Anda di halaman 1dari 9

RESUME

PERUBAHAN SPIRITUAL DAN KULTURAL PADA


LANSIA

Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah


Keperawatan Gerontik
Dosen Pengampu : Ns. Nur Rakhmawati, S.Kep.,MPH

DISUSUN OLEH :
KADEK YUNITA DEWI
S18D/S18185

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2020/2021
PERUBAHAN SPIRITUAL DAN KULTURAL PADA LANSIA

A. Pengertian Lansia
Usia lanjut sebagai tahap akhir dalam siklus kehidupan merupakan
tahap perkembangan normal yang akan dialami oleh setiap individu yang
mencapai usia lanjut dan merupakan kenyataan yang tidak dapat dihindari.
Lansia adalah kelompok orang yang sedang mengalami suatu proses
perubahan yang bertahap dalam jangka waktu beberapa dekade. Lansia
adalah suatu proses alamiah yang selalu terjadi oleh setiap orang dan pasti
mengalami perubahan anatomi, fisiologis, dan biokimia pada jaringan atau
organ secara berkelanjutan yang pada akhirnya akan mempengaruhi
keadaan fungsi dan kemampuan badan secara keseluruhan.

B. Teori Penuaan
1. Teori Biologis
Teori biologis merupakan suatu teori yang mencoba untuk
menjelaskan proses fisik penuaan, termasuk perubahan fungsi dan
struktur pengembangan, panjang usia dan kematian. Proses
penuaan secara biologis tidak lagi dikaitkan dengan organ tubuh, tetaoi
kini dikaitkan dengan perubahan dalam sel-sel tubuh yang disebabkan
oleh adanya batasan maksimum untuk membelah diri sebelum mati,
setiap spesies mempunyai karakteristik dan masa hidup yang berbeda
serta terjadi penurunan fungsi dan efisiensi selular terjadi sebelum sel
mampu membelah diri secara maksimal.
2. Teori Psikologis
Memusatkan perhatian pada perubahan sikap dan perilaku
yang menyertai peningkatan usia, sebagai lawan dari implikasi biologi
pada kerusakan anatomis. Perubahan-perubahan yang terjadi secara
sosiologis dikombinasikan dengan perubahan yang terjadi secara
psikologis.
C. Batasan Lansia
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) lansia dikelompokkan
menjad i4 kelompok usia :
a. Usia pertengahan (middle age) terjadi antara usia 45 sampai 59 tahun.
b. Usia lanjut (elderly) terjadi antara usia 60 sampai 74 tahun.
c. Usia lanjut tua (old) terjadi antara usia 75 sampai 90 tahun.
d. Usia sangat tua (very old) terjadi pada saat usia lebih dari 90 tahun.
Sedangkan menurut Departemen Kesehatan RI (2006), lansia
dikelompokkan menjadi 3 tahap yaitu :
a. Virilitas (prasenium) yaitu masa persiapan usia lanjut yang
menampakkan keperkasaan fisik dan kematangan jiwa terjadi di usia
55-59 tahun.
b. Usia lanjut dini (senescen) yaitu kelompok yang mulai memasuki masa
usia lanjut dini terjadi di usia 60-64 tahun.
c. Usia lanjut >65 tahun yaitu lansia dengan resiko tinggi untuk menderita
berbagai penyakit degeneratif.

D. Proses Menua
Proses menua adalah suatu proses menghilangnya secara
perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau
mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat
bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita.
Proses menua berjalan secara terus-menerus secara alamiah dimulai
16 sejak lahir dan setiap individu tidak sama cepatnya. Menua bukan status
penyakit tetapi merupakan proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam
menghadapi rangsangan dari dalam maupun dari luar tubuh.
Menua (aging) merupakan proses yang harus terjadi secara umum
pada seluruh spesies secara progresif seiring waktu yang menghasilkan
perubahan yang menyebabkan disfungsi organ dan menyebabkan
kegagalan suatu organ atau sistem tubuh tertentu.
E. Perubahan-Perubahan yang Terjadi pada Lansia
Suatu proses yang tidak dapat dihindari yang berlangsung secara
terus–menerus dan saling berkaitan yang selanjutnya menyebabkan
perubahan anatomis, fisiologis, dan biokemis pada jaringan tubuh dan
akhirnya mempengaruhi fungsi dan kemampuan badan secara
keseluruhan.
Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia dapat dikelompokkan menjadi 4,
yaitu perubahan fisiologis, perubahan psikologis, perubahan sosial dan
perubahan ekonomi.
1. Perubahan Spiritual
Perubahan spiritual pada lansia ditandai dengan semakin matangnya
kehidupan keagamaan lansia. Agama dan kepercayaan terintegrasi dalam
kehidupan yang terlihat dalam pola berfikir dan bertindak sehari-hari.
Perkembangan spiritual yang matang akan membantu lansia untuk
menghadapi kenyataan, berperan aktif dalam kehidupan, maupun
merumuskan arti dan tujuan keberadaannya dalam kehidupan.
Konsep spiritual berkaitan dengan nilai, keyakinan, dan kepercayaan
seseorang. Kepercayaan itu sendiri memiliki cakupan mulai dari atheisme
(penolakan terhadap keberadaanTuhan)hingga agnotisme (percaya bahwa
Tuhan ada dan selalu mengawasi)atau theism (keyakinan akan Tuhan dalam
bentuk personal tanpa bentuk fisik) seperti dalam Kristen dan Islam.
Keyakinan merupakan hal yang lebih dalam dari suatu kepercayaan seorang
individu. Keyakinan mendasari seseorang untuk bertindak atau berpikir
sesuai dengan kepercayaan yang ia ikuti. Spiritual berasal dari kata spirit.
Spirit mengandung arti semangat atau sikap yang mendasari tindakan
manusia. Spirit juga sering diartikan sebagai ruh atau jiwa yang merupakan
suatu bentuk energi yang hidup dan nyata. Meskipun tidak terlihat oleh mata
dan tidak memiliki badan fisik seperti manusia, spirit itu ada dan hidup.
Spirit dapat diajak berkomunikasi sama seperti kita berbicara dengan
manusia lain. Interaksi dengan spirit yang hidup itulah yang disebut dengan
spiritual. Oleh karena itu spiritual berhubungan dengan ruh atau spirit.
Spiritual mencakup nilai-nilai yang melandasi kehidupan manusia
seutuhnya, karena dalam spiritual ada kreativitas, kemajuan, dan
pertumbuhan.
Terdapat 10 butir kebutuhan dasar spiritual manusia, yaitu:
a. Kebutuhan akan kepercayaan dasar (basic trust), kebutuhan ini secara
terus-menerus diulang untuk membangkitkan kesadaran bahwa hidup
ini adalah ibadah.
b. Kebutuhan akan makna dan tujuan hidup, merupakan kebutuhan untuk
menemukan makna hidup dalam membangun hubungan
yang selaras dengan Tuhan (vertikal) dan sesama manusia (horizontal)
serta alam sekitarnya.
c. Kebutuhan akan komitmen peribadatan dan hubungannya dengan
keseharian, merupakan pengalaman agama antara ritual peribadatan
dengan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari.
d. Kebutuhan akan pengisian keimanan, yaitu hubungan dengan Tuhan
secara teratur yang memiliki tujuan agar keimanannya tidak melemah.
e. Kebutuhan untuk bebas dari rasa bersalah dan dosa. Rasa bersaiah dan
berdosa merupakan beban mental dan dapat mengganggu kesehatan
jiwa seseorang. Kebutuhan ini mencakup dua hal yaitu yang pertama
secara vertikal, yakni kebutuhan untuk bebas dari rasa bersalah, dan
berdosa kepada Tuhan, dan yang kedua secara horizontal yaitu bebas
dari rasa bersalah kepada orang lain
f. Kebutuhan akan penerimaan diri dan harga diri (self acceptance dan
self esteem), merupakan kebutuhan setiap orang yang ingin dihargai,
diterima, dan diakui oleh lingkungannya.
g. Kebutuhan akan rasa aman, terjamin dan selamat terhadap harapan di
masa depan. Bagi orang beriman hidup ini ada dua tahap yaitu jangka
pendek (hidup di dunia) dan jangka panjang (hidup di akhirat). Hidup di
dunia sifatnya sementara dan merupakan persiapan bagi kehidupan
yang kekal di akhiratnanti.
h. Kebutuhan akan dicapainya derajat dan martabat yang lebih tinggi.
Derajat atau kedudukan manusia didasarkan pada tingkat keimanan
seseorang di hadapan Tuhan, apabila seseorang ingin memiliki derajat
yang lebih tinggi dihadapan Tuhan, maka dia harus berusaha untuk
menjaga dan meningkatkan keimanannya.
i. Kebutuhan akan terpeliharanya interaksi dengan alam dan sesama
manusia. Manusia hidup saling bergantung satu sama lain, oleh karena
itu hubungan dengan orang lain, lingkungan dan alam sekitarnya perlu
untuk dijaga.
j. Kebutuhan akan kehidupan bermasyarakat yang penuh dengan nilai-
nilai religius. Komunitas atau kelompok agama diperlukan oleh
seseorang agar dapat meningkatkan iman orang tersebut.

Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Spiritual


Menurut Taylor dan Craven & Hirnle, faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi spiritual seseorang diantaranya:
a. Tahap perkembangan. Spiritual berhubungan dengan kekuasaan
non material, seseorang harus memiliki beberapa kemampuan berfikir
abstrak sebelum mulai mengerti spiritual dan menggali suatu hubungan
dengan Tuhan.
b. Peran keluarga. Peranan keluarga penting dalam perkembangan spiritual
individu. Tidak banyak keluarga yang mengajarkan seseorang mengenai
Tuhan dan agama, akan tetapi individu belajar tentang Tuhan, kehidupan
dan diri sendiri dari tingkah laku keluarganya, sehingga keluarga
merupakan lingkungan terdekat dan dunia pertama bagi individu
c. Latar belakang etnik dan budaya. Sikap, keyakinan dan nilai dipengaruhi
oleh latar belakang etnik dan sosial budaya. Pada umumnya seseorang
akan mengikuti tradisi agama dan spiritual keluarga.
d. Pengalaman hidup sebelumnya. Pengalaman hidup yang positif ataupun
negatif dapat mempengaruhi spiritual sesorang. Peristiwa dalam
kehidupan seseorang biasanya dianggap sebagai suatu cobaan yang
diberikan Tuhan kepada manusia untuk menguji keimanannya.
e. Krisis dan perubahan. Krisis dan perubahan dapat menguatkan spiritual
seseorang. Krisis sering dialami seseorang ketika menghadapi penyakit,
penderitaan, proses penuaan, kehilangan dan bahkan kematian.
Perubahan dalam kehidupan dan krisis yang dihadapi tersebut merupakan
pengalaman spiritual yang bersifat fiskal dan emosional.
f. Terpisah dari ikatan spiritual. Menderita sakit terutama yang bersifat
akut, sering kali membuat individu merasa terisolasi dan kehilangan
kebebasan pribadi dari sistem dukungan sosial. Akibatnya, kebiasaan
hidup sehari-hari juga berubah, diantaranya tidak dapat menghadiri acara
resmi, mengikuti kegiatankeagamaan atau tidak dapat berkumpul dengan
keluarga atau teman dekat yang bisa memberikan dukungan setiap saat
bila diinginkan.
g. Isu moral terkait dengan terapi. Pada sebagian besar agama, proses
penyembuhan dianggap sebagai cara Tuhan untuk menunjukkan
kebesaran-Nya, meskipun terdapat beberapa agama yang menolak
intervensi pengobatan

