Anda di halaman 1dari 15

PERENCANAAN DAN STARTEGI ATAS IDENTIFIKASI

MASALAH KESEHATAN PUSKESMAS KOTA UTARA


Disusun guna memenuhi tugas

MATA KULIAH

MANAJEMEN PERENCANAAN DAN EVALUASI KESEHATAN

OLEH :

M. Ricalgi Polontalo

717523003

PROGRAM STUDI MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT

PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan
rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa ada halangan yang
berarti dan sesuai dengan harapan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Dr. dr. Isman Yusuf Sp.S sebagai dosen
pengampu mata kuliah MANAJEMEN PERENCANAAN DAN EVALUASI KESEHATAN
yang telah membantu memberikan arahan dan pemahaman dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan karena
keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran untuk
menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat bermanfaat bagi semua pihak
yang membutuhkan.

Gorontalo, Maret 2024

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................. 1
DAFTAR ISI........................................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................... 3
1.1 Latar Belakang................................................................................................................... 3
1.2 Maksud dan Tujuan............................................................................................................ 4

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................ 5
2.1 Perencanaan Puskesmas..................................................................................................... 5
2.2 Analisis Situasi................................................................................................................... 5
2.2.1 Data Profil Puskesmas.................................................................................................. 5
2.2.2 Data Survei Kesehatan dan Laporan Penyakit............................................................. 7
2.2.3 Data Mortalitas............................................................................................................. 9
2.3 Identifikasi Masalah dan kebutuhan Kesehatan Masyarakat............................................. 10
2.4 Tujuan dan Sasaran atas Masalah.................................................................................... 11
2.5 Strategi, Indikator, Monitoring dan Evaluasi atas Masalah............................................... 12
BAB III PENUTUP................................................................................................................ 14

2.1 Kesimpulan......................................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................. 15
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembangunan Kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan
dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan
masyarakat setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan bidang kesehatan tersebut
merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat, sesuai dengan Undang-
Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan yang menetapkan bahwa setiap orang
berhak atas kesehatan. Kebijakan pembangunan kesehatan, terutama diarahkan pada :

1) peningkatan jumlah jaringan dan kualitas sarana dan prasarana;


2) peningkatan kualitas dan kuantitas tenaga kesehatan;
3) pengembangan sistem jaminan kesehatan terutama bagi penduduk miskin;
4) peningkatan sosialisasi kesehatan lingkungan dan pola hidup sehat;
5) peningkatan pendidikan kesehatan pada masyarakat sejak usia dini;
6) pemerataan dan peningkatan kualitas fasilitas kesehatan dasar dan sebaran tenaga
kesehatan.

Masyarakat dan unsur lainnya harus diajak serta dalam bentuk pemberdayaan dan
kemitraan mengelola kehidupan lingkungan yang layak sehingga konsep sehat secara
paripurna dapat tercapai. Pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan masih
menempatkan masyarakat sebagai obyek, bukan sebagai subyek pembangunan
kesehatan. Bila masyarakat berperan aktif, seharusnya berbagai masalah kesehatan yang
timbul dewasa ini tidak perlu terjadi. Penyelenggaraan pembangunan kesehatan
diutamakan bagi penduduk rentan yakni ibu, bayi, anak, usia lanjut, dan keluarga miskin
yang dilaksanakan melalui peningkatan upaya pokok pembangunan kesehatan.

Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat jelas tidak mungkin hanya dilakukan


oleh sektor kesehatan saja, karena masalah kesehatan ditimbulkan oleh berbagai
determinan antara lain perilaku, ekonomi, sosial budaya, dan politik. Kesehatan juga
dipengaruhi oleh faktor internal (perilaku dan keturunan) maupun eksternal (lingkungan
fisik dan non fisik).

Pemerintah memiliki tanggung jawab yang harus dilaksanakannya meliputi


tanggung jawab untuk merencanakan, mengatur, menyelenggarakan, membina, dan
mengawasi penyelenggaraan upaya kesehatan yang merata dan terjangkau oleh
masyarakat. Tugas utama sektor kesehatan adalah memelihara dan meningkatkan
kesehatan segenap warga negara, yaitu setiap individu, keluarga dan masyarakat
Indonesia, tanpa meninggalkan upaya menyembuh-kan penyakit dan atau memulihkan
kesehatan penderita.

