PENDAHULUAN
Kurikulum 2013 tidak hanya bertujuan untuk mencerdaskan peserta didik dari
segi kognitif dan psikomotoriknya tetapi juga mencerdaskan peserta didik dari
segi afektifnya. Apabila tujuan itu itu belum tercapai, maka perlu ada revisi
kurikulum. Revisi dilakukan setelah diadakan evaluasi dan ditemukannya
kekurangan-kekurangan sehingga perlu adanya penyempurnaan. Menurut Tyler
seperti yang dikutip oleh Moh. Ansyar (2015: 450) bahwa evaluasi kurikulum
dilaksanakan untuk mengetahui apakah tujuan kurikulum dan pembelajaran sudah
tercapai.
Untuk mencapai kurikulum yang ideal, mesti ada perbaikan pada standar
pendidikan. Revisi empat elemen utama yang ditonjolkan di dalam kurikulum
2013 adalah Standar Kompetensi Lulusan (SKL), standar isi, standar proses, dan
standar penilaian. Orientasi kurikulum 2013 adalah terjadinya peningkatan dan
keseimbangan antara kompetensi sikap (attitude), keterampilan (skill) dan
pengetahuan (knowledge). Pada Kurikulum 2013, metode pendidikan yang
diterapkan tidak lagi berupa pengajaran demi kelulusan ujian (teaching to the test)
namun pendidikan menyeluruh yang memperhatikan kemampuan sosial, watak,
budi pekerti, kecintaan budaya bangsa dan sebagainya.
Fullan (1991: 67) menjelaskan kelima faktor tersebut yaitu: lingkungan sekolah
(terkait dengan kondisi sekolah, sarana dan prasarana pendukung), masyarakat
(terkait dukungan masyarakat), kepala sekolah (terkait dengan manajemen dan
kepemimpinan), guru (terkait respon, dukungan, partisipasi guru) dan faktor
eksternal (terkait dukungan dari pemerintah/ swasta/ stakeholder).
Permasalahan dunia pendidikan di Indonesia yaitu mutu atau kualitas pendidikan.
Kualitas pendidikan ini menyangkut pada setiap jenjang pendidikan, khususnya
jenjang pendidikan dasar dan menengah. Sebenarnya upaya-upaya yang mengarah
pada peningkatan mutu pendidikan telah lama dilakukan. Pemerintah telah
mencanangkan peningkatan kualitas pendidikan dengan mengusung 4 (empat)
kebijakan strategis, yaitu pemerataan kesempatan, peningkatan relevansi, mutu
dan efesiensi pendidikan. Melalui usaha-usaha itu pemerintah berharap bahwa
kualitas pendidikan akan serta- merta mengalami peningkatan. Disinyalir bahwa
kendala utama dalam peningkatan mutu pendidikan ini adalah terletak pada
proses pengelolaan sekolah dan pembelajaran yang tidak berkembang secara
profesional. Dengan demikian program apapun yang akan dijalankan dalam upaya
peningkatan mutu pendidikan akan sulit dicapai bila kondisi manejerial sekolah
masih belum mampu berkembang ke arah yang lebih profesional.
Selain itu berdasarkan observasi awal peneliti, dalam tahap persiapan masih
banyak guru yang mengajar tidak menyiapkan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) padahal kita ketahui bersama untuk memperlancar sebuah
kegiatan dan mencapai tujuan yang maksimal, mesti ada perencanaan yang
matang. Sama halnya dalam proses pembelajaran di keals. Untuk memperlancar
jalannya proses pembelajaran, sebaiknya guru merencanakan terlebih dahulu apa
yang akan dilakukan di kelas, metode dan model pembelajaran apa yang akan
digunakan. Semuanya harus dipersiapkan dengan matang agar
Selain masalah di atas, permasalahan lain yang ada di madrasah itu adalah selama
pelaksanaan kurikulum 2013 belum pernah ada evaluasi yang di laksanakan oleh
pihak Kemenag sehingga belum bisa didapatkan hal yang yang perlu diperbaiki.
