Kontraindikasi
• Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI)
• Pencatatan
TUJUAN
• Tujuan imunisasi meningitis meningokokus
tetravalen untuk memberikan kekebalan
tubuh terhadap penyakit Meningitis
meningokokus tertentu, sesuai dengan vaksin
yang diberikan pada calon jemaah haji


PENATALAKSANAAN IMUNISASI
MENINGITIS MENINGOKOKUS
• Imunisasi Meningitis meningokokus tetravalen
pada calon jemaah haji diberikan minimal 10 hari
sebelum keberangkatan ke Arab Saudi
• Bila imunisasi diberikan kurang dari 10 hari sejak
keberangkatan ke Arab Saudi harus diberikan
profilaksis dengan Ciprofloxacin 500 mg dosis
tunggal
• Pelaksanaan imunisasi bersamaan dengan
pemeriksaan kesehatan II di Dinas Kesehatan
Kabupaten/ Kota.
• Komposisi Vaksin dan Kemasan
• Vaksin mencevak ACW135Y adalah preparat
polisacharida murni yang diambil dari bahan
Neisseria meningitidis group ACW135Y.
• Terdapat dua kemasan yaitu; dosis tunggal dan
multi dosis (10 dosis).
• Cara Penyimpanan Vaksin
– Penyimpanan vaksin dalam lemari es pada suhu 2 –
8oC
– Pelarut dapat disimpan dalam suhu kamar ◄
Cara Pelarutan dan Cara Imunisasi
• Ambil cairan pelarut, seluruh cairan pelarut
disedot ke dalam semprit kemudian
dimasukkan ke dalam botol vaksin, kocok
perlahan-lahan sampai vaksin larut semua
• Vaksin yang telah dilarutkan disimpan dalam
thermos es atau lemari es dengan suhu 2- 80 C
• Vaksin diberikan dengan dosis 0,5 cc untuk
umur 2 tahun keatas dan 0,3 cc untuk umur
dibawah 2 tahun
Cara Pelarutan dan Cara Imunisasi
• Kulit di lengan kiri atas di desinfeksi dengan
kapas alkohol kemudian dengan
menggunakan semprit 1 cc vaksin disuntikkan
secara subkutan dalam
• Vaksin yang telah dilarutkan dan atau sisa
vaksin yang telah dipakai tidak dapat
digunakan lagi setelah delapan jam

Efikasi Vaksin, Daya Lindung dan
Imunisasi Ulang (Revaksinasi)
• Efikasi vaksin : 95 %
• Daya lindung/ proteksi kekebalan : 2 tahun,
antibody terbentuk 10 hari setelah imunisasi.
• Imunisasi ulang dilakukan setelah 2 tahun.


Kontra Indikasi
• Wanita hamil, panas tinggi serta bagi mereka
yang peka atau alergi terhadap phenol.


Kejadian Ikutan Paska Imunisasi (KIPI)
• Hampir tidak ada, kadang-kadang timbul bercak
kemerahan (skin rash) yang sangat ringan dan
dapat terjadi Syok Anaphilaksis (renjatan)
• Bila terjadi syok dapat diatasi dengan suntikan
Adrenalin 1 : 1000 dengan dosis 0,2 – 0,3 cc
secara Intra Musculair (IM)
• Untuk tindakan pengamanan bagi calon jemaah
haji setelah diimunisasi meningitis meningokokus
tetravalen dianjurkan menunggu 30 menit. ◄
Pencatatan
• Setelah imunisasi meningitis meningokokus
tetravalen kemudian dicatat pada kartu
International Certificate of Vaccination (ICV):
nama calon jemaah haji, nomor paspor,
tanggal imunisasi, nama vaksin, nomor
vaksin/batch number dan dosis.
Pencatatan
• ICV ditanda tangani oleh dokter, baik dokter
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota atau
dokter yang ditunjuk, dokter Kepala KKP
Embarkasi/ dokter yang ditunjuk dan
distempel “Port Health Authority” (bukan
stempel dinas kesehatan kabupaten/ kota atau
puskesmas).
Pencatatan
• Bagi calon jemaah haji yang tidak mempunyai
bukti imunisasi Meningitis meningokokus
tetravalen harus imunisasi di pelabuhan
Embarkasi dan diberi kartu ICV serta minum
Cyprofloxacin 500 mg dosis tunggal sebagai
profilaksis.


