Anda di halaman 1dari 4

Dunia pendidikan di Indonesia tengah ramai menyikapi kebijakan 

full day school yang dicetuskan


Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Full day school sebetulnya bukan hal baru di
dunia pendidikan. Dikutip dari berbagai sumber, sejarah mencatat full day school sudah diterapkan di
Amerika Serikat (AS) pada tahun 1980-an. Laman Kanal Informasi menguraikan bahwa awalnya
sistem full day school di AS ada pada jenjang pendidikan Taman Kanak-kanak (TK)

Lantas, sistem ini diberlakukan hingga sekolah menengah atas. Kala itu banyak ibu-ibu pekerja di AS
memiliki anak berusia di bawah enam tahun. Karena tidak dapat mengawasi perkembangan buah hati,
mereka memasukkan anak-anak ke sekolah dengan sistem full day school.

Penerapan full day school juga dipicu hasil riset yang menunjukkan bahwa ada peningkatan kenakalan
remaja sewaktu siswa sudah tidak sekolah. Hal tersebut diungkapkan oleh psikolog keluarga dan anak,
Roslina Verauli sebagaimana dikutip dari Republika.co.id (Selasa, 9/8/2016).

Roslina membeberkan full day school berisi kegiatan yang dikelola oleh pihak di luar sekolah maupun
sekolah itu sendiri. Kegiatannya, kata dia, macam-macam, mulai dari aktivitas olahraga hingga seni.
Selain itu, juga berisi kegiatan ekstrakulikuler dan pelajaran tambahan.

“Nah kenapa akhirnya dipandang menguntungkan karena mereka-mereka yang mempunyai orang tua
bekerja ternyata diuntungkan karena pengasuhan anak digantikan atau diambil alih oleh sekolah,”
ujarnya.

Akan tetapi, ada dampak psikologis dari penerapan sistem full day school. Menurut Roslina sistem
sekolah yang menerapkan full day school dapat menimbulkan keluhan psikologis, depresi, dan
kecemasan. 

Oleh sebab itu, kebijakan full day school di Amerika Serikat (AS) pun memicu perdebatan. Diambil dari
laman Washington Post, sejumlah pihak mengkritisi bahwa sistem pendidikan full day school tak
selamanya menguntungkan perkembangan anak-anak. Di sore hari, pendidikan dari orangtua merekalah
yang justru dibutuhkan oleh anak-anak.

Sistem full day school dengan rentang waktu siswa berada di sekolah yang tergolong lama tidak
diterapkan oleh Finlandia. Sebagai salah satu negara dengan kualitas pendidikan terbaik di dunia,
Finlandia justru menekankan pada kualitas belajar dibanding lama waktu siswa belajar di sekolah.

Erno August Lehtinen, guru besar pendidikan dari Universitas Turku Finlandia, mengungkapkan bahwa
keberhasilan sistem pendidikan di Finlandia tak lain karena kebijakan menerapkan waktu belajar.
Sebagaimana dikutip dari Detik.com, Lehtinen mengatakan kualitas pengajaran lebih penting
dibandingkan panjangnya jam belajar anak di sekolah.

"Secara umum kalau sudah sekolah, waktunya tak terlalu lama. Kami harus memperhatikan kualitas
pengajaran, bukan panjangnya jam belajar. Ada keseimbangan yang bagus adanya PR dan kegiatan anak
muda dan pendidikan menengah atas, untuk menghasilkan tekanan dan stres yang lebih sedikit dan lebih
kuat motivasi dan pengembangan belajarnya," jelasnya di Detik.com (Selasa, 18/10/2016).

Pendidikan di Finlandia menerapkan sedikit waktu untuk pertemuan di dalam kelas. Siswa tidak ditekan
dengan soal-soal atau materi yang memusingkan. Dikutip dari Hipwee, siswa Sekolah Dasar (SD) di
Finlandia hanya berada di sekolah selama 4-5 jam per hari. Sedangkan, siswa SMP dan SMA pun
mengikuti sistem layaknya kuliah.
Mereka hanya akan datang pada jadwal pelajaran yang mereka pilih. Mereka tidak datang merasa
terpaksa tapi karena pilihan mereka. Berkat menerapkan sistem jam belajar ini Finlandia dinobatkan oleh
berbagai lembaga survei sebagai salah satu negara dengan sistem pendidikan terbaik di dunia.

