Anda di halaman 1dari 45

Cardio Respiratory Arrest

Andry Mayanto SPd Skep Ners MKes


KASUS
SEORANG PRIA TN.WM, PEJABAT DI PERUSAHAAN SWASTA,
UMUR 56 TAHUN MENGELUH SAKIT DADA SEBELAH KIRI
SEWAKTU PENDERITA MAIN TENNIS DISERTAI RASA SESAK
NAPAS. RIWAYAT PEROKOK 2 BUNGKUS PERHARI, KOPI 1
GELAS PERHARI, BADAN AGAK GEMUK.

HASIL PEMERIKSAAN DI RUMAH SAKIT DIDAPATKAN :


* TEKANAN DARAH TINGGI (170/100 mmHg)
* KADAR ENZIM JANTUNG MENINGKAT TINGGI
* REKAM JANTUNG : KEMATIAN JARINGAN OTOT
JANTUNG BAGIAN BAWAH + GANGGUAN IRAMA
JANTUNG
* KOLESTEROL DARAH MENINGKAT (KOL. 320 MG/DL,
LDL 168 MG/DL, HDL 28 MG/DL, TG 250 MG/DL)
Cardiorespiratory arrest
(CRA)

adalah kondisi kegawatdaruratan


karena terhentinya aktivitas jantung
dan paru secara mendadak yang
mengakibatkan kegagalan sistem
sirkulasi dan pernapasan.  kematian
Cardiorespiratory arrest
(CRA)

adalah kondisi kegawatdaruratan


karena terhentinya aktivitas jantung
dan paru secara mendadak yang
mengakibatkan kegagalan sistem
sirkulasi dan pernapasan.  kematian
Cardiorespiratory arrest terdiri dari
dua keadaan yaitu henti jantung dan
henti napas
.
Cardiorespiratory arrest
(CRA)

adalah kondisi kegawatdaruratan


karena terhentinya aktivitas jantung
dan paru secara mendadak yang
mengakibatkan kegagalan sistem
sirkulasi dan pernapasan.  kematian
Epidemiologi
Di Amerika Beck 2018

Insiden kematian akibat henti jantung insiden sudden cardiac death terjadi 99,4 kasus
diperkirakan antara 180.000 – per 100.000 kasus di Australia

.450.000 kasus setiap tahun Indonesia (riskesdas 2018)

belum didapatkan data statistik yang jelas


AHA 2016 mengenai jumlah kasus henti jantung dan henti
mendapatkan lebih dari 350.000 kasus henti napas baik yang terjadi di dalam maupun di luar
jantung terjadi di luar rumah sakit, sedangkan rumah sakit setiap tahunnya, namun hanya
kasus henti jantung yang terjadi di dalam rumah menjelaskan prevalensi penyakit jantung yang
sakit didapatkan sebesar 209.000 kasus dalam merupakan penyebab CRA meningkat seiring
satu tahun bertambah usia yakninya 4,7% kejadian di usia 75
tahun lebih dan prevalensi ini lebih meningkat 1,6%
pada perempuan
Anatomi dan Fisiologi
Jantung
.

Posisi jantung terletak diantar kedua paru dan berada


ditengah tengah dada, bertumpu pada diaphragma thoracis
dan berada kira-kira 5 cm diatas processus xiphoideus,
terlindungi oleh tulang rusuk.
Cardiorespiratory arrest
(CRA)
Impuls elektris dari otot jantung
. (myocardium) menyebabkan jantung
berkontraksi. Sinyal elektrik ini dimulai di
nodus SA, lokasinya pada puncak
atrium kanan
Cardiorespiratory arrest
(CRA)
Impuls elektris dari otot jantung
. (myocardium) menyebabkan jantung
berkontraksi. Sinyal elektrik ini dimulai di
nodus SA, lokasinya pada puncak
atrium kanan
Definisi CRA

Henti Jantung (Cardiac Henti Napas


Arrest) (Respiratory Arrest)

. Dapat ditandai dengan nadi Dapat ditandai dengan adanya


idak teraba, hilang kesadaran apnea, jika tidak segera ditangani
dapat terjadinya henti jantung
dan apnea
Reguler Tidak terbentuknya kompleks QRS karna seluruh
aktivitas listrik tidak terkoordinasi
Ventrikel Fibrilasi
Rate Ratenya terlihat cepat tetapi tidak teraturnya aktivitas
listrik mencegah jantung untuk mempompa

Gelombang P Tidak ada gelombang P yang terlihat

PR interval Tidak ada PR interval yang terlihat

QRS Kompleks Berubahnya komplek QRS


Reguler Interval R-R seperti biasa tetapi tidak selalu regular

Takikardia Ventrikel Rate Rate atrium tidak dapat ditentukan. Rate Ventrikular selalu
diantara 150 dan 250 kali permenit.

Gelombang P Kompleks QRS tidak selalu di dahului oleh gelombang P.


Gelombang P terkadang terlihat di strip, tetapi tidak
berhubungan dengan ritme ventrikular.