Surveilans Epidemiologi (SE)
• Tujuan
• Kegiatan
• Sasaran
TUJUAN
• Tujuan SE kesehatan haji adalah mencegah
keluarnya penyakit menular dari Indonesia
dan masuknya penyakit menular dari luar
negeri yang mungkin terbawa oleh calon/
jemaah haji ke Indonesia, mengetahui
distribusi penyakit, kematian menurut waktu
dan tempat serta faktor risiko yang terdapat
pada calon/ jemaah haji Indonesia ◄
KEGIATAN
• Pengumpulan, pengolahan, analisis dan
disiminasi data atau informasi, dilakukan sejak
calon jemaah haji melakukan pemeriksaan
kesehatan di daerah asal, diperjalanan, selama di
Arab Saudi dan setelah kembali dari Arab Saudi
sampai ke daerah asal selama 14 hari.
• Pengamatan terhadap jemaah haji sakit dan
wafat baik di Arab Saudi, di embarkasi/ debarkasi
haji dan sekembalinya dari Arab Saudi.
KEGIATAN
• Pengamatan terhadap kesehatan lingkungan
di Indonesia dan Arab Saudi.
• Sumber data SE kesehatan haji meliputi hasil
pemeriksaan kesehatan calon jemaah haji di
puskesmas dan dinas kesehatan kabupaten/
kota, laboratorium, rumah sakit dan unit-unit
rujukan lainnya baik di Indonesia maupun di
Arab Saudi.
KEGIATAN
• SE dilakukan melalui jejaring surveilans kesehatan
haji (net working) sejak di tanah air sampai
dengan di Arab Saudi.
• Pengumpulan, pengolahan, analisis dan
diseminasi data atau informasi, dilakukan dengan
menggunakan fasilitas sistem komputerisasi haji
terpadu (Siskohat) bidang kesehatan di Arab
Saudi, pusat, embarkasi/ debarkasi haji dan dinas
kesehatan provinsi yang telah tersedia jaringan
Siskohat bidang kesehatan.
KEGIATAN
• Pengumpulan, pengolahan, analisis dan
diseminasi data atau informasi di puskesmas,
dinas kesehatan kabupaten/ kota dan dinas
kesehatan provinsi yang belum tersedia
jaringan Siskohat bidang kesehatan dilakukan
dengan mengirim laporan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
KEGIATAN
• Dinas kesehatan Kabupaten/ Kota bersama-
sama petugas puskesmas melaksanakan SE
paska haji dengan mengamati kondisi
kesehatan jemaah haji secara pasif dan aktif.
– SE secara pasif adalah jemaah haji mengirimkan
K3JH setelah 14 hari setibanya di daerah asal ke
Puskesmas pemeriksaan awal/ terdekat.
KEGIATAN
– SE secara aktif adalah petugas puskesmas
mengunjungi ke rumah jemaah haji untuk
mengetahui kondisi kesehatannya apabila setelah
14 hari jemaah haji tidak mengirimkan K3JH.
– Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota bertanggung
jawab mengkoordinasikan pelaksanaan SE yang
dilaksanakan oleh Puskesmas.
– Pembiayaan SE secara aktif disediakan oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten/ Kota.
KEGIATAN
• Pembiayaan SE kesehatan haji di Arab Saudi
bersumber pada biaya PPIH di Arab Saudi.


