Anda di halaman 1dari 38

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA

BERBASIS ETNOMATEMATIKA

Makalah dipresentasikan pada:


Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika 2016 dengan
Tema : Etnomatematika, Matematika dalam Perspektif Sosial dan Budaya
Prodi pend. Matematika STKIP PGRI Sumatera Barat
Hari/tanggal : Sabtu/16 april 2016
Tempat : aula gedung B STKIP PGRI Sumatera Barat

Oleh : Prof. Dr. Marsigit, M.A.


Jurusan Pendidikan Matematika
FMIPA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

http://powermathematics.blogspot.com
http://uny.academia.ed/MarsigitHrd
Email: marsigitina@yahoo.com

1
PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS ETNOMATEMATIKA
Oleh: Prof. Dr Marsigit, MA
Universitas Negeri Yogyakarta

Abstrak

Salah satu kompetensi mahasiswa Pendidikan Matematika adalah mampu


mengembangkan perangkat pembelajaran berbasis etnomatematika. Penelitian
ini bermaksud memfasilitasi mahasiswa dalam mengembangkan perangkat
pembelajaran matematika berbasis etnomatematika. Perangkat pembelajaran
matematika yang dikembangkan meliputi Modul, Silabus, RPP dan LKS .
Etnomatematika merupakan pendekatan pembelajaran matematika berbasis
budaya lokal; oleh karena itu, penelitian ini mengambil lokasi di 3 tempat yaitu
Candi Borobudur, Candi Prambanan, dan Keraton Yogyakarta. Penelitian ini
melibatkan mahasiswa yang pada semester Januari-Juni 2014 mengambil Mata
Kuliah Etnomatematika. Dengan terlibat dalam penelitian ini diharapkan
mahasiswa mempunyai keterampilan mengembangkan etnomatematika sebagai
basis pembelajaran matematika sekaligus mempersiapkan penelitian payung
bagi mahasiswa bersangkutan.

Kata kunci: pendidikan matematika, etnomatematika

A. PENDAHULUAN

Kehadiran inovasi pembelajaran sangat diperlukan sehingga pembelajaran matematika


dapat menjadi lebih menyenangkan. Menurut salah satu tujuan belajar matematika adalah
membentuk schemata baru dalam struktur kognitif dengan mempertimbangkan skemata
yang ada dalam diri anak sehingga terjadi asimilasi. Oleh sebab itu, dalam mengajarkan
matematika formal (matematika sekolah), guru sebaiknya memulainya dengan menggali
pengetahuan matematika informal yang telah diperoleh siswa dari kehidupan masyarakat di
sekitar tempat tinggalnya. Hal-hal yang konkret dan berhubungan dengan pengalaman
siswa sehari-hari dapat dijadikan sebagai sumber belajar yang menarik. Salah satu aspek
yang dapat dikembangkan untuk inovasi pembelajaran tersebut adalah budaya lokal
setempat.
Shirley (2014) berpandangan bahwa sekarang ini bidang etnomatematika, yaitu
matematika yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat dan sesuai dengan
kebudayaan setempat, dapat digunakan sebagai pusat proses pembelajaran dan metode
pengajaran, walaupun masih relatif baru dalam dunia pendidikan. Etnomatematika
membutuhkan interpretasi yang dinamis. Sebagaimana dikemukakan oleh D'Ambrosio
(1987) bahwa "The term requires a dynamic interpretation because it describes concepts
that are themselves neither rigid nor singular-namely, ethno and mathematics". Istilah etno
menggambarkan semua hal yang membentuk identitas budaya suatu kelompok, yaitu
bahasa, kode, nilai-nilai, jargon, keyakinan, makanan dan pakaian, kebiasaan, dan sifat-
2
sifat fisik. Sedangkan matematika mencakup pandangan yang luas mengenai aritmetika,
mengklasifikasikan, mengurutkan, menyimpulkan, dan modeling. Etnomatematika
berfungsi untuk mengekspresikan hubungan antara budaya dan matematika. Dengan
demikian, etnomatematika adalah suatu ilmu yang digunakan untuk memahami bagaimana
matematika diadaptasi dari sebuah budaya.
Etnomatematika merupakan mata kuliah yang masih baru di Jurusan Pendidikan
Matematika FMIPA UNY. Perangkat pembelajaran yang digunakan masih sederhana dan
belum dapat memfasilitasi mahasiswa untuk memahami serta mengaplikasikan
etnomatematika secara optimal. Padahal mata kuliah etnomatematika tidak hanya
dilakukan di dalam kelas, tetapi mahasiswa juga harus terjun langsung ke lapangan untuk
melakukan identifikasi kebudayaan setempat yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar
matematika serta implikasinya dalam pelaksanaan proses pembelajaran di sekolah.
Berdasarkan uraian tersebut, perlu dilakukan penelitian dalam rangka pengembangan
perangkat pembelajaran etnomatematika untuk meningkatkan kompetensi mahasiswa
Pendidikan Matematika.

B. ETNOMATEMATIKA MENYEDIAKAN OBJEK BELAJAR MATEMATIKA

Secara material, maka obyek matematika dapat berupa benda-benda kongkrit,


gambar atau model kubus, berwarna-warni lambang bilangan besar atau kecil, kolam
berbentuk persegi, atap rumah berbentuk limas, piramida-piramida di Mesir, kuda-kuda
atap rumah berbentuk segitiga siku-siku, roda berbentuk lingkaran, dst. Maka secara
material, obyek matematika itu berada di lingkungan atau sekitar kita. Sedangkan secara
formal, obyek matematika berupa benda-benda pikir. Benda-benda pikir diperoleh dari
benda konkrit dengan malakukan “abstraksi” dan “idealisasi”. Abstraksi adalah kegiatan di
mana hanya mengambil sifat-sifat tertentu saja untuk dipikirkan atau dipelajari. Idealisasi
adalah kegiatan menganggap sempurna sifat-sifat yang ada. Dari model kubus yang terbuat
dari kayu jati, maka dengan abstraksi kita hanya mempelajari tentang bentuk dan ukuran
saja. Dengan idealisasi maka kita memperoleh bahwa ruas-ruas kubus berupa garis lurus
yang betul-betul lurus tanpa cacat. Secara normatif, maka obyek-obyek matematika berupa
makna yang terkandung di dalam obyek-obyek material dan formalnya. Makna-makna
yang terungkap dari matematika material dan matematika formal itulah kemudian akan
menghasilkan “value” atau nilai matematika.
Misal, obyek matematika material berupa “bilangan 2 yang terbuat dari papan
triplek yang digergaji dan kemudian diberi warna yang indah”. Maka di dalam khasanah
matematika material kita bisa memikirkan bilangan 2 yang lebih besar, bilangan 2 yang
lebih kecil, bilangan 2 yang berwarna merah, bilangan 2 yang berwarna biru..dst. Pada
dimensi formal maka terdapat pencampur adukan antara pengerian bilangan dan angka.
Tetapi, begitu kita memasuki dimensi matematika formal, maka semua sifat dari bilangan 2
tadi kita singkirkan, dan hanya kita pikirkan sifat “nilai” nya saja dari 2. Maka kita tidaklah
mampu memikirkan nilai dari 2 jika kita tidak mempunyai bilangan-bilangan yang lain.
Nilai dari 2 adalah lebih besar dari bilangan 1, tetapi lebih kecil dari bilangan 3. Secara
normatif, maka makna dari bilangan 2 mengalami ekstensi dan intensi. Jika diintensifkan,
maka bilangan 2 dapat bermakna “genap”, dapat bermakna “pasangan”, dapat bermakna
“bukan ganjil”, dapat bermakna “ayah dan ibu”, atau dapat bermakna “bukan satu”. Secara
3
metafisik, bilangan 2 dapat bermakna “bukan yang satu atau bukan yang Esa atau bukan
tentang diri Tuhan atau itu berarti segala ciptaan Tuhan”. Jika diekstensifkan, maka makna
bilangan 2 dapat berupa 2 teori, 2 teorema, 2 sistem matematika, 2 variabel, 2 sistem
persamaan, ..dst. Jika diekstensifkan maka dengan cara yang sama kita dapat
memikirkannya untuk semua obyek matematika.
Kant (Randall, A., 1998) menyimpulkan bahwa matematika yaitu aritmetika dan geometri
merupakan disiplin ilmu yang bersifat sintetis dan independent satu dengan yang lainnya.
Dalam karyanya the Critique of Pure Reason dan the Prolegomena to Any Future
Metaphysics, Kant (ibid.) menyimpulkan bahwa kebenaran matematika adalah kebenaran
sintetik a priori. Kebenaran logika dan kebenaran yang diturunkan hanya melalui definisi
barulah kebenaran yang bersifat analitik.

Kebenaran analitik bersifat intuitif a priori. Tetapi, kebenaran matematika sebagai


kebenaran sintetik merupakan konstruksi dari suatu konsep atau beberapa konsep yang
menghasilkan informasi baru. Jika konsep murni diturunkan dari data empiris maka
putusan yang didapat adalah putusan a posteriori. Sintesis yang diturunkan dari intuisi
murni menghasilkan putusan a priori. Kant (Wegner, P. ) menyimpulkan bahwa intuisi dan
keputusan yang bersifat “synthetic a priori” berlaku bagi geometri maupun aritmetika.
Konsep geometri bersifat “intuitif keruangan” dan konsep aritmetika bersifat “intuitif
waktu” dan “bilangan”, dan kedua-duanya bersifat “innate intuitions”. Dengan konsep
intuisi tersebut, Kant (Posy, C. ,1992) ingin menunjukkan bahwa matematika juga
memerlukan data empiris yaitu bahwa sifat-sifat matematika dapat ditemukan melalui
intuisi penginderaan, tetapi akal budi manusia tidak dapat mengungkap hakekat matematika
sebagai “noumena” melainkan hanya mengungkap sebagai “phenomena”.

