HIPEREMESIS GRAVIDARUM
Disusun oleh :
KELOMPOK 2
1. Aditya Patria Negara (S18162)
2. Asri Setiawati (S18168)
3. Diah Ayu Mardi Lestari (S18173)
4. Feronika Febi Kusuma D. (S18180)
5. Kadek Yunita Dewi (S18185)
6. Munica Zinta Bella (S18193)
7. Rahmawati Lestari Ningrum (S18199)
8. Saprodite Dian Sunarto (S18204)
9. Umi Nur Kasanah (S18209)
10. Yudhatama Dewangga P. (S18213)
B. ETIOLOGI
Menurut Jurnal Susanti pada tahun 2019, penyebab hiperemesis gravidarum belum
diketahui secara pasti. Namun diperkirakan disebabkan oleh adanya peningkatan hormon
estrogen dan HCG (Hormon Chorionic Gonadothrophin) dalam serum perubahan
fisiologis kenaikan hormon ini belum jelas, karena sistem saraf pusat dan pengosongan
lambung yang berkurang sehingga menimbulkan perasaan mual muntah (Wardani, Rahayu
K., 2020)
Menurut Jurnal Rofi’ah pada tahun 2019, Penyebab hiperemesis gravidarum belum
diketahui secara pasti. Perubahan-perubahan anatomis pada otak, jantung, hati dan
susunan saraf dapat disebabkan oleh kekurangan vitamin serta zat-zat lain akibat faktor
pemicu. Beberapa faktor predisposisi dan faktor lain yang ditemukan adalah:
1. Faktor predisposisi yang sering dikemukakan adalah primigravida, molahidatidosa dan
kehamilan ganda. Frekuensi yang tinggi pada molahidatidosa dan kehamilan ganda
menimbulkan dugaan bahwa faktor hormon memegang peranan karena pada kedua
keadaan tersebut hormon korionik gonadotropin dibentuk berlebihan.
2. Masuknya vili korialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik akibat hamil
serta resistensi yang menurun dari pihak ibu.
3. Alergi, sebagai salah satu respons dari jaringan ibu terhadap anak juga disebut sebagai
salah satu faktor organik.
4. Faktor psikologis seperti rumah tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut
terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu dapat
menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah sebagai
ekspresi tidak sadar terhadap keengganan menjadi hamil atau sebagai pelarian karena
kesukaran hidup. Tidak jarang dengan memberikan suasana yang baru sudah dapat
membantu mengurangi frekuensi muntah ibu.
Menurut Jurnal Andria pada tahun 2017, Penyebab dari hiperemesis gravidarum belum
diketahui secara pasti. Tidak ada bukti bahwa penyakit ini disebabkan oleh faktor toksik,
juga tidak ditemukan kelainan biokimia. Perubahan-perubahan anatomik pada otak,
jantung, hati dan susunan saraf, disebabkan oleh kekurangan vitamin serta zat-zat lain
akibat inanisi. Ada faktor-faktor predisposisi, estrogen dan HCG meningkat, primigravida,
faktor organik, faktor psikologik dan faktor endokrin.
Menurut Jurnal Indrayani pada tahun 2018, hal ini disebabkan karena kurangnya
pengetahuan dan kepedulian ibu terhadap kehamilan yaitu tidak mencari tahu informasi
dari petugas kesehatan untuk menjaga dan memelihara kehamilannya sehingga dapat
mencegah terjadinya hipermesis gridarum..
Menurut Jurnal Susanti pada tahun 2019, penyebab hiperemesis gravidarum belum
diketahui, akan tetapi interaksi kompleks dari faktor biologis, psikologis, dan sosial
budaya diperkirakan menjadi penyebab hiperemesis gravidarum. Selain itu, kehamilan
multipel, perempuan dengan kehamilan pertama, usia <20 tahun dan >35 tahun, kehamilan
mola, serta berat badan berlebih menjadi pencetus pada beberapa penelitian.
C. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Jurnal Marlin pada tahun 2018, manifestasi klinis hiperemesis gravidarum :
1. Tingkat I : Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita, ibu
merasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan menurun dan merasa nyeri pada
epigastrium. Nadi meningkat sekitar 100 permenit, tekanan darah sistolik menurun,
turgor kulit menurun, lidah mengering dan mata cekung.