SASARAN
• Sasaran SE meliputi penyakit menular sesuai
dengan ketentuan Undang-undang Karantina,
Undang-undang Wabah Penyakit Menular,
International Health Regulation (IHR),
penyakit tidak menular, keracunan dan
kesehatan lingkungan.


Penanggulangan KLB dan Musibah
• Sistem Kewaspadaan Dini (SKD) dan Respon
KLB
• Penanggulangan KLB
• Penanggulangan Bencana dan Musibah
Massal
SKD dan Respon KLB
• Tujuan SKD dan Respon KLB
• Kegiatan SKD dan Respon KLB Calon / Jemaah
Haji
Tujuan SKD dan Respon KLB
• Terwujudnya sikap tanggap petugas terhadap
kondisi yang mengancam terjadinya KLB untuk
melakukan tindakan pencegahan dan atau
tindakan dini terhadap KLB penyakit,
keracunan makanan
Tujuan SKD dan Respon KLB
• Terlaksananya pemantauan, tanggap dalam
melakukan respon terhadap peningkatan
kesakitan, kematian, penurunan kinerja
pelayanan kesehatan, memburuknya sanitasi,
lemahnya pengamanan kesehatan makanan
dan penurunan status kesehatan imunitas
calon/ jemaah haji.

Kegiatan SKD dan Respon KLB
• Persiapan SKD dan KLB
• Kegiatan Operasional
• Kesiap-siagaan
• Lain-lain
Persiapan SKD dan KLB
• Identifikasi Penyakit potensial wabah pada calon /
jemaah haji Indonesia yang perlu diwaspadai
adalah penyakit Diare, Malaria, Demam berdarah,
Pes, Kholera, Yellow fever, Meningitis
meningokokus, Influenza, Rift Valley Fever (RVF),
Ebola, Hepatitis, Tifus bercak wabah dan
keracunan serta identifikasi faktor yang
berpengaruh meliputi faktor risiko pada populasi,
lingkungan, sarana dan prasarana yang tersedia
serta sumber daya manusia.
Persiapan SKD dan KLB
• Mekanisme pelaporan sesuai dengan jejaring SKD
respon KLB, dimulai dari tingkat puskesmas,
kabupaten, provinsi, embarkasi dan debarkasi
haji, pusat ( Ditjen PPM & PL ) selama di Arab
Saudi dan sekembalinya dari Arab Saudi. Setiap
tingkat pelaporan melibatkan pihak terkait
misalnya laboratorium kesehatan, Rumah sakit
maupun Sistem Komputerisasi Haji Terpadu
bidang kesehatan.
• Pelatihan dan gladi bersih. ◄
Kegiatan Operasional
• Surveilans terhadap kejadian kesakitan dan
kematian.
• Surveilans terhadap indikator faktor risiko.
• Penyelidikan keadaan rawan KLB penyakit,
keracunan atau adanya dugaan KLB.
• Peningkatan kesiapsiagaan operasional.
• Penanggulangan KLB. ◄
Kesiapsiagaan
• Tersedianya SDM yang terlatih dan siap pakai.
• Adanya tim ahli yang mudah diakses untuk
konsultasi dan tersedianya referensi.
• Tersedianya fasilitas komunikasi (telphone,
faximile, e-mail, website, dll).
• Tersedianya fasilitas transportasi (kendaraan
operasional, ambulance dll).
• Tersedianya prosedur kerja tetap (Protap/
SOP). ◄
Lain-lain
• Pembiayaan SKD dan respon KLB dan
jejaringnya agar dialokasikan biaya
penanggulangan KLB di Dinas Kesehatan
Provinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota
dan KKP.
• Biaya rujukan dan perawatan selama di
embarkasi/ debarkasi haji dan selama di Arab
Saudi dibebankan pada PPIH di embarkasi/
debarkasi dan PPIH di Arab Saudi.
• Biaya SKD dan respon KLB selama di Arab
Saudi dibebankan pada PPIH di Arab Saudi.
• Apabila KLB terjadi lintas provinsi dan
memerlukan fasilitasi dan asistensi maka
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi tempat KLB
dapat mengajukan usulan penanggulangan
KLB ke Ditjen PPM & PL.
Penanggung jawab penyelidikan dan
penanggulangan KLB
• Di Kabupaten/ Kota termasuk wilayah
disekitar asrama haji embarkasi penanggung
jawabnya Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota.
• Diperjalanan lintas Kabupaten/ Kota menuju
pelabuhan embarkasi/ debarkasi-antara dan
atau embarkasi/ debarkasi haji penanggung
jawabnya adalah Dinas Kesehatan Provinsi.
Penanggung jawab penyelidikan dan
penanggulangan KLB
• Di Asrama Transito Kabupaten/ Kota dan
Provinsi penanggung jawabnya adalah masing-
masing Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota dan
Provinsi.
• Di dalam asrama haji embarkasi/ debarkasi-
antara dan di pelabuhan embakasi/ debarkasi-
antara penanggung jawabnya adalah Kepala
KKP.
Penanggung jawab penyelidikan dan
penanggulangan KLB
• Di dalam asrama haji embarkasi dan
pelabuhan embarkasi/ debarkasi haji
penanggung jawabnya adalah Kepala KKP.
• Pada saat debarkasi petugas KKP mencatat
tanggal kedatangan dan membubuhkan
stempel pada Kartu Kewaspadaan Kesehatan
Jemaah Haji (K3JH) sebagai dasar pelaksanaan
SKD dan respon KLB di daerah asal.
• KLB pada calon/ jemaah haji dilaporkan
secepatnya dalam waktu 24 jam melalui
telepon, fax, email dan atau formulir WI
secara berjenjang sampai ke Ditjen PPM & PL
(Cq. Subdit Kesehatan Haji).
• Pada saat pemberangkatan calon jemaah haji
menuju asrama transito, asrama embarkasi/
debarkasi-antara atau asrama embarkasi/
debarkasi haji perlu dilakukan pengawalan
oleh tim kesehatan tempat asal calon jemaah
haji.
• Tim pengawal kesehatan terdiri dari dokter
dan tenaga keperawatan disertai fasilitas obat
dan alat kesehatan serta ambulans.
• Biaya tim pengawal kesehatan calon
jemaah haji dibebankan kepada Pemerintah
Daerah setempat.


