Anda di halaman 1dari 47

Demokrasi Liberal di

Indonesia
Demokrasi Liberal

Pelaksanaan Ciri- ciri Demokrasi Liberal


Demokrasi Liberal 1.Presiden dan Wakil Presiden tidak
sesuai dengan dapat diganggu gugat.
konstitusi yang 2.Menteri bertanggung jawab atas
berlaku saat itu, kebijakan pemerintah.
yakni Undang-
3.Presiden bisa dan berhak
Undang Dasar
membubarkan DPR.
Sementara 1950.
Sistem
Pemerintahan
dan Sistem
Perkembangan Kepartaian
Masa Sistem Politik
Demokrasi Pemilihan
Liberal di Umum 1955
Indonesia Perkembangan
Sistem Ekonomi
1 Perkembangan
Sistem Politik
Sistem Pemerintahan

Salah satu ciri yang nampak dalam masa ini


adalah kerap kali terjadi penggantian kabinet. Hal ini
disebabkan karena adanya perbedaan kepentingan
diantara partai-partai yang ada. Perbedan di
kalangan partai-partai tersebut tidak pernah dapat
terselesaikan dengan baik sehingga dari tahun 1950
sampai dengan 1959 terjadi pergantian kabinet.
1. Kabinet Natsir (Masyumi) 1950-1951

Merupakan kabinet koalisi yang


dipimpin oleh partai Masyumi.
Dipimpin oleh Muhammad Natsir.
Program Kerja, Hasil
dan Peyebab
Berakhirnya
Program Kerja Hasil Peyebab Berakhir
1. Menggiatkan usaha Berlangsung Adanya mosi tidak percaya
keamanan dan perundingan antara dari PNI menyangkut
ketentraman. Indonesia-Belanda pencabutan Peraturan
2. Mencapai konsolidasi dan untuk pertama kalinya Pemerintah mengenai DPRD
menyempurnakan susunan mengenai Indonesia dan DPRDS. PNI
pemerintahan. Barat. menganggap PP No. 39
3. Menyempurnakan Tahun 1950 mengenai
organisasi angkatan DPRD terlalu
perang. menguntungkan Masyumi.
4. Mengembangkan dan Mosi tersebut disetujui
memperkuat ekonomi parlemen sehingga Natsir
harus mengembalikan
KABINET NATSIR
2. Kabinet Sukiman (Masyumi) 1951-
1952

Merupakan kabinet koalisi antara


Masyumi dan PNI. Dipimpin oleh
Sukiman Wiryosanjoyo.
Program Kerja, Hasil
dan Peyebab
Berakhirnya
Program Kerja Hasil Peyebab Berakhir
1. Menjamin keamanan dan Tidak terlalu berarti Muncul pertentangan dari
ketentraman. sebab programnya Masyumi dan PNI atas
2. Mengusahakan melanjutkan program tindakan Sukiman, sehingga
kemakmuran rakyat dan Natsir. Hanya saja mereka menarik
memperbaharui hukum terjadi perubahan skala dukungannya pada kabinet
agraria agar sesuai dengan proritas dalam tersebut. DPR akhirnya
kepentingan petani. melaksanakan menggugat Sukiman dan
3. Mempercepat persiapan programnya. Seperti terpaksa Sukiman harus
Pemilu. awalnya program mengembalikan mandatnya
4. Menjalankan politik luar menggiatkan usaha kepada Presiden.
negeri secara bebas aktif keamanan dan
KABINET
SUKIMAN
3. Kabinet Wilopo (PNI) 1952-1953

Kabinet ini merupakan zaken kabinet


yaitu kabinet yang terdiri dari para pakar
yang ahli dalam bidangnya. Dipimpin
oleh Mr. Wilopo.
Program Kerja dan
Peyebab Berakhirnya
Program Kerja Peyebab Berakhir
1. Program dalam negeri: Akibat peristiwa Tanjung
Menyelenggarakan PEMILU Morawa, muncullah mosi
(Konstituante, DPR, dan DPRD), tidak percaya dari Serikat
meningkatkan kemakmuran Tani Indonesia terhadap
rakyat, meningkatkan pendidikan kabinet Wilopo. Sehingga
rakyat, dan pemulihan keamanan. Wilopo harus
2. Program luar negeri: Penyelesaian mengembalikan mandatnya
masalah Indonesia-Belanda, kepada Presiden.
Pengembalian Irian Barat ke
pangkuan Indonesia, serta
menjalankan politik luar negeri
KABINET WILOPO
4. Kabinet Ali Sastroamijoyo I (PNI)
1953-1955

