PENDAHULUAN
A;
LATAR BELAKANG
Angka kematian balita di dunia mengalami penurunan cukup signifikan
dalam 10 tahun terakhir termasuk di beberapa negara miskin. Badan WHO yang
mengurusi anak-anak, Unicef mengungkap pada tahun 2010 tercatat jumlah
kematian anak di bawah usia 5 tahun (balita) sebanyak 7,6 juta. Angka ini jauh
lebih rendah dibandingkan angka tahun 1990, yaitu sekitar 12.000 kasus/hari
dibandingkan 10 tahun silam. Sementara jika dibandingkan dengan angka
kelahiran, angka kematian balita berkurang dari 88 kasus menjadi 57 kasus tiap
100.000 kelahiran hidup mencapai 12 juta kematian. Beberapa negara memang
masih mencatat angka kematian yang cukup tinggi, bahkan hampir 50 persen dari
angka kematian balita di seluruh dunia terkonsentrasi di 5 negara. Kelima negara
tersebut adalah India, Nigeria, Kongo, Pakistan dan China (WHO, 2011).
Menurut data tahun 2008 di Indonesia, angka kematian balita adalah
sebesar 44 per 1000 kelahiran hidup, atau ada lebih dari 200.000 balita Indonesia
yang meninggal setiap tahunnya. Angka kematian bayi di bawah usia 1 tahun
(Angka Kematian Bayi) di Indonesia adalah sebesar 34 kematian per 1000
kelahiran hidup. Dengan kata lain, ada sekitar 157.000 kematian anak setiap
tahunnya. Saat ini 70 % angka kematian balita disebabkan karena pneumoni,
campak, diare, malaria dan malnutrisi. Ini berarti bahwa penyakit infeksi masih
menjadi penyebab kematian balita ( hasan, 2007). Terjadinya proses infeksi dalam
tubuh menyebabkan kenaikan suhu tubuh yang biasa disebut demam. Demam
merupakan faktor resiko utama terjadinya kejang demam (Judha, 2011).
Kejang demam merupakan kelainan neurologis akut yang paling sering
dijumpai pada anak. Bangkitan kejang ini terjadi karena adanya kenaikan suhu
tubuh (suhu rektal di atas 38oC) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium.
Kejang demam terjadi pada 2 - 4% anak berumur 6 bulan 5 tahun (Riyadi &
Sukarmin, 2009). Kejang demam bisa diakibatkan oleh
infeksi ekstrakranial
seperti ISPA, radang telinga, campak, cacar air. Dalam keadaan demam, kenaikan
suhu tubuh sebesar 1oC pun bisa mengakibatkan menaikkan metabolisme basal
yang mengakibatkan peningkatan kebutuhan oksigen jaringan sebesar 10 - 15%
1
dan otak sebesar 20%. Apabila kebutuhan tersebut tidak terpenuhi maka anak
akan kejang. Umumnya kejang tidak akan menimbulkan dampak sisa jika kejang
tersebut berlangsung kurang dari 5 menit tetapi anak harus tetap mendapat
penanganan agar tidak terjadi kejang ulang yang biasanya lebih lama
frekwensinya dari kejang pertama. Timbulnya kejang pada anak akan
menimbulkan berbagai masalah seperti resiko cidera, resiko terjadinya aspirasi
atau yang lebih fatal adalah lidah jatuh kebelakang yang mengakibatkan obstruksi
jalan nafas. Hemiparise biasanya terjadi pada penderita yang mengalami kejang
lebih lama (berlangsung lebih dari setengah jam) baik bersifat umum maupun
fokal, kelumpuhannya sesuai dengan kejang fokal yang terjadi. Mula-mula
kelumpuhannya bersifat flassid, tetapi setelah 2 minggu spasitisitas. Milichap
(1998) melaporkan dari 1990 anak menderita kejang demam, hanya 0,2% saja
yang mengalami hemiparise sesudah kejang lama.
Dari latar belakang tersebut diatas peran perawat sangatlah penting, untuk
mengatasi masalah
umumnya terjadi 3% 44% pada anak. Usia puncak kejang demam adalah 18 bulan
dan hampir 50% dari anak- anak berusia 12- 30 bulan (Sadleir, 2007). Menurut
IDAI, (2009) mencatat kejadian kejang demam di Indonesia pada anak usia 6
bulan sampai 5 tahun mencapai 2% 4 5% (Nurwahyuni , 2009).
