Anda di halaman 1dari 5

A.

Implementasi Kurikulum 2013 dan Kaitannya dalam Pembelajaran


Sejarah
Pengambangan Kurikulum memiliki fungsi bagi keberhasilan suatu
pendidikan. Menurut Hidayat (2013) bahwa kurikulum dalam pendidikan
memiliki fungsi yaitu: bagi sekolah yang bersangkutan, guru, kepala sekolah,
pengawas ( supervisor), dan pengawas sekolah serta masyarakat dan
pengguna lulusan.
Menurut Widyastono (2014) kurikulum 2013 dipersiapkan untuk manusia
Indonesia yang memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga Negara
yang beriman, produktif kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu
berkontribusi pada kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegara.
Pengembangan kurikulum sudah menjadi keharusan para tenaga pendidik,
yang dimulai dari hasil telaah dan evaluasi pembelajaran, pengembangan
kurikulum juga sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan disekitar.
Pross pembaharuan kurikulum 2013 tercapai bila memiliki relasi dengan
pelksana akar bawah yang kuat. Ada beberapa hal yang diutarakan oleh
Mulyasa (2013) atas realisasi kurikulum 2013 yakni kepemimpinan kepala
sekolah, kreativitas guru, aktovitas peserta didik, sosialisasi kurikulum
fasilitas dan sumber belajar, lingkungan yang kondusif serta partisipasi warga
sekolah.oleh karena itu indicator pencapaian pelaksanaan kurikulum adalah
konsistensi terhadap perangkat yang ada, sebagaimana digambarkan sebagai
berikut.

Mulyoto menengaskan bahwa tiga komponen utama pendidikan secara


berimbang yakni pengetahuan, keterampilan dan sikap. Dari ketiga hal ini
tidak berbeda pula dengan KTSP yang menekankan pada pada taksonomi
bloom yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Proses perubahan kurikulum
terdorong adanya pergeseran pola piker atau pandangan dalam perumusan
sebuah kurikulum. Pergeseran ini hanya merupakan bagian penyempurnaan
dokumen serta cita-cita yang hendak dicapa, dengan kata perubahan

kurikulum dari KBK, KTSP serta kurikulum 2013 tidak jauh berdeba dengan
substansi perubahan ini hanya merupakan tahapan penyempurnaan pola pikir
perumusannya. Berikut akan diuraikan dalam table dibawah ini.

Mata pelajaran Sejarah merupakan salah satu mata pelajaran yang dalam
Implementasi Kurikulum 2013 termasuk kedalam kelompok mata pelajaran
wajib dan mata pelajaran peminatan. Mata pelajaran wajib merupakan bagian
dari kurikulum pendidikan menengah yang bertujuan dan untuk memberikan
pengetahuan tentang bangsa, bahasa, sikap sebagai bangsa, dan kemampuan
penting untuk mengembangkan logika dan kehidupan pribadi siswa,
masyarakat dan bangsa, pengenalan lingkungan fisik dan alam, kebugaran
jasmani, serta seni budaya daerah dan nasional.
Sistem pendidikan nasional yang berlaku saat ini mengacu pada UndangUndang SISDIKNAS No. 20 Tahun 2003. Undang-undang ini mengatur
pelaksanaan pendidikan nasional sehingga dalam pelaksanaannya mampu
menjalankan fungsi pendidikan nasional yaitu mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam penanaman karakter, pendidikan
sejarah memiliki makna dan posisi yang strategis, mengingat bahwa: Tidak
ada manusia yang bias melepaskan dirinya dari sejarah, karena kehidupan
manusia itu sendiri
diisi oleh pengalaman masa lalu yang terus bertambah seiring dengan
perjalanan waktu. Setiap kita melangkah ke depan maka langkah yang
kita tinggalkan sudah menjadi sejarah. Namun tidak seluruh waktu di
masa lalu kita dapat menjadi sejarah, hanya masa lalu kita yang memiliki
makna sajalah yang disebut sebagai sejarah.

