PENANGGUNG JAWAB
Direktorat Jenderal Pemasyarakatan
TIM PENYUSUN
Direktorat Pembinaan Narapidana dan Latihan Kerja Produksi
Thurman Saud Marojahan Hutapea, Bc.I.P., SH., M.Hum.
Zainal Arifin, S.Sos., M.Si.
Catur Budi Fatayatin, Bc.IP, SH, M.Si
Kadek Anton Budiharta, A.Md.IP, SH, MH
Aris Munandar, A.Md.IP, S.Sos, M.Si
Jaya Kartika, SH
Wenny Maria, SE., MM.
Melyana, Bc.I.P., S.I.P., M.Si.
Septy Juwita Agustin Br Tobing, S.I.P., M.A
Meiky Mendra, A.Md.I.P., SH., M.Si.
Wahyu Trah Utomo, A.Md.I.P., S.Sos, M.Si.
Nurweni, SH
Yulia Wahyuningsih, S.Pd
Agung Indrawiria Negara, SE
DITERBITKAN OLEH:
Direktorat Jenderal Pemasyarakatan
Kementerian Hukum dan HAM RI
Jl. Veteran Nomor 11, Jakarta Pusat
Telp. (021) 3857 611
TAHUN 2021
ii
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA
TENTANG
SISTEM PENILAIAN PEMBINAAN NARAPIDANA
iii
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun
1995 tentang Pemasyarakatan (Lembaran Negara
Tahun1995 Nomor 77, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4843);
3. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem
Peradilan Pidana Anak (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2012 Nomor 153, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5332);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang
Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1983 Nomor 36. Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3258);
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 31
Tahun 1999 tentang Pembinaan dan Pembimbingan
Warga Binaan Pemasyarakatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 68, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3842);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 tentang
Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan
Pemasyarakatan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1999 Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3846);
7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58
Tahun 1999 tentang Syarat-syarat dan Tata Cara
Pelaksanaan Wewenang Tugas dan Tanggung Jawab
Perawatan Tahanan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1999 Nomor 112 Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3858);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012 tentang
Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 32
Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan
Hak Warga Binaan Pemasyarakatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 225, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5359);
9. Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2015 tentang
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 84);
10. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Nomor 35 Tahun 2018 tentang Revitalisasi
Penyelenggaraan Pemasyarakatan (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 1685);
iv
11. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Nomor 29 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia, sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Hukum dan
Hak Asasi Manusia Nomor 30 Tahun 2017 tentang
Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Hukum dan
Hak Asasi Manusia Nomor 29 Tahun 2015 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Hukum dan Hak
Asasi Manusia (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2017 Nomor 1752).
MEMUTUSKAN
Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PEMASYARAKATAN
TENTANG SISTEM PENILAIAN PEMBINAAN NARAPIDANA.
v
A. Latar Belakang;
B. Dasar Hukum;
C. Definisi Global;
D. Maksud dan Tujuan;
E. Sistem, Mekanisme dan Prosedur;
F. Jangka Waktu Penyelesaian;
G. Kebutuhan Sarana dan Prasarana;
H. Jumlah dan Kompetensi Pelaksana;
I. Kebutuhan Biaya Pelaksanaan;
J. Instrumen Penilaian Kinerja.
KELIMA : Keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan ini berlaku
pada tanggal ditetapkan, dengan ketentuan apabila
dikemudian hari terdapat perubahan akan diadakan
perbaikan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di : Jakarta
padatanggal : 10 Februari 2021
REYNHARD SILITONGA
NRP 67090332
vi
KATA PENGANTAR
Thurman SM Hutapea
NIP.19621018 198603 1 001
vii
SAMBUTAN
DIREKTUR JENDERAL PEMASYARAKATAN
Puji syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat-Nya penyusunan Standar Sistem Penilaian Pembinaan
Narapidana (SPPN) bagi Petugas di Lapas Super Maximum, Maximum,
Medium, dan Minimum Security dapat diselesaikan dengan baik. Standar
SPPN ini mengatur sistematika, mekanisme, dan prosedur penilaian
pembinaan narapidana. Penilaian terhadap narapidana ini sejatinya
sejalan dengan tujuan pemasyarakatan yakni membentuk narapidana
agar menjadi manusia seutuhnya, menyadari kesalahan, memperbaiki
diri, dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima
kembali oleh lingkungan masyarakat.
viii
Standar SPPN ini merupakan buku yang terbuka yang setiap waktu
menjadi pelajaran dan pembelajaran. Harapannya Standar SPPN ini
mampu menjadi acuan dan pedoman bagi seluruh petugas
pemasyarakatan dalam menjalankan pembinaan terhadap narapidana
dengan mengedepankan objektivitas penilaian. Akhirnya, saya haturkan
terima kasih kepada seluruh pihak yang telah terlibat dan mendukung
terwujudnya standar ini. Semoga standar ini dapat berguna sebaik-
baiknya bagi kemajuan penyelenggaraan pemasyarakatan.
Reynhard Silitonga
NRP 67090332
ix
DAFTAR ISI
x
A. Latar Belakang
Pemasyarakatan merupakan proses untuk memulihkan hubungan
antara terpidana dengan masyarakat dengan cara membuat terpidana
menyadari perbuatannya dan kembali ke masyarakat sebagai warga
negara yang sadar dan taat hukum. Sebagaimana tercantum dalam UU
Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, dinyatakan bahwa
Pemasyarakatan bertujuan untuk membuat Warga Binaan
Pemasyarakatan menyadari kesalahan, memperbaiki diri, dan tidak
mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh
lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan dalam pembangunan, dan
dapat hidup secara wajar sebagai warga yang baik dan bertanggung
jawab. Narapidana diharapkan bisa kembali menjadi warga yang baik
dan untuk melindungi masyarakat terhadap kemungkinan diulanginya
tindak pidana oleh narapidana serta merupakan penerapan dan bagian
yang tidak terpisahkan dari nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.
1
melakukan asesmen risiko dan asesmen kebutuhan terhadap
narapidana. Asesmen risiko dilakukan untuk memberikan rekomendasi
penempatan atau pemindahan sedangkan asesmen kebutuhan
digunakan untuk memberikan rekomendasi program pembinaan bagi
narapidana. Selanjutnya, untuk mengetahui respon narapidana
terhadap program pembinaan yang dilakukan maka perlu
diselenggarakan kegiatan penilaian terkait perubahan perilaku dan
perkembangan narapidana. Sehubungan dengan kebutuhan tersebut,
disusunlah “Standar Sistem Penilaian Pembinaan Narapidana” sebagai
acuan petugas pemasyarakatan dalam melakukan penilaian pembinaan
pada setiap klasifikasi lapas.