Untuk dapat terselenggaranya tugas ini, upaya kesehatan yang harus diutamakan
adalah yang bersifat promotif dan preventif, yang didukung oleh upaya kuratif dan atau
rehabilitatif. Dalam pengertian ini, upaya kesehatan akan lebih memprioritaskan kepada
upaya mempertahankan orang sehat agar tetap sehat, dan bila terjadi kesakitan tentu
harus diberikan pelayanan pengobatan yang memadai. Selain itu, agar dapat memelihara
dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat secara paripurna, perlu
pula diciptakan lingkungan yang sehat. Oleh karena itu, upaya penyehatan lingkungan
juga harus diprioritaskan. Upaya pembangunan kesehatan juga diarahkan guna mencapai
tujuan Program Indonesia Sehat melalui Pendekatan Keluarga (PIS-PK).

Untuk memberikan gambaran situasi kesehatan di Puskesmas Kota Utara Kota


Gorontalo tulisan ini menyajikan data diantaranya situasi derajat kesehatan (angka
kematian, angka kesakitan dan status gizi masyarakat), situasi upaya kesehatan
(pelayanan kesehatan, akses dan mutu pelayanan kesehatan, perilaku hidup masyarakat,
dan keadaan lingkungan) dan situasi sumber daya kesehatan (sarana kesehatan, tenaga
kesehatan dan pembiayaan kesehatan).

1.2 Maksud dan Tujuan


Maksud dari penyusunan paper Puskesmas Kota Utara Kota Gorontalo adalah
menggambarkan secara umum tentang kondisi derajat kesehatan, upaya kesehatan,
sumber daya kesehatan dan faktor-faktor terkait lainnya, Sehingga dapat dijadikan dasar
dalam monitoring dan evaluasi program serta pengambilan keputusan untuk perencanaan
ke depan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Perencanaan Puskesmas

Perencanaan di puskesmas merupakan suatu proses yang sistematis untuk


menetapkan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai dalam kurun waktu 1 tahun. Proses ini
dimulai dengan analisis situasi kesehatan di wilayah kerja puskesmas, dilanjutkan dengan
identifikasi masalah dan kebutuhan kesehatan masyarakat. Berdasarkan hasil analisis
tersebut, kemudian dirumuskan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai, serta strategi dan
kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan tersebut.

2.2 Analisis Situasi Kesehatan

Analisis situasi kesehatan dilakukan untuk mengetahui kondisi kesehatan


masyarakat di wilayah kerja puskesmas. Data yang digunakan untuk analisis situasi
kesehatan dapat diperoleh dari berbagai sumber, antara lain:

2.2.1 Data profil kesehatan puskesmas

Berdasarkan data statistik tahun 2021, wilayah kerja Puskesmas Kota Utara Kota
Gorontalo memiliki luas sebesar 9,13 km2. Secara geografis Wilayah kerja Puskesmas
Kota Utara terletak pada N 0,56647 Lintang Utara dan E 123,06911 Bujur Timur. Secara
administratif wilayah kerja Puskesmas Kota Utara Kota Gorontalo terdiri dari 6 kelurahan
dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

- Sebelah Utara : Kecamatan Bulango Selatan Kabupaten Bone Bolango


- Sebelah Timur : Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango
- Sebelah Selatan : Kecamatan Kota Timur Kota Gorontalo
- Sebelah Barat : Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo
Data penduduk berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin merupakan faktor
penting dalam demografi, dengan adanya data ini maka penduduk dapat digolongkan
menjadi penduduk usia muda, usia produktif dan usia lanjut.

Adapun piramida penduduk Kota Gorontalo, yaitu sebagai berikut :


Secara administratif Kecamatan Kota Utara Kota Gorontalo terdiri dari 6
Kelurahan dan 19 Lingkungan yaitu sebagai berikut:

-Kelurahan Wongkaditi Timur terdiri dari 4 Lingkungan.


