Resume Bab V. Qadhaya asasiyah dalam dakwah (Isu-isu dakwah yang bersifat asasi)
a. Harus sadar akan karakter perjalanan dakwah yang tentunya meminta seluruh dirimu (tenaga,
jiwa, harta, dll) dengan tujuan mardhotillah (meraih rida Allah)
Dari segi waktu, tak boleh diukur dengan usia seseorang, ukurlah dengan usia dakwah/bangsa. Oleh
karenanya jangan putus asa. Pastikan fondasi dakwahnya benar.
Beramal di dalam satu jamaah memiliki syarat, janji, dan komitmen yang harus dilakukan.
Makna penting menepati rukun bai'ah yaitu komitmen dan loyalitasnya bersama dengan jamaah
dan untuk jamaah, bukan dengan pribadi dan untuk pribadi.
Pandangan jelas tentang ujian dan dakwah, metode (manhaj) dan sarana (wasail) untuk melindungi
dari penyimpangan/kelewat batas.
* Internasionalisasi gerakan
2. Kesinambungan
Tetap adanya orang yang memikul beban dakwah dan berusaha mewujudkan sasaran-sasarannya
serta mewariskannya pada orang lain.
c. Munculnya perasaan sia-sia di kalangan aktivis ketika dilanda kekalahan menghadapi pertarungan
melawan musuh.
Keduanya harus selaras, lebih baik kurangi hasil manuver dakwah untuk jaga keseimbangan
kemampuan mentarbiyah.
Individu muslim, keluarga muslim, lalu masyarakat muslim. Tidak harus semuanya aktivis, cukup
sejumlah individu dan keluarga muslim ideal, dan selebihnya anggota-anggota masyarakat muslim
biasa yang saleh dan memberikan respon positif terhadap harakah islamiyah dan sasarannya serta
menerima hukum-hukum Allah. Merekalah (yang awam) dengan jumlah besar dan ladang dakwah
kita. Kadang wasilah khusus diperlukan untuk membentuk masyarakat jadi muslim saleh, yakni
berupa bantuan kebaikan dan pelayanan sosial.
a. Aqidah/iman, melalui tarbiyah, tazkiyatunnafs, dan memperkuat aspek rohani dengan allah.
d. Fisik
f. Kepribadian
g. Senjata
h. Publikasi/media
4. Menjaga orisinalitas
Berpegang teguh pada islam dan tidak menyalahinya, baik dalam teori dan praktik.
Memelihara tarbiyah sampai ajal menjemput. Tidak berbatas pemula atau mas'ul. Tidak
boleh tergusur oleh politik, publikasi, atau jihad sekalipun.
Menekankan aktivitas produktif dengan tenang dan tidak boleh terkalahkan oleh
kepentingan diri. Menjauhkan anggota dari perdebatan, diskusi dan banyak omong yang
tidak mendatangkan kebaikan dan hasil.
Menjaga dan menata wujudnya prinsip syura sehingga dapat menelurkan hasil yang
diharapkan, bukan sekadar formalitas.
Pelihara kealamiahan dakwah dan menjauhi setiap dakwah yang cenderung bersifat
kedaerahan dan nasionalistik.
Perencanaan (takhthith):
* Mengetahui potensi yang dimiliki dan potensi apa saja yang sudah dan harus terpenuhi
Bedanya perencanaan umum dengan perencanaan dakwah adalah dakwah bersifat jangka panjang
dan membangun manusia yang begitu sulit, karena berurusan dengan hati. Semata tetap kuasa
Allah.
Untuk masalah asas (aqidah islam, nilai-nilai, prinsip, akhlak, dan seluruh asas-asas yang di atasnya
dibangun masyarakat utama) tidak ada pengembangan dan pembaruan.
Yang diperbarui adalah sarana dan prasarana seperti alat komunikasi, publikasi modern, komputer,
alat kesehatan, ekonomi, dll untuk memeperluas jaringan dakwah.
6. Kesatuan pandangan
Musuh sengaja mengekspor ideologi sesat dan membentuk partai-partai untuk dijadikan
alternatif bagi syariat islam. Sehingga massa islam terserak dan terkotak-kotakkan, bahkan
yang terbesar jumlahnya malah tidak peduli dan sibuk urusan dunia /keluarga.
Jalan pertama menyatukan pandangan setiap rakyat muslim dan mempersatukan kaum
muslimin adalah menghidupkan aqidah islamiyah di dalam diri dan membangkitkan
keimanan di dalam hati. Lalu memperkenalkan kaum muslimin akan hakikat agama islam
dan keagungannya.
Tetap sabar, jangan mundur, gunakan cara-cara hikmah, low profile, tenang, bekerja
sungguh-sungguh, jangan tebar pesona palsu di bawah bendera islam yang bersih.
Tanpa ukhuwwah, para aktivis tidak akan dapat melaksanakan tugas dengan baik
sebagaimana diharapkan oleh dakwah. Kendati orang-orang yang memperjuangkannya
termasuk orang yang memiliki dana berlebihan.
Semua urusan kehidupan, keruamhtanggaan, mata pencaharian, dll untuk kepentingan
dakwah dan ibadah.
Pewarisan yang benar tidak hanya melalui buku dan risalah-risalah. Tapi harus melalui
koeksistensi (mu'ayasyah) dan regenerasi antar tiap generasi.
Keteladananlah yang akan efektif dan melahirkan kesatuan hati (ta'aluf).
Aset generasi berupa pengalaman dan pembelajaran akan semakin bertambah seiring
perjalanan generasi tersebut. Persiapkan dengan melatih anggota memikul tanggung
jawab. Perbaiki saat itu juga bila salah.
Jangan biarkan terjadi gap, ajak semua anggota memikirkan urusan dakwah dan libatkan
dalam proses pengambilan keputusan.
Hindari pemusatan tanggung jawab pada anggota tertentu dengan waktu yang sangat
lama. Selalu lakukan pembaruan dan pelibatan anggota lain.
Pahami sejarah masa lalu, satukan dengan masa kini dan masa depan, sehingga anggota
merasa tsiqah (percaya) dan mantap terhadap dakwah.