2. Tingkat II: Penderita tampak lebih lemas dan apatis, turgor kulit lebih menurun, lidah
mengering dan nampak kotor, nadi kecil dan cepat, suhu kadang-kadang naik dan mata
sedikit ikterus. Berat badan turun dan mata menjadi cekung, tensi turun,
hemokonsentrasi, oliguria dan konstipasi. Aseton dapat tercium dalam bau pernapasan,
karena mempunyai aroma yang khas dan dapat pula ditemukan dalam urin.
3. Tingkat III : Keadaan umum lebih buruk, muntah berhenti, kesadaran menurun dari
somnolen sampai koma, nadi menurun dan cepat, suhu meningkat dan tensi menurun.
Komplikasi fatal terjadi pada susunan saraf yang dikenal sebagai Encephalopathy
Wernicke dengan gejala nistagmus, diplopia, dan perubahan mental. Keadaan ini terjadi
akibat defisiensi zat makanan, termasuk vitamin B kompleks. Timbulnya ikterus
menunjukan adanya gangguan hati
D. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi hiperemesis gravidarum menurut Jurnal Rofi’ah pada tahun 2019 adalah
peningkatan kadar progesteron, estrogen dan human chorionic gonadotropin (HCG) dapat
menjadi faktor pencetus mual dan muntah. Peningkatan hormon progesteron menyebabkan
otot polos pada system gastrointestinal mengalami relaksasi sehingga motilitas lambung
menurun dan pengosongan lambung melambat. Refluks esofagus, penurunan motilitas
lambung dan penurunan sekresi asam hidroklorid juga berkontribusi terhadap terjadinya
mual dan muntah.
Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi pada hamil muda bila terjadi
terus-menerus dapat menyebabkan dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit disertai
alkalosis hipokloremik serta dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis
terpakai untuk keperluan energi. Oksidasi lemak yang tidak sempurna menyebabkan
ketosis dengan tertimbunnya asam aseton-asetik, asam hidroksi butirik dan aseton dalam
darah. Kekurangan intake dan kehilangan cairan karena muntah menyebabkan dehidrasi,
sehingga cairan ekstraselular dan plasma berkurang. Natrium dan klorida dalam darah
maupun dalam urine turun, selain itu dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi sehingga
menyebabkan aliran darah ke jaringan berkurang. Kekurangan kalium sebagai akibat dari
muntah dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal berakibat frekuensi muntah bertambah
banyak, sehingga dapat merusak hati dan terjadilah “lingkaran setan” yang sulit
dipatahkan.
Keadaan dehidrasi dan intake yang kurang mengakibatkan penurunan berat badan yang
terjadi bervariasi tergantung durasi dan beratnya penyakit. Pencernaan serta absorpsi
karbohidrat dan nutrisi lain yang tidak adekuat mengakibatkan tubuh membakar lemak
untuk mempertahankan panas dan energi tubuh. Jika tidak ada karbohidrat maka lemak
digunakan untuk menghasilkan energi, akibatnya beberapa hasil pembakaran dari
metabolisme lemak terdapat dalam darah dan urine (terdapat atau kelebihan keton dalam
urine). Pada beberapa kasus berat, perubahan yang terjadi berhubungan dengan malnutrisi
dan dehidrasi yang menyebabkan terdapatnya nonprotein nitrogen, asam urat, urea dan
penurunan klorida dalam darah. Kekurangan vitamin B1, B6 dan B12 mengakibatkan
terjadinya neuropati perifer dan anemia, bahkan pada kasus berat, kekurangan vitamin B1
dapat mengakibatkan terjadinya wenicke enchepalopati.