Berdasarkan data dari rekam medis RSUD DR. ZEIN PAINAN pada tahun
2015, demam kejang 71 orang merupakan penyakit terbanyak ke empat, kemudian
DBD 87 orang, bakterial infeksi 136 orang dan diare 217 orang. dari data satu
bulan terakhir pada bulan maret 2016 didapatkan 14 orang menderita demam
kejang, dan merupakan penyakit ke dua terbanyak, kemudian DBD sebayak 22
orang.
Dari masalah di atas maka kelompok tertarik untuk mengangkat kasus
seminar tentang demam kejang pada anak di ruang rawat inap anak RSUD DR. M
ZEIN painan.
B; TUJUAN
1; TUJUAN UMUM
f;
C; MANFAAT PENULISAN
1; Bagi Mahasiwa
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
rangsang) system saraf yang selanjutnya akan dihantarkan oleh system saraf
tepi ke system saraf pusat.
Di system saraf pusat, impuls diolah untuk kemudian meneruskan
jawaban (respon) kembali melalui system saraf tepi menuju efektor yang
berfungsi sebagai pencetus jawaban akhir. Secara garis besar, system saraf
mempunyai empat fungsi tentang:
1; Menerima informasi dari dalam maupun dari luar tubuh melalui
saraf sensory (afferent sensory pathway).
2; Mengkomunikasikan informasi antara system saraf perifer dan
system saraf pusat.
3; Mengelola informasi yang diterima baik di tingkat medula spinalis
maupun di otak untuk selanjutnya menentukan jawaban atau
respon.
4; Menghantarkan jawaban secara cepat melalui saraf motorik ke
organ-organ tubuh sebagai kontrol atau modifikasi dan tindakan.
Sel Saraf Neuron
Merupakan
sel
tubuh
yang
berfungsi
mencetuskan
dan
cerebellum.
4; Mengadakan komunikasi antara otak dan semua bagian tubuh.
WOC
10
secara tiba-tiba).
b; Pingsan yang berlangsung selama 30 detik sampai 5 menit (selalu terjadi
pada anak-anak yang mengalami kejang demam).
c; Postur Tonik (kontraksi dan kekuatan otot menyeluruh yang biasanya
berlangsung selama 10 20 detik).
d; Lidah atau pipinya tergigit
e; Gigi atau rahang terkatup rapat
f; Inkontinensia (mengompol)
g; Gangguan pernafasan
h; Apnea (henti nafas), kulit kebiruan
6; Pemeriksaan Penunjang
a; Laboratorium
7; Penatalaksanaan
a; Penanganan umum pada saat kejang
1; Jangan panik berlebihan
11
membawa anak ke RS
6; bila anak demam tinggi, usahakan untuk menurunkan suhu tubuh
dengan mengompres (air hangat/biasa), berikan obat penurun panas
jika sudah sadar
7; jangan menahan gerakan anak saat kejang, tetap tenang
8; kejang akan berhenti dengan sendirinya, amati lama kejang
9; ukurlah suhu tubuh anak anda saat itu, untuk menjadi pegangan
mengetahui suhu tubuh berapa anak akan mengalami kejang
10; hubungi petugas kesehatan jika kejang berlangsung lebih dari 10
menit.
11; Jika kejang berhenti, segera ke dokter untuk mencari penyebab dan
mengobati demam.
b; Penanganan Kejang di RS
1; Memastikan jalan nafas anak tidak tersumbat
2; Pemberian oksigen melalui face mask
3; Pemberian diazepam supositaria saat kejang
- 5 mg untuk anak < 3 tahun / 7,5 mg > 3 tahun.
- 5 mg untuk BB < 10 Kg dan 10 mg untuk BB > 10 Kg.
4; Diazepam Intravena juga dapat diberikan dengan dosis 8,2 0,5 mg/Kg
BB. Pemberian dilakukan perlahan dengan kecepatan 0,5 1 mg/ menit
untuk menghindari depresi pernafasan. Bila kejang berhenti sebelum
obat habis hentikan penyuntikan, diazepam dapat diberikan 2 kali
dengan jarak 5 menit bila anak masih kejang.