B. Dasar Hukum
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1995 Tentang
Pemasyarakatan;
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999
Tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan
Pemasyarakatan;
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1999
tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan
Pemasyarakatan;
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 99 Tahun 2012
Tentang Perubahan Kedua dan Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 28 Tahun 2006 tentang Perubahan atas Peraturan
Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara
Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan;
5. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia Nomor M.01.PK-04.10 tahun 2007 tentang Wali
Pemasyarakatan;
6. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor M.HH-
05.0T.01.01 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Keputusan Menteri
Kehakiman Nomor M-01-PR.07.03 Tahun 1985 Tentang Organisasi
dan Tata Kerja Lembaga Pemasyarakatan;
7. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia Nomor 12 Tahun 2013 tentang Assessment Risiko dan
Assessment Kebutuhan bagi Narapidana dan Klien Pemasyarakatan;
8. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia Nomor 29 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia;
9. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia Nomor 33 Tahun 2015 tentang Pengamanan Pada Lembaga
Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan Negara;
2
10. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia Nomor 29 Tahun 2017 tentang Perubahan atas Peraturan
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 6
Tahun 2013 tentang Tata Tertib Lembaga Pemasyarakatan dan
Rumah Tahanan Negara;
11. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia Nomor 28 Tahun 2017 tentang Perubahan atas Peraturan
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor
39 Tahun 2016 tentang Sistem Database Pemasyarakatan;
12. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia Nomor 35 Tahun 2018 tentang Revitalisasi
Penyelenggaraan Pemasyarakatan;
13. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia Nomor 40 Tahun 2018 tentang Cetak Biru Revitalisasi
Penyelenggaraan Pemasyarakatan Tahun 2019-2023;
14. Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor M.02-
PK.04.10 Tahun 1990 tentang Pola Pembinaan Narapidana dan
Tahanan;
15. Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia Nomor: M.HH-02.PK.01.02.02 Tahun 2017 Tentang
Pedoman Kerja Lembaga Pemasyarakatan Khusus Bagi Narapidana
Resiko Tinggi (High Risk) Kategori Bandar Narkotika;
16. Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia Nomor: M.HH-02.PK.01.02.02 Tahun 2017 Tentang
Pedoman Kerja Lembaga Pemasyarakatan Khusus Bagi Narapidana
Resiko Tinggi (High Risk) Kategori Teroris;
17. Keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum
dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor PAS-24.OT.02.02
Tahun 2018 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pembinaan bagi
Narapidana Kategori Risiko Tinggi (High Risk) pada Lembaga
Pemasyarakatan Khusus;
18. Keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum
dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor PAS-15.PR.01.01
Tahun 2019 tentang Penetapan Lembaga Pemasyarakatan Pilot
Project Maximum Security, Medium Security, dan Minimum Security.
C. Definisi Global
1. Pemasyarakatan adalah kegiatan untuk melakukan pembinaan
warga binaan pemasyarakatan berdasarkan sistem, kelembagaan,
dan cara pembinaan yang merupakan bagian dari sistem
pemidanaan dalam tata peradilan pidana.
3
2. Revitalisasi Penyelenggaraan Pemasyarakatan adalah suatu upaya
mengoptimalisasi penyelenggaraan pemasyarakatan sebagai bentuk
perlakuan terhadap Tahanan, Narapidana dan Klien serta
perlindungan atas hak kepemilikan terhadap barang bukti.
3. Petugas Pemasyarakatan adalah Pejabat Fungsional Penegak
Hukum yang melaksanakan tugas di bidang pembinaan,
pengamanan, dan pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan.
4. Lembaga Pemasyarakatan yang selanjutnya disebut Lapas adalah
institusi untuk melaksanakan pembinaan warga binaan
pemasyarakatan dan anak didik pemasyarakatan.
5. Narapidana adalah terpidana yang menjalani pidana hilang
kemerdekaan di Lapas.
6. Pembinaan adalah kegiatan untuk meningkatkan kualitas
ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, intelektual, sikap dan
perilaku, profesional, kesehatan jasmani dan rohani Narapidana dan
Anak Didik Pemasyarakatan.
7. Standar Pemasyarakatan adalah serangkaian peraturan dan
instruksi tertulis yang dibakukan terkait berbagai proses
penyelenggaraan pelayanan pemasyarakatan yang mengatur
bagaimana dan kapan harus dilakukan, dimana dan oleh siapa
harus dilakukan, apa dan bagaimana instrumen monitoringnya
serta bagaimana evaluasi yang dilakukan, untuk mengukur sejauh
mana keberhasilan pelaksanaan standar pemasyarakatan.
8. Tim Pengamat Pemasyarakatan yang selanjutnya disebut TPP
adalah Tim yang bertugas memberikan saran mengenai program
pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan.
9. Penilaian pembinaan adalah kegiatan mengamati, mengumpulkan,
menganalisis dan menginterpretasikan sikap dan perilaku
narapidana untuk mengetahui perubahan dan perkembangan
narapidana sebagai hasil dari program pembinaan di Lembaga
Pemasyarakatan.
10. Perilaku adalah serangkaian tindakan yang dibuat oleh individu
dalam hubungannya dengan dirinya sendiri atau lingkungannya
yang dapat diamati dan bahkan dipelajari.
11. Lapas Super Maximum Security menjalankan program Pembinaan
bagi Narapidana tingkat risiko tinggi untuk mendorong perubahan
perilaku dan penurunan tingkat risiko.
12. Lapas Maximum Security menjalankan program Pembinaan
Narapidana untuk mendorong perubahan sikap dan perilaku
Narapidana yang sadar akan kesalahan, patuh terhadap hukum dan
tata tertib serta peningkatan disiplin.
13. Lapas Medium Security menjalankan program Pembinaan
Narapidana untuk mendorong perubahan sikap dan perilaku yang
4
sadar akan kesalahan, patuh terhadap hukum dan tata tertib serta
meningkatkan kompetensi dan kemampuan diri Narapidana.