E. PATHWAY
Cairan
Bertambahnya
Peningkatan
ekstraseluler
Malnutrisi
Kehilangan
Hemokonsentrasi
Intake
Kehamilan
hormone
ekskresi
berkurang
dan cairan
plasma
progesteron
lewatberkurang
ginjal
Kekurangan vitamin
Aliran darahB1,
ke B6, dan B12
jaringan berkurang
Kekurangan kalium
Otot polos pada sistem gastrointestinal relaksasi
Berat badan
Kurang berkurang
informasi
Dehidrasi
Merusak hati
Defisit
Defisit Nutrisi
Pengetahuan
Intoleransi/Aktivitas
Mual muntah berlebihan Hiperemesis Gravidarum
Gangguan Eliminasi Urin
Anemia Neuropati perifer Wenicke enchepalopati
F. PENATALAKSANAAN MEDIS
Dalam penatalaksanaan hiperemesis gravidarum menurut Jurnal Wardani 2020, terdapat
therapy farmakologi, yaitu :
1. Suplemen multivitamin
2. Bantihistamin
3. Dopamin antagonis
4. Serotonin antagonis
5. Kortikosteroid
6. Vitamin B1 dan B6
Menurut Jurnal Susanti 2019, penatalaksanaan pada pasien hiperemesis gravidarum yaitu :
1. Pemberian cairan infus, untuk mengganti cairang yang hilang karena dehidrasi
2. Suplemen vitamin, yang mengandung vitamin B kompleks yang tinggi yaitu vitamin
B1, B6, dan B12
3. Mengkonsumsi makanan bergizi seimbang untuk ibu
4. Banyak minum air putih
5. Dukungan psikologis pada ibu hamil
6. Obat-obatan, seperti antiemetic (anti muntah) dan antihistamin (anti alergi)
2 Defisit nutrisi Ketidakmampuan Gejala dan Tanda Mayor Defisit nutrisi b.d
(D.0019) mengabsorbsi Subjektif : Ketidakmampuan
nutrien (tidak tersedia) mengabsorbsi nutrient d.d
Objektif : Berat badan menurun 10%
1. Berat badan menurun dibawah rentang ideal, cepat
10% dibawah rentang kenyang setelah makan,
ideal kram/nyeri abdomen, nafsu
makan menurun, bising usus
Gejala dan Tanda Minor hiperaktif, otot pengunyah
Subjektif : lemah, otot menelan lemah,
1. Cepat kenyang setelah membrane mukosa pucat,
makan sariawan, serum albumin turun,
2. Kram/nyeri abdomen rambut rontok berlebihan, diare
3. Nafsu makan
menurun
Objektif :
1. Bising usus hiperaktif
2. Otot pengunyah
lemah
3. Otot menelan lemah
4. Membrane mukosa
pucat
5. Sariawan
6. Serum albumin turun
7. Rambut rontok
berlebihan
8. Diare
3 Intoleransi aktivitas Kelemahan Gejala dan Tanda Mayor Intoleransi aktivitas b.d
(D.0056) Subjektif : Kelemahan d.d Mengeluh
1. Mengeluh lelah lelah, frekuensi jantung
Objektif : meningkat >20% dari kondisi
1. Frekuensi jantung istirahat, merasa tidak nyaman
meningkat >20% dari setelah beraktivitas, merasa
kondisi istirahat lemah
5 Gangguan eliminasi Penurunan Gejala dan Tanda Mayor Gangguan eliminasi urine b.d
urine (D.0040) kapasitas kandung Subjektif : Penurunan kapasitas kandung
kemih 1. Desakan berkemih kemih d.d Desakan berkemih
(urgensi) (urgensi), sering buang air
2. Sering buang air kecil kecil, volume residu urin
Objektif : meningkat
1. Volume residu urin
meningkat
1. Defisit pengetahuan tentang hiperemesis gravidarum b.d Kurang terpapar informasi d.d
Menanyakan masalah yang dihadapi, menunjukkan perilaku tidak sesuai anjuran,
menunjukkan persepsi yang keliru terhadap masalah, menjalani pemeriksaan yang tidak
tepat, menunjukkan perilaku berlebihan (mis. apatis, bermusuhan, agitasi, histeria)
2. Defisit nutrisi b.d Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient d.d Berat badan menurun
10% dibawah rentang ideal, cepat kenyang setelah makan, kram/nyeri abdomen, nafsu
makan menurun, bising usus hiperaktif, otot pengunyah lemah, otot menelan lemah,
membrane mukosa pucat, sariawan, serum albumin turun, rambut rontok berlebihan,
diare
3. Intoleransi aktivitas b.d Kelemahan d.d Mengeluh lelah, frekuensi jantung meningkat
>20% dari kondisi istirahat, merasa tidak nyaman setelah beraktivitas, merasa lemah
5. Gangguan eliminasi urine b.d Penurunan kapasitas kandung kemih d.d Desakan
berkemih (urgensi), sering buang air kecil, volume residu urin meningkat
H. INTERVENSI KEPERAWATAN (SIKI)
No.