Penanggulangan KLB
• Tujuan
• Kegiatan Penanggulangan KLB
Tujuan
• Meningkatkan upaya pencegahan dan
penanggulangan KLB penyakit menular, tidak
menular, keracunan, kepada para calon/
jemaah haji agar mereka terlindungi dan
terhindar dari bahaya tersebut.
• Mencegah dan memutuskan rantai
penularan/transmisi penyakit menular yang
terbawa oleh calon/jemaah haji dari Indonesia
ke luar negeri dan atau sebaliknya.
Tujuan
• Menurunkan frekuensi KLB.
• Menurunkan jumlah kasus dan kematian
dalam suatu KLB.
• Memperpendek periode KLB.
• Terwujudnya kesiapsiagaan petugas haji dalam
mengantisipasi dan menanggulangi KLB
penyakit menular, tidak menular, keracunan
makanan. ◄
Kegiatan Penanggulangan KLB
• Menetapkan populasi rentan terhadap KLB
berdasarkan waktu, tempat dan kelompok
masyarakat.
• Melakukan upaya pencegahan melalui
perbaikan kondisi kesehatan dan lingkungan
yang menyebabkan timbulnya kerentanan
dalam suatu populasi.
• Memantapkan pelaksanaan SKD dan respon
KLB.
Kegiatan Penanggulangan KLB
• Memantapkan keadaan kesiapsiagaan
menghadapi kemungkinan timbulnya KLB.
• Melakukan penyelidikan epidemiologi dan
penanggulangan pada saat terjadi KLB.
• Mengkaji data atau informasi KLB.