14. Lapas Minimum Security menjalankan program Pembinaan
Narapidana untuk membentuk perubahan sikap dan perilaku,
meningkatkan kemandirian dan produktivitas Narapidana.
5
memiliki tujuan, klasifikasi, serta penilaian pembinaan yang berbeda
satu dengan yang lain:
a. Tujuan
Dalam setiap tingkatan klasifikasi Lapas terdapat tujuan yang
menjadi fokus pembinaan untuk dicapai. Hal ini yang kemudian
menjadi acuan bagi penyelenggaraan pembinaan serta penilaian
pembinaan.
Patuh Patuh
terhadap terhadap
hukum dan hukum dan
tata tertib tata tertib
Peningkatan Peningkatan
disiplin kompetensi
dan
kemampuan
diri
6
1) Lapas Super Maximum Security
a) Pembinaan diselenggarakan bagi narapidana tingkat
risiko tinggi, yakni narapidana yang membahayakan
keamanan negara dan/atau narapidana yang
membahayakan keselamatan masyarakat;
b) Narapidana ditempatkan masing-masing dalam satu
kamar hunian;
c) Penyelenggaraan program pembinaan narapidana
dilaksanakan menggunakan metode pemisahan secara
individual untuk mengetahui konsep kesadaran dirinya
terhadap perilaku berisiko tinggi guna melindungi
masyarakat dari pengaruh buruk;
d) Pemindahan narapidana ke Lapas Super Maximum
Security harus seizin Direktorat Jenderal
Pemasyarakatan;
e) Sikap dan perilaku narapidana pada Lapas Super
Maximum Security diamati dan dicatat setiap hari melalui
metode seperti observasi dari CCTV, studi dokumen dan
wawancara dengan dengan pengamanan tinggi dan
pembatasan interaksi antara narapidana dan petugas
pemasyarakatan.
7
c) Penyelenggaraan program pembinaan narapidana
dilaksanakan dengan metode observasi dalam lingkungan
komunal yang terbatas;
d) Sikap dan perilaku narapidana pada Lapas Maximum
Security diamati dan dicatat setiap hari melalui metode
seperti observasi dari CCTV, studi dokumen dan
wawancara dalam lingkungan komunal yang terbatas;
e) Pemindahan narapidana ke Lapas Maximum Security
harus seizin Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan
HAM setempat.
8
b) Narapidana ditempatkan secara berkelompok pada blok
hunian dengan memperhatikan jenis kelamin, risiko
pengulangan tindak pidana, risiko keselamatan dan
keamanan, serta kompetensi kemampuan dan keahlian
narapidana;
c) Penyelenggaraan program pembinaan narapidana
dilaksanakan dalam bentuk asimilasi dan pemberian
program reintegrasi;
d) Sikap dan perilaku narapidana pada Lapas Medium
Security diamati dan dicatat setiap hari melalui metode
observasi secara langsung maupun CCTV, studi
dokumen, tes evaluasi dan wawancara.
e) Pemindahan narapidana ke Lapas Minimum Security
harus seizin Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan
HAM setempat;
5) Lapas Multi-klasifikasi
a) Lapas yang belum ditetapkan dalam Kepdirjen Nomor:
PAS-15.PR.01.01 Tahun 2019 tentang Penetapan lembaga
Pemasyarakatan Pilot Project Maximum Security, Medium
Security, dan Minimum Security berlaku standar ini;
b) Lapas yang belum ditetapkan memiliki lebih dari satu
klasifikasi tingkat risiko pengamanan dan
menyelenggarakan pembinaan yang disesuaikan dengan
risiko masing-masing narapidana;
c) Pemindahan narapidana ke Lapas Super Maximum,
Maximum, Medium, dan Minimum Security dilakukan
berdasarkan hasil penilaian, Litmas dan sidang TPP.
c. Penilaian Pembinaan
Dalam rangka meningkatkan akuntabilitas pelaksanaan
pembinaan, maka perlu dilakukan penilaian perubahan
perilaku yang objektif. Penilaian ini bertujuan untuk melihat
respons narapidana dalam menerima program pembinaan yang
ditunjukkan oleh perilakunya. Kesediaan narapidana untuk
menerima program pembinaan menjadi tolok ukur perubahan
perilaku narapidana tersebut. Hal ini merupakan langkah
progresif pemasyarakatan dalam menerapkan perlakuan
individual sebagai bagian dari evidence-based correctional
practice (praktik berbasis bukti atau data). Evidence-based
practice muncul pada awal abad ke-21 sebagai konsep yang
telah diujikan dapat mengurangi residivisme secara signifikan
9
pada penelitian terkait „what works’. Penelitian ini didasari
pada keresahan akan tingginya angka residivisme sebagai
dampak dari pendekatan offender-based (berbasis pelaku).
Konsep evidence-based practice merujuk pada praktek
profesional berdasarkan data/bukti penelitian yang memiliki
strategi intervensi ilmiah, dampak yang rasional, penelaahan
sistematis, uji statistik dan klinis yang signifikan dan data
pendukung lainnya. Pendekatan ini juga mencegah terjadinya
bias dalam penilaian pembinaan narapidana sehingga praktek
ini sejalan dengan tujuan dari Revitalisasi Penyelenggaraan
Pemasyarakatan yang ingin meningkatkan objektivitas
penilaian perubahan perilaku.
10
dari prinsip responsivity dalam melihat kemampuan dan
motivasi narapidana dalam mengikuti program pembinaan.
Super
Program Maximum Medium Minimum
No Maximum
Pembinaan Security Security Security
Security
1 Kesadaran V V V V
beragama
2 Kesadaran hukum, V V V V
11
Super
Program Maximum Medium Minimum
No Maximum
Pembinaan Security Security Security
Security
berbangsa dan
bernegara
3 Kemampuan V V V V
Intelektual
4 Kesehatan V V V V
Jasmani
5 Konseling dan V V V V
Rehabilitasi
1 Pelatihan X X V V
Keterampilan
2 Produksi X X V V
Barang/Jasa
1 Keberfungsian dan V V V V
rutinitas
2 Agresi V V V V
3 Pelanggaran V V V V
Hukum
4 Kemampuan V V V V
mempengaruhi
5 Ekspresi simbolik V V V V
1 Depresi V V V V
2 Kecemasan V V V V
3 Psikosomatis V V V V
12
Super
Program Maximum Medium Minimum
No Maximum
Pembinaan Security Security Security
Security
4 Malingering V V V V
13
2. Mekanisme Penilaian Pembinaan Narapidana
a. Pengumpulan Data
1) Observasi
Observasi adalah aktivitas pengamatan langsung terhadap
suatu objek yang ada di lingkungan. Kegiatan observasi
didukung dengan lembar pencatatan item perubahan perilaku
yang perlu diamati. Adapun pelaksanaan kegiatan observasi
disesuaikan dengan klasifikasi masing-masing Lapas.
