Anda di halaman 1dari 32

Laporan Kasus Panjang

”MORBILI”

OLEH

SHAKILA IDRUS

10119220067

DPJP : dr. Husain Assagaf, M.Kes, Sp.A

BAGIAN KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK

RSUD Dr. Hi. CHASAN BOESOIRIE TERNATE

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KHAIRUN

2023
BAB I
LAPORAN KASUS

A. STATUS PASIEN

1. Identitas Pasien
Nama : An. A.R
Tanggal lahir : 25 Januari 2010
Usia : 13 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Toboko
Agama : Islam
Tanggal Masuk : 26 Februari 2023
Tanggal Keluar : 3 Maret 2023

2. Anamnesis
Alloanamnesa tanggal 26 Februari 2023

a. Keluhan utama :
Demam

b. Riwayat penyakit sekarang :


Pasien datang dengan keluhan demam hari sabtu malam (demam hari ke 1).
Demam tidak terus menerus, demam tinggi terutama pada malam hari , mual (-),
muntah 3x sejak 1 hari yang lalu berisi makanan, nyeri kepala (-), mengigil (-),
sesak (-), pasien juga mengeluh batuk 3 hari yang lalu tapi tidak terus menerus,
tidak berdahak, nyeri perut (-), belum BAB dan BAK, Nafsu makan dan minum
baik.

c. Riwayat penyakit :
Disangkal

d. Riwayat pengobatan :
Minum paracetamol waktu dirumah
e. Riwayat alergi :
Disangkal

f. Riwayat kehamilan :
ANC rutin di rutin control ke posyandu setiap bulan dan tidak ada kelaian selama
kehamilan.

g. Riwayat persalinan :
Lahir normal, cukup bulan ditolong oleh bidan di RS dengan BBL: 4,5 gram. PB
lupa.

h. Riwayat ASI :
Minum ASI dari lahir sampai usia 2 tahun lebih

i. Riwayat imunisasi :
Imunisasi dasar lengkap

j. Riwayat penyakit keluarga :


Disangkal

3. Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum : Sakit sedang
b) Kesadaran : Compos mentis
c) BB : 67 kg
d) TB : 150 cm
e) Status Gizi : Obesitas
f) TB/U : Presentil 25
g) BB/U : Persentil 90
h) BB/TB : 167% (obesitas)
i) TTV :

a) Tekanan darah : 120/80 mmHg


b) Nadi : 115 x/menit (kuat angkat)
c) Pernapasan : 24x/menit
d) Suhu : 37.0oC
e) SpO2 : 98% room air.

j) Pemeriksaan sistematis

a) Kepala :

1) Normocephal
2) Rambut hitam, kuat dan tidak mudah rontok
3) Ubun – ubun besar sudah menutup sempurna
4) Wajah : Terdapat ruam kemerahan
5) Mata : mata cekung(-), konjungtiva anemis (-/-), sekret (-/-), sclera
ikterik (-/-)
6) Hidung : epistaksis (-/-), pernapasan cuping hidung (-), sekret (-/-)
7) Bibir : kering(+), pucat (-), sianosis (-), kering (-)
8) Gigi – geligi : dalam batas normal
9) Mulut: Koplit spot (+), Tonsil T1/T1, faring tidak hiperemis.

b) Leher :

1) Trakea lurus ditengah


2) Linfadenopati (-)
3) Kaku kuduk (-)
c) Thoraks :

1) Paru

 PP : bentuk dada normal, simetris, retraksi dinding dada (-)


 PR : nyeri tekan (-), vocal fremitus normal
 PK : sonor diseluruh lapangan pandang
 PD : vesikuler, ronkhi (-/-), wheezing (-/-).

2) Jantung

 PP : ictus cordis tidak terlihat


 PR : ictus cordis teraba di ICS 4 midclavicula sinistra
 PK : redup, jantung dalam batas normal
 PD : BI/II murni, reguler, murmur (-), gallop (-).

d) Abdomen :

 PP : tampak cembung
 PD : peristaltik kesan normal
 PR : supel (+), distensi (-), nyeri tekan (-), hepar dan lien (-)
pembesaran
 PK : timpani diseluruh regio abdomen

e) Anggota gerak :
 Ekstremitas superior : akral hangat, deformitas (-), edema (-)
 Ekstremitas inferior : akral hangat, deformitas (-), edema (-)
 Reflex fisiologis : kesan normal
 Reflex patologis : tidak ditemukan
 Tonus : normotonus

B. Pemeriksaan Penujang

Hasil Tanggal pemeriksaan


pemeriksaan 26/2/23 Nilai rujukan Satuan
WBC 3.4L 4.0-9.0 103/μL

RBC 4.43 3.76-5.70 106/μL

HGB 13.0 12.0-18.0 g/dl

HCT 35.7 33.5-52.0 %

MCV 80.6L 80.0-100 Fl

MCH 29.3 28.0-32.0 Pg

MCHC 36.4 H 31.0-35.0 g/dl

PLT 145 150-450 103/μL

GDS = 101 mg/dl


C. RESUME

Pasien datang dengan keluhan Demam sejak sabtu malam, demam


tidak terus menerus, demam tinggi terutama pada malam hari, kejang (-),
sesak (-). nafsu makan dan minum menurun. Keluhan disertai muntah 3 kali
sejak 1 hari yang lalu, muntah berisi makanan. Pasien juga mengalami batuk
sejak 3 hari yang lalu, tidak terus menerus, tidak ada dahak. Pasien tidak ada
riwayat penyakit sebelumnya, tidak ada riwayat alergi, dan dalam keluarga
ada yang mengalami keluhan yang sama yaitu saudara pasien.
Pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum sakit sedang, kesadaran penuh,
GCS 15, status gizi obesitas. Tanda – tanda vital Tekanan darah 120/80
mmHg, nadi 115x/menit, pernapasan 24x/menit, suhu badan 37.0’C,
SpO2=98% room air. Pemeriksaan fisik didapatkan koplit spot (+), TI/TI,
faring tidak hiperemis. Hasil laboratorium CBC : WBC= 3.4L 103/μL,
RBC=4.43 106/μL, HGB=13,0 g/dl, HCT=35.7%, MCV=80.6fl,
MCH=29.3pg, MCHC=36.1g/dl, PLT=145 103/μL.