C. ETNOMATEMATIKA MEMBANGUN INTUISI MATEMATIKA

Berkaitan dengan intuisi matematika, Thompson, P.,1993, mengatakan bahwa:


" if intuition in mathematics is properly characterized as a living growing element of our
intellect, an intellectual versatility with our present concepts about abstract structures and
the relations between these structures, we must recognize that its content is variable and
subject to cultural forces in much the same way as any other cultural element. Even the
symbols designed for the expression and development of mathematics have variable
meanings, it must therefore remain an important strategy to aim to develop an increasingly
versatile and expressive medium for the representation of familiar ideas"

Jadi intuisi matematika itu adalah subject to cultural forces (budaya bermatematika); dan
intuisi matematika sangat penting untuk menghasilkan ide-ide/gagasan matematika.
Pelajaran yang dapat kita ambil adalah bahwa membudayakan matematika itu merupakan
tanggungjawab semua pihak, sekolah, guru, dan masyarakat (orang tua). Menurut
Thompson, secara timbal balik maka kompetensi matematika ternyata juga menghasilkan
mathematical intuition, seperti dikatakan berikut ini:

"With increasingly abstract material, it seems that the ability to reason formally, which
requires the explicit formulation of ideas, together with the ability to show ideas to be
4
logically derivable from other and more generally accepted ideas, are great assets in
broadening the scope and range of the schemas which become second nature to us, and are
instrumental in extending the familiar territory of our intuition"

Demikianlah maka sebetulnya masih banyak hal tentang before dan after the competences
of mathematics yang dapat dipikirkan pada pembelajaran matematika di sekolah. Seperti
apa tepatnya peran Intuisi dalam Riset Matematika? Thompson menggambarkan sebagai
berikut:
"During all but a vanishingly small proportion of the time spent in investigative
mathematics, we seem to be somewhere between having no evidence at all for our
conclusions, and actually knowing them; second, that during this time, intuition often
comes to the forefront, both as a source of conjecture, and of epistemic support; third, that
our intuitive judgments in these situations are often biased, but in a predictable manner"

Peran “intuisi” di dalam matematika dapat dikaji dalam lingkup ontologi maupun
epistemologi. Peran ontologis dari “intuisi” di dalam matematika menyangkut kedudukan
obyek, konsep dan struktur matematika. Sedangkan peran epistemologis “intuisi” meliputi
sumber-sumber pengetahuan matematika, metode dan pengambilan keputusan matematika.
Secara historis, kita dapat menelusuri peran “intuisi” dari Platonisme, Kantianisme sampai
“intuisi”onisme Brouwer. Masalah mendasar dari pembahasan peran “intuisi” dalam
matematika adalah kenyataan bahwa terdapat pandangan yang berbeda sebanyak aliran
yang ada pada perkembangan matematika dalam sejarahnya. Di era filsafat matematika
kontemporer sekarang ini kiranya kita masih dapat menguji relevansi pembahasan peran
“intuisi” dalam matematika.

Menurut Kant (Kant, I., 1781) matematika merupakan suatu penalaran yang berifat
mengkonstruksi konsep-konsep secara synthetic a priori dalam konsep ruang dan waktu.
Intuisi keruangan dan waktu secara umum yang pada akhirnya dianggap mendasari
matematika, dikatakan oleh Kant sebagai:

When I say that in space and time intuition represents both external objects and the self-
intuition of the mind, as it affects our senses and as it appears, that does not man that such
objects are a mere illusion; for in appearance objects, along with the situations assigned to
them, are always seen as truly given, providing that their situation depends upon the
subject's mode of intuition: providing that the object as appearance is distinguished from
an object in itself. Thus I need not say that body simply seems to be outside of me…. when I
assert that the quality space and time… lies in my mode of intuition and not in objects in
themselves (Werke, dalam Gottfried, P., 1987).

Oleh karena itu, Kant berpendapat bahwa matematika dibangun di atas intuisi murni yaitu
intuisi ruang dan waktu dimana konsep-konsep matematika dapat dikonstruksi secara
sintetis. Intuisi murni (Kant, I, 1783) tersebut merupakan landasan dari semua penalaran
dan keputusan matematika. Jika tidak berlandaskan intuisi murni maka penalaran tersebut
tidaklah mungkin. Menurut Kant (Kant, I, 1783) matematika sebagai ilmu adalah mungkin
jika kita mampu menemukan intuisi murni [reine Anschaoung] sebagai landasannya; dan
matematika yang telah dikonstruksinya bersifat sintetik a priori. Matematika murni(ibid.),
5
khususnya geometri dapat menjadi kenyataan obyektif jika berkaitan dengan obyek-obyek
penginderaan. Konsep-konsep geometri tidak hanya dihasilkan oleh intuisi murni, tetapi
juga berkaitan dengan konsep ruang di mana obyek-obyek geometri direpresentasikan.
Konsep ruang (ibid.) sendiri merupakan bentuk intuisi di mana secara ontologis hakekat
dari representasi tersebut tidak dapat dilacak. Kant (Wikipedia ) kemudian mengajukan
pertanyaan apakah penalaran matematika harus berdasarkan pengalaman? Atau bagaimana
mungkin menemukan intuisi yang bersifat a priori dari data empiris?

D. PERAN ETNOMATEMATIKA DALAM PEMBELAJARAN


MATEMATIKA

Etnomatematika hanyalah relevan untuk pembelajaran matematika dengan ranah


Matematika Sekolah.

1. Pembelajaran Matematika Berbasis Etnomatematika Selaras Dengan Hakikat


Matematika Sekolah

Ebbutt dan Straker (1995) mendefinisikan Matematika Sekolah sebagai suatu kegiatan:
Penelusuran pola dan hubungan, Intuisi dan investigasi, Komunikasi, dan Pemecahan
masalah.

a. Matematika sebagai kegiatan penelusuran pola dan hubungan


Pembelajaran matematika berbasis etnomatematika akan memberi implikasi bagi siswa:
1) memperoleh kesempatan untuk melakukan kegiatan penemuan dan penyelidikan pola-
pola untuk menentukan hubungan matematika,
2) memperoleh kesempatan untuk melakukan percobaan matematika dengan berbagai
cara,
3) memperoleh kesempatan untuk menemukan adanya urutan, perbedaan, perbandingan,
pengelompokan, dalam matematika,
4) memperoleh kesempatan untuk menarik kesimpulan umum (membuktikan rumus),
5) memahami dan menemukan hubungan antara pengertian matematika yang satu dengan
yang lainnya.

b. Matematika sebagai kreativitas yang memerlukan imajinasi,


Pembelajaran matematika berbasis etnomatematika akan memberi implikasi bagi siswa:
1) mempunyai inisiatif untuk mencari penyelesaian persoalan matematika,
2) mempunyai rasa ingin tahu, keinginan bertanya, kemampuan menyanggah dan
kemampuan memperkirakan,
3) menghargai penemuan yang diluar perkiraan sebagai hal bermanfaat,
4) berusaha menemukan struktur dan desain matematika,
5) menghargai penemuan siswa yang lainnya,
6) mencoba berfikir refleksif, yaitu mencari manfaat matematika
7) tidak hanya menggunakan satu metode saja dalam menylesaikan matematika

6
c. Matematika sebagai kegiatan pemecahan masalah (problem solving)
Pembelajaran matematika berbasis etnomatematika mempunyai sifat-sifat:
1) menyediakan lingkungan belajar matematika yang merangsang timbulnya persoalan
matematika,
2) memberi kesempatan kepada siswa memecahkan persoalan matematika menggunakan
caranya sendiri dan juga bersama-sama.
3) Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengumpulkan informasi yang diperlukan
untuk memecahkan persoalan matematika,
4) Memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan kegiatan berpikir logis,
konsisten, sistematis dan membuat catatan,
5) mengembangkan kemampuan dan ketrampilan untuk memecahkan persoalan
matematika,
6) memberi kesempatan menggunakan berbagai alat peraga matematika seperti : jangka,
kalkulator, penggaris, busur derajat, dsb.

d. Matematika sebagai alat berkomunikasi


Pembelajaran matematika berbasis etnomatematika akan memberi implikasi bagi siswa:
1) berusaha mengenali dan menjelaskan sifat-sifat matematika,
2) berusaha membuat contoh-contoh persoalan matematika sendiri,
3) mengetahui alasan mengapa siswa perlu mempelajari matematika,
4) mendiskusikan penyelesaian soal-soal matematika dengan teman yang lain,
5) mengerjakan contoh soal dan soal-soal matematika,
6) menjelaskan jawaban siswa kepada teman yang lain.

2. Pembelajaran Matematika Berbasis Etnomatematika Selaras dengan Hakikat


Siswa Belajar Matematika

Ebbutt dan Straker (1995: 60-75), memberikan pandangannya bahwa agar potensi siswa
dapat dikembangkan secara optimal, maka asumsi dan implikasi berikut dapat dijadikan
sebagai referensi :

1). Murid akan belajar jika mendapat MOTIVASI.

Pembelajaran matematika berbasis etnomatematika memberi manfaat:


a. menyediakan kegiatan yang menyenangkan
b. memperhatikan keinginan mereka
c. membangun pengertian melalui apa yang mereka ketahui
d. menciptakan suasana kelas yang mendudukung dan merangsang belajar
e. memberikan kegiatan yangsesuai dengan tujuan pembelajaran
f. memberikan kegiatan yang menantang
g. memberikan kegiatan yang memberikan harapan keberhasilan
h. menghargai setiap pencapaian siswa

2). Cara Belajar Siswa Bersifat Unik

Pembelajaran matematika berbasis etnomatematika akan memberi kesempatan kepada guru


7
untuk:
a. berusaha mengetahuai kelebihan dan kekurangan para siswanya.
b. merencanakan kegiatan yang sesuai dengan tingkat kemampuan siswa
c. membangun pengetahuan dan ketrampilan siswa baik yang dia peroleh di sekolah
maupun di rumah.
d. merencanakan dan menggunakan catatan kemajuan siswa (assessment).

3). Siswa Belajar Matematika melalui Kerjasama


Pembelajaran matematika berbasis etnomatematika akan memberi kesempatan kepada
siswa untuk:
a. belajar dalam kelompok dapat melatih kerjasama.
b. belajar secara klasikal memberikan kesempatan untuk saling bertukar gagasan
c. memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan kegiatannya secara
d. mandiri.
e. melibatkan siswa dalam pengambilan keputusan tentang kegiatan yang akankan
dilakukannya.

4). Murid memerlukan konteks dan situasi yang berbeda-beda dalam belajarnya.
Pembelajaran matematika berbasis etnomatematika memberikan sifat:
a. menyediakan dan menggunakan berbagai alat peraga
b. belajar matematika diberbagai tempat dan kesempatan.
c. menggunakan matematika untuk berbagai keperluan.
d. mengembangkan sikap menggunakan matematika sebagai alat untuk memecahkan
problematika baik di sekolahan maupun di rumah.
e. menghargai sumbangan tradisi, budaya dan seni dalam pengembangan
f. matematika.
g. memabantu siswa merefleksikan kegiatan matematikanya.