-Kelurahan Wongkaditi Barat terdiri dari 2 Lingkungan.
-Kelurahan Dulomo Selatan terdiri dari 4 Lingkungan.
-Kelurahan Dulomo Utara terdiri dari 4 Lingkungan.
-Kelurahan Dembe II terdiri dari 3 Lingkungan.
- Kelurahan Dembe Jaya terdiri dari 2 Lingkungan.

Kemampuan suatu wilayah dalam mendukung kehidupan penduduknya memiliki


batasan. Apabila tingkat kepadatan penduduk lebih besar dari kemampuan daya dukung
wilayah, dapat mengakibatkan terjadinya tekanan-tekanan penduduk. Wilayah Kerja
Puskesmas Kota Utara Kota Gorontalo memiliki luas wilayah 9.13 km2 dengan jumlah
penduduk tahun 2021 sebanyak 21.892 jiwa. Tingkat kepadatan penduduk secara umum
sebesar 1180.28 jiwa per km2. Kelurahan dengan tingkat kepadatan penduduk terendah
adalah Kelurahan Dulomo Utara yakni sebesar 863.93 jiwa per km2 dengan luas wilayah
1.83 km2 yang tersebar di 4 (empat) Lingkungan. Sedangkan Kelurahan yang memiliki
tingkat kepadatan penduduk tertinggi pada tahun 2021 adalah Kelurahan Wongkaditi
Timur yakni sebesar 1618.49 jiwa per km2 dengan luas wilayah sebesar 1.46 km2 yang
tersebar di 4 (empat) Lingkungan.

Adapun Jumlah Tenaga Kesehatan di Puskesmas :

 Tenaga Medis di wilayah Puskesmas Kota Utara Kota Gorontalo terdiri dari 3 dokter
umum dan 1 dokter gigi.
 Tenaga keperawatan terdiri dari bidan, perawat dan perawat gigi. Jumlah tenaga
keperawatan sebanyak 24 orang yang terdiri dari tenaga bidan sebanyak 11 orang,
tenaga perawat 12 orang dan tenaga perawat gigi 1 orang.
 Tenaga Bidan terdiri dari lulusan SI, DIII, dan DI kebidanan. Perawat adalah
lulusan D III Keperawatan, S1 dan Profesi Ners
 Tenaga kefarmasian meliputi tenaga teknis kefarmasian (Analis Farmasi, Asisten
Apoteker dan Sarjana Farmasi) dan Apoteker. Secara umum jumlah tenaga
kefarmasian di wilayah Puskesmas Kota Utara Kota Gorontalo sebanyak 3 orang.
 Tenaga Apoteker yang bertugas di wilayah kerja Puskesmas Kota Utara sebanyak 2
orang
 Jumlah tenaga Kesehatan Masyarakat (S1) di wilayah Kerja Puskesmas Kota Utara
Kota Gorontalo sebanyak 8 orang.
 Jumlah tenaga kesehatan lingkungan yang ada di wilayah kerja Puskesmas Kota
Utara Kota Gorontalo pada sebanyak 1 orang.
 Tenaga Nutrisionis yang ada di wilayah kerja Puskesmas Kota Utara Kota
Gorontalo sebanyak 5 orang
 Jumlah pejabat struktural dan tenaga penunjang/pendukung kesehatan di fasilitas
kesehatan yang ada di Puskesmas Kota Utara sebanyak 7 orang, yang terdiri dari
jumlah pejabat struktural di Puskesmas Kota Utara sebanyak 1 orang, yakni Tata
Usaha dan jumlah tenaga staf penunjang administrasi sebanyak 5 orang.