PR interval PR interval tidak dihitung sejak ritme ventrikular

QRS Kompleks QRS selalu lebih dari 0,12 second. Komplek QRS
Kompleks akan selalu lebar dan terlihat aneh. Selalu sulit untuk melihat
bagian antara Kompleks QRS dan gelombang T.
Reguler Ritme lebih mendekat kepada garis lurus
Pulseless Electrical
Activity (PEA) dan
Asistol Rate Tidak ada denyut

Gelombang P Tidak tampak Gelmbang P

PR interval PR interval tidak dapat dihitung karna


gelombang P tidak terlihat
Pulseless Electrical Activity (PEA

QRS Kompleks Tidak tampak kompleks QRS

Gambaran EKG Asistol


DIAGNOSIS
Tanda dan Gejala

1. pingsan atau penurunan kesadaran,


1. perubahan mendadak pada frekuensi atau ritme pernapasan (agonal breathing,
frekuensi napas menurun, atau peningkatan frekuensi napas mendadak);
2. tidak terabanya nadi besar (a. karotis, a.femoralis, a. radialis); hipotensi signifikan
(tekanan sistolik <50 mmHg); bunyi jantung tidak terdengar atau irreguler,
perubahan frekuensi atau irama jantung;
3. perubahan warna mukosa membran kulit (putih atau sianosis), dan
4. dilatasi pupil yang tidak bereaksi dengan rangsangan cahaya
TATALAKSANA (BASIC
LIFE SUPPORT)
• Circulation: dilakukan dengan mengecek nadi carotis 10 detik,
mengatasi gangguan sirkulasi dapat dilakukan compresi dada
dengan kecepatan 100-120/m, jika pasien tidak terlatih dan
C serangan diluar rumah lakukan kompresi saja

• Airway: dapat dilakukan dengan Head tilt dan Chin lift, jika
dicurigai cedera cervical bisa dilakukan jaw thrust
A

• Breathing: aturan tetap dilakukan 30:2, dimana 1 kali


bantuan napas tiap 6 detik atau 10 kali dalam 1 menit
B
TATALAKSANA

Algoritma Bantuan Hidup


Dasar Menurut AHA 2015
RJP bisa dihentikan dalam keadaan
Tanda dan Gejala

1. penolong kelelahan dan korban telah dialihkan kepada petugas lain yang lebih ahli,
2. didapatkan korban sudah lama meninggal.
3. RJP yang dilakukan berhasil dengan ditandai sirkulasi (denyut nadi) dan pernapasan
telah kembali atau ditemukan tanda-tanda seperti napas spontan, gerakan dada turun
naik, adanya aliran udara napas, denyut nadi kembali teraba, denyut jantung kembali
terdengar melalui stetoskop, kulit korban yang semula pucat menjadi kemerahan, dapat
melakukan gerakan terarah, korban berusaha menelan, dan refleks pupil positif.
Mencakup penggunaan peralatan dan teknik lanjut untuk mepertahankan ventilasi dan
siirkulasi
a. Pengamanan Jalan Napas c. Mengawasi irama jantung dan EKG,
Dapat dilakukan dengan OPA (oropharingeal mengupayakan sirkulasi spontan dgn defibrilasi
airway) dan nasopharingeal airway (NPA), atau
yang paling efektif adalah dengan intubasi Defibrilasi dilakukan pada kondisi ventrikel
endotrakeal fibrilasi dan ventrikel takikardi tanpa nadi. AED
dan EKG digunakan untuk menilai indikasi shock
b. Pembuatan akses jalur IV
d. Penggunaan Obat Emergensi
Tempat terbaik adalah vena sentral, vena
jugularis internal/ekterna, vena subclavia, vena naloxone, atropine, vasopressine, epinephrine dan
femoralis, namun dapat juga di vena perifer. lidocaine (”NAVEL”). Obat diencerkan dengan 10 ml
Akses ini digunakan untuk masuknya obat-obatan NaCl steril dan diberikan 2 sampai 3 kali.
KESIMPULAN
Cardiorespiratory arrest (CRA) merupakan kondisi kegawatdaruratan akibat
terhentinya aktivitas jantung dan paru secara mendadak yang mengakibatkan
kegagalan sistem sirkulasi dan pernapasan1
Diagnosis untuk seseorang yang mengalami henti jantung dan henti napas dapat dinilai
dengan tanda dan gejala seperti, pingsan atau penurunan kesadaran, perubahan
mendadak frekuensi dan ritme pernapasan, tidak terabanya nadi, perubahan warna
mukosa membran kulit dan dilatasi pupil yang tidak bereaksi dengan rangsangan cahaya.