E. MENGGALI, MENIDENTIFIKASI ETNOMATEMATIKA DARI KONTEKS


BUDAYA

1. Etnomatematika Konteks Candi Prambanan (M Kamaludin, 2014)

Dari hasil observasi lapangan ethnomatematika di Candi Prambanan pada hari Jumat, 24
April 2015 diperoleh data – data dalam bentuk foto dokumentasi mengenai bagian – bagian
Candi Prambanan yang terkait dengan ethnomatematika, sebagai berikut:

8
Foto Benda Identifikasi Benda
Nama Benda:
Candi Brahma

Lokasi Benda:
Di pelataran utama Candi Prambanan

Bahan:
Batu
Nama Benda:
Tangga Candi Siwa

Lokasi Benda:
Komplek utama Candi Prambanan, tepat
di pintu timur Candi Siwa

Bahan:
Batu
Nama Benda:
Prasasti

Lokasi Benda:
Berada di dalam musium Candi
Prambanan.

Bahan:
Batu
Nama Benda:
Prasasti Candi Prambanan

Lokasi Benda:
Halaman musium Candi Prambanan

Bahan:
Batu
Nama Benda:
Dinding Candi

Lokasi Benda:
Komplek utama Candi Prambanan, dapat
ditemui pada dinding ketiga candi utama.

Bahan:
Batu
Nama Benda:
Bagian Candi

Lokasi Benda:
Komplek utama Candi Prambanan pada
ketiga candi utama. Tepatnya pada
tingkat kedua di setiap sisi candi.

9
Bahan:
Batu
Nama Benda:
Kumpulan Prasasti Candi

Lokasi Benda:
Halaman musium Candi Prambanan

Bahan:
Batu

2. Etnomatematika Konteks Candi Borobudur (Dyah Wahyu Utami, dkk)

N
Artefak Yang Mengandung
o AspekMatematikaSekolah Yang DapatDipelajari
Unsur Matematis
.
1. Batu-batu Penyusun Lantai di Mencari luas permukaan batu menggunakan konsep
PelataranCandi luas persegi panjang.
Gambar 1:

2. Batu-Batu Penyusun Dinding Bangun Datar Persegi Panjang


Candi  Unsur-unsur persegi panjang
Gambar 2 : Yaitu belajar mengenai unsur-unsur persegi
panjang seperti titik sudut, panjang, lebar, sudut.
dll. melalui pengamatan terhadap benda tersebut
jika diamati dari sisi depan saja.
 Sifat-sifat persegi panjang
Yaitu belajar mengenai sifat-sifat persegi
panjang, antara lain :
 Sisi-sisi yang berhadapan sama panjang dan
sejajar
 Setiap sudutnya sama besar dan merupakan
sudut siku-siku.
 Diagonal-diagonalnya sama panjang.
 Keliling persegi panjang
Yaitu belajar menghitung keliling dari persegi
panjang dan menemukan rumus keliling persegi
panjang yaitu K=2(p+l)
 Luas daerah persegi panjang
Yaitu belajar menghitung luas dari persegi
panjang dan menemukan rumus luas persegi
panjang yaitu L=p x l
3. Batu-BatuPenyusunTangga Menganalisis pola barisan dari susunan tangga pada
lantai terbawah sampai lantai teratas.
Gambar 3 :

10
4. Bentuk setupa di lantai 8 1. Materi yang dapat dipelajari adalah luas
permukaan.
Gambar 4 :

5. Bagian badan dari stupa pada 1. Bentuk lubang – lubang pada stupa dapat
pelataran delapan dan sembilan di digunakan untuk membatu mempelajari konsep
Candi Borobudur. bangun datar belah ketupat melalui masalah
nyata.
2. Mencari sifat – sifat bangun datar belah ketupat
dengan menggunakan masalah nyata.
3. Mencari luas permukaan dan volume bagian
badan stupa dengan pendekatan luas permukaan
dan volume tabung.
4. Mencari luas bangun gabungan

dari bangun datar trapesium maupun persegi panjang,


belah ketupat dan segitiga.
5. Mencari jumlah batu yang dibutuhkan untuk
membangun bagian badan stupa dengan
menggunakan luas permukaan batu bagian luar.

6. Ujung-ujung Pada Stupa Mencari luas permukaan dan volume benda


menggunakan benda konkret

7. Ornamen Yang Terletak Pada Pada artefak di samping terlihat bahwa ornamen
Stupa Di Lantai 8-9 tersebut memiliki unsur atau aspek matematika yaitu
ornamen tersebut berbentuk segi lima. Segi lima ini
dalam matematika, tepatnya dalam materi geometri
merupakan salah satu bangun datar yang bersisi lima,
bisa disebut juga dengan istilah pentagon. Aspek-
11
aspek matematika lainnya :
1. Mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar
khususnya segi lima.
2. Siswa mampu menunjukkan keliling bangun segi
lima
3. Mampu menghitung keliling bangun segi lima
4. Menaksir dan menghitung luas permukaan
bangun segi lima dengan menerapkan prinsip-
prinsip geometri dengan cara membagi-bagi
bangun datar segi lima ke dalam bentuk segitiga
atau persegi atau persegi panjang.
8. Bentuk Pelataran Candi Di Lantai 1. Mencari adanya pola bilangan melalui banyaknya
8-10 stupa yang berada pada palataran candi di lantai 8-
10.
2. Pelataran candi yang berbentuk lingkaran dapat
digunakan untuk membatu mempelajari materi
lingkaran melalui benda konkret.
3. Adanya rotasi dimana puncak candi dijadikan
sebagai pusat dengan sudut yang dapat dibentuk
dari garis yang ditarik dari stupa utama ke stupa
yang berada pada lantai di bawahnya.
4. Jarak satu stupa ke stupa yang lainnya sama dan
membentuk sudut yang besarnya sama terhadap
stupa utama.
5. Menghitung luas lingkaran dan membandingkan
lusanya.
9. OrnamenPadaStupaUtama Siswa memahami tentang pencerminan.

Gambar 9 :

10. Ornamen Di Pintu Masuk Utama Bentuk ornamen di pintu masuk utama candi
Candi borobudur yang simetris dapat membantu siswa
dalam memahami sifat-sifat pencerminan dengan
cerminnya adalah sumbu simetri lipat dari bangun
tersebut.

11. Batu-batu penyusun stupa di Siswa dapat mempelajari tentang volume balok.
lantai satu
Gambar 11 :

12
12. Batu Di Lantai Tipe Lock And Mencari luas permukaan batu yang berbentuk bangun
Lock datar gabungan
Gambar 12 :

13. Batu pada stupa Mencari luas permukaan batu menggunakan


pendekatan luas persegi dan prinsip integral tentu.

3. Etnomatematika Konteks Kraton Yogyakarta (Sumbaji, dkk, 2014)

No Artefak Aspek Matematika


1. Silabus SMP Kelas VII tentang bangun datar
KD 3.6 Mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar dan
menggunakannya untuk menentukan keliling dan luas
Materi Pokok :
Sifat Segi-n beraturan
a. Besar sudut pusat pada setiap segitiga,

b. Besar sudut pada kaki setiap segitiga,

Identifikasi :
1. Lokasi : langit-langit tersebut c. Besar sudut tiap sisi,
berada di salah satu bangsal
keraton Menghitung Luas Segi-n Beraturan
2. Bentuk : Segi delapan Sebuah segi-n beraturan (n> 3) dapat dibuat dari
beraturan segitiga sama kaki yang kongruen sebanyak n,
3. Bahan : kayu karenanya luas segi-n beraturan adalah n kali luas
segitiga sama kaki, yaitu:
L = n. LΔ
Menghitung Keliling Segi-n Beraturan
                K = n . s
Dimana s adalah panjang sisi segi-n beraturan.
2. Ornamen pada langit-langit Silabus SMP Kelas VII tentang Segiempat dan segitiga
13
keraton KD 3.6 Mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar dang
menggunakannya untuk menentukan keliling dan luas
Materi Pokok :
Segiempat dan Segitiga

Pada bagian ini, konsep segi-n beraturan dapat


diperkenalkan sebagai bahan pengayaan kepada siswa.
Setelah memperkenalkian segitiga sama sisi dan persegi
siswa diminta untuk memperhatikan sifat-sifat
sekutunya untuk mengkonstruksi konsep beraturan
Identifikasi :
yaitu semua sisi sama panjang dan semua sudut sama
1. Lokasi Benda : salah satu
besar. Selanjutnya dapat diperoleh pengertian
ruangan di wilayah keraton segibanyak beraturan.
2. Bentuk : Segi banyak
beraturan konkaf (Bintang) Silabus SMP kelas VIII tentang teorema phytagoras
dengan banyak sisi 16 dalam pemecahan masalah
3. Bahan: Kuningan KD4.5 Menggunakan Teorema Phythagoras untuk
menyelesaikan berbagai masalah
Materi Pokok :
Teorema Phytagoras
Pada bagian ini memperkenalkan bagaimana
menghitung ukuran-ukuran segibanyak beraturan
menggunakan torema phytagoras.

3. Atap bangsal keraton Silabus SMA Kelas X tentang Barisan dan Deret
KD 4.8 Menyajikan hasil, menemukan pola barisan
dan deret dan penerapannya dalam peneyelesaian
masalah sederhana.
Materi Pokok :

Identifikasi :
1. Lokasi benda : Atap bangsal
bagian kedhaton
2. Bentuk : Berbentuk Prisma
Segitiga dan limas segitiga
siku-siku
3. Bahan :Kayu Mahoni tanah
liat. Jumlah dari lingkaran dapat dihitung dengan
mengetahui banyak baris, banyak lingkaran pada baris
Terdapat susunan yang terpola paling awal, dan beda lingkaran tiap baris. Sehingga
pada genting atap kraton berupa dapat di analogikan untuk menghitung banyak genting
barisan yang dibutuhkan untuk atap.
4. Ornamen dinding Silabus SMP Kelas VII tentang Lingkaran
KD 3.6 Mengidentifikasi unsur, keliliing dan luas dari
lingkaran

14
Identifikasi :
1. Lokasi Benda : Bangunan di
kompleks kedhaton
2. Bentuk : lingkaran
3. Bahan : besi

5. Tempat minum kerajaan Silabus SMA Kelas XII tentang Volume Benda Putar
KD 3.7 Mendeskripsikan dan menerapkan konsep dan
aturan integral tentu untuk membuktikan dan
menyelesaikan masalah terkait luas daerah di bawah
kurva, daerah di antara dua kurva dan volume benda
putar.
Materi Pokok :
Akan diberikan salah satu contoh permasalahan yang
berkaitan dengan salah satu tempat minum di
keraton.
Perhatikan kurva di bawah! Kurva tersebut dibatasi
oleh x=0, y=2, y=-2 dan apabila diputar melalui sumbu
Identifikasi :
y, akan menghasilkan suatu benda yang mirip dengan
1. Lokasi Benda : Bangsal
tempat minum tersebut.
Kedaton
2. Bentuk : mirip tabung yang Y
tengahnya berlubang, 2 y=2
2
3. Bahan : Tanah Liat g(y
x2=g(y)=5-y
)
∆𝑦𝑖
f(y
X
O )

2
x1=f(y)=4-y

-2 y=-2

Untuk mencari volume benda tersebut, bisa dilakukan


memberikan irisan, menghampiri, kemudian
mengintegralkan. Setelah diiris dan dihampiri, maka
akan diperoleh gambar tabung yang bentuknya seperti
cincin, bisa dilihat seperti gambar di bawah,

15
Y

g(y)
∆𝑦𝑖

f(y) X
O

Volumenya,
Luas tabung besar- luas tabung kecil, atau

Setelah itu, akan diintegralkan untuk menemukan


volumenya.

vol =

setelah diintegralkan, maka ditemukanlah bahwa


volumenya adalah 12,67 satuan.

6. Alat musik kentongan Silabus SMA Kelas XII tentang Volume Benda Putar
KD 3.7 Menggunakan Teorema Fundamental Kalkulus
untuk menemukan hubungan antara integral dalam
integral tentu dan dalam integral tak tentu
KD 4.6 Mengajukan masalah nyata dan
mengidentifikasi sifat fundamental kalkulus dalam
integral tentu fungsi sederhana serta menerapkannya
dalam pemecahan masalah.
Materi Pokok
Identifikasi : Penggunaan Integral Untuk Menghitung Luas Daerah
1. Lokasi benda : pelataran dan Volume Benda Putar
sebelum masuk ke museum a. Luas daerah yang dibatasi oleh kurva dengan
lukisan.
2. Bentuk : Bentuk dari alat sumbu
music ini sekilas seperti
tabung.
3. Bahan : kayu
b. Volume benda putar dari daerah yang diputar
terhadap sumbu

c. Volume benda putar dari daerah yang diputar


terhadap sumbu

d. Volume benda putar dari daerah anatar dua

16
kurva yang diputar terhadap sumbu

e. Volume benda putar dari daerah anatar dua


kurva yang diputar terhadap sumbu

7. Motif Atap Silabus SMP Kelas VII tentang bangun datar


KD 3.6 Memahami sifat-sifat bangun datar dan
menggunakannya untuk menentukan keliling dan luas
Materi Pokok :
Elips

 Sifat elips

Identifikasi :
1. Lokasi Benda : Ornamen atap
gapura dalam kraton
2. Bentuk : Bidang datar elips
3. Bahan : Kayu

Garis a dan b merupakan sumbu simetri (sumbu


lipat).Garis a dan b berpotongan tegak lurus (saling
membentuk sudut

a
b d

17
c
Rumus:

Keliling =

Luas =

8. Dalang (Hiasan Kerajaan) Silabus SMP Kelas VIII tentang Volume Benda Putar
KD: 3.9 Menentukan luas permukaan dan volume
kubus, balok, prisma, dan limas
Materi Pokok :
Luas permukaan dan volume prisma segi-enam dan
kerucut

Identifikasi :
1. Lokasi Benda : di keraton
Yogyakarta
2. Bentuk : Hiasan ini memiliki
bentuk seperti rumah
dengan atap kerucut.
Bentuknya merupakan
gabungan dari bangun Hiasan ini dapat digunakan oleh guru sebagai alat
prisma segi-enam pada peraga pengayaan volume dan luas permukaan
bagian bawah dan kerucut benda dimensi tiga .
pada bagian atasnya. a. Prisma Segi-enam
3. Bahan : Hiasan ini terbuat Prisma segi-enam adalah bangun ruang tiga
dari kuningan dan kac dimensi yang dibatasi oleh alas dan tutup identik
berbentuk segi-enam dan sisi-sisi tegak berbentuk
segiempat. Prisma segi-enam memiliki 12 titik
sudut, 18 rusuk, mempunyai 8 bidang sisi yaitu 1
sisi atas, 1 sisi bawah, dan 6 sisi tegak. Adapun
jaring-jaring prisma segi-enam dapat dilihat pada
gambar dibawah ini.

18
Gambar jaring-jaring prisma segi-enam
Rumus volume dan luas permukaan prisma segi-
enam
i) Rumus volume prisma segi-enam
Secara umum volume prisma segi-enam
adalah sebagai berikut.

dengan
V : volume prisma segi-enam
LA : Luas alas
t : tinggi prisma
Karena alas prisma berbentuk segi-enam
beraturan maka luas alasnya adalah x x
dengan t adalah tinggi segitiga.
ii) Rumus luas permukaan prisma segi-enam
Luas permukaan prisma segi-enam adalah
penjumlahan luas alas dan luas atas yang
merupakan luas dari segi-enam serta luas
selubung yang merupakan gabungan dari 6
buah luas persegi panjang . Jadi luas
permukaan prisma segi-enam dapat dituliskan
sebagai berikut.
L = Luas selimut + Luas lingkaran
=
b. Kerucut
Kerucut adalah sebuah limas istimewa yang
beralas lingkaran. Kerucut memiliki 2 sisi dan 1
rusuk. Jaring-jaring kerucut terdiri dari lingkaran
dan segitiga. Hal ini dapat diulustrasikan melaui
gambar berikut.

19

Gambar jaring-jaring kerucut


9. Ornamen Silabus SMP Kelas VII tentang Bangun Datar
KD 3.6 Mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar dan
menggunakannya untuk menentukan keliling dan luas;
KD 3.8 Menaksir dan menghitung luas permukaan
bangun datar yang tidak beraturan
denganmenerapkan prinsip-prinsip geometri;
KD 4.7 Menyelesaikan permasalahan nyata yang
terkait penerapan sifat-sifat persegipanjang,persegi,
trapesium, jajargenjang, belahketupat, dan layang-
layang.
Materi Pokok : Segiempat
 Sifat-sifatSegiempat Persegi Panjang
 KelilingdanLuasSegiempat Persegi Panjang
Gambar

Identifikasi :
1. Lokasi Benda : Hiasan pada
Atap dan Lantai Bangsal
Kedhaton
2. Bentuk : Persegi Panjang
3. Bahan: Kaca, Keramik

Sifat-sifat Persegi Panjang :


a) Sifat 1 :pada persegi panjang ABCD,sisi-sisi yang
berhadapan adalah sejajar(AB // DC dan AD // BC)
b) Sifat 2 :pada persegi panjang ABCD, sisi yang
berhadapan adalah sama panjang (AB=CD dan AD =
BC)
c) Sifat 3 :pada persegi panjang ABCD,sudut-sudut
yang berhadapan adalah sama besar ( A= C

dan B= D)
d) Sifat 4 :pada persegi panjang ABCD, diagonal-
diagonalnya saling membagi dua sama (AC dan BD
terpotong ditengah-tengah)
e) Sifat 5 :pada persegi panjang ABCD, sudut-sudut
yang berdekatan berpelurus sesamanya ( A+ B

= B+ C = C+ D = A+ D =
1800 )
f) Sifat 6 :pada persegi panjang ABCD, keempat
sudutnya sama besar ( A= B= C= D)
g) Sifat 7 :pada persegi panjang ABCD, keempat
sudutnya adalah sudut-sudut siku-siku ( A, B, C,

D adalah sudut siku-siku 900 )

20
h) Sifat 8 :pada persegi panjang ABCD, diagonal-
diagonalnya sama panjang (AC = BD )
i) Sifat 9 :pada persegi panjang ABCD, diagonal-
diagonalnya berpotongan membentuk sudut siku-
siku 900 (berpotong tegak lurus).

Rumus :
Keliling :

Luas :
10. Atap dalam arsitektur keraton Silabus SMP tentang bangun datar
Materi Pokok : Segitiga

c b
t

1. Keliling dan Luas Segitiga


a
 Keliling segitiga
K=a+b+c
 Luas segitiga
L=½xaxt
Identifikasi :
1. Lokasi Benda : Lingkungan
2. Perbandingan dan Skala
Keraton Yogyakarta
KD : 080312Memahami konsep perbandingan
2. Bentuk : Segitiga
dengan menggunakan tabel, grafik, dan
3. Bahan : kayu
persamaan
080402 Menggunakan konsep perbandingan untuk
menyelesaikan masalah nyata dengan
menggunakan tabel, grafik, dan persamaan

11. Jam Benda ini dapat digunakan untuk pembelajaran


tentang sudut, yaitu untuk meningkatkan
pemahaman siswa tentang ukuran sudut dan macam-
macam sudut.
Silabus SD Kelas VI tentang sudut
KD 3.3 Menentukan besar sudut yang ditemukan
dalam kehidupan sehari-hari di rumah, sekolah dan
tempat bermain dengan satuan tidak baku dan satuan
derajat termasuk sudut antara arah mata angin dan
sudut di antara dua jarum jam.
KD 4.6 Mengukur besar sudut yang ditemukan dalam
kehidupan sehari-hari di rumah, sekolah dan tempat
bermain dengan satuan derajat termasuk sudut antara
Identifikasi : arah mata angin dan sudut di antara dua jarum jam.
1. Lokasi Benda : Ruangan
batik di kompleks Materi Pokok :
21
kedathon. Sudut
2. Bentuk : Jam berbentuk Sudut adalah besaran dari dua garis yang bertemu di
lingkaran sedangkan suatu titik. Dalam hal ini, titik adalah titik pusat jam.
bingkainya berbentuk Dua buah garis adalah antara jarum jam dengan jarum
balok. menit, antara jarum jam dengan jarum detik, atau
Jam ini berbeda dengan antara jarum menit dan jarum detik.  Misalnya seperti
jam yang biasanya karena ilustrasi berikut.
tidak hanya menunjukkan
angka, tetapi juga detik,
tanggal dan bulan.

3. Bahan : Jam terbuat dari


besi sedangkan
bingkainya terbuat dari
kayu.

Besar suatu sudut dapat dinyatakan dalam satuan


derajat (°), menit (‘), dan detik (“).
Perhatikan jarum jam pada jam tersebut.
- Untuk menunjukkan waktu 1 jam, maka jarum
menit harus berputar 1 putaran penuh sebanyak
60 kali, atau dapat ditulis 1 jam = 60 menit.
- Untuk menunjukkan waktu 1 menit, jarum detik
harus berputar 1 putaran penuh sebanyak 60
kali, atau dapat ditulis 1 menit = 60 detik.
Hal ini juga berlaku untuk satuan sudut. Hubungan
antara derajat (°), menit (‘), dan detik (“) dapat
dituliskan sebagai berikut.

atau

atau

atau

Ukuran sudut:
satu putaran jam = 360⁰
satu putaran jam = 12 angka 
besar sudut antara angka-angka dalam jam = 

22
Macam-macam sudut:
1. Sudut lancip
2. Sudut siku-siku
3. Sudut tumpul

12. Ornamen pada bangsal Silabus SMP Kelas VII tentang Luas Bangun Datar.
KD 3.6 Mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar dan
menggunakannya untuk menentukan keliling dan luas;
KD 3.8 Menaksir dan menghitung luas permukaan
bangun datar yang tidak beraturan dengan
menerapkan prinsip-prinsip geometri;
Materi Pokok:
Segiempat dan Segitiga
Keliling dan Luas pada Segiempat dan Segitiga

Identifikasi : Pada ornamen tersebut, terdapat persegi-persegi


1. Lokasi Benda : Terdapat di kecil. Dan hal itu dapat digunakan dalam
sebuah bangsal yang terletak pembelajaran:
di dalam Kedhaton, bangsak Menghitung luas satuan bidang tersebut. Misalnya
yang paling dekat dengan dengan menggunakan beberapa persegi kecil yang
pintu masuk Kedhaton. membentuk suatu bidang yaitu seperti berikut:
2. Bentuk :
3. Bahan :

Maka dapat dihitung bahwa luas bidang-bidang


tersebut sesuai dengan banyaknya persegi kecil yang
membentuknya. Seperti luas persegi dan persegi
panjang di atas adalah 4 satuan luas, karena
banyaknya persegi kecil yang membentuknya ada 4
persegi.
Dari penjelasan tersebut maka dapat ditemukan
rumus:
- mencari luas persegi adalah

- luas persegi panjang adalah

- luas segitiga adalah

Sedangkan untuk mencari keliling yaitu dengan


menambahkan satuan setiap sisinya, misal pada
gambar persegi di atas terdapat 4 persegi kecil, dan
setiap sisinya terdapat 2 persegi, sehingga keliling
persegi tadi adalah 2 x 4 = 8 satuan. Silabus SMP Kelas
23
VII tentang Luas Bangun Datar.

13. Batik Silabus SMP tentang bangun datar


KD 3.6 Mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar dan
menggunakannya untuk menentukan keliling dan luas
Materi Pokok : Belah ketupat

Sifat – Sifat Belah ketupat


 Memiliki empat buah sisi dan empat buah
titik sudut
Identifikasi :  Keempat sisinya sama panjang
1. Lokasi Benda : salah satu  Dua pasang sudut yang berhadapan sama
ruangan di wilayah keraton besar
2. Bentuk : belah ketupat  Diagonalnya berpotongan tegak lurus
3. Bahan: Kain  Memiliki dua buah simetri lipat
 Memiliki simetri putar tingkat dua

Keliling dan Luas Belah ketupat


 Keliling Belah ketupat
K = 4s
 Luas belah ketupat
L = ½ x diagonal 1 x diagonal 2

4. Etnomatematika Konteks Suku Dayak (Areani Eka Purti, 2014)

Perisai (Tameng)
Perisai ini terbuat dari kayu yang sudah dipilih
kayu yang diambil adalah kayu yang tidak mudah
rapuh dan pecah, sehingga ketika digunakan tidak
mudah retak atau patah. Tameng ini digunakan
saat akan berperang sebagai pelindung. Juga biasa
digunakan saat menari khususnya tarian perang.

Kedabang/Ra’ong
Terbuat dari daun pandan dan rotan, dan pewarna
alami seperti getah damar dan arang.
Kedabang ini berbentuk kerucut yang biasa
digunakan untuk pergi keladang ataupun dipakai
ketika menari adat.

24
Sumpit
Terbuat dari bambu, sumpit ini adalah senjata
tradisional yang dimiliki oleh suku dayak
lundayeh. Ketika perang pada anak sumpit
biasanya diolesi racun sehingga ketika mengenai
musuh, musuh akan langsung mati.
Tayen/ Bakul
Terbuat dari rotan dan bambu, biasa digunakan
untuk padi dan sayur ketika musim panen dan ada
dalam berbagai ukuran. Salah satu barang
pemberian saat acara pernikahan

Anjat
Terbuat dari rotan, biasa digunakan utuk
membawa barang-barang pribadi, dan barang-
barang lainnya. seperti pengganti tas.

Rumah panjang/ rumah betang


Rumah ini memiliki bentuk memanjang dengan
panjang kurang lebih dari 50 meter. Keunikan dari
rumah ini terlihat dari bentuk bangunan dan
banyaknya kepala keluarga yang tinggal di
dalamnya. Saat ini sering digunakan upacara adat.
Agau
Terbuat dari rotan, bambu dan kayu pilihan. Dan
dilapisi kain. Digunakan untuk menggendong
anak.

F. PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS


ETNOMATEMATIKA

Untuk dapat mengembangkan pembelajaran matematika dapat dilakukan persiapan


meliputi: Persiapan Umum dan Persiapan Khusus. Baik Persiapan Umum maupun Persiapan
Khusus pada umumnya dikehendaki agar praktek pembelajaran mampu menggeser paradigma
lama yaitu pembelajaran yang berorientasi kepada guru menuju ke pembelajaran yang
berorientasi kepada siswa. Oleh karena itu kemampuan guru dalam melayani kebuthan siswa
dalam belajar matematika menjadi sangat penting. Guru akan sangat dibantu dengan Skema
Interaksi dan Variasi Media. LKS tidak hanya merupakan kumpulan soal tetapi dapat merupakan
sumber informasi, teori atau penemuan terbimbing. LKS juga tidak harus selalu satu macam,
tetapi dapat dikembangkan banyak ragam dalam satu kali pertemuan. Kemampuan guru
mengembangkan materi ajar (buku, internet, ICT) menjadi sangat penting untuk menunjang

25
keberhasilan pembelajaran matematika. Sumber belajar yang terbaik adalah sumber belajar yang
dikembangkan oleh guru itu sendiri.

1. Pengembangan Model

Dari uraian yang sudah diberikan, dapat ditarik pelajaran bahwa untuk dapat
mengembangkan suatu pembelajaran matematika, seorang guru dituntut agar memahami dasar-
dasar atau filosofi pendidikan serta teori-teori yang menyertainya. Berikut merupakan Diagram
yang menggambarkan keterkaitan antara Filsafat, Ideologi, Teori dan Model Pembelajaran serta
Implementasinya di lapangan.

Ground/ Approaches/ Model Teaching/Learning


Foundation Reference Paradigm /Theory
Strategy Teachig/ Resources
Learning
Paradigm / Approaches/ Model T/LLesson
1 Plan
Theory 1 Strategy/ Student Worksheet
Method 1 Assessment 1
PP, Permendikbud Kur 2013
Philosophy of Education

Ideology of Education

Paradigm / Approaches/ Model T/LLesson


2 Plan
Normatif References

Formal Refereces

Theory 2 Strategy / Student Worksheet


Legal Formal

Method 2 Assessment 2
Joural
Book

Paradigm / Approaches/ Model T/LLesson


3 Plan
Theory 3 Strategy/ Student Worksheet
Method 3 Assessment 3

Paradigm /Theory
Approaches/ Model T/LLesson Plan
Kur 2013 Strategy/ Kur 2013 Student Worksheet
Method Kur 2013 Assessment
Kur 2013
Metode/Model

Filoso Realistik
Pend
Matematik
Refer
Tabel : DEVELOPING fi
MATHEMATICS ekata
TEACHING LEARNING
SaintifikPROCESS
By Marsigit Ideolo http://powermathematics.blogspot.com
ensi (2014) Akses: n Brunner dan
Norm gi Mod
https://uny.academia.edu/MarsigitHrd Cooperatif
atif Paradi el Learning PBM
Pe gma
Berdasarkan diagram di atas, maka pembelajaran
Kurikulum matematika
Meto berbasis etnomatematika dapat
mb Teori Perangkat
dikembangkan melalui diagram berikut:
Dokumen 2013 de
elaj pbm: Apersepsi
Formal Silabus
ara RPP,LKS Variasi Metode
Dokumen RPP
n HAND UT Variasi
Resmi LKS
Ber MEDIA Interaksi
Pemerinta Handout Variasi Media
bas Data
han Diskusi
is Empiris Survey
dalam Kelompok
Bu Etnomatem Analisis Presentasi
day atika: Sintak siswa
Studi Kasus
a Kraton Rantai
pbm
Borobudur INSTRUMEN
Kognitif
berbasis 26
Prambanan Kesimpulan
Dayak etno
Assesment
dsb ------------

Evaluasi
Questionnaire,
Lembar Observasi

Gambar: Diagram Pengembangan Pembelajaran Matematika Berbasis Etnomatematika (Marsigit, 2015)

2. Pengembangan Metode Pembelajaran

Kurikulum sekolah kita merupakan kurikulum berbasis kompetensi (Competence_Based


Curriculum), bukan kurikulum berbasis pengetahuan (Knowledge_Based Curriculum).
Sebagai kurikulum berbasis kompetensi (KBK), kurikulum sekolah kita dapat
dikategorikan sebagai pengalaman bukan sekedar pedoman atau kumpulan materi untuk
dipelajari. onsekuensinya, guru dalam pembelajaran harus memfasilitasi para siswa dengan
berbagai kegiatan sehingga para siswa mendapat pengalaman belajar yang bermakna.
PBL dimulai dengan asumsi bahwa pembelajaran merupakan proses yang aktif, kolaboratif,
terintegrasi, dan konstruktif yang dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial dan kontekstual.
PBM ditandai juga oleh pendekatan yang berpusat pada siswa (students'- centered), guru
sebagai fasilitator, dan soal terbuka (open-ended question) atau kurang terstruktur (ill-
structured) yang digunakan sebagai rangsangan awal untuk belajar.

a. Problem Based Learning (PBL)

Soal terbuka maksudnya adalah soal yang memiliki banyak solusi dan karenanya siswa
perlu mengkaji banyak metode sebelum memutuskan jawaban tertentu. Masalah yang
kurang terstruktur akan mendorong siswa untuk melakukan investivigasi, melakukan diskusi, dan
mendapat pengalaman memecahkan masalah. Dengan PBL , pembelajaran menjadi lebih
realistik untuk menciptakan pembelajaran yang menekankan dunia nyata, keterampilan
berfikir tingkat tinggi, belajar lintas disiplin, belajar independen, keterampilan kerja
kelompok dan berkomunikasi melalui suasana pembelajaran berbasis masalah.
Selain menekankan learning by doing, PBL membuat siswa sadar akan informasi apa
yang telah diketahui pada masalah yang dihadapi, informasi apa yang dibutuhkan untuk
memecahkan permasalahan tersebut, dan strategi apa yang akan digunakan untuk memperlancar
pemecahan masalah. Mengartikulasikan pikiran-pikiran tersebut akan membantu siswa menjadi
pemecah masalah (problem solver) dan siswa yang mengetahui apa yang harus dilakukan (self-
directed) yang lebih efektif. Tujuan dari PBL adalah untuk memfasilitasi siswa agar: 1. Berpikir
kritis dan analitis , 2. Mencari dan memanfaat sumber belajar yang berasal dari lingkungan
sekitar, 3. Menggunakan pengetahuan secara efektif, dan , 4. Mengembangkan pengetahuan
dan strategi untuk permasalahan selanjutnya.
27
b. Realistik Matematika

Benda-benda konkrit dimanipulasi oleh siswa dalam kerangka menunjang usaha siswa dalam
proses matematisasi konkret ke abstrak. Siswa perlu diberi kesempatan agar dapat mengkontruksi dan
menghasilkan matematika dengan cara dan bahasa mereka sendiri. Diperlukan kegiatan refleksi terhadap
aktivitas sosial sehingga dapat terjadi pemaduan dan penguatan hubungan antar pokok bahasan dalam
struktur pemahaman matematika. Menurut Hans Freudental dalam Sugiman (2007) matematika
merupakan aktivitas insani (human activities) dan harus dikaitkan dengan realitas. Dengan demikian
ketika siswa melakukan kegiatan belajar matematika maka dalam dirinya terjadi proses matematisasi.
Terdapat dua macam matematisasi, yaitu: (1) matematisasi horisontal dan (2) matematisasi vertikal.
Matematisasi horisontal berproses dari dunia nyata ke dalam simbol-simbol matematika. Proses terjadi
pada siswa ketika ia dihadapkan pada problematika yang kehidupan / situasi nyata. Sedangkan
matematisasi vertikal merupakan proses yang terjadi di dalam sistem matematika itu sendiri; misalnya:
penemuan strategi menyelesaiakn soal, mengkaitkan hubungan antar konsep-konsep matematis atau
menerapkan rumus/temuan rumus.
Pendidikan Matematika Realistik (PMR) mendasarkan aktivitas pembelajaran matematika
berdasarkan tahap perkembangan siswa, yang dapat dianalogikan dengan fenomena gunung es (iceberg)
seperti pada gambar di atas. Ilmu matematika formal yang nampak dari diri siswa merupakan puncak
dari gunung es. Meskipun ilmu abstrak tersebut terlihat sangat sedikit, ilmu tersebut dibangun oleh kaki-
kaki gunung es yang sangat besar dan banyak tetapi tidak terlihat. Jika pondasi gunung es rapuh maka
puncaknya akan mudah roboh. Begitu pula dengan ilmu matematika yang dibangun oleh siswa. Jika
dasar-dasar ilmu matematika informal siswa tidak kokoh maka ilmu formalnya juga akan mudah
dilupakan atau hilang. Aktivitas pembelajaran matematika dalam PMR dapat divisualisasikan dengan
empat model yaitu matematika konkret, model konkret, model formal, dan matematika formal.
Perpindahan dari matematika konkret ke matematika formal dapat dideskripsikan sebagai berikut.
Penerapan metode realistik dalam pembelajaran matematika berbasis etnomatematika dapat dilihat
sebagai berikut:

Skema Pengembangan Pembelajaran Berbasis Etnomatematika (Rita, 2015)

Mengkomunikasikan
(presentasi)

Mengasosiasi matematika

Luas permukaan=

Mencoba membuat sketsa bangun geometri


b
a 28
3
2
1

Menanya mengenai candi prambanan dan hubungannya dengan


matematika
Mengamati secara langsung prasasti Candi Prambanan

c. Metode Saintifik

Seperti diketahui bahwa secara eksplisit pendekatan Saintifik direkomendasikan untuk


metode pembelajaran (dengan didukung atau dikombinasikan dengan metode lain yang selaras)
dalam kerangka Kurikulum 2013. Sebelum diuraikan tentang implementasi dan contoh-
contohnya, maka di sini akan dilakukan sintesis tentang adanya dikotomi pemikiran Saintifik dan
Tidak Saintifik. Pendekatan saintifik yang terdiri dari sintak: a. mengamati; b. menanya; c.
mengumpulkan informasi; d. mengasosiasi; dan e. mengkomunikasikan. Pembelajaran dengan
pendekatan Saintifik tetaplah berbasis Kompetensi sesuai dengan jiwa dan semangat Kurikulum 2013.
Fakta atau fenomena merupakan objek keilmuan yang digunakan untuk membangun (Ilmu)
Pengetahuan dengan pendekatan Saintifik yang melibatkan unsur logika dan pengalaman. Segala macam
kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng dapat berfungsi untuk memperkuat landasan pikiran dan
pengalaman.

Pendekatan Saintifik dapat diselenggarakan dalam kerangka Konstruksivisme, yaitu memberi


kesempatan peran siswa untuk membangun pengetahuan/konsepnya melalui fasilitasi guru.
Terminologi “Penjelasan guru-respon siswa” bertentangan dengan semangat Saintisme yaitu
kemandirian untuk menemukan pengetahuannya. Pemikiran subjektif diperlukan untuk
memperkokoh karakter memperoleh Sensasi Pengalaman. Penalaran yang menyimpang perlu
disadari dan dicarikan solusi dan penjelasannya untuk memperkokoh konsep yang telah
dibangunnya, dengan sifat-sifat sebagai berikut:
 Indikator atau kriteria sifat non Ilmiah tidak serta merta dapat diturunkan dengan
menegasikan sifat Ilmiah. Pendekatan Ilmiah bersintak (sesuai dengan referensinya), maka
sifat Ilmiah tidak serta merta secara rigid identik dengan sintak-sintaknya. Untuk
memperoleh sintak Ilmiah terkadang subjek didik melakukan hal-hal yang dapat
dikategorikan sebagai non ilmiah, misal kekeliruan mengobservasi, dan mengambil
kesimpulan. Kesimpulan yang belum benar mungkin terjadi walaupun siswa sudah
menggunakan sintak Saintifik.
 Peran intuisi sangat penting bai sebagai Intuisi Berpikir maupun sebagai Intuisi Pengalaman.
 Akal sehat sangat bermanfaat sebagai dimulainya kesadaran untuk mempersepsi objek
berpikir.
 Kegiatan coba-coba secara ontologis bermakna sebagai kegiatan interaksi antara pikiran dan
pengalaman, antara logika dan faktanya, antara analitik dan sintetik, dan antara a priori dan a
posteriori.
29
 Berpikir kritis adalah berpikir reflektif sampai pada kemampuan mengambil keputusan
secara benar.
 Fenomenologi sebagai kerangka filosofis pendekatan Saintifik.
 Hermenitika sebagai pendekatan epistemologi pendekatan Saintifik.

.
Implementasi pendekatan Saintifik dalam pembelajaran di kelas tentunya harus sesuai
dengan koridor yang sudah digariskan oleh Kurikulum 2013, walaupun secara substantif seorang
pendidik tetap harus selalu berpikir kritis dengan mencermati aspek aspek pedagogiknya sesuai
dengan learning kontinum subjek didiknya.

3. Pengembangan Perangkat Pembelajaran

Persiapan Umum meliputi Kajian dan Penyesuaian Paradigma dan Teori Pendidikan dan
Pembelajaran Matematika Inovatif dan implementasinya, baik menyangkut hakekat matematika sekolah,
tujuan pendidikan matematika, hakekat tugas dan fungsi guru matematika, hakekat siswa belajar
matematika, hakekat metode pembelajaran matematika, hakekat penilaian pembelajaran matematika,
dan hakekat sumber belajar matematika. Sedangkan Persiapan Khusus meliputi persiapan yang terkait
dengan persiapan pembelajaran matematika dikelas.
Persiapan Khusus dimulai dengan analisis kurikulum (KTSP) yang meliputi : Standard Isi, Standard
Kompetensi, Kompetensi Dasar, Tujuan Pembelajaran, Pemetaan, Indikator, Strategi Belajar Mengajar
(Tatap Muka) dan Penilaian.

Persiapan pada akhirnya menghasilkan RPP (Lesson Plan). Hal-hal yang perlu mendapat perhatian pada
persiapan Khusus pembelajaran matematika adalah perlu dikembangkannya beberapa skema meliputi.

3. Mengembangkan Skema/Sintak Pembelajaran Matematika

Skema/Sintak Pembelajaran Matematika hendaknya terdiri dari:

a. Penyiapan RPP yang memfasilitasi kebutuhan belajar siswa.


b. Penyiapan LKS yang memfasilitasi kebutuhan belajar siswa.
c. Pengembangan Kegiatan Apersepsi siswa.
d. Pengembangan Kegiatan Diskusi siswa.
e. Pengembangan Struktur Pembelajaran (Pendahuluan, kegiatan Inti, dan
Penutup),
f. Pengembangan Skema Pencapaian Kompetensi (Will, Attitude, Knowledge,
Skill dan Experience).
g. Pengembangan Skema Interaksi (Klasikal, Kelompok dan Individu),
h. Pengembangan Skema Variasi Metode Pembelajaran.
i. Pengembangan Skema Variasi Media atau alat bantu pembelajaran (LKS
dan Alat Peraga)dan
j. Pengembangan Variasi Sumber Belajar (Buku Text, Internet atau Blog dan
ICT).
k. Pengembangan Authentic Assesment
l. Pengembangan Refleksi Siswa
30
m. Memfasilitasi agar kesimpulan dapat dibuat oleh siswa.