a) Observasi di Lapas Super Maximum Security dilakukan
dengan pembatasan interaksi antara narapidana dan
petugas dengan pengamanan tinggi yang meliputi:
● Observasi perilaku melalui CCTV pada saat di sel tunggal,
ruang kunjungan, ruang konseling, pengawalan, dan
lingkungan Lapas lainnya;
● Observasi perilaku pada saat interaksi terbatas
(langsung) antara narapidana dengan petugas seperti
pada saat pengantaran dan pengambilan makanan,
pakaian dan buku bacaan; rekreasi (angin-angin);
pengontrolan medis keliling; pemotongan rambut,
janggut dan kuku; pengawalan; kunjungan; serta
kegiatan interaksi lainnya yang disertai pengamanan
ketat.
14
kunjungan, serta kegiatan interaksi langsung lainnya.
2) Wawancara
Wawancara adalah aktivitas tanya jawab antara dua pihak
dalam rangka mengumpulkan data dan informasi. Petugas
menggunakan item-item penilaian sebagai panduan dalam
melakukan wawancara. Adapun pelaksanaan kegiatan
wawancara disesuaikan dengan klasifikasi masing-masing
Lapas.
a) Wawancara di Lapas Super Maximum Security dilakukan
dengan pembatasan interaksi dan pengamanan tinggi pada
saat kegiatan konseling; pengantaran dan pengambilan
makanan, pakaian dan buku bacaan; rekreasi (angin-angin);
pengontrolan medis; pemotongan rambut, janggut dan
kuku; serta kegiatan interaksi lainnya yang disertai
pengamanan ketat.
3) Studi dokumen
Studi dokumen adalah kegiatan menelusuri dan mengkaji
dokumen untuk mendapatkan data atau informasi yang
berhubungan dengan narapidana. Pelaksanaan kegiatan studi
dokumen disesuaikan dengan klasifikasi masing-masing Lapas.
15
Adapun dokumen-dokumen yang dapat dijadikan rujukan
dalam pelaksanaan penilaian pembinaan narapidana antara
lain:
● Daftar kehadiran;
● Hasil penilaian (asesmen, identifikasi, profiling, litmas, dan
lain-lain);
● Catatan laporan perkembangan pembinaan dari petugas
pembinaan yang bertanggung jawab atas kegiatan
pembinaan yang diberikan kepada narapidana;
● Keterangan medis dari petugas perawatan kesehatan;
● Catatan petugas pengamanan yang berjaga (Blok, CCTV,
Pos, dll);
● Register F;
● Putusan pengadilan dan eksekusinya.
4) Tes evaluasi
Tes evaluasi adalah serangkaian pertanyaan/latihan yang
digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan
dan/atau sikap dari narapidana. Adapun pelaksanaan kegiatan
tes evaluasi disesuaikan dengan klasifikasi masing-masing
Lapas.
a) Tes evaluasi di Lapas Super Maximum Security meliputi:
● Tes evaluasi dilakukan dalam kegiatan self-assessment:
● Pelaksanaan tes evaluasi dilakukan secara individual dan
didampingi dengan pengamanan ketat;
● Pelaksanaan tes evaluasi menggunakan sarana
prasarana yang tidak berpotensi mengganggu ketertiban
dan keamanan.
16
● Pelaksanaan tes evaluasi menggunakan sarana prasarana
yang tidak berpotensi mengganggu ketertiban dan
keamanan.
Frekuensi Penilaian
Aspek Item Penjelasan
SMS MAX MED MIN
17
Frekuensi Penilaian
Aspek Item Penjelasan
SMS MAX MED MIN
khotbah
18
Frekuensi Penilaian
Aspek Item Penjelasan
SMS MAX MED MIN
upacara
19
Frekuensi Penilaian
Aspek Item Penjelasan
SMS MAX MED MIN
narapidana sesuai
dengan jadwal.
20
Frekuensi Penilaian
Aspek Item Penjelasan
SMS MAX MED MIN
Frekuensi Penilaian
Aspek Item Penjelasan
MED MIN
21
Frekuensi Penilaian
Aspek Item Penjelasan
MED MIN
22
Frekuensi Penilaian
Aspek Item Penjelasan
MED MIN
Frekuensi Bulanan
Aspek Item Penjelasan
SMS MAX MED MIN
23
Frekuensi Bulanan
Aspek Item Penjelasan
SMS MAX MED MIN
24
Frekuensi Bulanan
Aspek Item Penjelasan
SMS MAX MED MIN
tertentu. ing)
25
Frekuensi Bulanan
Aspek Item Penjelasan
SMS MAX MED MIN
26
Frekuensi Bulanan
Aspek Item Penjelasan
SMS MAX MED MIN
27
Frekuensi Bulanan
Aspek Item Penjelasan
SMS MAX MED MIN
28
Frekuensi Bulanan
Aspek Item Penjelasan
SMS MAX MED MIN
29
Frekuensi Bulanan
Aspek Item Penjelasan
SMS MAX MED MIN
"mereka" eksklusivitas
dalam kelompok untuk
maksud menunjukkan
memisah- bahwa ada
kan antara perbedaaan
kelompok- kelompok antara
nya dengan Narapidana dengan
petugas petugas. Biasanya
terjadi pada
narapidana kategori
tindak pidana
terorisme.