2.2.2 Data survei kesehatan dan Laporan penyakit


 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K1
Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan
profesional (dokter spesialis kebidanan dan kandungan, dokter umum, bidan dan
perawat yang memiliki kompetensi) kepada ibu hamil selama masa kehamilannya.
Hasil pelayanan antenatal dapat dilihat dari cakupan K1 dan K4.
 Angka Keberhasilan Pengobatan Penderita TB Paru BTA Positif
Kesembuhan adalah pasien yang telah menyelesaikan pengobatan secara lengkap
dan hasil pemeriksaan apusan dahak ulang (follow-up) dengan hasil negatif pada akhir
pengobatan dan pada suatu pemeriksaan sebelumnya.
Angka kesembuhan (cure rate) TB Paru BTA positif di wilayah kerja Puskesmas Kota
Utara Kota Gorontalo sebesar 90.9 % dan target 85%. Angka kesembuhan pada laki-
laki 19 (86.4%) dan pada perempuan 11 (100%).
 Angka Kesakitan Demam Berdarah Dengue (DBD) Per 100.000 Penduduk
Penderita Demam Berdarah adalah demam tinggi mendadak berlangsung 2-7 hari,
disertai manifestasi perdarahan (antara lain uji torniquet positiv, petekie, epistaksis,
perdarahan gusi, hematemesis, dan/atau melena, dan sebagainya) ditambah
trombositopenia (trombosit ≤ 100.000/mm³) dan hemokonsentrasi (peningkatan
hematokrit ≥ 20 %).
Jumlah kasus DBD di wilayah kerja Puskesmas Kota Utara Kota Gorontalo sebanyak
15 kasus dengan jumlah kasus pada laki-laki sebanyak 5 kasus dan pada perempuan
sebanyak 10 kasus. Angka kesakitan DBD di wilayah kerja Puskesmas Kota Utara
Kota Gorontalo sebesar 68.5 per 100.000 penduduk.
 Cakupan Pengukuran Tekanan Darah
Pengukuran tekanan darah dilakukan pada penduduk usia ≥ 15 tahun yang di lakukan
pengukuran tekanan darah di suatu wilayah. Pengukuran dapat dilakukan di dalam
unit pelayanan kesehatan primer, pemerintah maupun swasta, di dalam maupun di
luar gedung.
Cakupan pengukuran tekanan darah adalah jumlah penduduk usia ≥ 15
tahun yang melakukan pengukuran tekanan darah di suatu wilayah dan pada periode
tertentu dibagi jumlah penduduk usia ≥ 15 tahun di suatu wilayah dan periode waktu
yang sama dikali 100%.
Di wilayah Puskesmas Kota Utara Kota Gorontalo, jumlah penduduk yang
dilakukan pengukuran tekanan darah sebayak 8.554 jiwa dan yang menderita
Hipertensi sebanyak 608 jiwa atau 7.1% dari yang melakukan pengukuran tekanan
darah.
 Penduduk dengan Akses Berkelanjutan Terhadap Air Minum Berkualitas
(Layak)

Persentase penduduk yang memiliki akses terhadap air minum yang layak
diwilayah kerja Puskesmas Kota Utara Kota Gorontalo secara umum sebesar 91.4%
atau 20.036 jiwa. Kelurahan dengan persentase tertinggi terhadap akses air minum
yang layak dicapai oleh Kelurahan Dembe Jaya 99,6% atau 3.490 jiwa dan Kelurahan
dengan persentase terendah yaitu Kelurahan Wongkaditi Barat sebesar 77,5% atau
2.269 jiwa.

2.2.3 Data Mortalitas

Mortalitas adalah angka kematian yang terjadi pada kurun waktu dan tempat
tertentu yang diakibatkan oleh keadaan tertentu, dapat berupa penyakit maupun sebab
lainnya dan digunakan sebagai indikator untuk mengukur frekuensi kematian pada
populasi spesifik dalam interval waktu dan tempat tertentu. Pada bagian ini akan
disajikan Angka Kematian Neonatal, Angka Kematian Bayi, Angka Kematian Balita, dan
Angka Kematian Ibu.

 Angka Kematian Neonatal per 1.000 Kelahiran Hidup

Angka Kematian Neonatal (AKN) adalah jumlah penduduk yang meninggal satu bulan
pertama setelah kelahiran (0-28 hari) yang dinyatakan dalam 1.000 kelahiran hidup
pada tahun yang sama di wilayah Puskesmas Kota Utara tidak ada kematian neonatal.