Masalah yang didapatkan dari hasil wawancara di atas masih bersifat umum,
sehingga perlu ada evaluasi mendalam. Berangkat dari masalah itu, penulis
tertarik untuk melakukan penelitian evaluasi kurikulum 2013 di Madrasah
Ibtidaiyah Negeri 02 Kabupaten Bogor yang secara total telah menerapkan
Kurikulum 2013.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, ada beberapa masalah yang telah diidentifikasi
diantaranya sebagai berikut:
C. Pembatasan Masalah
Pada penelitian ini masalah dibatasi hanya kepada evaluasi pelaksanaan
kurikulum. Mulai dari tahap persiapan, tahap proses, sampai pada tahap penilaian.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah dari penelitian ini
adalah bagaimana pelaksanaan kurikulum 2013 di Madrasah Ibtidaiyah Negeri 2
kabupaten Bogor?
E. Tujuan Penilitan
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui proses pelaksanaan kurikulum 2013 di
Madrasah Ibtidaiyah Negeri 2 kabupaten Bogor.
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi
penulis dan memperkaya hasil penelitian dalam bidang Manajemen
Pendidikan, khususnya bagi studi evaluasi implementasi kurikulum. Selain itu
diharapkan hasil penelitian ini bisa menjadi referensi bagi peneliti lain yang
ingin meneliti terkait evaluasi kurikulum.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi MIN
02 Kabupaten Bogor dan pemangku kepentingan pendidikan. Penelitian ini
diharapkan dapat memberikan masukan kepada para pihak di MIN 02
Kabupaten Bogor dan pemangku kepentingan pendidikan di Kabupaten Bogor
terutama sebagai bahan evaluasi dan informasi yang bermanfaat untuk
melakukan perbaikan dan pengembangan dalam implementasi kebijakan
kurikulum 2013, serta untuk mengetahui sejauh mana pencapaian tujuan
kurikulum 2013 dalam implementasinya di MIN 02 Kabupaten Bogor .
BAB II LANDASAN TEORI
A. Deskripsi Teoritis
1. Definisi Kurikulum
Pada awalnya, istilah kurikulum berasal dari bahasa Yunani yaiut Curir,
artinya “pelari’ dan curere yang berarti “tempat berpacu”. Kurikulum berarti
jarak yang harus ditempuh oleh pelari dari awal sampai akhir untuk bisa
mendapatkan penghargaan (Zaenal Arifin, 2013: 2-3). Seiring perkembangan
zaman, maka pengertian kurikulum juga mengalami perkembangan. Allan
(2009:10) mendefinisikan kurikulum sebagai berikut:
Dalam hal ini penting untuk mengembangkan ketiga aspek yaitu sikap,
pengetahuan, dan keterampilan secara simultan. Ketiga aspek dapat
dikembangkan dalam situasi dan kondisi yang ada baik di sekolah dan
masyarakat.
Ada hal baru dari Kurikulum 2013 terkait dengan kompetensi dalam
pembelajaran. Kompetensi inti (KI) merupakan gambaran secara kategorial
mengenai kompetensi dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan
yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas, dan
matapelajaran. Sedangkan kompetensi dasar (KD) merupakan kemampuan
spesifik yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang terkait
muatan atau mata pelajaran.
a) Silabus
Silabus Dalam kurikulum 2013, silabus telah disusun oleh pusat. Guru
bertugas untuk mempelajari dan menganalisis silabus. Analisis dapat
dilakukan terhadap kesesuaian antara KI, KD, dan Indikator pada masing-
masing tema. Analisis dilakukan pula terhadap kesesuaian materi dengan
tema, dan juga ketepatan pemilihan kegiatan pembelajaran, media,
sumber belajar, penilaian sesuai dengan materi dan tema yang diajarkan.
Silabus merupakan acuan penyusunan kerangka pembelajaran untuk
setiap bahan kajian mata pelajaran yang dikembangkan berdasarkan
Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi. Silabus digunakan sebagai
acuan dalam pengembangan RPP. Silabus paling sedikit memuat: 1)
Identitas sekolah meliputi nama satuan pendidikan dan kelas; 2)
kompetensi inti; 3) kompetensi dasar; 4) tema; 5) materi pokok; 6)
pembelajaran; 7) penilaian; 8) alokasi waktu; dan 9) sumber belajar.
Penilaian proses dan hasil belajar peserta didik mencakup kompetensi sikap,
pengetahuan, dan keterampilan yang dilakukan secara berimbang.
a) Penilaian kompetensi sikap
Pendidik melakukan penilaian kompetensi sikap melalui observasi
penilaian diri, penilaian “teman sejawat” (peer evaluation) oleh peserta
didik dan jurnal. Instrumen yang bisa digunakan adalah daftar cek atau
skala penilaian (rating scale) yang disertai rubrik, sedangkan pada jurnal
berupa catatan pendidik.