Frekuensi Bulanan
Aspek Item Penjelasan
SMS MAX MED MIN
30
Frekuensi Bulanan
Aspek Item Penjelasan
SMS MAX MED MIN
31
Frekuensi Bulanan
Aspek Item Penjelasan
SMS MAX MED MIN
Potensi Bunuh Menyakiti Berbagai upaya yang 1x se- 1x se- 1x se- 1x se-
Diri diri sendiri dilakukan untuk hari hari hari hari
menyakiti atau
melukai diri sendiri,
seperti memukul-
mukul badan sendiri,
32
Frekuensi Bulanan
Aspek Item Penjelasan
SMS MAX MED MIN
menggoreskan benda
tajam ke badan, dll.
e) Pernyataan Komitmen
Frekuensi Bulanan
Item Penjelasan
SMS MAX MED MIN
33
b. Pengisian
Pengisian penilaian pembinaan narapidana dilaksanakan dengan
beberapa metode yaitu:
1) Pengisian secara manual, dilakukan pada instrumen excel
(Lampiran I) berdasarkan data yang terhimpun dari catatan
hasil pengamatan petugas dan alat dukung yang telah tersedia
(seperti alat fingerprint, CCTV, dan daftar hadir);
2) Pengisian dengan bantuan teknologi informasi, dilakukan
melalui Sistem Database Pemasyarakatan (SDP) berdasarkan
data yang terhimpun melalui catatan pengamatan hasil
petugas dan alat dukung yang telah tersedia (seperti alat
fingerprint, CCTV, dan daftar hadir).
1) Demografi
Data demografi berupa isian terkait informasi dasar, latar
belakang dan kondisi narapidana. Pengisian data demografi
dapat merujuk dari jawaban narapidana, berkas pendukung
dan keterangan petugas. Informasi ini dapat dijadikan
tambahan data dalam penyusunan Penelitian Kemasyarakatan
(Litmas) Penempatan serta pertimbangan saat sidang TPP.
Dalam pengisian data demografi terdapat dua metode pengisian
yaitu:
a) Pengetikan manual, contoh:
34
Adapun penjelasan dan tata cara pengisian dari item-item di
bagian Data Demografi adalah sebagai berikut:
DATA DEMOGRAFI
Metode
No. Indikator Penjelasan Pengisian Penggalian
Informasi
35
6. Usia Isi kolom ini dengan mengetik Pertanyaan
angka usia narapidana. langsung/
Berkas
narapidana/
SDP
36
12. Tindak Pidana Isi kolom ini dengan cara Pertanyaan
mengklik tanda segitiga terbalik di langsung/
sebelah kanan kolom jawaban, Berkas
lalu pilih tindak atau jenis pidana narapidana/
berdasarkan hasil keputusan SDP
hakim
37
2) Waktu Awal Pengisian
a) Waktu awal pengisian terdiri dari tanggal, bulan, dan tahun.
● Tanggal diketik dengan angka atau memilih pada daftar
pilihan (dropdown);
● Nama bulan diketik dengan huruf atau memilih pada
daftar pilihan (dropdown). Pada sebelah kolom isian
Bulan Pengisian terdapat angka yang otomatis muncul
untuk menunjukkan jumlah hari pada bulan tersebut;
● Tahun diketik dengan angka.
b) Pada pengamatan perilaku di bulan pertama, tanggal awal
pengisian diisi sesuai dengan tanggal masuk narapidana ke
dalam Lapas. Hal ini mempertimbangkan kemungkinan
bahwa narapidana masuk ke Lapas dan mulai dilakukan
pengamatan perilaku bukan pada tanggal 1. Dengan
d
e
m
i
k
ian maka frekuensi penilaian akan otomatis menyesuaikan
sisa tanggal pada bulan tersebut.
c) Pada pengamatan perilaku di bulan kedua dan selanjutnya
diisi mulai dari tanggal 1.
38
4) Pernyataan Komitmen
a) Petugas mengisi item pernyataan komitmen sesuai dengan
tanggal penilaian;
b) Item “menandatangani pernyataan kesetiaan terhadap NKRI”
berlaku untuk narapidana tindak pidana terorisme;
c) Item “menandatangani pernyataan tidak terlibat dalam jaringan
narkoba” berlaku untuk narapidana tindak pidana narkotika;
d) Pelaksanaan pernyataan komitmen kesetiaan terhadap NKRI
atau tidak terlibat dengan jaringan narkoba dilaksanakan
dengan mekanisme:
1) Narapidana yang telah mendapatkan nilai baik dari program
pembinaan dan memperoleh penurunan risiko berhak
diusulkan untuk melakukan pernyataan komitmen;
2) Pernyataan komitmen yang diberikan oleh Narapidana
harus dengan prinsip kesukarelaan dan tanggung jawab
penuh pribadi narapidana;
3) Narapidana dimintai persetujuan terkait perekaman dan
publikasi video penandatanganan dan pernyataan
komitmen oleh media kepada publik;
4) Daftar narapidana yang melaksanakan pernyataan
komitmen diperoleh dari hasil sidang TPP dan koordinasi
dengan lembaga terkait;
5) Lembaga Pemasyarakatan menyediakan fasilitas dalam
penyelenggaraan pernyataan kesetiaan terhadap NKRI yang
terdiri dari:
Berkas pernyataan komitmen;
Alat tulis;
Saksi internal;
Saksi eksternal (opsional); dan
Alat perekam video.
6) Setelah pernyataan komitmen, petugas pembinaan perlu
melakukan observasi perubahan perilaku untuk melihat
kesungguhan komitmen narapidana.
e) Isi kolom Frekuensi dengan angka „1‟ ketika item kegiatan
diselenggarakan, dan isi angka „0‟ ketika item tidak
diselenggarakan;
f) Pengisian item dilakukan dengan cara mengetik angka „1‟ (satu)
hanya jika narapidana menunjukkan perilaku sesuai item
observasi. Jika narapidana tidak menunjukkan perilaku sesuai
item observasi, harap dikosongkan;
39
5) Hasil Penilaian
a) Tabel hasil penilaian berisi skor total masing-masing variabel
penilaian, aspek, skor, dan keterangan hasil skor;
b) Wali/asesor dapat memberikan catatan tambahan tentang
narapidana pada tabel Catatan Wali/Asesor;
c) Wali/asesor dapat memberikan rekomendasi yang sesuai
dengan hasil penilaian dan kebutuhan narapidana pada
tabel Rekomendasi;
d) Petugas Pembinaan (Wali/Asesor dan Kasi/Kasubsi)
menandatangani lembar observasi bulanan di bagian paling
bawah lembar.
6) Rangkuman Penilaian
a) Rangkuman penilaian berisi seluruh data skor penilaian
narapidana selama 12 bulan atau sesuai dengan waktu
penilaian yang sudah dilakukan ketika laporan dibutuhkan
segera.
b) Petugas dapat melihat perubahan perilaku narapidana pada
dokumen rangkuman ini;
c) Rangkuman ditandatangani oleh Kasi/Kasubsi Binadik dan
Wali Pemasyarakatan yang bertugas.
c. Penghitungan Skor
1) Penghitungan skor adalah proses mengubah hasil temuan
data menjadi nilai kuantitatif yang akan menghasilkan skor
penilaian pembinaan narapidana;
2) Penghitungan skor dilakukan dengan mengisi data pada file
excel yang telah disediakan sesuai pengamatan, karena di
dalam file excel sudah terdapat rumus yang akan mengubah
temuan data menjadi skor bulanan perilaku narapidana
secara otomatis;
3) Penghitungan skor dilakukan pada 4 Variabel yaitu
Penilaian Pembinaan Kepribadian, Penilaian Pembinaan
Kemandirian, Penilaian Sikap dan Penilaian Kesehatan
Mental;
4) Penghitungan skor dilakukan melalui tiga tahapan:
a) Menghitung skor item;
b) Menghitung skor aspek;
c) Menghitung skor variabel;
d) Interpretasi skor.
40
5) Skor item diperoleh dengan menjumlahkan data penilaian
harian dalam sebulan, dibagi dengan frekuensi ideal
bulanan dan dikalikan dengan bobot item;
6) Skor aspek diperoleh dengan menjumlahkan seluruh skor
item;
7) Skor variabel diperoleh dengan menjumlahkan seluruh skor
aspek dibagi dengan jumlah aspek pada setiap variabel;
8) Interpretasi skor:
d. Pelaporan
1) Pelaporan hasil penilaian pembinaan narapidana dilakukan
setiap bulan;
2) Format pelaporan merujuk pada Instrumen SPPN kolom „Hasil
Penilaian Pembinaan Narapidana, Rekomendasi, dan Identitas
penanggung jawab;
3) Pelaporan dilakukan secara berjenjang dari Wali
Pemasyarakatan, Petugas Pembinaan, Kepala Seksi Pembinaan,
Kepala Lapas, Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM
cq. Divisi Pemasyarakatan, dan Direktorat Jenderal
Pemasyarakatan cq. Direktorat Pembinaan Narapidana dan
Latihan Kerja Produksi;
4) Laporan hasil penilaian pembinaan narapidana dapat
digunakan untuk dasar pengambilan keputusan terkait
pelaksanaan pembinaan selanjutnya serta data tambahan
untuk penyusunan Penelitian Kemasyarakatan (Litmas).
41
3. Prosedur Penilaian Pembinaan Narapidana
Prosedur Operasional Baku atau sering disebut Standard Operating
Procedure (SOP) pada dasarnya adalah pedoman yang berisi prosedur
operasional baku yang ada dalam suatu organisasi yang digunakan
untuk memastikan bahwa semua proses pengambilan keputusan dan
tindakan yang dilakukan oleh orang-orang dalam organisasi berjalan
secara efisien dan efektif, konsisten, standar dan sistematis. Dengan
adanya instruksi kerja yang sesuai standar maka semua kegiatan
layanan akan dapat dilakukan secara konsisten oleh siapapun yang
sedang bertugas melakukan layanan. Dengan prosedur yang
terstandar setiap orang baik pengguna layanan maupun staf yang
memberi layanan akan dapat memanfaatkan ataupun melakukan
layanan yang semakin hari semakin baik dan semakin cepat karena
terjadinya proses pembelajaran yang secara terus menerus selama
proses layanan. Dengan demikian diharapkan melalui SOP ini akan
terwujud peningkatan efisiensi dan efektifitas kerja layanan.
Simbol yang digunakan dalam SOP hanya terdiri dari 5 (lima) simbol,
yaitu: 4 (empat) simbol dasar flowcharts (Basic Symbol of Flowcharts)
dan 1 (satu) simbol penghubung ganti halaman (Off-Page Connector).
Kelima simbol yang dipergunakan tersebut adalah sebagai berikut:
42
Simbol Kotak/Process untuk mendeskripsikan proses atau
kegiatan eksekusi;
43
F. Jangka Waktu Penyelesaian
Setiap tahapan penilaian yang telah diuraikan dalam sistem, mekanisme
dan prosedur penilaian pembinaan narapidana memiliki jangka waktu
penyelesaian kegiatan seperti dalam tabel berikut ini:
44
Maximum Alat tulis kantor 1
Security
Fingerprint/ Daftar Dalam setiap
1
hadir lokasi kegiatan
Komputer 3
CCTV Menyesuaikan
jumlah kamar,
ruangan dan
1
kebutuhan
pengamanan
lainnya
Komputer 3
CCTV Menyesuaikan
jumlah kamar,
ruangan dan
1
kebutuhan
pengamanan
lainnya
45
Fingerprint/ Daftar Dalam setiap
1
hadir lokasi kegiatan
Komputer 3
Komputer Untuk
3
pembinaan
Kualifikasi:
- Mampu mengoperasikan
komputer
- Mengetahui cara penggunaan
46
instrumen SPPN
- Menguasai teknik
pengumpulan data penilaian
seperti observasi, wawancara,
tes evaluasi, dll
- Merupakan petugas wali atau
asesor di Lembaga
Pemasyarakatan sesuai
syarat pada regulasi yang
berlaku. Apabila tidak
memenuhi syarat, maka
petugas yang cakap dan
mampu dapat diangkat
sebagai Asisten Wali.
Kualifikasi:
- Mampu mengoperasikan
komputer
- Mengetahui cara penggunaan
47
instrumen SPPN
- Menguasai teknik
pengumpulan data penilaian
seperti observasi, wawancara,
tes evaluasi, dll
48
f Ruang penilaian (konseling/ 1
Rp. ...... Rp. ......
wawancara) ruangan
49
4 Lapas Minimum Security
50
yang sudah berfungsi, sebagai umpan balik bagi pengambilan
keputusan dalam rangka perencanaan, pelaksanaan, pemantauan
dan pengendalian kegiatan selanjutnya.