 Angka Kematian Bayi per 1.000 Kelahiran Hidup

Angka Kematian Bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate (IMR) yaitu jumlah bayi yang
meninggal sebelum mencapai usia 1 tahun yang dinyatakan dalam 1.000 kelahiran
hidup pada tahun yang sama dan merupakan salah satu indikator derajat kesehatan.
diwilayah Puskesmas Kota Utara Kota Gorontalo tidak ada kematian bayi.
 Angka Kematian Balita per 1.000 Kelahiran Hidup

Angka Kematian Balita (AKABA) adalah jumlah kematian anak umur 0-4 tahun per
1.000 KH. AKABA mempresentasikan peluang terjadinya kematian pada fase antara
kelahiran dan sebelum anak berumur 5 tahun. Selain itu AKABA menggambarkan
keberhasilan program KIA, disamping faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh
terhadap kesehatan balita, seperti gizi, sanitasi, penyakit menular dan kecelakaan.
Secara menyeluruh selain kematian bayi, kematian balita juga merupakan indikator
dalam menggambarkan tingkat kesejahteraan sosial penduduk.

Millenium Development Goals (MDGs) menetapkan nilai normatif AKABA yaitu Sangat
tinggi 71-40, Sedang 20-70 dan rendah < 20. SDKI tahun 2007 mengestimasikan nilai
AKABA sebesar 44 per 1.000 KH.

Di wilayah kerja Puskesmas Kota Utara Kota Gorontalo tidak ada kematian balita.

 Angka Kematian Ibu per 100.000 Kelahiran Hidup

Angka Kematian Ibu (AKI) atau Maternal Mortality Rate (MMR) menjadi salah satu
indikator penting dalam menentukan derajat kesehatan di Indonesia. AKI
menggambarkan jumlah wanita yang meninggal dari suatu penyebab kematian terkait
dengan gangguan kehamilan atau penanganannya, tidak termasuk penyebab karena
kecelakaan atau insidentil. AKI mengacu pada jumlah kematian ibu pada masa
kehamilan, persalinan dan masa nifas. Sensitivitas AKI terhadap perbaikan pelayanan
kesehatan menjadikannya indikator keberhasilan pembangunan sektor kesehatan

Di wilayah kerja Puskesmas Kota Utara Kota Gorontalo tidak ada kematian ibu.

2.3 Identifikasi Masalah dan Kebutuhan Kesehatan Masyarakat

Masalah dan kebutuhan kesehatan masyarakat adalah kesenjangan antara kondisi


kesehatan yang ada dengan kondisi kesehatan yang diinginkan. Berdasarkan analisis
situasi kesehatan Puskesmas diatas diperoleh urgensi masalah untuk mendapatkan
penaganan diantara lain:

 Prevalensi penyakit tidak menular dalam hal ini Angka hipertensi pada masyarakat
 Masih ditemukannya penyakit DBD di wilayah kerja puskesmas
 Belum Optimalnya angka kesembuhan berkaitan dengan kepatuhan minum obat pada
penyakit TB
 Rasio Dokter dengan Jumlah peserta puskesmas yang belum ideal
 Rendahnya akses pada air minum yang berkualitas pada salah satu kelurahan

2.4 Tujuan dan Sasaran atas Masalah

Tujuan perencanaan di puskesmas adalah untuk mewujudkan pelayanan kesehatan


yang berkualitas dan bermutu di wilayah kerja puskesmas dilakukan secara SMART, yaitu:

a) Specific (spesifik): Tujuan harus jelas dan terukur.


b) Measurable (terukur): Tujuan harus dapat diukur keberhasilannya.
c) Achievable (dapat dicapai): Tujuan harus realistis dan dapat dicapai dengan sumber
daya yang tersedia.
d) Relevant (relevan): Tujuan harus sesuai dengan masalah dan kebutuhan kesehatan
masyarakat.
e) Time-bound (tepat waktu): Tujuan harus memiliki target waktu yang jelas.