Berdasarkan Permendikbud No.20, 21, 22, 23, dan 24 Tahun 2016 pada
dasarnya menganut sistem pembelajaran berbasis aktivitas atau kegiatan,
kompetensi, sistem pembelajaran tuntas, dan sistem pembelajaran yang
memperhatikan dan melayani perbedaan individual peserta didik. Dengan
memperhatikan prinsip perbedaan individu yang mana tidak semua anak
memiliki karakteristik yang sama, maka untuk memenuhi hak anak
tersebut dilakukan pembelajaran pengayaan. Pembelajaran pengayaan
dapat diartikan pembelajaran yang memberikan tambahan/perluasan
pengalaman atau kegiatan peserta didik yang teridentifikasi melampaui
B. Implementasi Kurikulum
1. Pengertian Implementasi Kurikulum
Kurikulum yang telah dirancang dengan sempurna tidaklah berarti jika tidak
diterapkan. Penerapan kurikulum dikenal dengan istilah implementasi
kurikulum. Kurikulum diterapkan secara nyata dalam dunia pendidikan yang
ada di sekolah. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, implementasi berarti
pelaksanaan atau penerapan. Kurikulum akan diimplementasikan di sekolah
dalam rangkaian proses pembelajaran.
Sesuai dengan tema kurikulum 2013 yaitu menghasilkan insan Indonesia yang
produktif, kreatif, inovatif, afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan
pengetahuan yang terintegrasi. Untuk mewujudkan hal tersebut, dalam
implementasi kurikulum, guru dituntut untuk secara professional merancang
pembelajaran efektif dan bermakna, mengorganisasikan pembelajaran,
memilih pendekatan pembelajaran yang tepat, menentukan prosedur
pembelajaran dan pembentukan kompetensi secara efektif, serta menetapkan
kriteria keberhasilan (E. Mulyasa, 2015: 99-131)
2) Eksplorasi
Ekplorasi bertujuan untuk mengenalkan materi dan mengaitkannya
dengan pengetahuan yang telah dimiliki peserta didik. Hal itu dapat
dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: Mengenalkan materi
standard an kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh peserta didik;
Mengaitkan materi standard an kompetensi dasar yang baru denga
pengetahuan dan kompetensi yang sudah dimiliki oleh pserta didik;
Memilih metode yang tepat dan bervariasi.
3) Konsolidasi Pembelajaran
Konsolidasi bertujuan untuk mengaktifkan peserta didik dalam
pembentukan kompetensi dan karakter, serta menguhubungkannya
dengan kehidupan peserta didik. Konsolidasi pembelajaran ini dapat
dilakukan dengan prosedur sebagai berikut: Melibatkan peserta didik
secara aktif dalam menafsirkan dan memahami materi dan kompetensi
baru; Melibatkan peserta didik secara aktif alam proses pemecahan
masalah, utamanya dalam masalah yang actual; Menempatkan
penekanan pada kaitan structural, yaitu kaitan antara materi standard an
kompetensi baru dengan berbagai aspek kegiatan dan kehidupan dalam
lingkungan masyarakat; Memilih metode yang tepat agar materi standar
dapat diproses menjadi kompetensi dan karakter peserta didik.
5) Penilaian Normatif
Penilaian normatif perlu dilaksanakan untuk perbaikan, predurnya
pelaksanaannya sebagai berikut: Mengembangkan cara- cara untuk
menilai hasil pembelajaran peserta didik; Menggunakan hasil penilaian
tersebut untuk menganalisis kelemahan atau kekurangan peserta didik
dan masalah-masalah yang dihadapi oleh guru dalam membentuk
karakter dan kompetensi peserta didik; Memilih metodologi yang paling
tepat sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.
b. Mengorganisasikan Pembelajaran
Dalam pelaksanaan kurikulum 2013, guru dituntut untuk bisa
mengorganisasikan pembelajaran secara efektif. Ada 4 hal yang perlu
diperhatikan oleh guru dalam mengorganisasikan pembelajaran, yaitu
pelaksanaan pembelajaran, pengadaan dan pembinaan tenaga ahli,
pendayagunaan lingkungan sebagai sumber belajar, dan pengembangan
kebijakan sekolah.
1) Pelaksanaan Pembelajaran
Pembelajaran dalam implementasi kurikulum 2013 yang berbasis
karakter dan kompetensi baiknya dilaksanakan berdasarkan kebutuhan
dan karakteristik peserta didik, serta kompetensi dasar pada umumnya.
Implementasi kurikulum 2013 dalam pembelajaran berbasis kompetensi
dan karakter yang dilakukan dengan pendekatan tematik integrative
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: Mengintegrasikan
pembelajaran dengan kehidupan masyarakat di sekitar lingkungan
sekolah; Mengidentifikasi kompetensi dan karakter sesuai dengan
kebutuhan dan masalah yang dirasakan peserta didik; Mengembangkan
indikator setiap kompetensi dan karakter agar relevan dengan
perkembangan dan kebutuhan peserta didik; Menata struktur organisasi
dan mekanisme kerja yang jelas serta menjalin kerjasama diantara para
fasilitator dan tenaga kependidikan lain dalam pembentukan kompetensi
peserta didik; Merekrut tenaga kependidikan yang memiliki
pengetahuan, keterampilan dan sikap sesuai dengan tugas dan
fungsinya; Melengkapi sarana dan prasrana belajar yang memadai,
seperti perpustkaan, laboratorium, pusat sumber belajar, perlengkapan
teknis, dan perlengkapan administrasi, serta ruang pembelajaran yang
memadai; Menilai program pembelajaran secara berkala dan
berkesinambungan untuk melihat keefektifan dan ketercapaian
kompetensi yang dikembangkan. Di samping itu, penilaian juga penting
untuk melihat; apakah pembelajaran berbasis kompetensi yang
dikembangkan sudah dapat mengembangkan potensi peserta didik atau
belum.
Kaufman & Thomas (1980: 4) menjelaskan hal yang serupa tentang evaluasi
bahwa “evaluation is a process used to access the quality of what is going
on…”. Evaluasi merupakan proses yang digunakan untuk mengakses kualitas
dari sesuatu yang sedang berjalan. Kaufman & Thomas (1980: 9),
menambahkan pula bahwa “evaluation is a process of helping to make things
better than they are, improving the situation”. Evaluasi adalah proses untuk
membantu memperbaiki program dan meningkatkan kualitas program.
Evaluasi merupakan proses yang digunakan untuk mengetahui kualitas sebuah
program. Jika telah diketahui kualitas sebuah program, maka dapat dilakukan
perbaikan manakala ada hal yang masih memiliki kekurangan atau belum
sesuai standar.
Hal yang penting dalam kegiatan evaluasi adalah pengumpulan informasi dan
penggunaan informasi untuk pengambilan keputusan. Menurut Suharsimi
Arikunto & Cepi Safrudin (2008: 2), “Evaluasi merupakan kegiatan
pengumpulan informasi tentang bekerjanya sesuatu yang selanjutnya
informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam
pengambilan keputusan”.
Jadi tujuan evaluasi adalah untuk mengetahui tingkat pencapaian suatu program
sesuai dengan tujuan, untuk penyempurnaan konsep kurikulum, untuk
mengidentifikasi kendala dalam pelaksanaan kurikulum, untuk membuat
penilaian/pertimbangan berdasarkan nilai/kegunaan yang nantinya digunakan untuk
pengambilan keputusan dan perbaikan kurikulum.
Oliva (1992:475) menyebutkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam proses evaluasi
adalah: 1) mengajukan pertanyaan, 2) Mengajukan pertanyaan yang tepat ke orang
yang tepat. Berdasarkan permasalah penelitian, beberapa pertanyaan yang berkaitan
dengan implementasi kurikulum 2013 dapat diajukan kepada guru kelas, guru bidang
studi, kepala sekolah, peserta didik, orang tua peserta didik, pengawas sekolah, dan
masyarakat luas.
36
Stake (1967:5) menggambarkan 3 kategori data: (1) Antecedent yaitu kondisi apapun
yang ada sebelum proses belajar mengajar yang dapat mempengaruhi hasil. (2)
Transaction interaksi yang terjadi antara siswa dan guru, siswa dan siswa, dan siswa
dan sumber belajar. (3) Outcomes adalah hasil dari program.
Hal yang termasuk antecedent diantaranya (a) status atau karakteristik siswa sebelum
pelajaran misal: bakat, skor prestasi sebelumnya, profil psikologis, nilai, disiplin, dan
kehadiran; dan juga
37