Kabinet ini merupakan koalisi antara


PNI dan NU. Dipimpin oleh Mr. Ali
Sastroamijoyo.
Program Kerja, Hasil
dan Peyebab
Berakhirnya
Program Kerja Hasil Peyebab Berakhir
1. Meningkatkan keamanan 1. Persiapan PEMILU NU menarik dukungan dan
dan kemakmuran serta untuk memilih menterinya dari kabinet
segera menyelenggarakan anggota parlemen sehingga keretakan dalam
Pemilu. yang akan kabinetnya inilah yang
2. Pembebasan Irian Barat diselenggarakan memaksa Ali harus
secepatnya. pada 29 September mengembalikan mandatnya
3. Pelaksanaan politik bebas- 1955. pada Presiden.
aktif dan peninjauan 2. Menyelenggarakan
kembali persetujuan KMB. Konferensi Asia-
4. Penyelesaian pertikaian Afrika tahun 1955.
politik.
KABINET ALI
SASTROAMIJOYO I
5. Kabinet Burhanuddi Harahap (Masyumi)
1955-1956

Kabinet ini dipimpin oleh Burhanuddin


Harahap. Menjalankan tugasnya sejak
12 Agustus 1955 - 3 Maret 1956.
Program Kerja, Hasil
dan Peyebab
Berakhirnya
Program Kerja Hasil Peyebab Berakhir
1. Mengembalikan kewibawaan 1. Penyelenggaraan Dengan berakhirnya
pemerintah. PEMILU pertama PEMILU, maka tugas
2. Melaksanakan PEMILU dan yang demokratis. kabinet Burhanuddin
mempercepatn pembentukan 2. Perjuangan dianggap selesai. Pemilu
parlemen baru. diplomasi tidak menghasilkan
3. Masalah desentralisasi, inflasi, menyelesaikan dukungan yang cukup
pemberantasan korupsi. masalah Irian Barat. terhadap kabinet sehingga
4. Perjuangan pengembalian Irian 3. Pemberantasan kabinet pun jatuh. Akan
Barat. korupsi. dibentuk kabinet baru yang
5. Politik kerjasama Asia-Afrika 4. Terbinanya harus bertanggung jawab
berdasarkan politik luar negeri hubungan antara pada parlemen yang baru
pula.
6. Kabinet Ali Sastroamijoyo II (PNI) 1956-
1957

Kabinet ini merupakan hasil koalisi PNI,


Masyumi, dan NU. Dipimpin oleh Ali
Sastroamijoyo.
Program Kerja, Hasil
dan Peyebab
Berakhirnya
Program Kerja Hasil Peyebab Berakhir
1. Perjuangan pemngembalian Mendapat dukungan Mundurnya sejumlah
Irian Barat. penuh dari Presiden dan menteri dari Masyumi
2. Pembentukan daerah-daerah dianggap sebagai titik membuat kabinet hasil
otonomi dan mempercepat tolak dari periode Pemilu pertama ini jatuh dan
terbentuknya anggota DPRD. planning and menyerahkan mandatnya
3. Mengusahakan perbaikan investmen. Hasilnya kepada Presiden.
nasib kaum buruh dan adalah pembatalan
pegawai. seluruh perjanjian
4. Menyehatkan perimbangan KMB.
keuangan negara.
5. Mewujudkan perubahan
KABINET ALI
SASTROAMIJOYO II
7. Kabinet Djuanda (Zaken Kabinet) 1957-
1959
Kabinet ini merupakan zaken kabinet
yaitu kabinet yang terdiri drai para pakar
yang ahli dalam bidangnya. Dibentuk
karena kegagalan konstituante dalam
menyusun UUD pengganti UUDS 1950.
Serta terjadinya perebutan kekuasaan
antara partai politik. Dipimpin oelh Ir.
Juanda.
Program Kerja, Hasil
dan Peyebab
Berakhirnya
Program Kerja Hasil Peyebab Berakhir
1. Membentuk Dewan Nasional. 1. Diadakannya Berakhir saat presiden
2. Normalisasi keadaan Republik Deklarasi Juanda. Soekarno mengeluarkan
Indonesia. 2. Terbentuknya Dekrit Presiden 5 Juli 1959
3. Melancarkan pelaksanaan Dewan Nasional. dan mulailah babak baru
Pembatalan KMB. 3. Mengadakan sejarah RI.
4. Perjuangan pengembalian Irian Musyawarah
Jaya. Nasional (Munas).
5. Mempergiat/ mempercepat
proses pembangunan.
KABINET DJUANDA
Sistem Kepartaian