Langkah yang harus dilakukan berdasarkan AHA 2015 dan 2018  aktivasi layanan
medis darurat, mulai RJP sebagai bantuan hidup dasar (BLS) dan dilanjutkan dengan
ACLS
RJP bisa dihentikan dalam
keadaan
Tanda dan Gejala

1. penolong kelelahan dan korban telah dialihkan kepada petugas lain yang lebih ahli,
2. didapatkan korban sudah lama meninggal.
3. RJP yang dilakukan berhasil dengan ditandai sirkulasi (denyut nadi) dan pernapasan
telah kembali atau ditemukan tanda-tanda seperti napas spontan, gerakan dada turun
naik, adanya aliran udara napas, denyut nadi kembali teraba, denyut jantung kembali
terdengar melalui stetoskop, kulit korban yang semula pucat menjadi kemerahan, dapat
melakukan gerakan terarah, korban berusaha menelan, dan refleks pupil positif.
RJP bisa dihentikan dalam
keadaan
Tanda dan Gejala

1. penolong kelelahan dan korban telah dialihkan kepada petugas lain yang lebih ahli,
2. didapatkan korban sudah lama meninggal.
3. RJP yang dilakukan berhasil dengan ditandai sirkulasi (denyut nadi) dan pernapasan
telah kembali atau ditemukan tanda-tanda seperti napas spontan, gerakan dada turun
naik, adanya aliran udara napas, denyut nadi kembali teraba, denyut jantung kembali
terdengar melalui stetoskop, kulit korban yang semula pucat menjadi kemerahan, dapat
melakukan gerakan terarah, korban berusaha menelan, dan refleks pupil positif.
RJP bisa dihentikan dalam
keadaan
Tanda dan Gejala

1. penolong kelelahan dan korban telah dialihkan kepada petugas lain yang lebih ahli,
2. didapatkan korban sudah lama meninggal.
3. RJP yang dilakukan berhasil dengan ditandai sirkulasi (denyut nadi) dan pernapasan
telah kembali atau ditemukan tanda-tanda seperti napas spontan, gerakan dada turun
naik, adanya aliran udara napas, denyut nadi kembali teraba, denyut jantung kembali
terdengar melalui stetoskop, kulit korban yang semula pucat menjadi kemerahan, dapat
melakukan gerakan terarah, korban berusaha menelan, dan refleks pupil positif.
PENGERTIAN BHD/CPR

Usaha yang dilakukan untuk


mempertahankan kehidupan pada
saat seseorang mengalami keadaan
yang mengancam nyawa
Indikasi BHD

Henti Napas.

Henti napas ditandai dengan tidak adanya gerakan dada dan aliran
udara pernapasan dari korban / pasien

Henti Jantung

Pernapasan yang terganggu (tersengal-sengal) merupakan tanda awal


akan terjadi henti jantung.

25
Otak Jantung

“3 – 8” menit

tidak dapat O2

mati
Tujuan BHD

1. Mencegah berhentinya sirkulasi atau


berhentinya pernafasan

2. Memberikan bantuan eksternal


terhadap sirkulasi dan ventilasi dari
pasien yang mengalami henti jantung
atau henti nafas melalui Resusitasi
Jantung Paru ( RJP ). 27
DANGER
 Kenali bahaya yang ada

 Pastikan keadaan aman baru lakukan


pertolongan.
RESPONS …
 Jika RESPON (-) lakukan Langkah : SHOUT FOR HELP
KOMPRESI JANTUNG LUAR

35
BHD dengan 2 Penolong

1 penolong melakukan kompresi, 1 penolong memberikan napas


bantuan

Jika penolong kedua datang saat penolong pertama sedang


melakukan pertolongan maka penolong kedua memberikan bantuan
setelah penolong pertama melakukan 1 siklus bantuan yang diakhiri
dengan 2 napas bantuan

Pertukaran penolong sebaiknya dilakukan setelah 5 siklus (2 Menit)

40
RJP DIHENTIKAN

Kembalinya ventilasi & sirkulasi spontan

Ada yang lebih bertanggung jawab

Penolong lelah atau sudah 30 menit tidak ada


respon.

Tanda kematian yang irreversibel


RJP TIDAK DILAKUKAN

DNR (Do Not Resuscitation)


Tanda kematian : rigor mortis, dekapitasi
Sebelumnya dengan fungsi vital yang sudah
sangat jelek dengan terapi maksimal
Bila menolong korban akan membahayakan
penolong
KESIMPULAN

Cardiorespiratory arrest (CRA) merupakan kondisi kegawatdaruratan akibat terhentinya aktivitas


jantung dan paru secara mendadak yang mengakibatkan kegagalan sistem sirkulasi dan
pernapasan1

Diagnosis untuk seseorang yang mengalami henti jantung dan henti napas dapat dinilai dengan
tanda dan gejala seperti, pingsan atau penurunan kesadaran, perubahan mendadak frekuensi dan
ritme pernapasan, tidak terabanya nadi, perubahan warna mukosa membran kulit dan dilatasi pupil
yang tidak bereaksi dengan rangsangan cahaya.

Langkah yang harus dilakukan berdasarkan AHA 2015 dan 2018  aktivasi layanan medis darurat,
mulai RJP sebagai bantuan hidup dasar (BLS) dan dilanjutkan dengan ACLS
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai