Anda di halaman 1dari 10

DAMPAK FULL DAY SCHOOL TERHADAP PERKEMBANGAN

SOSIAL ANAK (DILIHAT DARI BEBERAPA ILMU SOSIAL : SEJARAH,


SISOLOGI, PSIKOLOGI, HUKUM, DAN EKONOMI)

Yulinda Pratiwi
Program Studi Pendidikan Sejarah
Universitas Lambung Mangkurat
E-mail : Yulindapratiwi234@gmail.com

Abstrak
Penerapan full day school atau sekolah seharian penuh ini berdasarkan
Permendikbud Nomor 23 tahun 2017 diterapkan di Indonesia sejak Juli 2017.
Akibat penerapan ini waktu yang dimanfaatkan siswa untuk bersosialisasi dengan
linkungan keluarga dan masyakarat sekitarnya menjdai kurang, karna waktu
mereka lebih banyak dihabiskan di sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui dampak full day school terhadap perkembangan sosial anak yang
dapat kita lihat dari beberapa ilmu sosial seperti sejarah, sosiologi, psikologi,
hukum, dan ekonomi. Metode penelitian yang dipakai pada penelitian ini ialah
Deskriptif kualitatif. Hasil dari penelitian ini menunjukan adanya dampak positif
dan negatif terhadap pelaksaan full day school, dimana ditinjau dari beberapa
aspek sosial seperti sejarah full day school, sosial, psikologi, hukum, dan
ekonominya.

Kata Kunci: Full day school, perkembangan sosial, anak

A. Pendahuluan

Apa itu Full Day School? Apakah kalian sudah pernah mendengar kata
Full Day School? Full Day School atau yang biasa di singkat menjadi FDS adalah
sistem kegiatan belajar mengajar yang di rancang oleh kemendikbud RI pada
tahun 2017 silam. Dari sisi arti sendiri FDS berarti sekolah satu hari penuh.
Definisi inilah yang masih sering disalahpahami oleh khalayak ramai.

Meski memakai nama “ full day” kegiatan belajar mengajar ini tidak
berlangsung nonstop dari pagi sampai malam. Menurut Permendikbud Nomor 23
Tahun 2017 proses belajar mengajar ini hanya dilakukan mulai pukul 06.45
sampai dengan pukul 15.30 selama 5 hari dan untuk sabtu dengan minggu akan
dipakai untuk waktu libur.

Meski demikian, menurut Ari Santoso, Kepala Biro Komunikasi dan


Layanan Masyarakat (BKLM) Kemendikbud, sistem FDS ini tidak di
implementasikan merata di seluruh sekolah di Indonesia. Pemerintah memberikan
kebebasan untuk setiap sekolah memulai sendiri penerapan program Kegiatan
Belajar Mengajar ini. Sekolah juga bisa melakukan kegiatan Full Day School ini
secara bertahap, tidak harus langsung. Kegiatan ini juga harus disesuaikan dengan
kemampuan, fasilitas dan sumber daya manusia di masing-masing sekolah.
Dibutuhkan nya juga guru yang profesional dalam menjalankan program FDS ini,
dimana menurut (Anis, M., Arifin, Z. Dkk : 2018) guru harus dapat melakukan
peningkatan mutu dalam pembelajaran secara signifikan yang akan menunjang
prestasi belajar peserta didik.

Apa sih tujuan dari Full Day School? Untuk tujuannya sendiri Sistem
Full Day School ini dibuat untuk meningkatkan mutu pendidikan dengan cara
menunjang proses kegiatan belajar mengajar secara lebih menyeluruh serta
menjangkau setiap aspek dari perkembangan akademis siswa. Pemerintah
mengharapkan dengan lebih banyaknya waktu siswa disekolah, mereka bisa
mendapatkan proporsi pendalaman teori yang lebih banyak dan juga
pengaplikasian ilmu yang secara nyata. Diharapkan juga aktivitas sekolah
seharian penuh ini dapat menghadirkan cara belajar yang menyenangkan,
interaktif, dan praktis.

Di sekolah pun selain mendapatkan ilmu dari proses belajar mengajar


peserta didik juga bisa mendapatkan nya dari kegiatan ekstrakurikuler yang dapat
mendukung keterampilan emosional, psikologis, serta siosialnya. Seperti yang di
katakan (Zaenal Arifin Anis, M.:2014) anak diharapkan membangun pengetahuan
nya sendiri sesuai dengan wacana yang ada dibenaknya. Selain itu juga sistem
Full Day School ini di canangkan untuk mencegah dan menetralisir kemungkinan
siswa terlibat dalam kegiatan-kegiatan nonakademis yang menjerumuskan pada
hal negatif. Full Day School ini juga memberikan dampak positif dan negatif
terhadap perkembanagn sosial anak. Untu dampak positifnya sendiri dari
pelaksanaan Full Day School ini siswa lebih mudah bergabung dan bersosialisai
terhadap teman atau pun guru di sekolah karena hubungan mereka lebih intens
sedangkan untuk dampak negatifnya siswa menjadi kurang berinteraksi dengan
keluarga mereka dan masyarakat disekitar lingkungan tempat tinggal nya
dikarenakan lebih banyak waktu dihabiskan di sekolah.

B. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif.


Jenis metode penelitian ini memanfaatkan data kualitatif dan kemudian dijabarkan
secara deskriptif yang bertujuan untuk menyajikan gambaran lengkap mengenai
setting sosial atau dimaksudkan untuk eksplorasi dan klarifikasi mengenai suatu
fenomena atau kenyataan sosial. Dengan metode yang digunakan penulis berharap
mampu mendeskripsikan dampak full day school terhadap perkembangan sosial
anak.

C. Pembahasan

Dalam penelitian ini penulis membahas mengenai dampak yang timbul


dari full day school yang menyebabkan perkembangan sosial anak terhadap
lingkungan tempat ia tinggal berkurang. Hal ini akan ditinjau dari beberapa aspek
sosial seperti sejarah, sosiologi, psikologi, hukum, dan ekonomi.

1. Sejarah
Sejarah mencatat full day school sudah diterpakan di Amerika
Serikat (AS) pada tahun 1980-an. Awalnya sistem full day school di AS
hanya di pakai pada jenjang pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) dan
akhirnya melebar ke jenjang sekolah dasar hingga menegah atas. Ada
beberapa faktor yang membuat orang tua mempercayakan anaknya
terhadap sistem full day school di AS, yaitu karena meningkatnya jumlah
orang tua yang bekerja dan memiliki anak dibawah umur 6 tahun,
meningkatnya kesibukan atau mobilitas orang tua, dan keinginan dari
orangtua untuk memperbaiki nilai akademik anak dengan harapan agar
anak sukses dalam menghadapi jenjang yang lebih tinggi.
Maka dari itu, sebagian masyarakat Amerika Serikat berbondong-
bondong untuk menyeolahkan anaknya di sekolah yang menerapkan
sistem Full day school. Keinginan ini pun tidak lepas dari keinginan orang
tua agar anaknya mampu memperbaiki nilai akademik. Berdasarkan pada
penelitian yang menyebutkan, sebagian pelajar yang mengambil full day
school menunjukan keunggulan akademik lebih baik. Penelitian ini juga
menyebutkan bahwa pelajar yang mengambil Full Day School memiliki
performa lebih baik pada setiap kali mengikuti pelajaran tanpa efek
merugikan yang signifikan.
Sedangkan untuk sejarah munculnya Full Day School di Indonesia
sendiri yaitu pada pertengahan tahun 1990 di Indonesia mulai muncul
istilah sekolah unggulan (excellent schools) yang tumbuh bagaikan jamur.
Perkembangan ini pada awalnya dirintis oleh sekolah-sekolah swasta
termasuk sekolah-sekolah Islam dengan ditandai biaya yang tinggi,
fasilitas yang serba luks, elitis, eksklusif, dan dikelola oleh tenaga-tenaga
yang diasumsikan profesional. Kemudian full day school di tetapkan lagi
pada 12 Juni 2017 dalam kebijakan atau peraturan mentri nomor 23 Tahun
2017 dan kebijakan full day school ini mulai berlaku mulai bulan Juli
2017.
2. Sosiologi
Full Day School di tinjau dari Sosiologi. Sosiologi sendiri ialah
ilmu yang mempelajari tentang masyarakat. FDS dalam tinjauan sosial
tidak semuanya baik, karena siswa yang menghabiskan waktu dengan
durasi panjang di sekolah sehingga dapat mengganggu intensitas interaksi
anak dengan lingkungan tempat tinggalnya. Padahal anak-anak juga butuh
interaksi teman sebaya di lingkungan tempat tinggal, dan juga keluarga
dirumah. Dengan model full day school pasti akan mempengaruhi
intensitas pertemuan dan hubungan anak dengan orang tua atau keluarga.
Bagi siswa, sekolah yang sampai sehari penuh dianggap
mengurangi waktu bermain mereka dan mensosialisasikan pribadi mereka.
Ketika sampai di rumah, badan lelah, sehingga tidak sempat berkunjung ke
rumah teman untuk bermain. Hal tersebut mengakibatkan kurang
terlatihnya jiwa sosial terhadap lingkungan rumahnya, karena teman yang
dimilikinya hanyalah teman di sekolah, kurang dapat bersosialisasi
terhadap lingkungan masyarakat. Akibatnya siswa yang mengikuti full day
school kurang tanggap terhadap lingkungan. Setelah pulang dan sampai di
rumah, jarang keluar rumah. Jika keluarpun, tidak dapat memahami
lingkungan rumah, hal terburuk akan mengalami keterkucilan dari
lingkungan masyarakat.
3. Psikologi
Secara umum psikologi adalah ilmu yang mempelajari gejala-
gejala kejiwaan, baik pada manusia atau hewan. Atau psikologi dapat juga
diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dalam
berinteraksi dengan lingkungannya. Umumnya para psikolog meyakini
bahwa setiap anak tidak akan memiliki respon yang betul-betul sama
terhadap situasi belajar di sekolah. Perbedaan itu akan tampak dalam
penampilan dan cara mengaktualisasikan pikiran atau pendapat dan ide
bahkan dalam memecahkan masalah mereka masing-masing
Menurut Piaget, pada masa perkembangan kognitif dalam suatu
ruang kelas, penyajian pengetahuan sudah tidak ditekankan lagi, dan anak-
anak didorong untuk menemukan sendiri melalui interaksi spontan dari
lingkungan. Karena itu guru menyediakan berbagai jenis kegiatan yang
memungkinkan anak-anak bertindak langsung dalam dunia fisik. Hal ini
pula yang dilakukan oleh para guru di sekolah yang menerapkan sistem
FDS. Murid-murid FDS didorong untuk menemukan sendiri pengalaman
belajarnya melalui berbagai macam metode yang diterapkan dalam proses
pembelajaran.
Berdasarkan teori Piaget semua anak mengalami urutan
perkembangan yang sama, walaupun kecepatannya berbeda, karena itu
guru harus mengupayakan tindakan-tindakan khusus untuk merencanakan
kegiatan-kegiata di ruang kelas pada masing-masing siswa. Hal ini perlu
dilakukan oleh semua guru, khususnya guru dalam FDS. Sebab jadwalnya
yang panjang, guru dituntut merencanakan kegiatan pembelajarannya
dengan sebaik mungkin supaya siswa tidak merasa bosan serta diharapkan
dapat menjalankan tugas perkembangannya dengan baik. Terlebih jika
dalam suatu kelas di dalam full day school terdapat anak-anak yang
mengalami keterlambatan dalam fungsi kognitifnya, maka guru harus
mempunyai rencana khusus agar anak tersebut dapat mengikuti
pembelajarn seperti teman-temannya yang normal.
Dalam ilmu psikologi, pendidikan merupakan penerapan dari
psikologi yang tidak boleh salah satu fungsi saja dari kejiwaan anak,
karena akan berakibat pada perkembangan psikologis yang tidak
seimbang. Oleh karena itu, perlu upaya menyatukan atau
mengintegrasikan semua fungsi kejiwaan anak tersebut, khususnya dalam
pelaksanaan FDS. Ada kemungkinan secara psikologis anak sekolah FDS
cenderung tertutup dan jauh dari orang tua. Kondisi tersebut dapat
diakibatkan oleh anak yang lelah dari sekolah, juga orang tua yang lelah
dari bekerja, sehingga enggan untuk berinteraksi secara pribadi dengan
anaknya.
Mempertimbangkan berbagai dampak yang mungkin ditimbulkan
dari penerapan sistem FDS. Para psikolog dari beberapa perguruan tinggi
menyarankan kepada pemangku kebijakan agar melakukan pengkajian dan
penelitian mendalam terlebih dahulu, untuk menentukan target pendidikan,
program yang akan dijalankan, kesiapan tenaga kependidikan, sarana dan
prasarana, serta pembiayaan dan hal-hal lainnya.
Seharian di sekolah juga rentan kekerasan terhadap anak didik.
Maka perlu dibuktikan dengan penelitian dan kajian mendalam, apakah
sistem FDS terbukti memberikan hasil positif terhadap pembentukan
karakter siswa.
4. Hukum