Penanggulangan Bencana dan
Musibah Massal
• Tujuan
• Kegiatan Penanggulangan dan Musibah Masal
– Di Indonesia
– Di Arab Saudi
Tujuan
• Meningkatkan upaya kesiapsiagaan dalam
penanggulangan bencana dan musibah masal.
• Menurunkan jumlah kasus dan kematian
dalam suatu bencana dan musibah masal.
• Terwujudnya kesiapsiagaan petugas haji dalam
mengantisipasi dan menanggulangi bencana
dan musibah masal.
• Mencegah timbulnya KLB penyakit menular
pasca bencana dan musibah masal
Di Indonesia
• Kegiatan Pra Bencana dan Musibah Masal
• Kegiatan Pada Saat Bencana dan Musibah
Masal
• Langkah-langkah Cepat Penilaian Kesehatan
Kegiatan Pra Bencana dan Musibah
Masal
• Membentuk Tim Penanggulangan bencana dan
musibah masal yang anggotanya terdiri dari
Ditjen PPM & PL bekerja sama dengan lintas
program dan lintas sektor terkait.
• Meningkatkan SDM yang terampil yaitu SDM
yang memiliki pengetahuan tentang
penanggulangan kesehatan pada bencana,
memiliki dedikasi / kemauan untuk bekerja dalam
situasi yang serba terbatas, memiliki hubungan
kerja yang baik dengan pihak lain.
• Menyediakan sarana dan prasarana
• Menyusun prosedur kerja tetap/ SOP
• Meningkatkan kesiapsiagaan penanggulangan
bencana dan musibah masal pada pra, saat
kejadian dan paska kejadian.


Kegiatan Pada Saat Bencana dan
Musibah Masal
• Penilaian cepat kesehatan (Rapid Health
Asessment), merupakankegiatan untuk
mengidentifikasi dampak bencana dan
musibah masal pada kesehatan, kebutuhan
kesehatan dan prioritas kegiatan kesehatan
untuk penanggulangan.
• Penanggulangan gawat darurat medis massal
• Pelayanan kesehatan dasar, termasuk gizi dan
kesehatan keluarga.
• Surveilans penyakit menular
• Penyehatan lingkungan melalui upaya
kesehatan lingkungan.
• Pemberantasan penyakit menular.