Kebutuhan Spiritual pada Lansia yaitu salah satu upaya yang dapat
dilakukan untuk memenuhi kebutuhan spiritual lansia adalah dengan
melibatkan peran keluarga sebagai orang terdekat, diharapkan keluarga
mampu untuk mencurahkan segala perhatiannya bagi kesejahteraan lansia,
khususnya kesejahteraan spiritual mereka. Kebutuhan spiritual pada usia
lanjut adalah kebutuhan untuk memenuhi kenyamanan, mempertahankan
fungsi tubuh dan membantu untuk menghadapi kematian dengan tenang dan
damai. Lingkup asuhannya berupa preventif dan caring. Preventif
merupakan upaya yang dilakukan dengan mengadakan penyegaran dan
pengajian. Caring merupakan suatu upaya yang dilakukan dalam kegiatan
spiritual lansia untuk saling belajar menerima keadaan, dan memberikan
dukungan, spirit untuk bisa menerima ketika menghadapi kematian.
Kebutuhan keperawatan gerontik adalah memperoleh kesehatan optimal,
memelihara kesehatan, menerima kondisinya dan menghadapi ajal.

2. Perubahan Kultural
a. Kolektifitas Etnis Adalah kelompok dengan asal yang umum, perasaan
identitas dan memiliki standart perilaku yang sama. Individu yang
bedasarkan dalam kelompok seperti itu mengikuti budaya oleh norma-
norma yang menentukan jalan ikiran dan perilaku mereka. (Harwood,
1981).
b. Shok Budaya Adalah salah satu sebab karena bekerja dengan individu
yang latar belakang kulturnya berbeda. Shock budaya sebagai perasaan
yang tidak ada yang menolong ketidaknyamanan dan kondisi disoirentasi
yang dialami oleh orang luar yang berusaha beradaptasi secara
komprehensif atau secara efektif dengan kelompok yang berbeda akibat
akibat paraktek nilai-nilai dan kepercayaan,( Leininger, 1976).
Perawat dapat mengurangi shock budaya dengan mempelajari tentang
perpedaan kelompok budaya dimana ia terlibat. Pemting untuk perawat
mengembangkan hormat kepada orang lain yang berbeda budaya sambil
menghargai perasaan dirinya. Praktik perawatan kesehatan memerlukan
toleransi kepercayaan yang bertentangan dengan perawat.
c. Pola Komunikasi Kendala yang paling nyata timbul bila kedua orang
berbicara dengan bahasa ang berbeda. Kebiasaan berbahasa dari klien
adalah salah satu cara untuk melihat isi dari budaya. Menurut Kluckhohn
1972, bahwa tiap bahasa adalah merupakan jalan khusus untuk
meneropong dan interprestasi pengalaman tiap bahasa membuat tatanan
seluruhnya dari asumsi yang tidak disadari tetang dunia dan
penghidupan. Kendala untuk komunkasi bisa saja terjadi walaupun
individu berbicara dengan bahasa yang sama. Perawat kadang kesulitan
untuk menjelaskan sesuatu dengan bahasa yang sederhana, bebas dari
bahasa yang jlimet yang klien bisa menagkap. Sangat penting untuk
menentukan ahwa pesan kita bisa diterima dan dimengerti maksudnya.
DAFTAR PUSTAKA

L.Pratiwi, 2015. Perubahan Pada Lansia. Skripsi tidak diterbitkan. Medan:


Fakultas Kedokteran USU.
AC Umah, 2015. Perubahan Pada Lansia. Skripsi tidak diterbitkan. Semarang :
Universitas Diponegoro.
JE Prawitasari, 2016. Aspek Sosio-Psikologis Lansia di Indonesia. Yogyakarta:
Fakultas Psikologi UGM

Anda mungkin juga menyukai