5; Bila tetap masih kejang, berikan penitoin per IV sebanyak 15 mg/Kg
BB perlahan-lahan.
Setelah kejang berhenti dan tidak berlanjut, pengobatan cukup
dilanjutkan dengan pengobatan intermiten:
a; Antipiretik:
12
orang tua).
b; Riwayat Kesehatan
1; Riwayat Kesehatan Dahulu
Pernah menderita demam tinggi dan mengalami kejang.
2; Riwayat Kesehatan Sekarang
- Kejang Demam Simplek
Kejang bersifat umum, lama bangkitan kejang kurang 15 menit,
tidak ada bangkitan kejang berulang dalam waktu 24 jam atau
selama periode demam.
- Kejang Demam Komplek
Kejang bersifat lokal, lama bangkitan kejang lebih 15 menit,
didapatkan bangkitan kejang berulang dalam waktu 24 jam.
3; Riwayat Kesehatan Keluarga
Biasanya ada keluarga yang menderita penyakit demam kejang,
karena salah satu faktor pencetus adalh faktor keturunan ( 25%) ada
keluarga yang menderita penyakit yang sama atau penyakit seperti
ISPA, penyakit infeksi menular.
c; Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
1; Prenatal
- Biasanya ibu pernah mengalami infeksi atau sakit panas saat hamil
- Biasanya ibu mengalami pendarahan pervaginam
- Biasanya ibu menggunakan obat-obatan saat hamil
- Biasanya ibu tidak imunisasi TT.
2; Intranatal
Biasanya persalinan dengan tindakan forcep/vacum.
3; Post Natal
Biasanya bayi mengalami asfiksia saat lahir.
d; Riwayat Kesehatan Lingkungan
Biasanya lokasi di rumah berada di tempat yang berbahaya resiko
kecelakaan.
13
e; Riwayat Psikososial
f; Riwayat Tumbuh Kembang
- Motorik Kasar
- Motorik Halus
- Kognitif dan Bahasa
- Sosial dan Kemandirian
g; Imunisasi
Jenis Imunisasi
BCG
Hepatitis
DPT
Polio
Campak
Usia
Usia Pemberian
Pemberian I
II
Usia
Pemberian III
14
Mandi
(Frekuensi/hari, sabun)
b; Oral Hygiene
(Frekuensi/hari, waktu, cara)
c; Cuci rambut
(Frekuensi/minggu,
shampoo,
sendiri/dibantu)
d; Berpakaian
(Sendiri/dibantu)
4; Eliminasi
a; BAB (frekuensi/hari, waktu, warna, bau, konsistensi, cara).
b; BAK (frekuensi/hari, warna, kebiasaan ngompol, keluhan).
i; Pemeriksaan Fisik
1; Keadaan umum pasien
Biasanya pasien letih dan lemah.
2; Kesadaran
Biasanya kompos mentis/ samnolen/ delirium.
3; TB/BB
4; TTV: TD : biasanya meningkat
Nadi
: Biasanya meningkat
Suhu
: Biasanya meningkat
RR
: Biasanya meningkat
5; Kepala
: Biasanya ada tanda-tanda kenaikan tekanan intrakranial.
6; Mata
: biasanya tatapan kosong, oedema kelopak mata.
7; Telinga : biasanya ada tanda-tanda infeksi.
8; Mulut
: biasanya menggigit bibir saat kejang, terdapat luka pada
lidah, bibir, biasanya chiaross.
9; Leher
: biasanya terjadi kaku kuduk dan pembesaran vena
jugularis.
10; Paru
: biasannya RR menurun, penggunaan otot bantu
pernafasan apnoe, adanya suara nafas tambahan.
11; Jantung : biasanya tacycardia dan peningkatan nadi perifer.
12; Abdomen : distensi abdomen serta adanya kekakuan otot pada
abdomen. Biasanya ada mual dan muntah.
13; Urogenitalia:
- Biasanya peningkatan tekana pada kandung kemih dan tonus
springker.
- Inkontinensia urine dan fekal
14; Ekstremitas:
- Biasanya nyeri otot
a;
15
otak.
Resiko kejang berulang b.d ketidakseimbangan potensial (membran ATP
dan AMILASE).
Resiko cedera b.d pergerakan otot tidak terkendali selama kejang.
Resiko aspirasi b.d penurunan kesadaran.
Resiko asfiksia b.d ketidak adekuatan untuk inhalasi
3; Rencana Keperawatan
No
Diagnosa
Keperawatan
1 Hipertermia b.d
NOC
Thermoregulasi
peningkatan laju
metabolisme
NIC
Fever treatment:
1; Monitor
suhu
sesering
Indikator:
mungkin
2; Monitor lwl
1; Suhu tubuh dalam
3; Monitor warna dan suhu kulit
rentang normal
4; Monitor tekanan darah, nadi,
2; Nadi dan RR
RR
5; Monitor
penurunan
tingkat
dalam rentang
16
normal
6;
3; Tidak ada
7;
8;
perubahan warna
9;
kesadaran
Monitor WBC, HB, dan HT
Monitor intake output
Berikan antipiretik
Berikan pengobatan untuk
mengatasi penyebab demam
10;Selimuti pasien
11; Lakukan tapiq sponge
12;Kolaborasi pemberian cairan
intravena
13;Kompres pasien pada lipat
paha dan aksila
14;Tingkatkan sirkulasi udara
15;Monitor suhu minimal tiap 2
jam
16;Kontrol
TD,
nadi,
dan
pernafasan
17;Monitor warna dan suhu kulit
18;Tingkatkan intake cairan dan
nutrisi
19;Diskusikan tentang pentingnya
pengaturan
suhu
dan
Diagnosa
Keperawatan
I; Resiko
ketidakefektif
an perfusi
jaringan otak
b.d perubahan
suplai darah
ke otak
NOC
- tidak ada tanda-tanda
peningkatan tekanan
intrakrania (tidak lebih
dari 15 menit)
- tidak ada orto statutik
hipertensi
- tekanan systole dan
diastole dalam rentang
NIC
Aktifitas
Keperawatan
Environment -Sediakan lingkungan
management
(manajemen
lingkungan)
yang dinampakan
17
berbahaya
-Memasang side trail
tempat tidur
-Menyediakan tempat
tidur yang nyaman
dan bersih
-Membatasi
pengunjung
-Mengontrol
lingkungan dan
kebisingan
-Memindahkan
tinggi
trauma
(cedera b/d
kelemahan
perubahan
kesadaran
kehilangan
koordini otot
berbagai stimulus
Manajemen
Kejang
pencegahan kejang
-Observasi keadaan
umum sebelum dan
sesudah kejang
-Catat tipe dan
aktivitas kejang
dan berapa kali
terjadi
-Lindungi klien dari
bagi pasien.
18
19
BAB III
LAPORAN KASUS
I;
: Ny. V
: 32 th
: IRT
: SMA
: Indrapura
Dx. Medis
: Kejang Demam Komplek (KDK)
No. MR
: 210305
Tgl. Masuk RS : 4 April 2016
II;
KELUHAN UTAMA
Pasien masuk melalui IGD tanggal 4 April 2016, jam 05.45 Wib dengan
keluhan demam sejak 2 hari yang lalu, pasien kejang dirumah 3x, lama
kejanng 1- 2 menit. Pasien dengan riwayat kejang usia 1tahun6 bulan. lama
kejang 1 menit. BAB encer berampas dengan frekuensi 4 x, warna
kehijauan.
III;
20
IV;
b;
Intranatal
Usia kehamilan saat lahir cukup bulan, cara persalinan dengan SC,
ditolong oleh dokter spesialis kebidanan. Berat badan 3000 gr, Panjang
badan 50 cm, Pengobatan yang didapatkan HB, Polio, Vit. K dan Apgar
Score 8/9.
c;
Post Natal
Tidak ada kelainan genitalia, ikterus tidak ada, kejang tidak ada,
pendaharan tidak ada, trauma persalinan tidak ada, infeksi tali pusat
demam sejak senen pagi tanggal 2-4- 2016, pada saat tidak ada,
pemberian ASI eklusif dan sampai sekarang.