Langkah-langkah Cepat Penilaian
Kesehatan
• Pengumpulan data dan informasi kegiatan
dimulai dengan memanfaatkan peta daerah
setempat yang tersedia
• Analisis data, informasi dan penyajiannya
• Rekomendasi hasil penilaian cepat kesehatan
digunakan untuk menentukan upaya
penanggulangan selanjutnya, yang memuat
antara lain:
– Bantuan obat-obatan, bahan dan peralatan yang
diperlukan.
– Bantuan tenaga kesehatan. ◄
Di Arab Saudi
• Meningkatkan intensitas pelayanan dan
memberdayakan tenaga, sarana prasarana
serta optimalisasi kerjasama dengan sistem
yang telah ada di Arab Saudi.
• Meningkatkan kesiapsiagaan penanggulangan
Bencana/Musibah masal pada pra, saat
kejadian dan paska kejadian.
• Membagi tiga daerah bencana atau musibah
masal pada saat terjadi bencana yaitu : Daerah
Lingkaran Satu (DLS), Daerah Lingkaran Dua
(DLD), Daerah Lingkaran Tiga (DLT).
• Kegiatan pelaksanaan pelayanan kesehatan pada
penanggulangan bencana/musibah masal di Arab
Saudi, merupakan perwujudan kesatuan persepsi,
gerak, tindakan, komando yang terorganisasi dan
terintegrasi dengan berbagai pihak yang terkait.
• Struktur organisasi kesiapsiagaan
penanggulangan bencana atau musibah
masal mengikuti struktur organisasi PPIH di
Arab Saudi sebagai mana tercantum dalam
lembar III terlampir.
Jejaring Penanggulangan Bencana dan
Musibah Masal
• Duta Besar RI, selaku Koordinator
Penyelenggaraan Ibadah Haji di Arab Saudi.
• Departemen Luar Negeri
• Konjen RI di Jeddah selaku Koordinator harian
Penyelenggaraan Ibadah Haji di Arab Saudi.
• Kepala Bidang Urusan Haji selaku Kepala Staf
Penyelenggaraan Ibadah Haji di Arab Saudi.
• Unit-unit pada PPIH di Arab Saudi
• Amirul Hajj dan Naib Amirul Hajj.
• Departemen Kesehatan Kerajaan Arab Saudi
• FETP Arab Saudi
• Perwakilan Kesehatan Negara Islam Regional
Asean di Arab Saudi.
• Perwakilan Kesehatan Negara Islam secara
Internasional (OKI)
• Ditjen BIUH di Depag.( Ditgara, Ditbina, Sub Dit
Informasi )
• Siskohat Nasional Depag
• Badan Koordinasi Nasional penanggulangan
Bencana (Bakornas-PB)
• Pokja PB Bidang Kesehatan
• Pusat Penanggulangan Masalah kesehatan,
Depkes RI
• Ditjen PPM & PL ( Sub Dit Kesehatan Haji ). ◄
Kesehatan Lingkungan
• Tujuan
• Kegiatan
• Pelaksanaan
Tujuan
• Mengendalikan faktor risiko lingkungan untuk
mewujudkan kondisi lingkungan yang sehat,
nyaman dan calon jemaah haji terbebas dari
penularan penyakit


Kegiatan
• Penyuluhan kesehatan lingkungan dan kesehatan
perorangan (personal higyne) dilaksanakan sejak
pembinaan kesehatan calon jemaah haji di
puskesmas, kabupaten/ kota, provinsi dan
embarkasi/ debarkasi haji.
• Melaksanakan pembinaan dan pengawasan
rumah makan atau restoran maupun jasaboga
lainnya yang melayani calon jemaah haji dalam
perjalanan dari daerah asal ke asrama embarkasi/
debarkasi haji.
Kegiatan
• Melaksanakan pengamatan dan pemantauan
kesehatan lingkungan di asrama transit,
asrama embarkasi/ debarkasi haji, sanitasi
pesawat dan di pemondokan Arab Saudi.
• Melaksanakan pembinaan dan pemeriksaan
jasaboga serta pengelola makanan, minuman
di asrama transit, asrama embarkasi/
debarkasi haji dan jasaboga pesawat.
Kegiatan
• Melaksanakan pemeriksaan kesehatan dan
pengambilan usap dubur pada petugas
pengelola makanan/minuman.
• Melakukan pengamatan, pemantauan dan
pengendalian vektor penyakit di asrama
transit, asrama embarkasi/ debarkasi haji dan
pesawat.
Kegiatan
• Pengambilan sampel makanan, minuman, air,
jajanan dan ulas alat untuk pemeriksaan
bakteriologis.
• Pengambilan sampel air untuk pemeriksaan
kualitas air meliputi: pemeriksaan fisik,
mikrobiologi, kimiawi. Selain itu dilakukan
pemeriksaan PH air dan sisa chlor secara
langsung dilapangan.
Kegiatan
• Pengambilan sampel makanan untuk disimpan
di bank sampel dalam freezer