D. Diagnosis Kerja

Morbili

E. Anjuran Pemeriksaan
- Complete blood count (CBC)

F. Penatalaksanaan
- IVFD RL 20 tpm
- Paracetamol 500 mg/8 jam
G. Hasil Follow Up
Tanggal masuk : Jumat, 27-2-2023

Perawatan : hari ke-1

S Demam hari ke 2 sebentar malam, tadi malam demam, batuk tapi


tidak terus-menerus, tidak berlendir, kejang (-), mengigil (-), sesak
(-), mual (-), muntah (-), nyeri perut (-), BAB dan BAK lancar.

O KU = Sakit Sedang
Kesadaran = CM, GCS 15
Status Gizi = Obesitas
TTV =
TD : 120/80 mmHg, N : 115x/m, RR : 24x/m, S : 36.5’C, Spo2:
98%.
Kepala : Normochepal
Mata : CA (-), SI (-) mata cekung (-)
Mulut: Bibir kering (+), Koplit spot (+), Tonsil T1/T1, faring tidak
hiperemis, lidah kotor (-)
Paru: Vesikuler +/+, Rh -/-, Wh -/-
Jantung: BJ I/II reguler, Bising (-)
Abdomen: datar, mengikuti gerak pernapasan, peristaltik (+) kesan
normal
Ektremitas : CRT < 2 detik dan akral hangat, turgor kulit baik

A Morbili

P 1. Zinc 20 mg/24jam/PO
2. Ondancetron 1.4 mg/24jam iv UP
Tanggal masuk : 28-2-2023
Perawatan : hari ke 2
S BAB encer (-), muntah (-), batuk berkurang, nafsu makan membaik.
Demam (-), kejang (-), sesak (-), minum sedikit, BAK jarang.
O KU = Sakit Sedang
Kesadaran = CM, GCS 15
Status Gizi = Obesitas
TTV =
TD: 100/70 mmHg Nadi : 88x/m P : 26x/m S : 36,8’C
Spo2: 98%
Kepala : Ubun-ubun besar menutup sempurna
Mata : CA (-), SI (-) mata cekung (+)
Mulut: Bibir kering (+), Koplit spot (+), Tonsil T1/T1, faring tidak
hiperemis,lidah kotor (-)
Paru: Vesikuler +/+, Rh -/-, Wh -/-
Jantung: BJ I/II reguler, Bising (-)
Abdomen: datar, mengikuti gerak pernapasan, peristaltik (+) kesan
meningkat,
Ektremitas : CRT < 2 detik dan akral hangat, turgor kulit baik

A Morbili
P 1. Maxperinol 1 cth/8 jam/PO
2. Vit A 1x 200.000 IU
3. Cetirizine 1 cth/12 jam/PO
4. Cek CBC, UL
Tanggal masuk : 1-3-2023
Perawatan : hari ke 3
S Demam hari ke 4, demam tidak terus menerus, batuk (+) tapi tidak
teus-menerus, tidak berlendir, mengigil (-), kejang (-), mual (-),
muntah (-).
O KU = Sakit Sedang
Kesadaran = CM, GCS 15
Status Gizi = Obesitas
TTV =
TD: 120/80 mmHg Nadi : 111x/m RR : 26x/m S : 39.2’C Spo2:
98%
Kepala : Ubun-ubun besar menutup sempurna
Mata : CA (-), SI (-) mata cekung (-)
Mulut: Bibir kering (+), Koplit spot (+), Tonsil T1/T1, faring tidak
hiperemis, lidah kotor (-)
Paru: Vesikuler +/+, Rh -/-, Wh -/-
Jantung: BJ I/II reguler, Bising (-)
Abdomen: datar, mengikuti gerak pernapasan, peristaltik (+) kesan
meningkat,
Ektremitas : CRT < 2 detik dan akral hangat, turgor kulit baik

A Morbili
P - IVFD
- Inj Paracetamol 500 mg
Tanggal masuk : 2-3-2023
Perawatan : hari ke 4
S Demam hari ke 5, demam tidak terus menerus, nyeri kepala (-),
mengigil (-), sesak (-), batuk (+), berlendir, tapi tidak terus menerus,
mual (-), muntah (-), makan dan minum baik, BAK lancar.
O KU = Sakit Sedang
Kesadaran = CM, GCS 15
Status Gizi = Obesitas
TTV =
TD: 120/80 mmHg Nadi : 100x/m RR : 26x/m S : 36.7’C Spo2:
98%
Kepala : Ubun-ubun besar menutup sempurna
Mata : CA (-), SI (-) mata cekung (-)
Mulut: Bibir kering (+), Koplit spot (+), Tonsil T1/T1, faring tidak
hiperemis, lidah kotor (-)
Paru: Vesikuler +/+, Rh -/-, Wh -/-
Jantung: BJ I/II reguler, Bising (-)
Abdomen: datar, mengikuti gerak pernapasan, peristaltik (+) kesan
meningkat,
Ektremitas : CRT < 2 detik dan akral hangat, turgor kulit baik

A - Morbili
- Sups CAP
P -IVFD
-Inj Paracetamol 500 mg
Tanggal masuk : 3-3-2023
Perawatan : hari ke 5
S Demam hari ke 6, demam tidak terus menerus, nyeri kepala (-),
mengigil (-), batuk berlendir, terus- menerus, mual (-), muntah (-),
makan minum baik (-).
O KU = Sakit Sedang
Kesadaran = CM, GCS 15
Status Gizi = Obesitas
TTV =
TD: 120/80 mmHg Nadi : 71x/m RR : 24x/m S : 36.5’C Spo2:
98%
Kepala : Ubun-ubun besar menutup sempurna
Mata : CA (-), SI (-) mata cekung (-)
Mulut: Bibir kering (+), Koplit spot (+), Tonsil T1/T1, faring tidak
hiperemis, lidah kotor (-)
Paru: Vesikuler +/+, Rh -/-, Wh -/-
Jantung: BJ I/II reguler, Bising (-)
Abdomen: datar, mengikuti gerak pernapasan, peristaltik (+) kesan
meningkat,
Ektremitas : CRT < 2 detik dan akral hangat, turgor kulit baik

A - Morbili
- CAP
P - Asering 125 ml/jam IP
- Maxperinol 1 cth/ 8 jam/ PO
- Cetirizine 1 cth/ 12 jam/ PO
- Inj Cefotaxime 1 gr/12 jam
- Inj Gentamicin 50/ 12 jam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi
Campak juga dikenal sebagai rubeola, adalah salah satu penyakit yang paling menular
dengan kejadian infeksi sekunder sebanyak 90% pada kontak dengan orang yang rentan 1. Morbili
atau dengan Campak, Measles, Rubeola adalah penyakit akut yang sangat menular, disebabkan
oleh infeksi virus yang pada umumnya menyerang anak. Virus campak menyebabkan penyakit
akut pada anak yang dimulai dari traktus respiratorius bagian atas menyebar ke organ dan
jaringan sehingga mengakibatkan berbagai gejala klinis2,3.

Gambar 1. Anak dengan Morbili


Pengobatan suportif merupakan pilihan utama yang diperlukan. Suplementasi vitamin A
selama campak akut secara signifikan mengurangi risiko morbiditas dan mortalitas7.

2. Epidemiologi
Penyakit ini timbul pada masa kanak-kanak dan menyebabkan kekebalan seumur hidup.
Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang pernah menderita morbili akan mendapat kekebalan secara
pasif (melalui plasenta) sampai umur 4-6 bulan dan setelah umur tersebut kekebalan mulai
berkurang sehingga bayi dapat menderita morbili. Bila ibu menderita morbili pada trimester
pertama, kedua dan ketiga kehamilan, maka kemungkinan akan melahirkan anak dengan
kelainan bawaan, berat badan lahir rendah, lahir mati, atau anak yang kemudian meninggal
sebelum usia 1 tahun. Ibu yang menderita morbili tetapi tidak/belum diobati akan melahirkan
bayi yang tidak memiliki kekebalan terhadap morbili. Sedangkan ibu yang menderita morbili
pada usia kehamilan 1-2 bulan, 50 % kemungkinan dapat menyebabkan abortus8.
Survei Kesehatan Rumah Tangga di Indonesia menyebutkan bahwa campak menduduki
tempat ke-5 dalam urutan 10 penyakit utama pada bayi (0,7%) dan tempat ke-5 dalam urutan 10
macam penyakit utama pada anak umur 1-4 tahun (0,77%). Campak diduga dapat menyebabkan
penurunan daya tahan tubuh secara umum, sehingga mudah terjadi infeksi sekunder atau
penyulit. Penyulit yang sering dijumpai bronkopneumonia (75,2%), gastroenteritis (7,1%),
ensefalitis (6,7%) dan lain-lain (7,9%)9.

3. Etiologi
Penyebab morbili adalah virus yang tergolong dalam famili Paramyxovirus yaitu genus
virus morbili. Virus ini terdapat dalam sekret nasofaring dan darah selama masa prodromal dan
dalam waktu yang singkat setelah timbul ruam. Virus ini sangat sensitif terhadap panas dan
dingin, dan dapat diinaktifkan pada suhu 30 0C dan -20 0C, sinar ultraviolet, eter, tripsin, dan
betapropiolakton. Cara penularan penyakit ini dengan droplet dan kontak langsung dengan
penderita2. Faktor risiko kejadian morbili, antara lain: Daya tahan tubuh yang lemah; Belum
pernah terkena campak; dan Belum pernah mendapat vaksinasi campak8.
Faktor risiko infeksi virus campak sebagai berikut: anak-anak dengan imunodefisiensi
karena HIV atau AIDS, leukemia, alkilasi, atau terapi kortikosteroid, terlepas dari status
imunisasi; perjalanan ke daerah endemik atau kontak dengan pelancong ke daerah endemik
campak; dan bayi yang kehilangan antibodi pasif sebelum usia imunisasi rutin. Faktor risiko
campak berat dan komplikasinya termasuk yang berikut: malnutrisi, imunodefisiensi, kehamilan,
dan kekurangan vitamin A10.

4. Patofisiologi
Penularan virus morbili sangat efektif, dimana sedikit virus yang infeksius sudah dapat
menimbulkan infeksi pada seseorang. Penyakit ini sangat mudah menular dimana penularan
dapat terjadi melalui5,11:
• Percikan ludah yang mengandung virus (droplet infection)
• Kontak langsung dengan penderita
• Penggunaan peralatan makan dan minum bersama
Penderita dapat menularkan penyakitnya sejak 2-4 hari sebelum timbulnya ruam pada
kulit sampai ±5 hari sejak ruam timbul. Tingkat infektivitas campak sangat tinggi2. Gambaran
kejadian awal di jaringan limfoid masih belum diketahui secara lengkap, tetapi 5-6 hari sesudah
infeksi awal, fokus infeksi terwujud yaitu ketika virus masuk ke dalam pembuluh darah dan
menyebar ke permukaan epitel orofaring, konjungtiva, saluran nafas, kulit, kandung kemih dan
usus5.
Fokus infeksi pada hari ke-9-10 berada di epitel saluran nafas dan konjungtiva, satu
sampai dua lapisan mengalami nekrosis. Pada saat itu virus dalam jumlah banyak masuk kembali
ke pembuluh darah dan menimbulkan manifestasi klinis dari sistem saluran nafas diawali dengan
keluhan batuk pilek disertai selaput konjungtiva yang tampak merah. Respons imun yang terjadi
ialah proses peradangan epitel pada sistem saluran pernafasan diikuti dengan manifestasi klinis
berupa demam tinggi, anak tampak sakit-berat dan ruam yang menyebar ke seluruh tubuh,
tampak suatu ulser kecil pada mukosa pipi yang disebut bercak Koplik, merupakan tanda pasti
untuk menegakkan diagnosis5,12.
Gambar 2. Bagan patofisiologi morbili
Ruam makulopapular muncul pada hari ke-14 sesudah awal infeksi dan pada saat itu
antibodi humoral dapat dideteksi. Selanjutnya daya tahan tubuh menurun, sebagai akibat respons
delayed hypersensitivity terhadap antigen virus terjadilah ruam pada kulit, kejadian ini tidak
tampak pada kasus yang mengalami defisit sel-T 5. Fokus infeksi tidak menyebar jauh ke
pembuluh darah. Vesikel tampak secara mikroskopik di epidermis tetapi virus tidak berhasil
tumbuh di kulit. Penelitian dengan imunofluoresens dan histologik menunjukkan bahwa antigen
campak dan gambaran histologik pada kulit berupa suatu reaksi Arthus. Daerah epitel yang
nekrotik di nasofaring dan saluran pernafasan memberikan kesempatan serangan infeksi bakteri
sekunder berupa bronkopneumonia, otitis media dan lain-lain. Dalam keadaan tertentu
adenovirus dan herpes virus pneumonia dapat terjadi pada kasus campak, selain itu campak dapat
menyebabkan gizi kurang2

5. Gejala Klinis
Penyakit morbili disebabkan oleh virus, sehingga self limiting disease yang memiliki
masa tunas 10-20 hari dan dibagi dalam 3 stadium, yaitu5:
 Stadium kataral (prodromal)
Stadium ini berlangsung selama 4- 5 hari disertai panas (38,5 ºC), malaise, batuk,
nasofaringitis, fotofobia, konjungtivitis dan koriza. Menjelang akhir stadium kataral dan 24 jam
sebelum timbul enantema, timbul bercak koplik yang patognomonik bagi morbili, tetapi sangat
jarang dijumpai13. Bercak koplik berwarna putih kelabu, sebesar ujung jarum dan dikelilingi oleh
eritema. Lokalisasinya di mukosa bukalis berhadapan dengan molar bawah. Jarang ditemukan di
bibir bawah tengah atau palatum. Kadang-kadang terdapat makula halus yang kemudian
menghilang sebelum stadium erupsi. Gambaran darah tepi ialah limfositosis dan leukopenia.
Secara klinis, gambaran penyakit menyerupai influenza dan sering didiagnosis sebagai influenza.
Diagnosis perkiraan yang besar dapat dibuat bila ada bercak koplik dan penderita pernah kontak
dengan penderita morbili dalam waktu 2 minggu terakhir5,8

 Stadium erupsi
Koriza dan batuk-batuk bertambah. Timbul enantema atau titik merah di palatum durum
dan palatum mole. Kadang-kadang terlihat pula bercak koplik. Terjadinya eritema yang
berbentuk makula-papula disertai menaiknya suhu badan. Diantara makula terdapat kulit yang
normal. Mula-mula eritema timbul dibelakang telinga, di bagian atas lateral tengkuk, sepanjang
rambut dan bagian belakang bawah. Kadang-kadang terdapat perdarahan ringan pada kulit. Rasa
gatal, muka bengkak. Ruam mencapai anggota bawah pada hari ketiga dan akan menghilang
dengan urutan seperti terjadinya. Terdapat pembesaran kelenjar getah bening di sudut mandibula
dan di daerah leher belakang. Terdapat pula sedikit splenomegali. Tidak jarang disertai diare dan
muntah. Variasi dari morbili yang biasa ini adalah “black measles”, yaitu morbili yang disertai
perdarahan pada kulit, mulut, hidung dan traktus digestivus2,5,8.
 Stadium konvalesensi
Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua (hiperpigmentasi) yang
lama-kelamaan akan hilang sendiri. Selain hiperpigmentasi pada anak Indonesia sering
ditemukan pula kulit yang bersisik. Hiperpigmentasi ini merupakan gejala patognomonik untuk
morbili. Pada penyakit-penyakit lain dengan eritema dan eksantema ruam kulit menghilang tanpa
hiperpigmentasi. Suhu menurun sampai menjadi normal kecuali bila ada komplikasi5,8.
 Berdasarkan gejala yang timbul, morbili dapat berupa :
Panas/Demam
Panas dapat meningkat hingga hari kelima atau keenam yaitu pada saat puncak timbulnya
erupsi. Kadang-kadang temperatur dapat bifasis dengan peningkatan awal yang cepat dalam 24-
48 jam pertama diikuti dengan periode normal selama 1 hari dan selanjutnya terjadi peningkatan
yang cepat sampai 39°C-40,6°C pada saat erupsi ruam mencapai puncaknya. Pada morbili yang
tidak mengalami komplikasi, temperatur turun diantara hari ke 2-3, sehingga timbulnya
eksantema. Bila tidak disertai komplikasi, maka 2 hari setelah timbul ruam yang lengkap, panas
biasanya turun. Bila panas menetap, maka kemungkinan penderita mengalami komplikasi12.
 Coryza
Tidak dapat dibedakan dengan common cold. Batuk dan bersin diikuti dengan hidung
tersumbat dan sekret yang mukopurulen dan menjadi profus pada saat erupsi mencapai
puncaknya serta menghilang bersamaan dengan menghilangnya panas5,8.
 Konjungtivitis
Pada stadium awal periode prodromal dapat ditemukan transverse marginal line injection
pada palpebra inferior. Gambaran ini sering dihubungkan dengan adanya inflamasi konjungtiva
yang luas dengan disertai adanya edema palpebra. Keadaan ini dapat disertai dengan peningkatan
lakrimasi dan fotofobia. Konjungtivitis akan menghilang setelah demam turun8.

 Batuk
Batuk disebabkan oleh reaksi inflamasi mukosa saluran pernafasan. Intensitas batuk
meningkat dan mencapai puncaknya pada saat erupsi. Namun demikian batuk dapat bertahan
lebih lama dan menghilang secara bertahap dalam waktu 5-10 hari2.
 Bercak Koplik’s
Nama tersebut diambil dari Henry Koplik, nama seorang dokter spesialis anak di
Amerika Serikat yang pertama mendeteksi tanda itu. Merupakan gambaran bercak-bercak kecil
yang ireguler sebesar ujung jarum/ pasir yang berwarna merah terang dan pada bagian tengahnya
berwarna putih kelabu. Gambaran ini merupakan salah satu tanda patognomonik morbili. Pada
hari pertama timbulnya ruam sudah dapat ditemukan adanya bercak Koplik’s dan menghilang
hari ketiga timbulnya ruam.
 Ruam
Timbul setelah 3-4 hari panas. Ruam mulai sebagai eritema makulo-papuler, mulai
timbul dari belakang telinga pada batas rambut, kemudian menyebar kedaerah pipi, leher,
seluruh wajah dan dada serta biasanya dalam waktu 24 jam sudah menyebar sampai ke lengan
atas dan selanjutnya ke seluruh tubuh, mencapai kaki pada hari ketiga. Pada saat ruam sudah
sampai ke kaki, maka ruam yang timbul lebih dulu mulai berangsur-angsur menghilang.
6. Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan darah tepi dapat ditemukan adanya leukopeni. Dalam sputum, sekresi
nasal, sedimen urine dapat ditemukan adanya multi nucleated giant cell yang khas. Pada kasus-
kasus atipik, dapat dilakukan pemeriksaan serologi untuk memastikannya. Teknik pemeriksaan
yang dapat digunakan adalah3,12:
1. Fiksasi komplemen
2. Inhibisi hemaglutinasi
3. Metode antibodi fluoresensi tidak langsung

7. Diagnosis
Diagnosa biasanya ditegakkan berdasarkan temuan klinis. Pada tahap awal, sulit untuk
menegakkan diagnosa campak. Adanya konjungtivitis merupakan petunjuk berharga dalam
upaya pengambilan diagnosa. Bila kita berhasil menemukan bercak Koplik, maka diagnosa dini
dapat kita tegakkan. Hal-hal yang membantu penegakan diagnosa2,12: riwayat kontak dengan
penderita campak; gejala demam, batuk, pilek dan konjungtivitis; bercak koplik (patognomonik);
erupsi makulopapula dengan tahap-tahap pemunculan yang khas; dan, bercak berwarna
kehitaman pada kulit setelah sembuh2.
 Anamnesis
1. Anak dengan panas 3-5 hari (biasanya tinggi, mendadak), batuk, pilek harus dicurigai atau di
diagnosis banding morbili.
2. Mata merah, tahi mata, fotofobia, menambah kecurigaan.
3. Dapat disertai diare dan muntah.
4. Dapat disertai dengan gejala perdarahan (pada kasus yang berat) : epistaksis, petekie,
ekimosis.
5. Anak resiko tinggi adalah bila kontak dengan penderita morbili (1 atau 2 minggu
sebelumnya) dan belum pernah vaksinasi campak.
 Pemeriksaan fisik
1. Pada stadium kataral manifestasi yang tampak mungkin hanya demam (biasanya tinggi) dan
tanda-tanda nasofaringitis dan konjungtivitis.
2. Pada umunya anak tampak lemah.
3. Koplik spot pada hari ke 2-3 panas (akhir stadium kataral).
4. Pada stadium erupsi timbul ruam (rash) yang khas : ruam makulopapular yang munculnya
mulai dari belakang telinga, mengikuti pertumbuhan rambut di dahi, muka, dan kemudian
seluruh tubuh.
 Diagnosis Banding
1. German measles (Rubela)
Gejala lebih ringan dari morbili, terdiri dari gejala infeksi saluran nafas bagian atas,
demam ringan, namun terdapat pembesaran kelenjar regional di daerah suboccipital dan post
aurikuler. Ruam lebih halus yang mula-mula timbul pada daerah wajah lalu menyebar ke batang
tubuh dan menghilang dalam waktu 3 hari5.
2. Eksantema subitum
Ruam akan muncul bila suhu badan menjadi normal. Rubeola infantum (eksantema
subitum) dibedakan dari campak dimana ruam dari roseola infantum tampak ketika demam
menghilang. Ruam rubella dan infeksi enterovirus cenderung untuk kurang mencolok daripada
ruam campak, sebagaimana tingkat demam dan keparahan penyakit 5. Walaupun batuk ada pada
banyak infeksi ricketsia, ruam biasanya tidak melibatkan muka, yang pada campak khas terlibat.
Tidak adanya batuk atau riwayat injeksi serum atau pemberian obat biasanya membantu
mengenali penyakit serum atau ruam karena obat. Meningokoksemia dapat disertai dengan ruam
yang agak serupa dengan ruam campak, tetapi batuk dan konjungtivitis biasanya tidak ada. Pada
meningokoksemia akut ruam khas purpura petekie. Rash karena obat-obatan lebih bersifat
urtikaria, sehingga rashnya lebih besar, luas, menonjol dan umumnya tidak disertai panas3.
3. Infeksi oleh Ricketsia
Gejala prodromal lebih ringan, rash tidak dijumpai di wajah dan koplik’s spot tidak ada5.
4. Infeksi mononucleolus
Dijumpai limfadenopati umum dan peningkatan jumlah monosit5.
5. Rash karena obat-obatan
Bersifat urtikaria, sehingga rashnya lebih besar, luas, menonjol dan umumnya tidak disertai
panas5.

8. Tatalaksana
Morbili merupakan self limiting desease, sehingga pengobatannya hanya bersifat
simptomatis yaitu: memperbaiki keadaan umum, antipiretik bila suhu tinggi, sedativum, dan obat
batuk. Tindakan lain adalah pengobatan segera terhadap komplikasi yang timbul. Obat-obat yang
dapat diberikan antara lain:
1. Penurun panas (antipiretik) paracetamol 7,5-10mg/kg bb/kali, interval 6-8 jam.
2. Pengurang batuk : ekspektoran, gliseril guaiakolat anak 6-12 tahun : 50 – 100 mg tiap 2-6
jam, dosis maksimum 600 mg/hari. Antitusif perlu diberikan bila batuknya
hebat/mengganggu, narcotic antitussive (codein) tidak boleh digunakan. Mukolitik bila
perlu.
3. Vitamin A dosis tunggal
1. Di bawah 1 tahun : 100.000 unit
2. Di atas 1 tahun : 200.000 unit
9. Antibiotika
Antibiotika hanya diberikan bila terjadi komplikasi berupa infeksi sekunder (seperti otitis
media dan pnemonia)
Pasien campak tanpa penyulit dapat berobat jalan dan indikasi masuk Rumah Sakit
dianjurkan bila2,7
- Morbili yang disertai komplikasi
- Morbili dengan kemungkinan komplikasi yang berat, yaitu bila ditemukan :
 Bercak/eksantema merah kehitaman yang menimbulkan desquamasi dengan squama yang
lebar dan tebal.
 Suara parau terutama disertai tanda penyumbatan seperti laringitis dan pneumonia
 Dehidrasi berat
 Kejang dengan penurunan kesadaran
 PEM berat
9. Pencegahan
Pencegahan morbili dapat dilakukan dengan cara: menghindari kontak dengan penderita
campak; imunisasi campak pada usia 9 bulan; imunisasi MMR pada usia 15 bulan; gamma
globulin (diberikan pada anak berusia 6 bulan sampai 2 tahun bila ada riwayat kontak dengan
penderita). Vaksinasi biasanya dapat memberikan perlindungan seumur hidup pada penerimanya.
Walau demikian, pada beberapa kasus, orang yang telah mendapat vaksinasi masih bisa terkena
penyakit campak. Bila ini terjadi, gejala yang dialami biasanya bersifat ringan. Morbili dapat
dicegah dengan pemberian imunisasi. Imunisasi yang diberikan dapat berupa imunisasi aktif dan
pasif6.
Imunisasi aktif
Vaksin yang diberikan ialah “Live attenuated measles vaccine”. Mula-mula diberikan
strain Edmonson B, tetapi strain ini dapat menimbulkan panas tinggi dan eksantema pada hari ke
7-12 post vaksinasi, sehingga strain vaksin ini sering diberikan bersama-sama dengan gamma
globulin di lengan lain6. Sekarang digunakan strain Schwarz dan Moraten dan tidak diberikan
bersama gamma globulin. Di Indonesia digunakan vaksin virus morbili hidup yang telah
dilemahkan yaitu strain Schwarz. Vaksin ini diberikan sebanyak 0,5 ml secara subkutan dan
dapat menimbulkan kekebalan yang berlangsung lama3. Vaksin ini diberikan secara subcutan
sebanyak 0,5 ml pada umur 9 bulan. Pada anak dibawah umur 9 bulan umumnya tidak dapat
memberikan kekebalan yang baik, karena gangguan antibodi yang dibawa sejak lahir13.
Pemberian imunisasi ini akan menyebabkan alergi terhadap tuberkulin selam 2 bulan
setelah vaksinasi. Bila anak telah mendapat imunoglobulin atau tranfusi darah sebelumnya, maka
vaksinasi ini harus ditangguhkan sekurang-kurangnya 3 bulan. Vaksinasi tidak boleh dilakukan
bila: menderita infeksi saluran nafas akut atau infeksi akut lainnya yang disertai dengan demam
lebih dari 38°C; memiliki riwayat kejang demam; defisiensi imunologik; penderita leukimia
dalam pengobatan kortikosteroid dan imunosupresif; riwayat alergi (ditunda sampai dengan 2
minggu sembuh); dan kehamilan13,14.
Imunisasi pasif: Tidak banyak dianjurkan karena terdapat risiko terjadinya ensefalitis
dan aktivasi tuberkulosis3.

10. Komplikasi
a. Laringitis akut
Laringitis timbul karena adanya edema hebat pada mukosa saluran nafas, bertambah parah
pada saat demam mencapai puncaknya, ditandai dengan distres pernafasan, sesak, sianosis dan
stridor. Ketika demam menurun, keadaan akan membaik dan gejala akan menghilang.
b. Bronkopneumonia
Dapat disebabkan oleh virus campak maupun oleh invasi bakteri, ditandai dengan batuk,
meningkatnya frekuensi nafas, dan adanya ronki basah halus. Pada saat suhu menurun, gejala
pneumonia karena virus akan menghilang, kecuali batuk yang masih terus sampai beberapa hari
lagi. Apabila suhu tidak juga turun pada saat yang diharapkan, dan gejala saluran nafas masih
terus berlangsung, dapat diduga adanya pneumonia karena bakteri yang telah mengadakan invasi
pada sel epitel yang telah dirusak oleh virus. Gambaran infiltrat pada fototoraks dan adanya
leukositosis dapat mempertegas diagnosis. Di negara sedang berkembang malnutrisi masih
menjadi masalah, penyulit pneumonia bakteri biasa terjadi dan menjadi fatal bila tidak diberi
antibiotik.
c. Kejang demam
Kejang dapat timbul pada periode dernam, umumnya pada puncak demam saat ruam keluar.
Kejang dalam hal ini diklasifikasikan sebagai kejang demam.
d. Ensefalitis
Ensefalitis adalah penyulit neurologik yang paling sering terjadi, biasanya terjadi pada hari
ke-4-7 setelah tirnbulnya ruarn. Kejadian ensefalitis sekitar 1 dalam 1.000 kasus campak, dengan
mortalitas berkisar antara 30-40%. Terjadinya ensefalitis dapat melalui mekanisme imunologik
maupun melalui invasi langsung virus campak ke dalam otak. Gejala, ensefalitis dapat berupa
kejang, letargi, koma dan intobel. Keluhan nyeri kepala, frekuensi nafas meningkat, twitching,
disgrientasi juga dapat diternukan. Pemeriksaan cairan serebrpspinal menunjukkan pleositpsis
ringan, dengan predominan sel mononuklear, peningkatan protein ringan, sedangkan kadar
glukosa dalam batas normal.
e. SSPE (Subacute Sclerosing PanEncepluilitis)
Subacute sclerosing panenceplmlitis merupakan kelainan degeneratif susunan saraf pusat
yang jarang disebabkan oleh karena infeksi oleh virus campak yang persisten. Kemungkinan
untuk menderita SSPE pada anak yang sebelumnya pernah menderita campak adalah 0,6-2,2 per
100.000 infeksi campak. Risiko lebih besar pada umur yang lebih muda, masa inkubasi
timbulnya SSPE rata-rata 7 tahun. Gejala SSPE didahului dengan gangguan tingkah laku dan
intelektual yang progresif, diikuti oleh inkoordinasi motorik, kejang umumnya bersifat
miokionik. Laboratorium menunjukkan peningkatan globulin dalam cairan serebrospinal,
anribodi terhadap campak dalam serum (CF dan HAI) meningkat (1:1280). Tidak ada terapi
untuk SSPE. Rata-rata jangka waktu timbulnya gejala sampai meninggal antara 6-9 bulan.
f. Otitis media
Invasi virus ke dalam telinga tengah umumnya terjadi pada campak. Gendang telinga
biasanya hiperemia pada fase prodromal dan stadium erupsi. Jika terjadi invasi bakteri pada
lapisan sel mukosa yang rusak karena invasi virus, terjadi otitis media purulenta.
g. Enteritis
Beberapa anak yang menderita campak mengalami muntah dan mencret pada fase prodromal.
Keadaan ini akibat invasi virus ke dalam sel mukosa usus.
h. Konjungtivitis
Pada hampir semua kasus campak terjadi konjungtiviris, yang ditandai dengan adanya mata
merah, pembengkakan kelopak mata, lakrimasi dan fotofobia. Kadang-kadang terjadi infeksi
sekunder oleh bakteri. Virus campak atau antigennya dapat dideteksi pada lesi konjungtiva pada
hari-hari pertama sakit. Konjungtiva dapat memburuk dengan terjadinya hipopion dan pan-
oftalmitis dan menyebabkan kebutaan
i. Sistem kardiovaskular
Pada ECG dapat ditemukan kelainan berupa perubahan pada gelombang T, kontraksi
prematur aurikel dan perpanjangan interval A-V. Perubahan tersebut bersifat sementara dan tidak
atau hanya sedikit mempunyai arti klinis.

10. Prognosis
Morbili merupakan self limiting disease dan berlangsung 7-10 hari sehingga bila tanpa
disertai dengan komplikasi maka prognosisnya baik. Morbiditas morbili dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti: diagnosis dini, pengobatan yang adekuat terhadap komplikasi yang
timbul; kesadaran dan pengetahuan yang rendah dari orang tua penderita; masih mempercayai
mitos; dan penggunaan fasilitas kesehatan yang kurang9.

BAB III
PEMBAHASAN
Telah diperiksa seorang anak laki-laki berusia 13 tahun. Pemeriksaan dilakukan pada
tanggal 26 Februari 2023 di Bangsal Anak dengan diagnosa morbili. Penegakkan diagnosis pada
pasien ini didasarkan pada hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan penunjang.
Campak adalah salah satu penyakit yang paling menular dengan kejadian infeksi
sekunder sebanyak 90% pada kontak yang rentan1. Morbili atau Campak adalah penyakit akut
yang sangat menular, disebabkan oleh infeksi virus yang pada umumnya menyerang anak. Virus
campak menyebabkan penyakit akut pada anak yang dimulai dari traktus respiratorius bagian
atas menyebar ke organ dan jaringan sehingga mengakibatkan berbagai gejala klinik2,3. Penyakit
ini timbul pada masa kanak-kanak dan menyebabkan kekebalan seumur hidup 8. Survei
Kesehatan Rumah Tangga menyebutkan bahwa campak menduduki urutan ke-5 dalam urutan 10
macam penyakit utama pada anak umur 1-4 tahun (0,77%). Campak diduga dapat menyebabkan
penurunan daya tahan tubuh secara umum, sehingga mudah terjadi infeksi sekunder atau
penyulit. Penyulit yang sering dijumpai bronkopneumonia (75,2%), dan gastroenteritis (7,1%)9.
Pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan demam sejak 1 hari SMRS. Demam tidak
terus menerus dan dirasakan tinggi terutama pada malam hari diseluruh tubuh berlanjut selama
perawatan di bangsal anak. Panas dapat meningkat hingga hari kelima atau keenam yaitu pada
saat puncak timbulnya erupsi. Kadang-kadang temperatur dapat bifasis dengan peningkatan awal
yang cepat dalam 24-48 jam pertama diikuti dengan periode normal selama 1 hari dan
selanjutnya terjadi peningkatan yang cepat sampai 39°C-40,6°C pada saat erupsi ruam mencapai
puncaknya. Pada morbili yang tidak mengalami komplikasi, temperatur turun diantara hari ke 2-
3, sehingga timbulnya eksantema. Bila tidak disertai komplikasi, maka 2 hari setelah timbul
ruam yang lengkap, panas biasanya turun. Bila panas menetap, maka kemungkinan penderita
mengalami komplikasi12.
Menjelang akhir stadium kataral dan 24 jam sebelum timbul enantema, timbul bercak
koplik yang patognomonik bagi morbili, tetapi sangat jarang dijumpai 13. Stadium erupsi ditandai
dengan Koriza dan batuk-batuk yang bertambah berat. Timbul enantema atau titik merah di
palatum durum dan palatum mole. Eritema makula-papula disertai menaiknya suhu tubuh. Mula-
mula eritema timbul dibelakang telinga, di bagian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan
bagian belakang bawah2,5,8.
Pada stadium awal periode prodromal dapat ditemukan transverse marginal line injection
pada palpebra inferior. Gambaran ini sering dihubungkan dengan adanya inflamasi konjungtiva
yang luas dengan disertai adanya edema palpebra. Keadaan ini dapat disertai dengan peningkatan
lakrimasi dan fotofobia. Konjungtivitis akan menghilang setelah demam turun8. Batuk
disebabkan oleh reaksi inflamasi mukosa saluran pernafasan. Intensitas batuk meningkat dan
mencapai puncaknya pada saat erupsi. Namun demikian batuk dapat bertahan lebih lama dan
menghilang secara bertahap dalam waktu 5-10 hari2.
Fokus infeksi berada di epitel saluran nafas dan konjungtiva, satu sampai dua lapisan
mengalami nekrosis. Pada saat itu virus dalam jumlah banyak masuk kembali ke pembuluh darah
dan menimbulkan manifestasi klinis dari sistem saluran nafas diawali dengan keluhan batuk
pilek disertai selaput konjungtiva yang tampak merah. Respons imun yang terjadi ialah proses
peradangan epitel pada sistem saluran pernafasan diikuti dengan manifestasi klinis berupa
demam tinggi, anak tampak sakit-berat dan ruam yang menyebar ke seluruh tubuh, tampak suatu
ulser kecil pada mukosa pipi yang disebut bercak Koplik, merupakan tanda pasti untuk
menegakkan diagnosis5,12.
Awalnya ruam muncul di wajah dan menyebar ke bagian tubuh. Ruam tidak disertai rasa
gatal. Pasien juga mengeluhkan makan sedikit-sedikit. Pasien juga mengeluhkan muntah 3x pada
saat ke UGD, muntah berisi apa yang dimakan, volumenya lebih kurang 20cc/kali muntah, dan
minum pasien masih mau. Pasien juga mengeluhkan batuk berdahak sejak 3 hari sebelum masuk
Rumah Sakit. Ruam makulopapular muncul pada hari ke-6 sesudah awal infeksi. Daya tahan
tubuh menurun akibat respons delayed hypersensitivity pada kulit5. Daerah epitel yang nekrotik
di nasofaring dan saluran pernafasan memberikan kesempatan serangan infeksi bakteri sekunder
berupa bronkopneumonia, otitis media dan lain-lain. Dalam keadaan tertentu adenovirus dan
herpes virus pneumonia dapat terjadi pada kasus campak, selain itu campak dapat menyebabkan
gizi kurang2.
Penyebab morbili adalah virus morbili. Virus ini terdapat dalam sekret nasofaring dan
darah dan dalam waktu yang singkat setelah timbul ruam. Cara penularan penyakit ini dengan
droplet dan kontak langsung dengan penderita 2. Pasien diketahui mempunyai riwayat kontak
dengan saudaranya yang sedang mengidap penyakit yang sama. Penularan virus morbili sangat
efektif, sedikit virus yang infeksius sudah dapat menimbulkan infeksi pada seseorang 5,11.
Penderita dapat menularkan penyakitnya sejak 2-4 hari sebelum timbulnya ruam pada kulit
sampai ±5 hari sejak ruam timbul. Tingkat infektivitas campak sangat tinggi2.
Pasien tidak pernah mendapatkan imunisasi campak dan dengan status gizi obesitas.
Faktor risiko kejadian morbili, antara lain: Daya tahan tubuh yang lemah; Belum pernah terkena
campak; dan Belum pernah mendapat vaksinasi campak 8. Faktor risiko infeksi virus campak
sebagai berikut: anak-anak dengan imunodefisiensi karena HIV atau AIDS, leukemia, alkilasi,
atau terapi kortikosteroid, terlepas dari status imunisasi; perjalanan ke daerah endemik atau
kontak dengan pelancong ke daerah endemik campak; dan bayi yang kehilangan antibodi pasif
sebelum usia imunisasi rutin. Faktor risiko campak berat dan komplikasinya termasuk yang
berikut: malnutrisi, imunodefisiensi, kehamilan, dan kekurangan vitamin A10.
Pemeriksaan laboratorium tidak didapatkan kelainan yang berarti. Pemeriksaan darah tepi
ditemukan leukopeni.,12. Diagnosa biasanya ditegakkan berdasarkan temuan klinis. Adanya
konjungtivitis merupakan petunjuk dalam diagnosa. Hal-hal yang membantu penegakan
diagnosa2,12: riwayat kontak dengan penderita campak; gejala demam, batuk, pilek dan
konjungtivitis; bercak koplik (patognomonik); erupsi makulopapula dengan tahap-tahap
pemunculan yang khas; dan, bercak berwarna kehitaman pada kulit setelah sembuh2.
Pasien diberikan terapi cairan, vitamin A, dan obat penurun demam. Pengobatan suportif
merupakan pilihan utama yang diperlukan. Suplementasi vitamin A selama campak akut secara
signifikan mengurangi risiko morbiditas dan mortalitas 7. Morbili merupakan self limiting
desease, sehingga pengobatannya hanya bersifat simptomatis yaitu: memperbaiki keadaan
umum, antipiretik bila suhu tinggi, sedativum, dan obat batuk. Tindakan lain adalah pengobatan
segera terhadap komplikasi yang timbul. Antibiotika hanya diberikan bila terjadi komplikasi
berupa infeksi sekunder (seperti otitis media dan pnemonia). Pencegahan morbili dapat
dilakukan dengan cara: menghindari kontak dengan penderita campak; imunisasi campak pada
usia 9 bulan; imunisasi MMR pada usia 15 bulan; gamma globulin (diberikan pada anak berusia
6 bulan sampai 2 tahun bila ada riwayat kontak dengan penderita).
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pasien anak laki-laki 13 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan demam sejak 1 hari SMRS.
Pasien didiagnosis dengan morbili. Pasien tidak pernah mendapatkan imunisasi campak,
mempunyai kontak erat dengan sepupunya yang mengidap penyakit serupa dan dengan status
gizi obesitas. Pasien diberikan terapi cairan, vitamin A, dan obat penurun demam. Morbili
merupakan self limiting desease, sehingga pengobatannya hanya bersifat simptomatis yaitu:
memperbaiki keadaan umum, antipiretik bila suhu tinggi, sedativum, dan obat batuk. Prognosis
pasien baik.
DAFTAR PUSTAKA

1. Papania MJ, Wallace GS, Rota PA, et al. Elimination of Endemic Measles, Rubella, and
Congenital Rubella Syndrome From the Western Hemisphere: The US Experience. JAMA
Pediatr. 2013.
2. Kliegman, Robert M, dkk. Nelson Textbook of Pediatrics 20th Edition, Vol 2, p. 1937-8.
2016. Philadelphia: Elsevierier.
3. Burnett M., 2007. Measles, Rubeola.
4. Clemmons NS, Wallace GS, Patel M, Gastañaduy PA. Incidence of Measles in the United
States, 2001-2015. JAMA. 2017 Oct 3. 318 (13):1279-1281.
5. Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, editor. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi 6. Jakarta.
Badan Penerbit FKUI. 2011.
6. Klein NP, Fireman B, Yih WK, et al. Measles-mumps-rubella-varicella combination vaccine
and the risk of febrile seizures. Pediatrics. 2010 Jul. 126(1):e1-8.
7. Gastanaduy PA, Redd SB, Fiebelkorn AP, et al. Measles - United States, January 1-May 23,
2014. MMWR Morb Mortal Wkly Rep. 2014 Jun 6. 63(22):496-499.
8. Rampengan, T.H. Laurentz, I.R. Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak. Jakarta: EGC. 2008.
9. Made Setiawan, Agus Sjahrurachman, Fera Ibrahim, Agus Suwandono. Rumah Sakit
Penyakit Infeksi Sulianti Saroso, Bagian Mikrobiologi FK-UI, Litbangkes Departemen
Kesehatan RI. Sari Pediatri, Vol. 10, No. 3, Oktober 2008.
10. Measles outbreaks and progress toward measles preelimination --- African region, 2009-
2010. MMWR Morb Mortal Wkly Rep. 2011 Apr 1. 60(12):374-8.
11. Parlin Ringoringo. Ilmu Kesahatan Anak, FKUI, RSCM, Jakarta.
12. A Matondang CS, Wahidayat I, Sastroasmoro S. Diagnosis fisis pada anak. Jakarta:CV
Sagung Seto;2009.
13. Prevention of Measles, Rubella, Congenital Rubella Syndrome, and Mumps, 2013:
Summary Recommendations of the Advisory Committee on Immunization Practices (ACIP).
MMWR Recomm Rep. 2013 Jun 14. 62:1-34.

Anda mungkin juga menyukai