Widyastono, H. 2014. Pengembangan Kurikulum di Era Otonomi daerah dari


kurikulum 2004,2006, ke kurikulum 2013. Jakarta: Bumi Aksara
Mulyasa, E. 2013. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013.
Bandung: Remaja Rosdakarya
Mulyoto, 2013 strategi pembelajaran di era kurikukul 2013. Jakarta: prestasi
pustakarya
B. Kendala-Kendala dalam Implementasi Kurikulum 2013
Kurikulum 2103 Walaupun sudah dipersiapkan dengan matang, teliti dan hatihati, desain kurikulum 2013 ini tentunya tetap memiliki banyak kendala dalam
implementasinya. Hal ini senada dengan pernyataan Retnaningsih (2012:3) dalam
jurnalnya Disinyalir, kurikulum baru akan mengalami banyak kedala, diantaranya
masalah guru. Selain pendapat tersebut juga diperkuat oleh pendapat Alawiyah
(2013:3) yang menjelskan bahwa masih ditemukan beberapa kendala, termasuk
kebingungan satuan pendidikan dan guru. Berikut rincian dari kendala-kendala
terebut menurut Alawiyah (2013:2-5).
1. Guru belum siap dan sulit mengubah pola pikirnya.
Penyiapan guru dimulai dari pelatihan guru yang telah diprogramkan, dimulai
dari pemilihan instruktur nasional, guru inti, guru kelas dan guru mata pelajaran.
Selanjutnya dalam pelaksanaan guru kelas maupun guru mata pelajaran tetap
dalam pengawasan dan pendampingan. Selanjutnya masalah utamanya adalah
pelatihan berlangsung searah dengan metode ceramah sehingga pelatihan
berlangsung kurang menarik dan terkesan membosankan. Hal ini berkibat sulitnya
mengubah pola pikir dan paradigmanya. Dikawatirkan hal ini akan berakibat
buruk pada siswa karena guru belum menguasai dan belum siap untuk
menggunkan kurikulum 2013.
2. Guru pada beberapa mata pelajaran kehilangan tugas dan jam mengajar.
Meniadakan dan menggabungkan beberapa mata pelajaran menjadi keresahan
tersendiri

bagi guru. Pasalnya mereka terikat syarat 24 jam pelajaran tiap

minggu. Akibat dari kebijakan ini ada mata pelajaran yang kekurangan bahkan

dihilangkan dari yang sebelumnya. Hal ini akan mengakibatkan adanya guru yang
kekurangan jam pelajaran dari syarat 24 jam.
3. Minimnya informasi mengenai pedoman dan sosialaisasi kurikulum 2013.
Belum adanya program penjurusan atau minat di tingkat SMA dan tidak ada
juga sosialisasi kepada

kepala

program Keahlian

di

SMK. Hal

ini

membingungkan pihak sekolah, guru dan murid. Pada pelaksanaanya banyak


kasus kekurangan buku panduan pelajaran dari pemerintah pusat pada satuan
pendidiakan karena belum didistribusikan dengan baik.
4. Isi Buku Tidak Sesuai.
Pada kurikulum 2013, guru diberi buku yang disusun oleh pusat untuk proses
pembelajaran. Akan teteapi pada kenyataanya dijumpai adanya ketidak sesuaian
antara isi buku dengan materi dan perkembangan kognitif peserta didik.
Kelebihan dan Kelemahan kurikulum 20131[3]
1. Kelebihan Kurikulum 2013
a) Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan yang bersifat alamiah (kontekstual)
karena berfokus dan bermuara pada hakekat peserta didik untuk mengembangkan
berbagai kompetensi sesuai dengan kompetensinya masing-masing. Dalam hal ini
peserta didik merupakan subjek belajar dan proses belajar berlangsung secara alamiah
dalam bentuk bekerja dan mengalami berdasarkan kompetensi tertentu, bukan
transfer pengetahuan.
b) Kurikulum 2013 yang berbasis karakter

dan kompetensi boleh jadi mendasari

pengembangan kemampuan-kemampuan lain. Penguasaan pengetahuan dan keahlian


tertentu dalam suatu pekerjaan, kemampuan memecahkan masalah dalam kehidupan
sehari-hari, serta pengembangan aspek-aspek kepribadian dapat dilakukan secara
optimal berdasarkan standar kompetensi tertentu.

13]E. Mulyasa, Pengembangan dan Impelemtasi Kurikulum 2013.


(Bandung: PT Remaja Rosdakarya) hal.16

c) Ada bidang-bidang studi atau mata pelajaran tertentu yang dalam pengembangannya
lebih cepat menggunakan pendekatan kompetensi, terutama yang berkaitan dengan
keterampilan.
d) Lebih menekankan pada pendidikan karakter. Selain kreatif dan inovatif, pendidikan
karakter juga penting yang nantinya terintegrasi menjadi satu. Misalnya, pendidikan
budi pekerti luhur dan karakter harus diintegrasikan kesemua program studi.
e) Asumsi dari kurikulum 2013 adalah tidak ada perbedaan antara anak desa atau kota.
Seringkali anak di desa cenderung tidak diberi kesempatan untuk memaksimalkan
potensi mereka.
f) Kesiapan terletak pada guru. Guru juga harus terus dipacu kemampuannya melalui
pelatihan-pelatihan dan pendidikan calon guru untuk meningkatkan kecakapan
profesionalisme secara terus menerus.
2. Kelemahan Kurikulum 2013
a) Pemerintah seolah melihat semua guru dan siswa memiliki kapasitas yang sama
dalam kurikulum 2013. Guru juga tidak pernah dilibatkan langsung dalam proses
pengembangan kurikulum 2013.
b) Tidak ada keseimbangan antara orientasi proses pembelajaran dan hasil dalam
kurikulum 2013. Keseimbangan sulit dicapai karena kebijakan ujian nasional (UN)
masih diberlakukan.
c) Pengintegrasian mata pelajaran IPA dan IPS dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia
untuk jenjang pendidikan dasar tidak tepat, karena rumpun ilmu pelajaran-pelajaran
tersebut berbeda.

Anda mungkin juga menyukai