2. Prosedur
a. Penyebaran instrumen penilaian mandiri ke UPT Pemasyarakatan
b. UPT mengisi instrumen penilaian mandiri, untuk menilai
pemenuhan dari setiap fungsi pemasyarakatan
c. Divisi Pemasyarakatan kemudian memeriksa dan memverifikasi
hasil pengisian dari UPT untuk melihat kesesuaian dan
kebenaran dari data dan fakta di lapangan dengan data yang
diisikan oleh UPT di dalam instrumen penilaian mandiri.
d. Dari hasil verifikasi ini, Divisi Pemasyarakatan kemudian
melaporkan jumlah UPT yang sudah sesuai standar untuk
wilayahnya berdasarkan hasil pengisian instrumen penilaian
mandiri yang sudah diverifikasi oleh Divisi Pemasyarakatan
secara berkala.
e. Direktorat teknis di Dirjen Pemasyarakatan kemudian
merekapitulasi laporan dari Divisi Pemasyarakatan untuk
mendapatkan data jumlah UPT Pemasyarakatan yang sudah
melakukan pelayanan sesuai standar. Bila diperlukan,
Direktorat Teknis melakukan uji petik ke beberapa UPT
Pemasyarakatan dan Divisi Pemasyarakatan Pemasyarakatan
untuk memverifikasi laporan dari Divisi Pemasyarakatan.
f. Direktorat Teknis di Dirjen Pemasyarakatan kemudian
melakukan analisa dan evaluasi terhadap hasil laporan
pengisian kuesioner oleh UPT Pemasyarakatan.
Hasil dari pengisian kuesioner oleh UPT Pemasyarakatan yang
sudah diverifikasi oleh Divisi Pemasyarakatan Pemasyarakatan
kemudian dianalisis dan dievaluasi oleh unit teknis di Ditjen
Pemasyarakatan untuk menilai implementasi dari standar
pemasyarakatan oleh UPT Pemasyarakatan. Hasil evaluasi
kemudian dilaporkan oleh Kepala Seksi Evalap di masing-
masing Direktorat untuk kemudian direkapitulasi dan
dikumpulkan ke Kasubag Evalap Sesditjen PAS.
51
3. Instrumen Penilaian Standar Penilaian Pembinaan Narapidana
Nama UPT
Klasifikasi Lapas
Jumlah Narapidana
Petunjuk Pengisian:
Berilah tanda (√)pada kotak yang telah disediakan
Persentase Narapidana
No. Pernyataan 0% – 21 – 41 – 61 – 81 –
20% 40% 60% 80% 100%
(1) (2) (3) (4) (5)
1. Banyaknya narapidana
yang sudah dilakukan
penilaian terkait
pembinaan
kepribadian
2. Banyaknya narapidana
yang sudah dilakukan
penilaian terkait
pembinaan
kemandirian
3. Banyaknya narapidana
yang sudah dilakukan
penilaian perilaku
terkait sikap
4 Banyaknya narapidana
yang sudah dilakukan
penilaian perilaku
terkait kondisi mental
52
Keterangan:
Nilai ≥ 16 = Baik
Nilai 6 – 15 = Cukup
Nilai ≤ 5 = Kurang
2. Standar Operasional Prosedur (SOP)
Ketersediaan
9. SOP Penandatanganan
Pernyataan Komitmen
53
Ketersediaan
TOTAL NILAI
Keterangan:
Nilai ≥ 17 = Baik
Nilai 6 – 16 = Cukup
Nilai ≤ 5 = Kurang
Ketersediaan
No. Jenis Sarana dan Prasarana Ya Tidak
(1) (0)
4. Komputer
5. Tablet
6. CCTV
TOTAL NILAI
54
Keterangan:
Nilai ≥ 6 = Baik
Nilai 4 – 5 = Cukup
Nilai ≤ 3 = Kurang
Ketersediaan
No. Pernyataan
0 1-3 ≥4
(0) (1) (2)
TOTAL NILAI
Keterangan:
Nilai ≥ 14 = Baik
Nilai 11 – 13 = Cukup
Nilai ≤ 10 = Kurang
55
Lampiran I. Instrumen Sistem Penilaian Pembinaan Narapidana
bit.ly/InstrumenSPPN2021
56
Lampiran II. Format Post-test Pengetahuan (Pelatihan Keterampilan)
Nama Narapidana :
Lapas :
Pelatihan keterampilan
:
yang diikuti
A. PENGETAHUAN
Pertanyaan Skor
Jawaban:
Jawaban:
Jawaban:
57
4. Sebutkan alat/bahan yang digunakan dalam kegiatan
pelatihan beserta kegunaannya!
Jawaban:
Total Skor
58
Pertanyaan Indikator Penilaian
59
B. KEAHLIAN
Formulir Penilaian Keahlian
No.
Tahapan Pelatihan Keterampilan Skor
Tahapan
(b) (c)
(a)
Jumlah skor …
Jumlah Tahapan …
Penjelasan Formulir:
(a) Isi kolom ini dengan nomor urut sesuai jumlah tahapan/proses kegiatan
pelatihan keterampilan
(b) Isi kolom ini dengan judul tapahan/proses kegiatan pelatihan
keterampilan secara berurutan
(c) Isi kolom ini dengan Skor dengan rentang 1-100 yang diberikan terhadap
keahlian narapidana dalam melaksanakan tahapan terkait sesuai
dengan indikator pemberian skor
Indikator Pemberian Skor
● Skor 0: Jika narapidana tidak bersedia melaksanakan tahapan terkait
sesuai instruksi
● Skor 1: Jika narapidana melaksanakan tahapan terkait secara tepat
dengan bantuan/pendampingan petugas
● Skor 2: Jika narapidana melaksanakan tahapan terkait secara tepat
tanpa bantuan/pendampingan petugas
60
● Skor 3: Jika narapidana melaksanakan tahapan terkait secara tepat
tanpa bantuan/pendampingan petugas dan mampu mencari solusi
mandiri jika terdapat hambatan
● Skor 4: Jika narapidana melaksanakan tahapan terkait secara tepat
tanpa bantuan/pendampingan petugas, mampu mencari solusi mandiri
jika terdapat hambatan dan mampu menghasilkan keluaran/hasil
pelatihan sesuai standar
61
Lampiran III. Lembar Penilaian Diri Self-Assessment
62
A. LEMBAR SELF-ASSESSMENT NARAPIDANA TERORIS
Bacalah setiap pertanyaan yang ada, kemudian berilah tanda “✔” pada
salah satu jawaban yang paling sesuai dengan diri anda.