RIWAYAT KESEHATAN
a; Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien sebelumnya pernah menderita kejang demam pada usia 1 tahun 6
bulan dirawat di RS, imunisasi lengkap (BCG ada, Polio, DPT dan
Campak.
b;
21
Genogram
Keterangan :
d;
e;
V;
: Laki-laki
: Pasien
: Perempuan
-----: Tinggal Serumah
Riwayat Kesehatan Lngkungan
Pasien tinggal di perumahan komplek, rumah berlokasi paling ujung,
tidak terlalu terpapar dengan cahaya matahari, kondisi dalam rumah
gelap, pasien tinggal bersama nenek dan kakek serta saudara orang tua.
Riwayat Psikososial
Sebelum sakit anak berinteraksi dengan orang tua dan kakek nenek,
semenjak sakit pasien hanya ingin bersama dengan kedua orang tuanya,
dan sering tertidur di pangkuan ibunya.
IMUNISASI
No
IMUNISASI
PEMBERIAN
PEMBERIAN
PEMBERIAN
22
VI;
PERTAMA
KEDUA
KETIGA
1 minggu
BCG
Hepatitis
1 bulan
3 bulan
5 bulan
DPT
2 bulan
4 bulan
6 bulan
PLIO
1 bulan
2 bulan
3 bulan
Campak
9 bulan
Kognitif dan Bahasa : Anak pertama kali bisa bicara pada usia 1 tahun
Sosianl dan Kemandirian : Minum dengan gelas
Pola Nutrisi
Dirumah
- Sehat : Pasien masih minum ASI dan makan nasi serta lauk
- Sakit : Pasien selama di RS hanya ASI saja
23
Makanan
- Sehat : Nasi di tambah sayuran dan lauk pauk
- Sakit : ASI saja
b; Pola Tidur
BAB
- Sehat : Pasien BAB tiap hari di pagi hari, warna kuning,
konsistensi lembek
- Sakit : Pasien sejak di rawat mencret (+), frekuensi 4-5 x
sehari, konsistensi cair, sedikit ampas.
2; BAK
- Sehat : Pasien pakai pempers, lebih kurang 3x ganti dalam
sehari.
- Sakit : Selama di rawat , karena pasang infus pasien lebih
kurang 4 x ganti, pempers warna kuning.
f; Kebiasaan Lain
Pasien belum bisa berjalan sendiri, sering di tatakan oleh orang tua,
tetapi berdiri sudah bisa, bila melangkah sering terjatuh, pasien sering
memasukan benda kemulut.
1;
24
VIII;
PEMERIKSAAN FISIK
a; Keadaan Umum : Lemah
TD : 110/ 60 mmhg
RR : 24x/ menit
HR : 100x/ menit
TB : 84 cm
Suhu : 39,5 c
BB : 9 kg
b; Kepala : Lingkar kepala : 48 cm
Rambut warna hitam, tipis dan agak kusam
c; Mata : Simetris kiri dan kanan
Komjungtiva tidak anemis
Sklera tidak ikterik
Palpebra sedikit odema
Pupil replek cahaya (+)
d; Telinga : Simetris kiri dan kanan, serumen tidak ada, pendengaran
bagus
e; Hidung : Septum simetris kiri dan kanan, ada sekret dan epistaksis
f; Mulut : Kebersihan (+) warna bibir sedikit kering, mukosa bibir
lembab, , lidah tampak merah, tidak ada perdarahan pada gusi
g; Leher : tidak ada pembesaran tiroid dan pembesaran kelenjer getah
bening
h; Dada :
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, tidak ada tarikan dinding dada.
Auskultasi : Tidak ada suara nafas tambahan
i; Jantung : Iktus kordis tidak terlihat, irama teratur dan bunyi jantung
normal
j; Paru Paru : Suara nafas vesikuler, Wheezing (-), ronki (-).
k; Perut : Peristaltik usu meningkat 10x/ menit, distensi (+).
l; Punggung : Bentuk normal tidak ada tanda tanda kelainan kongenital
m; Ekstremitas : Akral hangat, IVFD terpasang pada lengan atas sebelah
kiri RL 6 tetes / menit.