2.5 Strategi, Indikator, Monitoring dan Evaluasi atas Masalah


 Prevalensi Penyakit Tidak Menular (Hipertensi)
Strategi:
1. Promosi kesehatan tentang pola hidup sehat dan deteksi dini hipertensi.
(Tw 1)
2. Pembinaan kader kesehatan untuk monitoring dan edukasi pasien hipertensi.
(Tw1)
3. Peningkatan akses terhadap obat antihipertensi.
Perencanaan:
1. Penyusunan program edukasi dan promosi kesehatan tentang hipertensi.
2. Pelatihan kader kesehatan untuk monitoring dan edukasi pasien hipertensi.
3. Peningkatan kerjasama dengan apotek dan faskes lain untuk memastikan akses
obat.
Monitoring dan Evaluasi:
 Pemantauan tekanan darah rutin pada kelompok berisiko.(Tw2)
 Evaluasi pengetahuan dan kepatuhan pasien terhadap pengobatan.
 Analisis tren prevalensi hipertensi. (Tw 2)
Indikator Keberhasilan:
 Penurunan proporsi penduduk dengan hipertensi terkontrol.
 Peningkatan pengetahuan tentang hipertensi.
 Peningkatan kepatuhan pasien terhadap pengobatan.
2. Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD)
Strategi:
1. Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) 3M Plus secara berkala.(Tw1)
2. Fogging di wilayah dengan kasus DBD tinggi.
3. Edukasi masyarakat tentang pencegahan DBD.(Tw1)
Perencanaan:
1. Penyusunan jadwal PSN 3M Plus di wilayah kerja puskesmas.
2. Koordinasi dengan lintas sektor terkait fogging.
3. Penyuluhan dan edukasi tentang DBD kepada masyarakat.(Tw1)
Monitoring dan Evaluasi:
 Pemantauan kasus DBD secara rutin.
 Evaluasi cakupan PSN 3M Plus.(Tw3)
 Analisis tren kasus DBD. (Tw3)
Indikator Keberhasilan:
 Penurunan angka kejadian DBD.
 Peningkatan cakupan PSN 3M Plus.
 Peningkatan pengetahuan masyarakat tentang DBD.

3. Kepatuhan Minum Obat pada Pasien Tuberkulosis (TB)


Strategi:
1. Pemberian edukasi tentang pentingnya kepatuhan minum obat TB.(Tw1)
2. Pendampingan pasien TB oleh kader kesehatan. (Tw1)
3. Penerapan sistem Directly Observed Treatment Short-course (DOTS).
Perencanaan:
1. Penyusunan modul edukasi tentang kepatuhan minum obat TB.
2. Pelatihan kader kesehatan untuk pendampingan pasien TB.
3. Penerapan sistem DOTS di puskesmas.
Monitoring dan Evaluasi:
 Pemantauan tingkat kepatuhan minum obat pasien TB.(Tw2)
 Evaluasi pengetahuan dan sikap pasien terhadap pengobatan TB.(Tw3)
 Analisis tingkat kesembuhan pasien TB.(Tw2)
Indikator Keberhasilan:
 Peningkatan tingkat kepatuhan minum obat TB.
 Peningkatan pengetahuan dan sikap positif pasien terhadap pengobatan TB.
 Peningkatan tingkat kesembuhan pasien TB.
4. Rasio Dokter yang Belum Ideal
Strategi:
1. Melakukan rekrutmen dokter baru.(Tw1)
2. Kerjasama dengan dokter internship/residen.(Tw1)
3. Pemanfaatan teknologi telemedicine.
Perencanaan:
1. Penyusunan rencana rekrutmen dokter baru.(Tw1)
2. Kerjasama dengan universitas untuk program internship/residen.
3. Pengadaan infrastruktur untuk telemedicine.
Monitoring dan Evaluasi:
 Pemantauan rasio dokter dan jumlah pasien.(Tw2)
 Evaluasi kepuasan pasien terhadap pelayanan dokter.(Tw2, Tw4)
 Analisis dampak telemedicine terhadap akses dan kualitas pelayanan.(Tw3)
Indikator Keberhasilan:
 Penurunan rasio dokter dan jumlah pasien.
 Peningkatan kepuasan pasien terhadap pelayanan dokter.
 Peningkatan akses dan kualitas pelayanan melalui telemedicine.