Untuk full day school sendiri sudah di atur dalam peraturan Mentri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2017
tentang hari sekolah disebutkan bahwa hari sekolah adalah selama 8
(delapan) jam sehari atau 40 (empat puluh) jam selama 5 (lima) hari dalam
1 (satu) minggu dimana bertujuan untuk menguatkan karakter peserta
didik melalui kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuker.
Dalam Permendikbud 23 Tahun 2017 ini pun dianjurkan untuk sekolah
yang siap, jadi tidak ada paksaan bagi satuan pendidikan untuk
melaksanakannya. Aturan tentang hari sekolah tersebut, merupakan hal
teknis yang dapat dipilih satuan pendidikan dengan mempertimbangkan
kemampuan dan ketersediaan sumberdaya.

Selain kurikulum inti yang disampaikan melalui kegiatan


intrakurikuler, pasal 6 Permendikbud Nomor 23 Tahun 2017 ini juga
menjelaskan bahwa kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler dapat
dilakukan di luar kelas sehingga tidak membuat siswa terbebani dengan
hanya berada di dalam kelas.

Adapun kritik dan penolakan atas kebijakan full day school ini
berlanjut, kini Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), menurutnya
kebijakan tersebut telah menciderai Undang-Undang perlindungan anak.
Perlu diketahui disebutkan dalam Pasal 23 ayat 1 UU Nomor 35 tahun
2014 tentang Perlindungan Anak bahwa Negara, pemerintah dan
pemerintah daerah menjamin perlindungan, pemeliharaan, dan
kesejahteraan anak dengan memerhatikan hak dan kewajiban orang tua,
wali, atau orang lain yang secara hukum bertanggung jawab terhadap
anak.

Sedangkan diatur dalam Pasal 2 ayat (1) sampai (4) Permendikbud


No. 23/2017 ketentuan lamanya anak berada di sekolah dan waktu istirahat
yang hanya 30 menit. Jika sekolah ingin menambah waktu istirahat maka
jam pulang harus diundur sesuai penambahan waktu istirahat.

5. Ekonomi

Ekonomi dalam pendidikan merupakan kajian tentang bagaimana


individu dan masyarakat membuat pilihan penggunaan sumber daya
produktif yang langka atau terbatas di dalam rangka produksi dan
distribusi pendidikan, dalam bentuk upaya menambah, meningkatkan atau
mengembangkan penguasaan ilmu pengetahuan, keterampilan, dan
wawasan yang berguna untuk masa kini dan masa akan datang. Ekonomi
dalam pendidikan merupakan bagian terpenting dalam pengelolaan
pendidikan. Biaya dalam pendidikan merupakan salah satu komponen
yang sangat penting dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Dalam
setiap upaya pencapaian tujuan pendidikan biaya pendidikan memiliki
peran yang sangat menentukan. Hampir tidak ada pendidikan yang dapat
mengabaikan peranan biaya, sehingga dapat dikatakan bahawa tanpa
biaya, proses pendidikan tidak akan berjalan.