n; Genitalia : Tampak sedikit memerah, pasien pakai pempers
o; Kulit : Warna kulit merah, turgor kulit baik, teraba lembab dan panas
p; Pemeriksaan neorologis : Tidak ditemukan adanya kaku kuduk
IX;
25
X;
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
Tanggal 6 4 - 2016
HB
: 10,5 g/dl
Leukosit
: 8.900 /mm3
Hematokrit : 31 %
Trombosit
: 246 000/ mm3
XI;
PENATALAKAKSANAAN
IVFD RL 6 tetes / menit
Ceftriaxon 2x 25g
Luminal 2x 22,5
Zink 1 x 20
Ranitidin 2 x 10 g ( IV )
Paracetamol syr 3 x 1 sdt
NO
DATA
MASALAH
ETIOLOGI
Data Sajebtif
Hipertermi
Proses penyakit
26
panas
Ibu
mengatakan
anaknya
rewel
dan
selalu
minta
di
memerah
kulit teraba panas
akral dingin
suhu : 39,5
Nadi : 110x/ menit
Pernafasan : 30x/
menit
TD : 110/ 60 mmhg
Data Sabjektif
Ibu
mengatakan
Resiko cedara
pasien
anaknya
demam.
Ibu pasien mengatakan
anaknya kejang
Data Objektif:
Suhu : 39,5c
hangat
Anak terlihat kejang
selama 1 menit
27
NO
DIAGNOSA
NOC
KEPERAWATAN
1
Tidak ada
3; Monitot TD, Nadi dan RR
4; Monitor warna dan suhu kulit
5; Tingkatkan intake cairan dan
perubahan warna
kulit dan tidak ada
nutrisi
6; Monitor penurunan tingkat
pusing.
kesadaran
7; Monitor intake dan aut put
8; Tingkatkan sirkulasi udara
9; Monitor pengukuran suhu dan
kemungkinan efek negatif dari
kedinginan
10;
11; Identivkas penyebab
perubahan vital sign
12;Monitor WBC
13;Berikan pengobatan untuk
mengurangi penyebab
demam.
14; Monitor IWL
2
Resiko cedera
Risk kontrol
NIC
Dengan indikator :
Environment
Manajement
Klien
mampu
aman untuk pasien.
2;
Identifikasi
kebutuhan
menjelaskan cara /
metode
keamanan
untuk
untuk
pasien,
mencegah injury /
cedera.
Klien
dan
menjelaskan faktor
3;
riwayat
penyakit
terdahulu pasien
Menghindarkan lingkungan
28
resiko
dari
lingkungan
perilaku personal
Mampu
memodifikasi gaya
hidup
untuk
memindahkan perabotan.
Memasang side rail tempat
5;
tidur.
Menyediakantempat
6;
tidur
kesehatan 7;
8;
yang ada.
Mampu mengenali
perubahan
berbahaya(misalnya
4;
mencegah injury
Menggunakan
fasilitas
yang
status 9;
jangkau pasien
Membatasi pengunjung
Menganjurkan
keluarga
untuk menemani pasien
Mengontrol lingkungan dari
kebisingan
kesehatan
10; Memindahkan
barang
barang
yang
dapat
membahayakan.
11; Berikan penjelasan
pada
adanya
CATATAN PERKEMBANGAN
NO
Tgl/jam
Dx
Implementasi
EVALUASI SOAP
Kep
1
6- 4 -16
1; Melakukan
monitor S:
1; Keluarga
mengatakan
pasien
anaknya
demam.
2; Keluaga
mengatakan
pasien
anaknya
rewel
O:
29
TT
keluarga
mengompres
dan
aksila
dengan
menggunakan
handuk atau waslap
yang
di
basahi
dengan
air
hangat
monitor
intra
vena
dengan
dengan
30
sdt
2
RABU
6- 4 -16
II
1; Menyediakan
lingkungan
S:
yang
1; Keluarga
mengatakan
benda
pasien
anaknya
masih demam.
2; Keluarga
benda
mengatakan
tajam.
pasienn
anaknya
2; Melakukan
O:
1; Suhu 38.5c
2; TD : 90/ 60 mmhg
untuk
3; Kulit pasien teraba
hangat
4; Anak kelihatan tenang
meninggalkannya.
4; Menganjurkan
keluarga
untuk
memindahkan barang
barang
yang
membahayakan
seperti pisau, gelas
dan piring
5; Memberikan
penjelasan
pada
pengunjung
perubahan
penyakit
pengunjung
Tanggal : 7 - 4 - 2016
31
NO
1
TANGGAL/ DX
JAM
Kamis
7-4-2016
IMPLEMENTASI
EVALUASI
SOAP
1; Melakukan monitorS:
terhadap
mengatakan anaknya
demam.
pengukuran
2; Keluaga pasien
terhadap
tekanan
mengatakan anaknya
rewel
3; Menganjurkan
O:
1. Suhu : 38c
untuk meningkatkan 2. TD : 90/60 mmhg
3. Nadi : 100x/ menit
intake cairan dengan
4. Kulit tersa hangat
banyak minum dan 5. Anak terlihat rewel
6. Intake : 400 cc
tetap
menyusui
keluarga
pasien
anaknya
4; Menganjurkan
kepada
untuk
keluarga
P: Intervensi dilanjutkan
1,2,3,4,5,6,7
mengompres
dan
aksila
dengan
menggunakan
handuk atau waslap
yang
di
basahi
suam
kuku
intake
dengan
mencatat pemasukan
32
PARAF
dan pengeluaran.
6; Melanjutkan
pemberian
intra
vena
instruksi
caira
sesuai
dokter
yaitu RL 6 tts /
menit.
7; Melanjutkan
pemberian
antipiretik
sesuai
Paracetamol
Kamis
7 4 2016
II 1; Menyediakan
S:
lingkungan
yang
benda
benda
tajam
2; Melakukan
pasien
mengatakan
anaknya
masih
demam.
2; Keluarga
mengatakan
pemasangan
side
1; Keluarga
anaknya
sudah
tidak kejang
untuk
O:
pasien 1; Suhu : 38c
dan
jangn
di 2; TD : 90/60 mmhg
3; Kulit pasien teraba
tinggalkan sendiri.
hangat
4; Menganjurkan
4; Anak tidak mengalami
keluarga
untuk
kejang
memindahkan
barang barang yang A : Cedera tidak terjadi
menemani
membahayakan
seperti pisau, gelasP: Intervensi
dan piring
dipertahankan
33
5; Memberikan
penjelasan
pada
keluarga
dan
pengunjung adanya
perubahan
status
kesehatan
dan
penyebab
penyakit
seperti
pengunjung
Tanggal :8 - 4 - 2016
NO
Tgl/jam
Dx
Implementasi
EVALUASI SOAP
Kep
1
Jumat
Jam 09
1; Melakukan monitor
S:
1; Keluarga pasien
mengatakan
anaknya asih
demam demam.
2; Keluaga pasien
mengatakan
anaknya rewel
meningkattkan intake
O:
1. Suhu : 37,5c
2. TD : 90/60 mmhg
minum dan tetap menyusui
3. Nadi : 105x/ menit
anaknya.
4. Kulit tersa hangat
4; Menganjurkan kepada
5. Anak terlihat rewel
6. Intake : 400 cc
keluarga untuk
cairan dengan banyak
tratasi
P: Intervensi
dilanjutkan
34
TT
1,2,3,4,5,6,7
biasa
5; Melakukan monitor
35
36
BAB IV
PEMBAHASAN
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan kepada An. A dengan
demam kejang selama 2 hari tanggal 6 s/d 8 april 2016 di ruang anak RSUD Dr.
M. Zein Painan, dengan proses pendekatan perawatan yang meliputi tahap
pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Pada bab ini penulis akan
dibahas berbagai kesenjangan yag di temukan antara teori dengan prektek nyata
dengan membahas berdasarkan tahapan proses keperawatan.
I;
PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan tahap dalam proses keperawatan. Penyebab
kejang demam pada anak A yaitu demam yang tinggi . Adapun data yang di
dapat penulis melalui pengkajian yaitu tanda dan gejala yang sesuai dengan
teori kondisi anak A dalam pengkajian ini penulis mengkaji pasien
berdasarkan pada landasan teoritis dengan diagnosa medis kejang demam
dan asuhan keperawatan di sesuaikan dengan kasus yang ada. Pada fokus ini
data yang muncul adalah riwayat demam 39,5C sebelumnya tidak menderita
sakit anak melakukan aktifitas bermain dan data yang sesuai dengan teori
adalah kenaikan suhu tubuh di atas 38C yaitu 39,5C. Data yang
tidak sesuai dengn teori adalah penyakit yang melatar belakangi
kejang, karena demam yang muncul pada anak A tiba-tiba disertai dengan
penyakit sebelumnya demam kejang pada umur 1 tahun 6 bulan, dari hasil
laboratorium pada tanggal 06 april 2016 Hb : 10.5, HT : 31%, Leokosit :
8.900 rb/ul, Trombosit : 246 rb/ul.
II;
DIAGNOSA KEPERAWATAN
a; Hipertermia b.d peningkatan laju metabolisme
b; Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak. b.d perubahan suplai
darah ke otak.
c; Resiko kejang berulang b.d ketidakseimbangan potensial (membran
ATP dan AMILASE).
d; Resiko cedera b.d pergerakan otot tidak terkendali selama kejang.
e; Resiko aspirasi b.d penurunan kesadaran.
f; Resiko asfiksia b.d ketidak adekuatan untuk inhalasi
PELAKSAAN KEPERAWATAN
III;
37
PELAKSANAAN
Penulis melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan keadaan
pasien dan rencana keperawatan yang telah disusun, semua tindakan
pendokumentasian dalam catatan keperawatan dan dalam tindakan tidak
semua tindakan dapat di lakukan karena keterbatasan waktu dinas dan
tindakan yang tidak penulis lakukan di lakukan oleh perawat ruangan,
seperti memberikan terapi oral sore, memberikan injeksi sore dan
memberikan terapi cairan.
38
EVALUASI
Evaluasi keperawatan pada teori ada dua, yaitu evaluasi formatif
dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif yang telah di capai dalam kasus
yaitu keluhan demam turun, keluhan kejang sudah tidak ada lagi, nafsu
makan mulai membaik. Sedangkan evaluasi sumatif yang di capai dalam
kasus yaitu semua tercapai, masalah sudah teratasi, dan tindakan
keperawatan di hentikan karena pasien pulang pada tnggal 13 april 2016
pukul 12.00 Tidak ada faktor penghambat yang mempenggaruhi.
keberhasilan asuhan keperawatan karena semua rencana dan tindakan di
lakukan serta semua diagnosa yang ada pada kasus dapat di evaluasi.
Faktor pendukung untuk pemecahan permasalahan tersebut yaitu dengan
kerjasama dengan perawat ruangan, tim medis, dan tenaga kesehatan yang
lain.
39
BAB V
PENUTUP
A; KESIMPULAN
Kejang demam sering terjadi pada anak usia 3 bulan sampai 5atau 6
tahun dan akan berhenti pada usia 5 atau 6 tahun. Setelah dilakukan asuhan
keperawatan pada anak dengan kejang demam di dapatkan beberapa data
diantaranya:
1; Pada pengkajian di dapatkan anak demam tinggi dengan suhu: 39,5c,
pada saat suhu tinngi tersebut terjadi kejang pada anak selama
1menit, pada riwayat kesehatan sebelumnya anak pernah mengalami
kejang pada usia 1 tahun 6 bulan.
2; Diagnosa keperawatan prioritas pada anak.A adalah Hipertemi dan
Resiko Cedera. dari kedua diagnosa yang di angkat hipertemi belum
40
41
DAFTAR PUSTAKA
Arif Mansyur, 2010. Kapita Selekta kedokteran, EGC. Jakarta
Dewanto, G. (2009). Diagnosa dan Tata Laksana Penyakit Saraf. Jakarta: EGC.
Judha M & Rahil H.N. 2011 Sistem Persarafan Dalam Asuhan
Keperawatan.Yogyakarta: Gosyen Publishing
Ngastiyah. 2010. Perawatan Anak Sakit Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Riyadi S & Sukarmin. 2009 Asuhan Keperawatan Pada Anak. Yogyakarta: Graha
Ilmu
Sadlier LG, Scheffer IE. (2007) Febrile Seizures. BMJ,334, 307-11.
Wong, Donna L. (2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. (Edisi 6). Jakarta:
EGC.
Widagdo. 2012. Masalah dan Tatalaksana Penyakit Anak Dengan Demam.
Jakarta: CV Sagung Seto
42