Agar guru lebih mampu mewujudkan revitalisasi (pendidikan) pembelajaran matematika yang
menumbuhkan kreativitas siswa maka, mengacu kepada rekomendasi Cockroft Report (1982) serta
penjabaran dari Ebbut, S dan Straker, A (1995), berikut merupakan saran yang mungkin bermanfaat bagi
guru dalam menyelenggarakan pembelajaran matematika, melalui tahap persiapan, tahap pembelajaran,
dan tahap evaluasi sebagai berikut :

1. Tahap Persiapan Mengajar


a Merencanakan lingkungan belajar matematika
1) menentukan sumber ajar yang diperlukan
2) merencanakan kegiatan yang bersifat fleksibel
3) merencakan lingkungan fisik pembelajaran matematika.
4) melibatkan siswa dalam menciptakan lingkungan belajar matematika
5) mengembangkan lingkungan sosial siswa
6) merencanakan kegiatan untuk bekerja sama.
7) mendorong siswa saling menghargai.
8) menelusuri perasaan siswa tentang matematika
9) mengembangkan model-model matematika.
b. Merencanakan kegiatan matematika
1) merencanakan kegiatan matematika yang seimbang dalam hal : materi, waktu, kesulitan,
aktivitas, dsb.
2) merencanakan kegiatan matematika yang terbuka (open-ended)
3) merencanakan kegiatan sesuai kemampuan siswa.
4) mengembangkan topik matematika.
5) membangun mental matematika.
6) kapan dan bilamana membantu siswa ?
7) menggunakan berbagai sumbar ajar (buku yang bervariasi).
2. Tahap Pembelajaran
a Mengembangkan peranan guru
1) mendorong dan mengembangkan pengertian siswa.
2) memberi kesempatan kepada setiap siswa untuk menunjukkan kebolehan melakukan kegiatan
matematika.
3) membiarkan siswa melakukan kesalahan.
4) mendorong siswa bertanggung jawab atas belajarnya.
b Mengatur waktu kepada siapa dan kapan melakukan kegiatan matematika bersama/tidak bersama
siswa
1) mengembangkan pengalaman siswa.
2) mengalokasikan waktu.
3) mengatur umpan-balik.
4) mengatur keterlibatan guru kepada siswa.
5) mengamati kegiatan siswa
3. Tahap Evaluasi
a. Mengamati kegiatan siswa
1) apa yang siswa kuasai/tidak kuasai
2) kegiatan apa yang diperlaukan berikutnya.
31
b. Mengevaluasi diri sendiri
1) apa yang telah saya kerjakan ?
2) apa yang telah saya capai ?
3) pelajaran apa yang telah dapat saya petik ?
4) apa yang akan saya lakukan ?
5) apa yang saya perbuat sekarang ?
6) dari mana dan bantuan apa yang saya perlukan ?
c. Menilai pengertian, proses, ketrampilan, fakta dan hasil
1) - pengertian : saya ingin tahu apakah mereka mengetahui ?
2) proses: saya ingin tahu cara apa yang mereka dapat digunakan.
3) ketrampilan : saya ingin tahu ketrampilan mana yang dapat mereka gunakan?
4) fakta : saya ingin tahu apakah yang dapat mereka ingat ?
5) hasil : saya ingin tahu apa yang telah meraka dapat ?
d. Menilai hasil dan memonitor kemajuan siswa
1) mengidentifikasi konsep siswa
2) mendorong siswa melakukan penilaian sendiri.
3) membuat/menggunakan catatan kemajuan siswa.
4) mengamati apa yang dikerjakan siswa.
5) bekerja sama dengan orang lain ?
6) mengidentifikasi bantuan yang diperlukan.
7) menilai aspek kurikulum

H. KESIMPULAN

Persepsi mahasiswa yang mengikuti kuliah Etnomatematika terhadap pengembangan


pembelajaran matematika berbasis etnomatematika, adalah sebegai berikut:
1. Mahasiswa merasa memperoleh pengetahuan baru tentang pembelajaran matematika
2. Mahasiswa merasa lebih mampu memfasilitasi belajar siswa yang mempunyai beraneka ragam
3. Mahasiswa merasa senang karena dapat mengembangkan pembelajaran matematika yang
inovatif.
4. Mahasiswa merasa lebih termotivasi untuk mengembangkan berbagai media pembelajaran.
5. Namun mahasiswa menyatakan bahwa untuk mengembangkan dan melaksanakan
pembelajaran matematika berbasis etnomatematika, memerlukan waktu yang lebih lama dan
energi yang lebih banyak.

DAFTAR PUSTAKA

1. Agung Hartoyo. 2012. Eksplorasi Etnomatematika pada Budaya Masyarakat Dayak Perbatasan Indonesia-
Malaysia Kabupaten Sanggau Kalbar. http://jurnal.upi.edu/file/3-agung.pdf. Diakses pada tanggal 9 April
2014.
2. Astri Wahyuni. 2013. Peran Etnomatematika dalam Mmembangun Karakter Bangsa. Yogyakarta.
http://eprints.uny.ac.id/10738/1/P%20-%2015.pdf. Diakses pada tanggal 9 April 2014.
3. D’Ambrosio, U. 1991. ‘Ethnomathematics and its place in the history and pedagogy of mathematics’, in M.
Harris (ed.). Schools, Mathematics and Work. The Falmer Press. London. pp. 15–25.
4. D’Ambrosio, U.: 1994. ‘Cultural framing of mathematics teaching and learning’, in R. Biehler, R.W.
Scholz, R. Sträßer and B. Winklelmann (eds.). Didactics of Mathematics as a Scientific Discipline. Kluwer
Academic Publishers. Dordrecht. pp. 443–455.

32
5. Ebbutt, S and Straker, A. 1995. Children and Mathematics: A Handbook for Teacher, London: Collins
Educational.
6. Edy Tandililing. 2013. Pengembangan Pembelajaran Matematika Sekolah dengan Pendekatan
Etnomatematika Berbasis Budaya Lokal Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran
Matematika di Sekolah. Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika. Yogyakarta:
FMIPA UNY.
7. Favilli, F. 2011. Ethnomathematics And Mathematics Education. Proceedings of the 10th International
Congress of Mathematics Education Copenhagen. Copenhagen: PISA.
8. Herman Hudojo. 2005. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. Malang: Universitas
Negeri Malang.
9. Iluno, C. and Taylor, J.I. 2013. Ethnomathematics: The Key to Optimizing Learning and Teaching of
Mathematics. Lagos: IOSR Journal of Research & Method in Education (IOSR-JRME)
10. Rosa & Orey. 2011. Ethnomathematics: the cultural aspect of mathematics.
http://dialnet.unirioja.es/descarga/articulo/3738356.pdf. Diakses pada tanggal 9 April 2014.

Lampiran 1: RPS

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
Alamat: Karangmalang, Yogyakarta – 55281

Rencana Pembelajaran Semester


Fakultas : MIPA
Program Studi : PENDIDIKAN MATEMATIKA
Nama Mata Kuliah/Kode : Etnomatematika
SKS :2
Kemampuan Prasarat : Psikologi Pendidikan
Semester :
Dosen : Pro. Dr. Marsigit, M.A.

Deskripsi Mata Kuliah


Dalam mata kuliah ini dibahas hakekat, rasionel dan manfaat etnomatematika; dimensi, perspektif dan
kedudukan etnomatematika; subjek, objek, pendekaan dan metode etnomatematika; kajian teori, hasil-hasil
penelitian dan pendekatan riset dalam etnomatematika dan pembelaran matematika; pemahaman, identifikasi
dan penelitian pendahuluan sumber-sumber pengembangan etnomatematika baik yang berupa artefak, karya
sastra/budaya dan tradisi/interaksi sosial di dalam konteks pembelajaran matematika; penelitian pendahuluan,
releksi serta survey dan studi kasus etnomatematika di Keraton Yogyakarta, penelitian pendahuluan, refleksi,
serta survey dan study kasus etnomatematika di Candi Borobudur, penelitian pendahuluan, refleksi, serta
survey dan studi kasus etnomatematika di Candi Prambanan, penelitian pendahuluan dan refleksi
etnomatematika di lokasi yang direkomendasikan; pengembangan perangkat pembelajaran matematika
berbasis etnomatematika; pengembanan model pembelajaran matematika berbasis etnomatematika.

Capaian Pembelajaran Mata Kuliah:


Menguasai dan mampu menggali, mengidentifikasi, ide-ide baik pemikiran maupun praktik yang
dikembangkan oleh semua kalangan budaya sekitar, baik yang bersifat statis maupun dinamis yang
berkembang dan merupakan warisan dari nenek moyang hingga saat kini baik yang berupa artefak, karya sastra
maupun tradisi, yang dapat digunakan untuk membangun pemikiran dan bangunan matematika serta
memanfaatkan dan mengaplikasikannya untuk pengembangan pembelajaran matematika barbasis pada kajian

33
teori dan kajian riset untuk memersiapkan diri memeroleh kompetensi sebagai guru matematika yang
profesional.

Perte Learning Pengalaman Wakt


Indikator Konten Metode Penilaian
muan outcomes Belajar u
(1) (2) (3) (4) (4) (4) (5) (6)
1-2 Dapat Dapat Hakekat, Rasionel 1. 1. Identifikasi 1. Sikap 100’
menjelaska menjelaskan Dan Manfaat Expository dan review 2.
n Hakekat, Hakekat, Etnomatematika; 2. Diskusi 2. Membangun Pengetahuan
Rasionel Rasionel Dan 3. Tugas pemahaman dan 3.
Dan Manfaat 4. Refleksi refleksi Ketrampilan
Manfaat Etnomatematika
Etnomatem ;
atika;

3 Dapat Dapat Dimensi, Perspektif 1. 1. Identifikasi 1. Sikap 100’


menjelaska menjelaskan Dan Kedudukan Expository dan review 2.
n Dimensi, Dimensi, Etnomatematika; 2. Diskusi 2. Membangun Pengetahuan
Perspektif Perspektif Dan 3. Tugas pemahaman dan 3.
Dan Kedudukan 4. Refleksi refleksi Ketrampilan
Kedudukan Etnomatematika
Etnomatem ;
atika;

4 Dapat Dapat Subjek, Objek, 1. 1. Identifikasi 1. Sikap 100’


menjelaska menjelaskan Pendekaan Dan Expository dan review 2.
n Subjek, Subjek, Objek, Metode 2. Diskusi 2. Membangun Pengetahuan
Objek, Pendekaan Dan Etnomatematika; 3. Tugas pemahaman dan 3.
Pendekaan Metode 4. Refleksi refleksi Ketrampilan
Dan Etnomatematika
Metode ;
Etnomatem
atika;

5 Dapat Dapat Kajian Teori, Hasil- 1. 1. Identifikasi 1. Sikap 100’


menjelaska menjelaskan Hasil Penelitian Dan Expository dan review 2.
n Kajian Kajian Teori, Pendekatan Riset 2. Diskusi 2. Membangun Pengetahuan
Teori, Hasil-Hasil Dalam 3. Tugas pemahaman dan 3.
Hasil-Hasil Penelitian Dan Etnomatematika Dan 4. Refleksi refleksi Ketrampilan
Penelitian Pendekatan Pembelaran
Dan Riset Dalam Matematika;
Pendekatan Etnomatematika
Riset Dan
Dalam Pembelaran
Etnomatem Matematika;
atika Dan
Pembelaran
Matematik
a;