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Dx
1 Setelah dilakukan intervensi keperawatan Edukasi Kesehatan (I.12383) :
selama …x24 jam maka tingkat Observasi
pengetahuan meningkat, dengan kriteria 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima
hasil : informasi
Tingkat Pengetahuan (L.12111) : 2. Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan
1. Perilaku sesuai anjuran, cukup menurunkan motivasi perilaku hidup bersih dan sehat.
meningkat
2. Verbalisasi minat dalam belajar, Terapeutik
sedang 1. Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
3. Kemampuan menjelaskan 2. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
pengetahuan tentang suatu topik, 3. Berikan kesempatan untuk bertanya
meningkat
4. Kemampuan meggambarkan Edukasi
pengalaman sebelumnya yang sesuai 1. Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi
dengan topik, cukup meningkat kesehatan
5. Perilaku sesuai dengan pengetahuan, 2. Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
cukup meningkat 3. Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk
6. Pertanyaan tentang masalah yang meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat.
dihadapi, sedang
7. Persepsi yang keliru terhadap Kolaborasi
masalah, cukup menurun 1. Kolaborasi dengan dokter terkait kondisi klien
2 Setelah dilakukan intervensi keperawatan Manajemen Nutrisi (I.03119)
selama …x24 jam maka status nutrisi
membaik, dengan kriteria hasil : Observasi
Status Nutrisi (L.03030) : 1. Identifikasi status nutrisi
1. Pola makanan yang dihabiskan 2. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
meningkat 3. Identifikasi makanan yang disukai
2. Kekuatan otot pengunyah meningkat 4. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
3. Kekuatan otot menelan meningkat 5. Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik
4. Serum albumin meningkat 6. Monitor asupan makanan
5. Verbalisasi keinginan untuk 7. Monitor berat badan
meningkatkan nutrisi meningkat 8. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
6. Pengetahuan tentang pilihan makanan
yang sehat meningkat Terapeutik
7. Pengetahuan tentang pilihan minuman 1. Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
yang sehat 2. Fasilitasi menentukan pedoman diet
8. Pengetahuan tentang standar asupan 3. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
nutrisi yang tepat meningkat 4. Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah
9. Penyiapan dan penyimpanan makanan konstipasi
yang aman meningkat 5. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
10.Penyiapan dan penyimpanan 6. Berikan suplemen makanan, jika pelu
minuman yang aman meningkat 7. Hentikan pemberian makan melalui selang nasogastric
11. Sikap terhadap makanan/minuman jika asupan oral dapat ditoleransi
sesuai dengan tujuan kesehatan
meningkat Edukasi
12.Perasaan cepat kenyang menurun 1. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
13.Nyeri abdomen menurun 2. Ajarkan diet yang diprogramkan
14.Sariawan menurun
15.Rambut rontok menurun Kolaborasi
16.Diare menurun 1. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan
17.Berat badan membaik 2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
18.Indeks Massa Tubuh (IMT) membaik kalori dan jenis nutrient yang dibutuhkan, jika perlu
19.Frekuensi makan membaik
20.Nafsu makan membaik
21.Bising usus membaik
22.Tebal lipatan kulit trisep membaik
23.Membrane mukosa membaik
3 Setelah dilakukan intervensi keperawatan Manajemen Energi (I.05178)
selama …x24 jam maka toleransi
aktivitas meningkat, dengan kriteria Observasi
hasil : 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan
Toleransi Aktivitas (L.05047) : kelelahan
1. Frekuensi nadi meningkat 2. Monitor kelelahan fisik emosional
2. Keluhan lelah menurun 3. Monitor pola jam tidur
3. Perasaan lemah menurun 4. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan
4. Aritmia saat aktivitas menurun aktivitas
5. Aritmia setelah aktivitas menurun
6. Tekanan darah membaik Terapeutik
7. Frekuensi napas membaik 1. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis.
8. EKG iskemia membaik Cahaya , suara, lingkungan)
2. Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/ atau pasif
3. Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
4. Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat
berpindah atau berjalan
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
2. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
3. Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala
kelelahan tidak berkurang
4. Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan
asupan makanan
Edukasi
-
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian diuretic, jika perlu
Terapeutik
1. Catat waktu - waktu dan haluaran berkemih
2. Batasi asupan cairan, jika perlu
3. Ambil sempel urine tengah (midstream) atau kultur
Edukasi
1. Ajarkan tanda dan gejala infeksi saluran kemih
2. Ajarkan mengukur asupan cairan dan haluaran urine
3. Ajarkan mengambil spesimen urine midstream
4. Ajarkan mengenali tanda berkemih dan waktu yang
tepat untuk berkemih
5. Ajarkan terapi modalitas penguatan otot-otot
panggul/berkemih
6. Ajarkan minum yang cukup, jika tidak ada
kontraindikasi
7. Ajarkan mengurangi minum menjelang tidur
Kolaborasi
4. Kolaborasi pemberian obat supositoria uretra, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA