Anda di halaman 1dari 14

Makalah

PERKEMBANGAN KEHIDUPAN POLITIK DAN


EKONOMI BANGSA INDONESIA PADA MASA
DEMOKRASI LIBERAL

Disusun oleh : kelompok 4


- Dini kanya nurazrina
- Farhan octaviandra
- Puteri iriani
- Yoga syahwal
- Zahra fadhillah
Kelas : XII IA 1

SMA SWASTA PERTIWI MEDAN


DAFTAR ISI
Kata pengantar …………………………………………………. I
Daftar isi …………………………………………………. II

BAB I : PENDAHULUAN

1.1 . Latar Belakang ………………………………… I


1.2 . Rumusan Masalah ……………………………. II
1.3 . Tujuan Penulisan ………………………………. III

BAB II : PEMBAHASAN
2.1 . Kehidupan Politik Bangsa Indonesia pada
Masa Demokrasi Liberal …………………… I
2.2 . Kehidupan Ekonomi Bangsa Indonesia pada
Masa Demokrasi Liberal …………………… II
BAB III : PENUTUP

3.1 . Kesimpulan ……………………………………… I


3.2 . Saran ……………………………………………….. II
3.3 . Daftar Pustaka …………………………………. III

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt. yang sudah melimpahkan rahmat,
taufik, dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyusun tugas Sejarah Indonesia ini
dengan baik serta tepat waktu. Seperti yang sudah kita tahu tentang pembelajaran kali
ini yang akan dibahas dimakalah ini tentang PERKEMBANGAN KEHIDUPAN POLITIK
DAN EKONOMI BANGSA INDONESIA. Dalam pembahasan ini ada banyak sekali yang
ingin disampaikan didalam isi makalah ini

Mungkin dalam pembuatan makalah ini terdapat kesalahan yang belum kami ketahui.
Maka dari itu kami mohon saran dan kritik dari teman teman maupun guru. Demi
tercapainya Makalah yang sempurna.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 . Latar belakang

Politik dan ekonomi memiliki pembahasan menarik dalam


perkembangan disiplin ilmu politik yang tujuan orientasinya adalah
analisa kebijakan ekonomi melalui proses politik. Ekonomi merupakan
ilmu yang mempengaruhi semua aspek kehidupan masyarakat,
sedangkan ilmu politik adalah ilmu yang mendefinisikan semua aspek
kehidupan masyarakat. Tidak lain sebagai syarat untuk memajukan
kekuatan kesejahteraan negara dan masyarakatnya.

Ekonomi dan Politik adalah bagian dari dasar kehidupan bermasyarakat.


Ekonomi sebagai basis ilmu yang mempengaruhi segala aspek dari
kehidupan masyarakat, sedangkan ilmu politik sebagai ilmu yang
menentukan segala aspek dari kehidupan masyarakat. Ketika sistem
politik yang digunakan bersifat kolektif maka sistem eknomi yang
digunakan juga bersifat kolektif.

Adam Smith, “Ekonomi politik adalah ilmu politikus atau pencipta


hukum dan aturan yang mengatur perekonomian nasional.”3. Menurut
Mochtar Mas'oed, “Ekonomi politik adalah ilmu yang mempelajari
hubungan antara fenomena politik dan ekonomi antara negara dengan
pasar, antara negara dengan lingkungan internasional, dan antara
pemerintah dan masyarakat.

1.2 . Rumusan Masalah


1. Bagaimana selarah cabinet pemerintahan
Indonesia pada masa Demokrasi Liberal ?

1.3 . Tujuan Penulisan


Tujuan dibuatnya makalah ini untuk memberikan
pemahaman kepada para pembaca mengenai cabinet
Indonesia pada masa Demokrasi Liberal. Hingga para
pembaca mengerti dan memahami sejarah yang ada
dalam didalamnya.

BAB II
PEMBAHASAN

B. Perkembangan Kehidupan Politik dan Ekobomi Bangsa


Indonesia Pada Masa Demokrasi Liberal

1.Kehidupan Politik Bangsa Indonesia pada


Masa Demokrasi Liberal

Kondisi masyarakat Indonesia pada masa demokrasi liberal


ditandai dengan ketidakstabilan dalam bidang politik, ekonomi,
sosial dan keamanan. Pada bidang ekonomi kondisinya sangat
buruk diantaranya mengalami defisit keuangan yang besar dan
utang negara yang tinggi sehingga perkembangan perekonomian
Indonesia tersendat.

a. Ketidakstabilan politik di Indonesia

Ketidakstabilan politik ini disebabkan oleh hal hal sebagi berikut:


1) DPR tidak mampu menjalankan tugasnya untuk
memperjuangkan kepentingan rakyat.
2) Sering terjadi pergantian kabinet, dalam kurun waktu kuranh
lebih 9 tahunan telah terjadi 7 kali pergantian
kabinet(pemerintahan).
3) Konstituante sebagai badan yang dipiluh oleh rakyat dengan
tugas membentuk UUD yang baru ternyata juga mengalami
kegagalan.
Usaha untuk mengatasu ketidakstabilan politik dalam tubuh
Dewan Konstituante tersebut pada Februari 1957,Presiden
Soekarno mengajukan sebuah gagasan politik (Konsepsi Presiden)
yang berisi hal berikut.
1) sistim demokrasi liberal tidak sesuai dengan kepribadian bangsa
dan menawarkan perubahan ke arah sistim Demokrasi Terpimpin.
2) Perlu dibentuk kabinet gotong royong yang menampung semua
golongan.
3) Pembentukan Dewan Nasional yang bertugas memberi nasihat
kepada kabinet.

b. pemilu

Pemilihan Umum merupakan sarana demokrasi guna mewujudkan


sistem pemerintahan negara yang berkedaulatan rakyat.
Pemerintah negara yang dibentuk melalui Pemilihan Umum itu
adalah yang berasai dari rakyat, dijalankan sesuai dengan
kehendak rakyat dan diabdikan untuk kesejahteraan rakyat.
C. Politik Luar Negeri

Pelaksaan politik luar negeru Indonesia pada masa Demokrasi


Liberal adalah sebagai berikut:
1) Pada masa Kabinet Mohammad Hatta(Kabinet republik
indonesia serikat/RIS),Perdana Menteri Indonesia saat itu,
Mohammad Hatta menegaskan bahwa haluan politik luar negeri
Indonesia menganut prinsip bebas dan aktif yang tidak memihak
kepada siapa dan ke mana pun.
2) Pada masa Kabinet Sukiman, Kabinet Sukiman jatuh
dikarenakan kasus penandatanganan MSA (Mutual Security Act)
yang berhasil mendiskreditkan menteri luar negeri Ahmad
Subardjo. konsisten dengan politik luar negri bebas aktif yang
dijalankan dan cenderung memihak pada salah satu blok dalam
perang dingin.
3) Pada masa kabinet Ali sastroamijoyo I, Menjalankan politik luar
negeri yang bebas dan menuju perdamaian dunia. Mengubah
hubungan Indonesia-Belanda atas dasar Unie-Statuut menjadi
hubungan internasional biasa. Mempercepat peninjauan kembali
perjanjian Konferensi Meja Bundar (KMB) dan menghapuskan
perjanjian yang merugikan negara.
4) Pada masa Kabinet Burhanudin Harahap sampai lahirnya Dekret
Presiden pada 1959,kabinet koalisi yang terdiri dari beberapa
partai dan hampir merupakan kabinet Nasional, karena jumlah
partai yang tergabung dalam koalisi kabinet ini semua berjumlah
13 partai. Kabinet ini didominasi oleh partai Masyumi walaupun
terdapat banyak partai dalam kabinet ini, tetapi seakan-akan
hanya menjadi pelengkap saja. Selain itu, ada pihak yang
menyebut kabinet ini sebagai kabinet Masyumi karena Masyumi
yang mendominasi kabinet ini. PNI tidak duduk kabinet ini, tetapi
PNI bersama-sama PIR Wongsonegoro, SKI, PKI dan Progresif
bertindak sebagai oposisi.
d. Kabinet kabinet pada Masa Demokrsi Liberal

1) Kabinet Natsir (7 September 1950- 21 Maret 1951)


Program kabinetnya,yaitu:
Membantu pembangunan perumahan rakyat serta memperluas
berbagai usaha untuk meningkatkan kualitas manusia dalam hal
kesehatan dan kecerdasan. Menyempurnakan organisasi Angkatan
Perang dan pemulihan mantan anggota-anggota tentara dan
gerilya ke dalam masyarakat.
2) Kabinet Sukiman (27 April 1951 - 3 April 1952)
Program kabinetnya,yaitu:
Membuat dan melaksanakan rencana kemakmuran nasional
dalam jangka pendek untuk mempertinggi sosial ekonomi rakyat,
membaharui hukum agraria sesuai kepentingan petani, dan
mempercepat usaha penempatan bekas pejuang dalam lapangan
pembangunan.
3) Kabinet Wilopo (3 April 1952 - 3 Juni 1953)
Program kabinetnya, yaitu:
Menyiapkan pelaksanaan pemilihan umum untuk dewan
konstituante dan dewan-dewan daerah.
Menyelesaikan penyelenggaraan dan mengisi otonomi daerah.
Menyederhanakan organisasi pemerintah pusat.
4) Kabinet Ali Sastroamijoyo I (31 Juli 1953 - 12 Agustus 1955)
Program kabinetnya, yaitu:
Menjalankan politik luar negeri yang bebas dan aktif untuk
menuju perdamaian dunia
Menyelenggarakan hubungan antara Indonesia dengan Belanda
yang sebelumnya berdasarkan asas unie-statuut menjadi
hubungan berdasarkan perjanjian internasional biasa,
mempercepat peninjauan kembali persetujuan hasil Konferensi
Meja Bundar, serta meniadakan perjanjian-perjanjian yang pada
kenyataannya merugikan rakyat dan negara
Memperjuangkan dan mengusahakan kembali integrasi Irian Barat
ke dalam kekuasaan wilayah Republik Indonesia.
5) Kabinet Burhanuddin Harahap (12 Agustus - 3 maret 1956)
Program kabinetnya, yaitu:
Menyelesaikan perundang-undangan desentralisasi sedapat-
dapatnya dalam tahun 1955 ini juga. Menghilangkan faktor-faktor
yang menimbulkan inflasi. Memberantas korupsi. Meneruskan
perjuangan mengembalikan Irian Barat ke dalam wilayah
kekuasaan Republik Indonesia.
6) Kabinet Ali Sastroamijoyo II (20 maret - 4 maret 1957)
Program kabinetnya,yaitu:
Menyehatkan keuangan negara hingga tercapai imbangan
anggaran belanja biasa yang baik dan yang memberi kemungkinan
untuk melanjutkan pembangunan.
Dalam usaha penyempurnaan keuangan negara, penambahan
sumber keuangan baru harus diutamakan.
Memperbaiki pengawasan atas pemakaian uang negara.
7) Kabinet Juanda ( 9 april 1957 - 5 Juli 1959)
Program kabinetnya,yaitu:
Membentuk Dewan Nasional.
Normalisasi keadaan Republik Indonesia.
Melanjutkan Pembatalan KMB.
Memperjuangkan Irian Barat untuk kembali ke RI.
Mempercepat proses pembangunan.

e. Dekret presiden 5 Juli 1959

Pada 5 Juli 1959, Presiden pertama Indonesia yaitu Soekarno


mengeluarkan dekrit atau sebuah keputusan (ketetapan) presiden
yang berisi memberlakukan kembali Undang-Undang Dasar tahun
1945.
Dekrit Presiden 5 Juli tahun 1959 dikeluarkan oleh presiden
dikarenakan adanya kegagalan oleh Badan Konstituante dalam
menetapkan UUD baru sebagai pengganti dari UUD Sementara
atau UUDS di tahun 1950.
Para anggota Konstituante yang bertugas untuk merumuskan UUD
baru tidak mampu mencapai kesepakatan karena adanya
perbedaan pandangan dan kepentingan yang kuat dari masing-
masing kelompok.
Hal ini menyebabkan situasi politik yang tidak stabil dan kacau.
Oleh karena itu, Presiden Soekarno memutuskan untuk
mengeluarkan Isi Dekrit Presiden 1959 sebagai hukum
keselamatan negara untuk mengatasi kondisi yang buruk tersebut.
Dengan dikeluarkannya dekrit tersebut, maka masa Demokrasi
Liberal di Indonesia berakhir dan digantikan dengan masa
Demokrasi Terpimpin.
Berikut adalah isi Dekret presiden 5 Juli 1959:
•Pembubaran Konstituante.
•Penggunaan kembali UUD 1945
•Penghapusan UUD 1950
•Pembentukan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara
(MPRS) serta pembentukan Dewan Pertimbangan Agung
Sementara (DPAS).

2. Kehidupan Ekonomi Bangsa Indonesia pada Masa Demokrasi


Liberal

a. Nasionalisasi de Javasche Bank Menjadi Bank Indonesia

Bank Indonesia sendiri baru disahkan menjadi bank sentral oleh


pemerintah RI melalui undang-undang pada 1 Juli 1953 seiring
dengan nasionalisasi De Javasche Bank (DJB) setelah penyerahan
kedaulatan RI dari Belanda. De Javasche Bank sendiri adalah bank
sentral pertama di Hindia Belanda ¾nama sebelum Indonesia
merdeka¾ yang dibentuk pada dekade kedua abad 19 semasa
pendudukan Belanda. Dikutip dari arsip Museum Bank Indonesia,
kondisi perekonomian Hindia Belanda kala itu tidak teratur karena
belum adanya regulasi pembayaran yang tertib melalui lembaga
bank. Selain itu, banyak kalangan pengusaha di Batavia yang
mendesak kepada pemerintah kolonial agar segera didirikan
lembaga bank sirkulasi yang bersifat sentral untuk memenuhi
serta memudahkan kepentingan bisnis mereka. Berbagai alasan
dan desakan tersebut disampaikan kepada Kerajaan Belanda.
Akhirnya, pada 9 Desember 1826, Raja Belanda, Willem I (1815-
1840), menerbitkan surat kuasa kepada pemerintah kolonial di
Batavia untuk membentuk suatu bank berdasarkan wewenang
khusus berjangka waktu atau yang lazim disebut oktroi.
KMB juga menetapkan bahwa De Javasche Bank akan menjadi
bank sentral bagi negara Indonesia. Adapun BNI ¾tulis Rachmadi
Usman dalam Aspek-aspek Hukum Perbankan di Indonesia¾
dialihkan fungsinya sebagai bank pembangunan. Pada 10 April
1953, parlemen menyetujui usulan nasionalisasi De Javasche Bank
menjadi Bank Indonesia (BI). Presiden Soekarno kemudian
menerbitkan surat keputusan mengenai peresmian BI sebagai
bank sirkulasi atau bank sentral Indonesia pada 10 April 1953 dan
mulai berlaku sejak 1 Juli 1953.

b. Sistem Ekonomi Gerakan Benteng

Pada mulanya yang ditekankan adalah barang mana yang wajib


diimpor oleh pengusaha pribumi. Kemudian, yang dibicarakan
adalah persyaratan mengenai kelayakan memperoleh lisensi
impor. Tahun 1950 sudah sempat ditentukan bahwa paling tidak
70% dari pemegangan saham perusahaan harus dimiliki "bangsa
Indonesia asli". Bulan Mei dan Juni 1953, debat mengenai
penaikan persentase ini, termasuk tuduhan diskriminasi terhadap
importir Tionghoa, berakibatkan jatuhnya Kabinet Wilopo.
Program Benteng ditinjau kembali bulan September 1955 oleh
Kabinet Burhanuddin Harahap dan menteri Keuangan Sumitro
Djojohadikusumo. Syarat berdasarkan suku dicabut dan diganti
dengan persyaratan ketat mengenai pembayaran uang muka.
Dibentuknya Kabinet Karya di bawah Djuanda Kartawidjaja bulan
Maret dan April 1957 ditandai dengan pengalihan ke "ekonomi
terpimpin". Program Benteng resmi dihentikan.

C. Gunting Syafruddin

Untuk menanggulangi defisit anggaran sebesar 5,1 miliar rupiah,


Menteri Keuangan saat itu Syafruddin Prawiranegara, berdasarkan
Surat Keputusan Menteri Keuangan RIS Nomor PU I, melakukan
tindakan pemotongan uang. Kebijakan ini merupakan kebijakan
mata uang pertama kali di Indonesia, sekaligus kebijakan yang
membuat banyak pihak terkejut kala itu. Kebijakan gunting
Syafruddin ini berlaku sejak pukul 20.00 WIB tanggal 20 Maret
1950.Kebijakan Gunting Syafruddin ini bertujuan untuk
menyeimbangkan antara jumlah uang dan barang yang beredar,
sehingga tidak akan terjadi inflasi nantinya. Selain itu, menurut Ki
Agus Ahmad Badaruddin, seorang mantan Inspektur Jenderal
Kementerian Keuangan melihat jika arah kebijakan ini menyasar
pada penggantian mata uang baru.

d. Sistem Ekonomi Ali-Baba

Sistem ekonomi Alibaba merupakan penggalangan kerja sama


antara pengusaha Cina dan pengusaha pribumi. Pengusaha non
pribumi di wajibkan memberikan pelatihan kepada pengusaha
pribumi. Pemerintah menyediakan kredit dan lisensi bagi
pengusaha swasta nasional (Nalenan, 1982).
Tujuan Sistem Ekonomi Ali-Baba
Pertumbuhan dan perkembangan pengusaha pribumi dalam
rangka merombak ekonomi kolonial menjadi nasional. Memajukan
ekonomi Indonesia dengan menjalin hubungan kerja sama dengan
pengusaha non-pribumi.

e. Persaingan Finansial Ekonomi (Finek)

untuk melakukan renegosiasi perjanjian KMB terutama masalah


hutang dan kedudukan Uni Indonesia-Belanda. Pada masa
pemerintahan Kabinet Burhanuddin Harahap, Indonesia mengirim
delegasi ke Belanda dengan misi merundingkan masalah Finansial
Ekonomi (Finek).
Finek dibentuk untuk menyelesaikan masalah ekonomi antara
Belanda dengan Indonesia di masa Kabinet Burhanuddin Harahap
dengan mengirim delegasi ke Swiss.
Pada tanggal 7 Januari 1956 dicapai kesepakatan rencana
persetujuan Finek, yang berisi: Persetujuan Finek hasil KMB
dibubarkan. Hubungan Finek Indonesia-Belanda didasarkan atas
hubungan bilateral. Hubungan Finek didasarkan pada Undang-
undang Nasional, tidak boleh diikat oleh akad lain selang kedua
belah pihak.
BAB III

PENUTUP

3.1 . Kesimpulan

Demokrasi liberal adalah demokrasi yang memberi


kebebasan yang seluasnya kepada warga negaranya.
Pada tahun 1950, Negara Kesatuan Republik
Indonesia mempergunakan Undang-Undang Dasar
Sementara (UUDS) atau juga disebut
Undang-Undang Dasar 1950. Berdasarkan UUD
tersebut pemerintahan yang dilakukan oleh kabinet
sifatnya parlementer, artinya kabinet bertanggung
jawab pada parlemen. Jatuh bangunnya suatu
kabinet bergantung pada dukungan anggota
parlemen. fliri utama masa Demokrasi Liberal adalah
sering bergantinya kabinet.

Anda mungkin juga menyukai