Sistem kepartaian yang dianut pada masa


demokrasi liberal adalah multipartai. Pembentukan
partai politik ini menurut Mohammad Hatta agar
memudahkan dalam mengontrol perjuangan lebih
lanjut. Hatta juga menyebutkan bahwa pembentukan
partai politik ini bertujuan untuk mudah dapat
mengukur kekuatan perjuangan kita dan untuk
mempermudah meminta tanggung jawab kepada
Sistem Multipartai
Dampak Positif:
1. Menghidupkan suasana Dampak Negatif:
demokratis di Indonesia. 1. Sejumlah partai cenderung
2. Mencegah kekuasaan menyuarakan kepentingan
presiden yang terlalu besar, kelompok sendiri, bukan
karena wewenang banyak rakyat.
pemerintah di pegang oleh 2. Ada kecenderungsn
partai yang berkuasa. persaingan tidak sehat,
baik dalam parlemen
3. Menempatkan kalangan maupun kabinet yang
sipil sebagai pelaksana berupa saling menjatuhkan.
kedaulatan rakyat dan
pemerintahan.
Pemilihan Umum 1955

Pelaksanaan pemilihan umum 1955 bertujuan


untuk memilih wakil-wakil rakyat yang akan duduk
dalam parlemen dan dewan Konstituante. Pemilihan
umum ini diikuti oleh partai-partai politik yang ada
serta oleh kelompok perorangan. Pemilu 1955
merupakan tonggak demokrasi pertama di Indonesia.
Keberhasilan penyelenggaraan pemilu ini
menandakan telah berjalannya demokrasi di
Pemilihan umum untuk anggota DPR dilaksanakan pada tanggal 29
September 1955. Hasilnya diumumkan pada 1 Maret 1956. Empat
perolehan suara terbanyak memperoleh kursi sebagai berikut:
Partai Jumlah Kursi
PNI 57 kursi
Masyumi 57 kursi
Nadhlatul Ulama 45 kursi
PKI 39 kursi
Pemilihan umum untuk anggota Dewan Konstituante dilaksanakan pada
tanggal 15 Desember 1955. Hasilnya diumumkan pada 16 Juli 1956.
Empat perolehan suara terbanyak memperoleh kursi sebagai berikut:
Partai Jumlah Kursi
PNI 119 kursi
Masyumi 112 kursi
Nadhlatul Ulama 91 kursi
PKI 80 kursi
Walaupun pemilu I dapat berlangsung dengan aman, lancar
dan tertib tetapi keadaan politik dan keamanaan belum
stabil,hal ini di sebabkan oleh :

1. Sering terjadi pertentangan antar politik.


2. Partai politik hanya mempertahankan keyakinan
partainya.
3. Anggota DPR hasil pemilu belum dapat memenuhi
harapan rakyat.
4. Badan kontituante gagal menyusun UUD.
Dekrit Presiden 5 Juli 1959
Pertimbangan Lahirnya Dekrit Keputusan Dekrit
Presiden 5 Juli 1959 : Presiden 5 Juli 1959:
1. Anjuran untuk kembali ke UUD 1. Konstituante di
1945 tidak memperoleh keputusan bubarkan.
dari Konstituante. 2. UUD 1945 kembali
2. Konstituante tidak mungkin lagi berlaku sebagai UUD
menyelesaikan tugasnya karena Republik Indonesia.
sebagian besar anggotanya telah 3. Segera membentuk
menolak menghadiri sidang. MPRS dan DPAS.
3. Kemelu dalam konstituante
membahayakan persatuan,
Dampak Dekrit
Presiden 5 Juli 1959
Dampak Positif Dampak Negatif
1. Menyelamatkan dari perpecahan 1. Memberikan kekuasaan
dan krisis politik yang besar kepada Presiden
berkepanjangan. baik terhadap MPR
2. Memberikan pedoman yang jelas maupun lembaga tinggi
(UD 1945) bagi kelangsunggan negara.
negara. 2. Memberi peluang bagi
3. Merintis pembentukan lembaga kalangan militer untuk
tertinggi negara (MPRS) dan terjun dalam bidang politik.
lembaga tinggi (DPAS) yang
2 Perkembangan
Sistem Ekonomi
Meskipun Indonesia telah merdeka tetapi Kondisi Ekonomi
Indonesia masih sangat buruk. Upaya untuk mengubah stuktur
ekonomi kolonial ke ekonomi nasional yang sesuai dengan
jiwa bangsa Indonesia berjalan tersendat-sendat.
Faktor yang menyebabkan keadaan ekonomi tersendat
adalah sebagai berikut:
1. Setelah pengakuan kedaulatan dari Belanda pada tanggal
27 Desember 1949, bangsa Indonesia menanggung beban
ekonomi dan keuangan seperti yang telah ditetapkan dalam
KMB. Beban tersebut berupa hutang luar negeri sebesar 1,5
Triliun rupiah dan utang dalam negeri sejumlah 2,8 Triliun
rupiah.
2. Defisit yang harus ditanggung oleh Pemerintah pada waktu
itu sebesar 5,1 Miliar.
3. Indonesia hanya mengandalkan satu jenis ekspor terutama
hasil bumi yaitu pertanian dan perkebunan sehingga apabila
permintaan ekspor dari sektor itu berkurang akan memukul
perekonomian Indonesia.
4. Politik keuangan Pemerintah Indonesia tidak di buat di
Indonesia melainkan dirancang oleh Belanda.
5. Pemerintah Belanda tidak mewarisi nilai-nilai yang cukup
untuk mengubah sistem ekonomi kolonial menjadi sistem
ekonomi nasional.
6. Belum memiliki pengalaman untuk menata ekonomi secara
baik, belum memiliki tenaga ahli dan dana yang diperlukan
secara memadai.
7. Situasi keamanan dalam negeri yang tidak menguntungkan
berhubung banyaknya pemberontakan dan gerakan
sparatisisme di berbagai daerah di wilayah Indonesia.
8. Tidak stabilnya situasi politik dalam negeri mengakibatkan
pengeluaran pemerintah untuk operasi-operasi keamanan
semakin meningkat.
9. Kabinet terlalu sering berganti menyebabakan program-
program kabinet yang telah direncanakan tidak dapat
dilaksanakan, sementara program baru mulai dirancang.
10. Angka pertumbuhan jumlah penduduk yang besar.
Gunting Syafruddin
1. GuntingPemerintah
Kebijakan Syafruddinuntuk Mengatasi Masalah
Kebijakan
Ekonomi ini adalah
Liberal
Pemotongan nilai uang (sanering). Tujuannya untuk
Caranya memotong semua uang menanggulangi defisit
yang bernilai Rp. 2,50 ke atas anggaran sebesar Rp. 5,1
hingga nilainya tinggal Miliar.
setengahnya. Dampaknya rakyat kecil tidak
Kebijakan ini dilakukan oleh dirugikan karena yang
Menteri Keuangan Syafruddin memiliki uang Rp. 2,50 ke atas
Prawiranegara pada masa hanya orang-orang kelas
pemerintahan RIS. Tindakan ini menengah dan kelas atas.
dilakukan pada tanggal 20 Maret Dengan kebijakan ini dapat
1950 berdasarkan SK Menteri mengurangi jumlah uang yang
Nomor 1 PU tanggal 19 Maret beredar dan pemerintah
Gerakan Benteng
Sistem ekonomi Gerakan Dampaknya program ini
Benteng merupakan usaha menjadi salah satu sumber
pemerintah Republik Indonesia defisit keuangan. Beban defisit
untuk mengubah struktur anggaran Belanja pada 1952
ekonomi yang berat sebelah sebanyak 3 Miliar rupiah
yang dilakukan pada masa ditambah sisa defisit anggaran
Kabinet Natsir yang tahun sebelumnya sebesar 1,7
direncanakan oleh Sumitro miliar rupiah. Sehingga menteri
Joyohadikusumo (menteri keuangan Jusuf Wibisono
perdagangan). Program ini memberikan bantuan kredit
bertujuan untuk mengubah khususnya pada pengusaha dan
struktur ekonomi kolonial pedagang nasional dari golongan
menjadi struktur ekonomi ekonomi lemah sehingga masih
Seiring meningkatnya rasa Tujuannya adalah untuk
nasionalisme maka pada akhir menaikkan pendapatan dan
tahun 1951 pemerintah menurunkan biaya ekspor, serta
Indonesia melakukan melakukan penghematan secara
nasionalisasi De Javasche Bank drastis.
menjadi Bank Indonesia. Perubahan mengenai
Awalnya terdapat peraturan nasionalisasi De Javasche Bank
bahwa mengenai pemberian menjadi Bank Indonesia sebagai
kredi tharus dikonsultasikan bank sentral dan bank sirkulasi
pada pemerintah Belanda. Hal diumumkan pada tanggal 15
ini menghambat pemerintah Desember 1951 berdasarkan
dalam menjalankan kebijakan Undang-undang No. 24 tahun
ekonomi dan moneter.
Sistem Ekonomi Ali Baba
(Finek)

Misi ini dipimpin oleh Anak Agung Tujuannya untuk melepaskan diri
Gede Agung. Pada tanggal 7 Januari dari keterikatan ekonomi dengan
1956 dicapai kesepakatan rencana Belanda. Sehingga, tanggal 3
persetujuan Finek, yang berisi: Mei 1956, akhirnya Presiden
1. Persetujuan Finek hasil KMB
dibubarkan.
Sukarno menandatangani
2. Hubungan Finek Indonesia-Belanda undang-undang pembatalan
didasarkan atas hubungan bilateral. KMB.
3. Hubungan Finek didasarkan pada
Undang-undang Nasional, tidak boleh Dampaknya banyak pengusaha
diikat oleh perjanjian lain antara kedua
belah pihak.
Belanda yang menjual
4. Hasilnya pemerintah Belanda tidak perusahaannya, sedangkan
mau menandatangani, sehingga pengusaha pribumi belum
Program yang dilaksanakan umumnya
merupakan program jangka pendek,
tetapi pada masa kabinet Ali RPLT tidak dapat berjalan dengan baik
Sastroamijoyo II, pemerintahan disebabkan karena :
membentuk Badan Perencanaan 1. Adanya depresi ekonomi di
Pembangunan Nasional yang disebut Amerika Serikat dan Eropa Barat
Biro Perancang Negara. Tugas biro ini pada akhir tahun 1957 dan awal
merancang pembangunan jangka tahun 1958 mengakibatkan ekspor
panjang. Ir. Juanda diangkat sebagai dan pendapatan negara merosot.
menteri perancang nasional. Biro ini 2. Perjuangan pembebasan Irian Barat
berhasil menyusun Rencana dengan melakukan nasionalisasi
Pembangunan Lima Tahun (RPLT) perusahaan-perusahaan Belanda di
yang rencananya akan dilaksanakan Indonesia menimbulkan gejolak
antara tahun 1956-1961 dan disetujui ekonomi.
DPR pada tanggal 11 November 1958. 3. Adanya ketegangan antara pusat
Tahun 1957 sasaran dan prioritas RPLT dan daerah sehingga banyak daerah
yang melaksanakan kebijakan
Pembangunan (Munap)
Tetapi tetap saja rencana pembangunan
Masa kabinet Juanda terjadi tersebut tidak dapat dilaksanakan
ketegangan hubungan antara dengan baik karena :
pusat dan daerah. Masalah 1. Adanya kesulitan dalam
tersebut untuk sementara waktu menentukan skala prioritas.
dapat teratasi dengan 2. Terjadi ketegangan politik yang tak
dapat diredakan.
Musayawaraah Nasional 3. Timbul pemberontakan
Pembangunan (Munap). Tujuan PRRI/Permesta.
diadakan Munap adalah untuk 4. Membutuhkan biaya besar untuk
mengubah rencana menumpas pemberontakan PRRI/
pembangunan agar dapat Permesta sehingga meningkatkan
defisit Indonesia.
dihasilkan rencana pembangunan 5. Memuncaknya ketegangan politik
yang menyeluruh untuk jangka Indonesia- Belanda menyangkut
TERIMA KASIH!

Wassalamualaikum wr. wb

Anda mungkin juga menyukai