Contoh Pengisian:
NO PERNYATAAN STS TS S SS
✔
1 Saya adalah orang yang jujur
Keterangan:
TS : Tidak Sesuai
S : Sesuai
SS : Sangat Sesuai
A. IDENTITAS
Nama :
Nama :
Panggilan
Tanggal Lahir :
Pasal Pidana :
Rutan/Lapas :
63
B. PERNYATAAN
NO PERNYATAAN STS TS S SS
64
NO PERNYATAAN STS TS S SS
20. Saya merasa hidup orang lain lebih mudah dari saya
65
NO PERNYATAAN STS TS S SS
66
B. LEMBAR SELF-ASSESSMENT NARAPIDANA BANDAR NARKOTIKA
NO PERNYATAAN STS TS S SS
Keterangan:
STS : Sangat Tidak Sesuai
TS : Tidak Sesuai
S : Sesuai
SS : Sangat Sesuai
A. IDENTITAS
Nama :
Nama :
Panggilan
Tanggal :
Lahir
Tindak :
Pidana
Rutan/Lapas :
67
B. PERNYATAAN
KETERANGAN:
Pekerjaan yang dimaksud merujuk pada putusan pidana dengan narkoba
sebagai komoditas yang diperjualbelikan
NO PERNYATAAN STS TS S SS
68
NO PERNYATAAN STS TS S SS
69
NO PERNYATAAN STS TS S SS
70
Lampiran IV. Format Surat Pernyataan
1. Surat Pernyataan NKRI
SURAT PERNYATAAN
SETIA KEPADA NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA
Nama :
No Registrasi :
Pidana
Tempat Tgl Lahir :
Kewarganegaraan :
Agama :
Pendidikan :
Pekerjaan terakhir :
Alamat :
Putusan Pengadilan :
Nomor Putusan :
Perkara :
Pidana :
Kelompok/Jaringan :
71
2. Saya melepaskan baiat saya terhadap pemimpin kelompok teroris
_________
Yaitu ______________, maupun yang menggantikannya yaitu
____________ dan atau pemimpin/amir organisasi jihadis radikal lainnya;
3. Saya menyesali kesalahan yang telah Saya lakukan dan Saya tidak akan
bergabung dengan Amir kelompok teroris lainnya yang terlibat dan
menyetujui aksi teror di manapun di dunia ini;
Pernyataan ini saya sampaikan bukan karena saya berada dalam tekanan
ataupun paksaan dari pihak manapun tetapi karena saya telah menyadari
bahwa Pancasila dan UUD 1945 tidak bertentangan dengan Islam dan
pemahaman agama yang saya yakini.
Wassalamualaikum wr wb.
......, 20...
Mengetahui,
(Materai 10.000)
Nama ....... ............................................
NIP. ...............
SAKSI-SAKSI
1. BNPT :.......................
2. PK BAPAS :.......................
3. KEMENAG :.......................
4. DENSUS88 AT :......................
72
2. Surat Pernyataan Tidak Terlibat Jaringan Narkoba
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA
LAPAS.....
Jalan. ...........
Telepon. ............... - Faksimili. ...............
Laman : ............. Email : .................
Nama :
No Registrasi :
Pidana
Tempat Tgl Lahir :
Kewarganegaraan :
Agama :
Pendidikan :
Pekerjaan :
terakhir
Alamat :
Putusan :
Pengadilan
Nomor Putusan :
Perkara :
Pidana :
JPU :
Demikian surat pernyataan ini saya buat dan tandatangani dalam keadaan
sehat, sadar dan tanpa ada paksaan dari pihak mana pun serta dapat saya
pertanggungjawabkan kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia.
73
......, 20...
Mengetahui,
(Materai 10.000)
Nama ....... ............................................
NIP. ...............
SAKSI-SAKSI
1. Wali….
2. ...
3. ...
74
Surat Pernyataan Tidak Terlibat Jaringan Narkoba (untuk WNA)
First Name :
Last Name :
Registration :
Number
Place, Date of :
Birth
Citizenship :
Religion :
Education :
Occupation :
Address :
Verdict Number :
Crime Type :
Prosecutor’s :
name
1. I will not use, possess, distribute, traffic dangerous drugs and other
similar substances nor involve in any drug syndicates/organizations;
2. I will not reoffend or commit any other crime.
75
......, 20...
Witnesses:
1. Wali….
2. ...
3. ...
76
Lampiran V. Standar Operasional Prosedur
A. Prosedur Pengangkatan Wali Pemasyarakatan
1. SOP Pengangkatan Wali Pemasyarakatan
Nomor SOP
Tanggal Pembuatan
Tanggal Revisi
Tanggal Efektif
Disahkan oleh
77
SOP PENGANGKATAN WALI PEMASYARAKATAN
Pelaksana Mutu Baku
No. Kegiatan Kepala Kabag/ Kasubag/ Kepala Keterangan
Kelengkapan Waktu Output
Lapas Kasubbag TU Urusan Kepegawaian
Kalapas berkoordinasi dengan TU dan
Disposisi, ATK, Perintah
1 Kepegawaian untuk melakukan seleksi Wali 1 hari
Laptop/Komputer dilaksanakan.
Pemasyarakatan.
Kegiatan
Kalapas mengangkat dan menetapkan Wali pengangkatan Wali
6 Disposisi, ATK 1 hari
Pemasyarakatan yang sudah terpilih. Pemasyarakatan
dilaksanakan.
Kegiatan
pengangkatan Wali
Kalapas melaporkan hasil seleksi kepada Kantor Laporan hasil
7 1 hari Pemasyarakatan
Wilayah dan Direktorat Jenderal Pemasyarakatan. seleksi dan ATK.
selesai
dilasanakan.
78
B. Prosedur Penilaian Pembinaan Narapidana
1. SOP Pengumpulan Data Penilaian Pembinaan Narapidana
79
80
2. SOP Penginputan dan Penormaan Penilaian Pembinaan Narapidana
81
82
3. SOP Pelaporan Penilaian Pembinaan Narapidana
83
84
C. Prosedur Pernyataan Komitmen Narapidana
1. SOP Pendataan Narapidana yang akan Melakukan Pernyataan Komitmen NKRI
85
86
87
2. SOP Koordinasi dengan Lembaga Terkait
88
89
90
3. SOP Penandatanganan Pernyataan Komitmen
91
92
93
4. SOP Publikasi Pernyataan Komitmen
94
95
96
5. SOP Observasi dan Pembinaan Lanjutan
97
98
99