5. Rendahnya Akses Air Minum Berkualitas


Strategi:
1. Peningkatan akses air bersih melalui kerjasama dengan PDAM/pemerintah
daerah.(Tw1)
2. Penyuluhan tentang pentingnya air minum berkualitas dan perilaku hidup bersih
sehat (PHBS).(Tw1)
3. Pembinaan dan monitoring terhadap kualitas air minum di wilayah kerja
puskesmas.
Perencanaan:
1. Koordinasi dengan PDAM/pemerintah daerah untuk peningkatan akses air
bersih.
2. Penyusunan materi penyuluhan tentang air minum dan PHBS.
3. Pembentukan tim pembinaan dan monitoring kualitas air minum.
Monitoring dan Evaluasi:
 Pemantauan akses air minum bersih di wilayah kerja puskesmas. (Tw2,Tw4)
 Evaluasi pengetahuan dan perilaku masyarakat tentang air minum dan PHBS.
 Pemantauan kualitas air minum secara berkala. (Tw2)
Indikator Keberhasilan : Peningkatan akses air minum
BAB III
KESIMPULAN

Perencanaan di Puskesmas memiliki peran yang sangat penting dalam


menyelenggarakan layanan kesehatan yang berkualitas dan efektif bagi masyarakat. Melalui
proses perencanaan yang matang dan berkelanjutan, Puskesmas dapat mengidentifikasi
masalah kesehatan yang ada, menetapkan tujuan dan strategi untuk mengatasinya, serta
mengalokasikan sumber daya secara efisien. Berikut adalah beberapa poin penting yang
dapat disimpulkan mengenai perencanaan di Puskesmas:

Fokus pada Kebutuhan Masyarakat: Perencanaan di Puskesmas harus didasarkan


pada pemahaman yang mendalam terhadap kebutuhan dan masalah kesehatan masyarakat
di wilayah kerja Puskesmas. Identifikasi masalah kesehatan yang akurat memungkinkan
Puskesmas untuk menetapkan prioritas intervensi yang tepat sesuai dengan kebutuhan nyata
masyarakat.

Penetapan Tujuan yang Jelas: Setelah masalah dan kebutuhan teridentifikasi,


Puskesmas perlu menetapkan tujuan dan sasaran yang spesifik, terukur, dapat dicapai,
relevan, dan berbatasan waktu. Tujuan ini harus selaras dengan visi dan misi Puskesmas
serta kebijakan kesehatan nasional.

Perencanaan Program dan Kegiatan: Berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan,


Puskesmas merumuskan program dan kegiatan yang akan dilaksanakan. Program dan
kegiatan ini harus didasarkan pada analisis kebutuhan masyarakat serta ketersediaan sumber
daya yang ada.

Pengelolaan Sumber Daya: Puskesmas perlu mengelola sumber daya yang dimiliki
secara efektif dan efisien, termasuk sumber daya manusia, anggaran, sarana dan prasarana,
serta kerjasama dengan pihak eksternal. Pengelolaan sumber daya yang baik akan
mendukung pelaksanaan program dan kegiatan dengan optimal.

Monitoring dan Evaluasi Berkelanjutan: Puskesmas harus melakukan monitoring dan


evaluasi secara berkala terhadap pelaksanaan program dan kegiatan yang telah
direncanakan. Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa tujuan dan sasaran dapat tercapai,
serta melakukan perbaikan jika diperlukan.

Dengan mengimplementasikan perencanaan yang baik, Puskesmas dapat meningkatkan


akses dan kualitas layanan kesehatan bagi masyarakat, serta berperan aktif dalam upaya
mencapai derajat kesehatan yang optimal bagi seluruh lapisan masyarakat dalam upaya
meningkatkan kesejahteraan dan kesehatan masyarakat secara menyeluruh.
DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2017). Pedoman Perencanaan Puskesmas.


Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Ministry of Health Republic of Indonesia. (2018). Panduan Umum Pengelolaan Puskesmas.

Profil Puskesmas Kota Utara (2021). Narasi Profil Puskesmas Kota Utara : Laporan
Akreditasi.

Saleh, S., Salam, A., & Kristiawati, R. (2020). Management Information System of Primary
Healthcare Center in Indonesia. Journal of Physics: Conference Series, 1521(2), 022045

World Health Organization. (2015). Integrated planning for health services: A WHO guide.
Geneva: World Health Organization.

Anda mungkin juga menyukai