Pelaksanaan
• Di Indonesia
• Di Arab Saudi
• Tindak Lanjut
Di Indonesia
• Pelaksanaan kegiatan kesehatan lingkungan
pada penyelenggaraan kesehatan haji di
Indonesia dilaksanakan di tingkat Kabupaten/
Kota, Provinsi dan Pelabuhan Embarkasi/
Debarkasi Haji.
Pemeriksaan dan Penilaian
Pendahuluan
• Pemeriksaan dan penilaian pendahuluan
kesehatan lingkungan di Asrama Embarkasi/
Debarkasi Haji dilakukan dua tahap, yaitu :
– Pemeriksaan dan penilaian awal (pertama)
dimaksudkan untuk mengidentifikasi masalah
kesehatan lingkungan, jasaboga (asrama dan pesawat)
dan membuat rekomendasi kepada pengambil
keputusan tentang perbaikan asrama haji, sarana
sanitasi yang aman dan nyaman, perbaikan jasaboga,
dilaksanakan 3 (tiga) bulan sebelum operasional haji.
– Pemeriksaan kedua dimaksudkan untuk
memantau perbaikan kesehatan lingkungan dan
kesiapan asrama serta pemeriksaan kesehatan
penjamah makanan dilakukan 1 (satu) minggu
sebelum operasional haji.
– Khusus pengendalian vektor dilakukan 1 (satu)
hari sebelum operasional haji dan selama
operasional haji dilaksanakan oleh KKP bersama
dengan Dinas Kesehatan setempat
• Pelaksanaan pemeriksaan/ penilaian pendahuluan
sanitasi asrama embarkasi/ debarkasi haji dilaksanakan
oleh Tim yang terdiri dari unsur-unsur :
• Pelaksana
– Kantor Kesehatan Pelabuhan embarkasi/ debarkasi haji
(sebagai koordinator dan penanggung jawab).
– Dinas Kesehatan Provinsi tempat embarkasi haji.
– Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota tempat embarkasi haji.
– Kantor Wilayah / Kantor Departemen Agama di embarkasi.
• Pembina
– Subdit Kesehatan Haji, Dit. Epim-Kesma Ditjen
PPM & PL.
– Subdit Hygiene dan Sanitasi Makanan Minuman,
Dit. PAS Ditjen PPM & PL
– Subdit Kesehatan Pelabuhan & DP, Dit. Epim-
Kesma Ditjen PPM & PL.
– Subdit Hygine Sarana dan Bangunan Umum Dit. PL
Ditjen PPM & PL
– Subdit Pengamanan Kualitas Air Dit. PAS Ditjen
PPM & PL
– Subdit Sanitasi Darurat, Dit. PAS Ditjen PPM & PL
– Subdit Pengasramaan Departemen Agama RI.
Sasaran Pemeriksaan dan Penilaian
Kesling
• Bangunan asrama meliputi : ventilasi,
pencahayaan, kulaitas udara, kelembaban,
kondisi lantai, kepadatan penghuni di dalam
kamar tidur, lubang asap atau fasilitas sirkulasi
udara di dapur, ruang makan, fasilitas tangga
yang aman dan pengamanan instalasi.
• Dapur.
Sasaran Pemeriksaan dan Penilaian
Kesling
• Fasilitas penyediaan air bersih, pembuangan
tinja/ jamban, pembuangan sampah, fasilitas
untuk wudhu dan air limbah melalui kegiatan
inspeksi sanitasi.
• Kran-kran air, perpipaan air, titik-titik
pengambilan air (water point), tandon
(reservoir), bak-bak penampungan air melalui
kegiatan pengambilan sampel air.
Sasaran Pemeriksaan dan Penilaian
Kesling
• Jasaboga pesawat.
• Fasilitas umum lainnya.
Pemeriksaan dan Pengawasan Selama
Operasional Haji
• Pengawasan sanitasi lingkungan termasuk
tempat-tempat umum.
• Pengawasan hygiene sarana dan bangunan.
• Pengawasan pembuangan sampah, kotoran
dan air limbah.
• Pengawasan terhadap kualitas air,
kesinambungan dan kecukupan persediaan air
serta perilaku hygienis pengguna air.
• Pengawasan sanitasi makanan dan minuman.
• Pemeriksaan bakteriologis ulas alat makanan
(perabot) dan usap dubur.
• Pengamatan dan pemberantasan vektor
penyakit.
• Pembinaan dan Pemeriksaan kesehatan
petugas pengolah makanan.
• Pengawasan dam pengambilan sampel
makanan dan minuman katering asrama dan
katering pesawat, untuk disimpan pada bank
sampel dalam freezer dan secara periodik
dilakukan pemeriksaan laboratorium.
• Memberikan penyuluhan kesehatan
perorangan (personel hygiene) maupun
sanitasi lingkungan kepada calon jemaah haji.
• Pengambilan sampel makanan untuk disimpan
di bank sampel dalam freezer.
• Izin usaha penyelenggaraan penyediaan
makanan (jasa boga) untuk jemaah haji sesuai
dengan ketentuan peraturan perundangan
yang berlaku. ◄
Di Arab Saudi
• Pengamatan, Pemantauan Pemondokan dan
Jasaboga
• Pemantauan suhu dan kelembaban
Pemondokan dan Jasa Boga
• Tersedianya lift pada gedung yang lebih dari 4 lantai.
• Disetiap kamar tidur tersedia penyejuk ruangan (AC, kipas
angin) dan heater (pada saat musim dingin), ventilasi,
pencahayaan yang cukup, tempat tidur lengkap dengan
kasur dan bantal serta kunci kamar.
• Kepadatan hunian minimal 1 x 2,5 m per jemaah haji.
• Kamar mandi, W.C. 1 : 15 jemaah haji dan cukup air.
• Dapur aman, bersih dan cukup air.
• Pembuangan kotoran, air dan sampah memenuhi syarat
kesehatan.
• PH air : 6,5 – 8,5 dengan Sisa Chlor 0.2 – 0,5 mg/l (ppm).
Untuk catering harus diperhatikan
• Tempat pengolahan dan dapur
• Penjamah makanan (food handler)
• Proses pengolahan
• Penyimpanan
• Pengangkutan
• Penyajian
• Pengambilan sampel makanan
• Tersedianya kamar mandi ( 1 : 10 orang) ◄
Pemantauan suhu dan kelembaban
• Pukul 06.00 WAS
• Pukul 14.00 WAS
• Pukul 20.00 WAS