Persoalan minimnya biaya dalam pengelolaan pendidikan di


Indonesia merupakan masalah yang sangat mendasar, sehingga sekolah
tidak dapat berbuat banyak untuk mencapai pendidikan yang bermutu.
Mutu pendidikan tidak bisa lepas dari pendanaan yang besar atau minimal
saja memadai, sarana dan prasarana pendidikan yang memadai, kualitas
guru, dan fasilitas lainnya sangat bergantung pada penyelenggaraan
pendidikan yang bermutu.

Berdasarkan pembiayaan pendidikan yang dijelaskan diatas, maka


dengan demikian FDS atau sekolah sehari penuh akan menambah beban
masyarakat secara ekonomi. Terbukti banyak sekolah dengan kurikulum
mandiri yang telah mempraktikan FDS dengan beberapa program kegiatan
yang dianggap unggulan. Gagasan FDS ini sendiri jika dipaksakan
menjadi kebijakan nasional akan membebani masyarakat dari sisi
ekonomi, dan dapat menimbulkan kesenjangan yang makin melebar antara
masyarakat kelas atas dan masyarakat yang tidak memiliki kemampuan
ekonomi yang cukup.

Dengan merujuk pada lembaga-lembaga pendidikan Eropa dan


Amerika, yang menawarkan model pembelajaran dan pendidikan bagi
anak-anak yang cukup baik. Namun berkaca pada kondisi internal
pendidikan nasional itu sendiri, implementasi FDS sepertinya masih butuh
kajian dan ikhtiar yang tidak begitu gampang dilakukan. Terlebih, masih
banyak yang harus menjadi prioritas pengembangan, baik aspek kualitas
guru maupun fasilitas sekolah, pembiayaan, dan ketimpangan fasilitas
antar daerah serta perbedaan kemampuan ekonomi masyarakat.
D. Kesimpulan

Full day school adalah sistem belajar mengajara yang dilakukan seharian
penuh yang dirancang oleh Kermendikbud pada tahun 2017 silam, dengan
berjalannya pelaksanaan full day school ini pemerintah berharap agar sistem
pendidikan ini mampu mengatasi berbagai masalah pendidikan, seperti prestasi
maupun moral atau akhlak dari siswa. Kegiatan full day school ini juga di
harapkan mampu mencegah siswa terbawa oleh kegiatan-kegiatan yang
menjerumus kepada hal yang negatif. Namun dibalik tujuan yang di harapkan ini
terdapat pula hal yang menjadi kekurangan dari sistem full day school yaitu jadi
berkurangnya perkembangan sosial anak di lingkungan tempat ia tinggal.
Referensi :

Arisanty, D., Putro, H. P. N., Wahyu, W., Anis, M., Arifin, Z., & Syarifuddin, S.
(2018). Pengembangan Keprofesionalan Guru Melalui Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) di SMP Negeri 1 Alalak Kec. Alalak Kab.
Barito Kuala.

Baharuddin. 2010. Pendidikan dan Psikologi perkembangan. Jogjakarta: Ar-Ruzz


Media.

Muiz, Abdul Konsepsi Biaya dalam Ekonomi dan Komponen Biaya Pendidikan,
https://amcreative.wordpress.com/2008/11/27/konsep-biaya-dalam-
pendidikan

Rohman, M. A. (2018). Kejenuhan belajar pada siswa di sekolah dasar full day
school (Doctoral dissertation, UIN Sunan Ampel Surabaya).

Susanto, E. (2012). Dampak Full Day School Terhadap Perkembangan Sosial


Anak Di Sekolah Dasar Islam Internasional Al Abidin Surakarta Tahun
Pelajaran 2010/2011 (Doctoral dissertation, Universitas
Muhammadiyah Surakarta).

Wibowo, Udik Budi. Output Lembaga Pendidikan dalam Perspektif Ekonomi


Pendidikan, Jurnal Manajemen Pendidikan, No. 02. Oktober. (2008).

Zaenal Arifin Anis, M. (2014). Sejarah, Pendidikan Sejarah, dan Pendidikan


Karakter Dialog yang Tidak Pernah Dituntaskan.

Anda mungkin juga menyukai