6-7 Dapat Dapat Pemahaman, 1. 1. Identifikasi 1. Sikap 100’


menjelaska menjelaskan Identifikasi Dan Expository dan review 2.
n Pemahaman, Penelitian 2. Diskusi 2. Membangun Pengetahuan
Pemahama Identifikasi Dan Pendahuluan 3. Tugas pemahaman dan 3.
n, Penelitian Sumber-Sumber 4. Refleksi refleksi Ketrampilan
34
Identifikasi Pendahuluan Pengembangan
Dan Sumber-Sumber Etnomatematika Baik
Penelitian Pengembangan Yang Berupa
Pendahulua Etnomatematika Artefak, Karya
n Sumber- Baik Yang Sastra/Budaya Dan
Sumber Berupa Artefak, Tradisi/Interaksi
Pengemban Karya Sosial Di Dalam
gan Sastra/Budaya Konteks
Etnomatem Dan Pembelajaran
atika Baik Tradisi/Interaks Matematika;
Yang i Sosial Di
Berupa Dalam Konteks
Artefak, Pembelajaran
Karya Matematika;
Sastra/Bud
aya Dan
Tradisi/Inte
raksi Sosial
Di Dalam
Konteks
Pembelajar
an
Matematik
a;

8 Ujian Sisipan
9-11 Dapat Dapat Penelitian 1. 1. Identifikasi 1. Sikap 100’
melakukan melakukan Pendahuluan, Releksi Expository dan review 2.
Penelitian Penelitian Serta Survey Dan 2. Diskusi 2. Membangun Pengetahuan
Pendahulua Pendahuluan, Studi Kasus 3. Tugas pemahaman dan 3.
n, Releksi Releksi Serta Etnomatematika Di 4. Refleksi refleksi Ketrampilan
Serta Survey Dan Keraton Yogyakarta; 5. Riset 3. 4.
Survey Dan Studi Kasus Merencanakan Pengalaman
Studi Etnomatematika penelitian 5. Hasil
Kasus Di Keraton 4.
Etnomatem Yogyakarta; Melaksanakan
atika Di penelitian
Keraton
Yogyakarta
;

9-11 Dapat Dapat Penelitian 1. 1. Identifikasi 1. Sikap 100’


melakukan melakukan Pendahuluan, Expository dan review 2.
Penelitian Penelitian Refleksi, Serta 2. Diskusi 2. Membangun Pengetahuan
Pendahulua Pendahuluan, Survey Dan Study 3. Tugas pemahaman dan 3.
n, Refleksi, Refleksi, Serta Kasus 4. Refleksi refleksi Ketrampilan
Serta Survey Dan Etnomatematika Di 5. Riset 3. 4.
Survey Dan Study Kasus Candi Borobudur; Merencanakan Pengalaman
Study Etnomatematika penelitian 5. Hasil
Kasus Di Candi 4.
Etnomatem Borobudur; Melaksanakan
atika Di penelitian
Candi
Borobudur;

35
9-11 Dapat Dapat Penelitian 1. 1. Identifikasi 1. Sikap 100’
melakukan melakukan Pendahuluan, Expository dan review 2.
Penelitian Penelitian Refleksi, Serta 2. Diskusi 2. Membangun Pengetahuan
Pendahulua Pendahuluan, Survey Dan Studi 3. Tugas pemahaman dan 3.
n, Refleksi, Refleksi, Serta Kasus 4. Refleksi refleksi Ketrampilan
Serta Survey Dan Etnomatematika Di 5. Riset 3. 4.
Survey Dan Studi Kasus Candi Prambanan; Merencanakan Pengalaman
Studi Etnomatematika penelitian 5. Hasil
Kasus Di Candi 4.
Etnomatem Prambanan; Melaksanakan
atika Di penelitian
Candi
Prambanan
;

9-11 Dapat Dapat Penelitian 1. 1. Identifikasi 1. Sikap 100’


melakukan melakukan Pendahuluan Dan Expository dan review 2.
Penelitian Penelitian Refleksi 2. Diskusi 2. Membangun Pengetahuan
Pendahulua Pendahuluan Etnomatematika Di 3. Tugas pemahaman dan 3.
n Dan Dan Refleksi Lokasi Yang 4. Refleksi refleksi Ketrampilan
Refleksi Etnomatematika Direkomendasikan; 5. Riset 3. 4.
Etnomatem Di Lokasi Yang Merencanakan Pengalaman
atika Di Direkomendasi penelitian 5. Hasil
Lokasi kan; 4.
Yang Melaksanakan
Direkomen penelitian
dasikan;

12-13 Dapat Dapat Pengembangan 1. 1. Identifikasi 1. Sikap 100’


mengemba mengembangan Perangkat Expository dan review 2.
ngankan kan Perangkat Pembelajaran 2. Diskusi 2. Membangun Pengetahuan
Perangkat Pembelajaran Matematika Berbasis 3. Tugas pemahaman dan 3.
Pembelajar Matematika Etnomatematika; 4. Refleksi refleksi Ketrampilan
an Berbasis 5. Riset 3. 4.
Matematik Etnomatematika 6. Merencanakan Pengalaman
a Berbasis ; Pengembang penelitian 5. Hasil
Etnomatem an 4.
atika; Melaksanakan
penelitian
5.
Mengimplemen
tasikan dalam
bentuk
pengembangan
perangkat
pembelajaran
14-15 Dapat Dapat Pengembanan Model 1. 1. Identifikasi 1. Sikap 100’
mengemba mengembangan Pembelajaran Expository dan review 2.
ngankan kan Model Matematika Berbasis 2. Diskusi 2. Membangun Pengetahuan
Model Pembelajaran Etnomatematika. 3. Tugas pemahaman dan 3.
Pembelajar Matematika 4. Refleksi refleksi Ketrampilan
an Berbasis 5. Riset 3. 4.
Matematik Etnomatematika 6. Merencanakan Pengalaman
a Berbasis . Pengembang penelitian 5. Hasil
Etnomatem an 4.
36
atika. Melaksanakan
penelitian
5.
Mengimplemen
tasikan dalam
bentuk
pengembangan
perangkat
pembelajaran
16 Ujian Semester

A. Referensi

Wajib
Daftar Literatur/Referensi:
11. Agung Hartoyo. 2012. Eksplorasi Etnomatematika pada Budaya Masyarakat Dayak Perbatasan Indonesia-
Malaysia Kabupaten Sanggau Kalbar. http://jurnal.upi.edu/file/3-agung.pdf. Diakses pada tanggal 9 April
2014.
12. Astri Wahyuni. 2013. Peran Etnomatematika dalam Mmembangun Karakter Bangsa. Yogyakarta.
http://eprints.uny.ac.id/10738/1/P%20-%2015.pdf. Diakses pada tanggal 9 April 2014.
13. D’Ambrosio, U. 1991. ‘Ethnomathematics and its place in the history and pedagogy of mathematics’, in M.
Harris (ed.). Schools, Mathematics and Work. The Falmer Press. London. pp. 15–25.
14. D’Ambrosio, U.: 1994. ‘Cultural framing of mathematics teaching and learning’, in R. Biehler, R.W.
Scholz, R. Sträßer and B. Winklelmann (eds.). Didactics of Mathematics as a Scientific Discipline. Kluwer
Academic Publishers. Dordrecht. pp. 443–455.
15. Ebbutt, S and Straker, A. 1995. Children and Mathematics: A Handbook for Teacher, London: Collins
Educational.
16. Edy Tandililing. 2013. Pengembangan Pembelajaran Matematika Sekolah dengan Pendekatan
Etnomatematika Berbasis Budaya Lokal Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran
Matematika di Sekolah. Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika. Yogyakarta:
FMIPA UNY.
17. Favilli, F. 2011. Ethnomathematics And Mathematics Education. Proceedings of the 10th International
Congress of Mathematics Education Copenhagen. Copenhagen: PISA.
18. Herman Hudojo. 2005. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. Malang: Universitas
Negeri Malang.
19. Iluno, C. and Taylor, J.I. 2013. Ethnomathematics: The Key to Optimizing Learning and Teaching of
Mathematics. Lagos: IOSR Journal of Research & Method in Education (IOSR-JRME)
20. Rosa & Orey. 2011. Ethnomathematics: the cultural aspect of mathematics.
http://dialnet.unirioja.es/descarga/articulo/3738356.pdf. Diakses pada tanggal 9 April 2014.

Literatur tambahan
1. Polya, G. (1957). How to solve it. New York: Doubleday & Company, Inc.
2. Cockcroft, W.H. (Ed.) (1982). Mathematics Counts. Report of the Committee of Inquiry into the Teaching
of Mathematics in Schools, London: Her Majesty's Stationery Office Katagiri, S., (2006). Mathematical
Thinking and How to Teach it. Paper presented at the APEC-Tsukuba International Conference on
Innovative Teaching of Mathematics through Lesson Study. Sapporo, Japan.
3. Freudenthal, H. (1991). Revisiting Mathematics Education. China Lectures. Dordrecht: Kluwer Academic
Publishers.
4. Gravemeijer, K.P.E. (1994). Developing Realistic Mathematics Education. Utrecht: CD-ß
5. Isoda, M. (2006). First Announcement : APEC-Tsukuba International Conference on Innovative Teaching
Mathematics Through Lesson Study (II) – Focussing on Mathematical Thinking- December 2-7, 2006,
Tokyo & Sapporo, Japan
6. Lange, J. de (2006). Mathematical Literacy for Living From OECD-PISA Perspective, Tokyo: Simposium
on International Cooperation
7. Freudenthal, H. (1991). Revisiting Mathematics Education. China Lectures. Dordrecht: Kluwer Academic
37
Publishers.
8. Gravemeijer, K.P.E. (1994). Developing Realistic Mathematics Education. Utrecht: CD-ß
9. Isoda, M. (2006). First Announcement : APEC-Tsukuba International Conference onInnovative Teaching
Mathematics Through Lesson Study (II) – Focussing on Mathematical Thinking- December 2-7, 2006,
Tokyo & Sapporo, Japan
10. Lange, J. de (2006). Mathematical Literacy for Living From OECD-PISA Perspective, Tokyo: Simposium
on International Cooperation
11. Freudenthal, H. (1991). Revisiting Mathematics Education. China Lectures. Dordrecht: Kluwer Academic
Publishers.
12. Organization for Economic Co-operation and Development. (2004). Learning for tomorrow’s world: First
results from PISA 2003.
http://www.pisa.oecd.org/dataoecd/1/60/34002216.pdf.
13. Organization for Economic Co-operation and Development. (2004). Learning for tomorrow’s world: First
results from PISA 2003. http://www.pisa.oecd.org/dataoecd/1/60/34002216.pdf.
B. Evaluasi Hasil Belajar
No Komponen Bobot (%)
1 Partisipasi Kuliah 40 %
2 Tugas-tugas 40%
3 Ujian Tengah Semester 10 %
4 Ujian Semester 10 %
Jumlah 100 %

Mengetahui Yogyakarta, Oktober 2014


Ketua Prodi Dosen Pengampu Mata Kuliah

Dr.Sugiman Prof. Dr. Marsigit, M.A.


NIP. 196502281991011001 NIP. 195707191983031004

38

Anda mungkin juga menyukai