Tindak Lanjut
• Di Indonesia
• Di Arab Saudi
Di Indonesia
• Hasil pemeriksaan/ penilaian dan
pengendalian kesehatan lingkungan asrama
haji dan bandara, jasa boga asrama haji serta
pesawat direkomendasikan kepada
penyelenggara dan atau instansi yang
berwenang dalam penyelenggaraan haji.
Di Indonesia
• Tindak lanjut untuk perbaikan kesehatan
lingkungan asrama haji dan bandara, jasa boga
asrama haji dan pesawat merupakan tanggung
jawab masing-masing penyelenggara dan atau
instansi yang berwenang dalam
penyelenggaraan haji.
Di Arab Saudi
• Hasil pemeriksaan/ penilaian dan
pengendalian kesehatan lingkungan
pemondokan, asrama haji Madinatul Hujjaj,
jasa boga Madinatul Hujjaj, airport dan
pesawat direkomendasikan kepada
penyelenggara dan atau instansi yang
berwenang dalam penyelenggaraan haji
(Muassasah, Maktab, Majmu’ah, Konsulat
Jenderal, Kabid Haji dan Kadaker).
Di Arab Saudi
• Tindak lanjut untuk perbaikan kesehatan
lingkungan pemondokan, asrama haji
Madinatul Hujjaj, jasaboga, airport dan
pesawat merupakan tanggung jawab masing-
masing penyelenggara dan atau instansi yang
berwenang dalam penyelenggaraan haji
(Muassasah, Maktab, Majmu’ah, Konsulat
Jenderal, Kabid Haji dan Kadaker).

Anda mungkin juga menyukai