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Sistem jam sekolah full day school beberapa waktu lalu marak diperbincangkan. Ada pihak yang
mendukung karena melihat keuntungan dan manfaatnya untuk anak, tapi ada pula ada juga yang
menentang. Yuk, telaah lebih lanjut pro dan kontranya di sini!

Apa itu full day school?

Full day school adalah sistem KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) yang dicanangkan oleh Kemendikbud
RI pada tahun 2017 silam. Dari sisi arti harfiahnya, full day school berarti sekolah satu hari penuh.
Definisi inilah yang masih sering disalahpahami oleh khalayak ramai.

Meski “pinjam nama” full day, kegiatan belajar mengajar dari sistem ini tidak berlangsung nonstop dari
pagi hingga malam. Pada rilis Permendikbud Nomor 23 Tahun 2017 dijelaskan bahwa full day school
artinya hari sekolah harus berlangsung 8 jam per hari dari Senin sampai Jumat mulai pukul 06.45-15.30
WIB, dengan durasi istirahat setiap dua jam sekali. Durasi KBM ini juga sesuai dengan kurikulum tahun
2013.

Meski demikian, menurut Ari Santoso, Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat (BKLM)
Kemendikbud, sistem sekolah seharian tidak diimplementasikan merata di seluruh sekolah. Pemerintah
membebaskan untuk setiap sekolah memulai sendiri penerapan program KBM ini.

Sekolah juga bisa melakukan sistem sekolah full day school ini secara bertahap, tidak harus langsung.
Tidak lupa juga harus disesuaikan dengan kemampuan, fasilitas, dan sumber daya manusia di masing-
masing sekolah.

Apa tujuannya?

Sistem full day school dibuat untuk meningkatkan mutu pendidikan dengan cara menunjang proses KBM
secara lebih menyeluruh serta menjangkau setiap aspek dari perkembangan akademis siswa.

Meningat siswa akan menghabiskan waktu yang lebih banyak di sekolah, mereka diharapkan tidak hanya
akan mendapatkan proporsi pendalaman teori yang lebih banyak tapi juga lewat aplikasi ilmu secara
nyata.

Pemerintah mengharapkan bahwa aktivitas sekolah seharian penuh seperti ini dapat menghadirkan cara
belajar yang menyenangkan, interaktif, dan praktis. Sekolah bukan hanya tempat tatap muka sambil
duduk belajar saja.

Jadi selain kegiatan belajar mengajar di kelas, peserta didik juga akan mendapatkan waktu kegiatan
ekstrakurikuler yang dapat mendukung keterampilan emosional, psikologis, serta sosialnya. Contohnya,
ekskul mengaji (jika di sekolah islam), pramuka, palang merah, atau jenis ekskul lainnya terkait minat
seni dan olahraga.
Pemerintah juga menganjurkan kegiatan belajar mengajar diisi dengan kegiatan menyenangkan lain yang
berhubungan dengan pendidikan. Misalnya seperti karyawisata ke museum untuk belajar budaya bangsa,
menghadiri pertunjukan seni budaya, sampai menonton atau terlibat dalam kompetisi sportif.

Selain itu, sistem sekolah satu hari penuh dicanangkan untuk mencegah dan menetralisir kemungkinan
siswa terlibat dalam kegiatan-kegiatan nonakademis yang menjerumus pada hal negatif.

Manfaat bersekolah pakai sistem full day school

1. Siswa memahami materi pelajaran lebih dalam

Belajar satu hari penuh artinya setiap materi ajaran akan dikupas secara lebih mendetil dan menyeluruh.

Jika yang tadinya satu mata pelajaran hanya berlangsung 1-1,5 jam dalam sehari, full day school
memungkinkan adanya penambahan jam pelajaran sampai 2,5 jam sehari.

Hal ini dirasa Kemendikbud akan menguntungkan bagi peserta didik karena mereka bisa mendapatkan
waktu yang lebih banyak untuk memahami materi tersebut. Terutama pada mata pelajaran eksak seperti
matematika, fisika, kimia, atau pun bahasa asing.

Para guru juga bisa punya waktu lebih untuk membuka sesi tanya jawab dengan siswanya demi
memastikan semua betul-betul memahami materi pelajaran.

2. Orangtua tidak perlu cemas

Seperti yang sudah dijelaskan di atas, salah satu tujuan sekolah satu hari penuh adalah untuk menjamin
anak-anak terhindar dari kegiatan-kegiatan di luar sekolah yang berbau negatif. Terlebih tidak semua
orangtua punya waktu untuk mengawasi anaknya sehabis pulang sekolah.

Setelah jam sekolah usai, kemungkinan anak akan tetap menghabiskan waktunya untuk ikut ekskul di
lingkungan sekolah dan juga tetap di bawah pengawasan guru sehingga ortu tak perlu cemas lagi anaknya
keluyuran sampai malam.

3. Anak bisa berakhir pekan dengan orangtua

Saat anak dan orangtua sama-sama sibuk belajar dan bekerja, di akhir pekan bakal menjadi hari yang
ditunggu-tunggu.

Dengan full day school, jadwal KBM dipadatkan untuk 5 hari saja (Senin-Jumat) sehingga sekolah tidak
perlu lagi mewajibkan siswa masuk sekolah pada hari Sabtu.
Menurut Ari Santoso, anak bisa bisa menjadikan hari Sabtu dan Minggu sebagai hari khusus bersama
keluarga.

Membangun Sistem Pendidikan Indonesia


Full day School memiliki tujuan yang baik, yaitu untuk membangun karakter peserta didik dan mencegah
perilaku liar peserta didik ketika tidak berada di sekolah saat orangtua mereka masih belum pulang dari
kerja. Sistem ini sudah banyak terbukti penerapannya di beberapa negara eropa. Sistem ini akan
menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas dan berhasil membangun pendidikan karakter.
Namun untuk penerapannya di Indonesia, masih memerlukan kajian yang panjang dan perbaikan
lingkungan pendidikan di berbagai sisi, agar hasil yang diinginkan dapat tercapai.

Di sisi lain, madrasah diniyah yang sudah tersebar di seluruh wilayah Indonesia harus terus
dikembangkan. Beberapa tahun terakhir, semakin banyak pemerintah Kabupaten/Kota yang membuat
peraturan daerah yang mewajibkan peserta didik sekolah untuk mengikuti Madrasah Diniyah seusai
sekolah. Beberapa Kota/Kabupaten yang sudah menerapkannya diantaranya adalah Kabupaten Pasuruan,
Kabupaten Kudus, Kabupaten Purwakarta, dan beberapa kota/kabupaten yang lain. Hal itu pada
umumnya juga disebabkan kebutuhan akan pendidikan karakter dan penyebaran nilai-nilai toleransi
kepada peserta didik

Full day school dan pendidikan madrasah diniyah memiliki sistem dan tujuan yang hamper sama. Dalam
Membangun sistem pendidikan yang baik, Menteri Pendidikan dan Kebudayaaan harus membuat
kebijakan yang komprehensif serta menyelaraskan semua potensi dalam yang ada dalam dunia
pendidikan. Semua elemen harus disinkronisasi dan diintegrasikan untuk mendukung pendidikan karakter
kepada peserta didik. Aturan yang jelas dan terarah harus dibuat tanpa mengeliminir antar satu lembaga
pendidikan dengan lembaga pendidikan yang lain. Aturan yang dibuat harus bisa menekan kesenjangan
akan pentingnya lembaga pembelajaran formal dan nonformal.

Sinkronisasi antar sistem pendidikan tersebut bisa dilakukan dengan berdampingan. Hanya saja perlu
ditetapkan wilayah mana saja yang wajib menerapkan full day school dan wilayah mana saja yang wajib
menerapkan pendidikan diniyah. Perbedaan tipologi masyarakat antara kota dan desa memungkinkan
untuk dilakukan kedua sistem tersebut. Tetapi lebih dari itu, hal yang utama adalah memperbaiki kondisi
sarana prasarana lembaga pendidikan, termasuk sarana fisik maupun non fisik, agar penerapan sistem
pendidikan dapat berjalan dengan baik dan tujuan dari pendidikan dapat tercapai.

Full day School memiliki tujuan yang baik, yaitu untuk membangun karakter peserta didik dan
mencegah perilaku liar peserta didik ketika tidak berada di sekolah saat orangtua mereka masih
belum pulang dari kerja. Sistem ini sudah banyak terbukti penerapannya di beberapa negara
eropa. Sistem ini akan menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas dan berhasil
membangun pendidikan karakter. Namun untuk penerapannya di Indonesia, masih memerlukan
kajian yang panjang dan perbaikan lingkungan pendidikan di berbagai sisi, agar hasil yang
diinginkan dapat tercapai.

Anda mungkin juga menyukai