Anda di halaman 1dari 37

‫الد ْعوةِ‬

‫َّ‬ ‫ي‬ ‫ِ‬


‫ف‬ ‫ا‬ ‫اي‬ ‫ض‬
‫َ‬ ‫الق‬
‫َ‬
‫َ‬ ‫َ‬
‫القضايا يف الدعوة‬
Pengantar
• Penting untuk kita ketahui bahwa ada levelitas
permasalahan dalam da’wah
• Ini penting kita pahami agar tidak rancu dalam
memandang permasalahan yang ditemui dalam
da’wah
• Ada empat level masalah dalam da’wah
1. Permasalahan besar
2. Permasalahan asasi
3. Permasalahan lokal
4. Permasalahan temporer
‫ضايَا الْ ُك ْب َرى‬
َ ‫(ال َق‬Permasalahan Besar)
• Ini adalah permasalahan setiap du’at dari Nabi
Adam as sampai akhir zaman
• Permasalahan itu adalah kalimat ‫الإله إال الله‬
• QS. 16: 36, 21: 25, dan 43:45 setiap Rasul yang
diutus itu membawa ‫الإله إال الله‬
• Da’wah kita pun menjadikan kalimat ini
(aqidah) sebagai sesuai yang harus
dituntaskan terlebih dahulu sebelum lainnya
ِ ‫ضايا األَس‬
ُ‫اسيَّة‬ َ َ َ ‫ال َق‬
(Permasalahan Asasi)

• Jalan da’wah adalah jalan yang satu, jalan yang telah ditempuh
Rasulullah SAW dan para sahabatnya
• Kita menempuh jalan itu dengan iman dan amal, mahabbah
(kecintaan) dan ikha’ (persaudaraan)
• Rasulullah SAW menyeru sahabatnya kepada iman dan amal,
kemudian hati mereka disatukan atas dasar mahabbah dan ikha’
• Bertolak dari kebenaran jalan da’wah dan para penggagasnya,
dari kecintaan dan kebanggaan kita kepada da’wah dan
pembelanya, serta berbagai pengalaman da’wah yang telah kita
geluti, maka pemahaman akan qadhaya asasi dalam da’wah itu
bertujuan untuk membentengi da’wah dan para pembelanya
dari penyimpangan, kemandegan dan keterpecahbelahan
8 Permasalahan Asasi
1. Pandangan yang jelas (‫)ا لرؤية ا لواضحة‬
2. Kesinambungan (‫)ا إلستمرارية‬
3. Pertumbuhan dan kekuatan (‫)ا لنمو وا لقوة‬
4. Menjaga orisinalitas (‫)ا لمحافظة علىا ألصا لة‬
5. Perencanaan dan pengembangan (‫)ا لتخطيط وا لتطوير‬
6. Kesatuan pandangan (‫)جمع ك لمة ا لمسلمين‬
7. Bekerja dalam lapangan da’wah (‫)ا لعملف يم جا ال لدعوة‬
8. Pewarisan dan regenerasi ‫) ا لتوريثوإ لتحام ا ألجيا (ل‬
1. Pandangan yang jelas (‫)ا لرؤية ا لواضحة‬
• Pertama kali yang harus dimiliki oleh seorang daiyah
adalah pandangan yang jelas terhadap jalan da’wah,
mengenal petunjuk-petunjuknya serta seluruh yang
berkait dengannya.
• Hal ini membuat ia memiliki kejelasan jalan sejak
langkah pertama.
• Sebaliknya, ketidakjelasan pandangan akan menjadikan
ragu dan sangsi terhadap keselamatan perjalanannya.
• Bahkan akan menyebabkan ia dilanda kegoncangan
yang menyebabkan terjadinya penyimpangan dan
takut meneruskan perjalanan.
Lingkup Kejelasan Pandangan
• Tujuan (‫) الغاية‬: ‫الله غايتنا‬
• Sasaran ‫دف‬
( ‫) اله‬: ‫ تمكين دين الله‬ ‫اإلسالمية‬ ‫الدولة‬
‫العالمية‬
• Pemahaman terhadap Islam dengan pemahaman yang
menyeluruh dan bersih (‫) الشامل والصحيح‬
• Metode (‫ ) المنهاج‬dalam mencapai sasaran (5:48 ‫شرعة‬
‫ ) ومنهاجا‬ 3 asas Daulah Islamiyah:
– kekuatan aqidah dan iman ‫مان‬( ‫) قوة العقيدة واإلي‬
– kekuatan persatuan dan persaudaraan (‫) قوة الوحدة واألخوة‬
– kekuatan fisik dan senjata (‫) قوة الجسد والسالح‬
• Internasionalisasi gerakan ( ‫) عالمية الحركة‬
Manfaat Kejelasan Pandangan
• memperjelas bahwa beramal dalam satu jama’ah memiliki
syarat, janji dan komitmen
• melahirkan kepercayaan dan kemantapan ketika berhadapan
dengan tribulasi da’wah
• memperjelas bahwa bersama rintangan dan ujian terdapat
liku-liku perjalanan yang rawan sehingga melahirkan
kewaspadaan
• melindungi dari penyimpangan (ketergesa-gesaan dan
fenomena orang yang lebih terikat pada pribadi dari pada
jama’ah) atau kelewat batas
• menjadikan pilihan orang mantap
2. Kesinambungan (‫)ا إلستمرارية‬
• Kenapa banyak lembaga da’wah, jama’ah, organisasi atau parpol
tumbuh kuat tapi kemudian melemah dan bubar bahkan tidak
sedikit yang bubar sebelum tumbuh kuat? Sebab-sebabnya
antara lain:
– tidak orisinal dan tidak memiliki kemampuan bertahan
– salah urus dan buruk manajemen
– tidak ada jaminan kesinambungan
– tidak memiliki kemampuan menghadapi tipu daya musuh
– lemah mengantisipasi berbagai konspirasi, dll.
•  Kesinambungan yang dimaksud di sini adalah:
– tetap adanya orang yang memikul beban da’wah
– berusaha mewujudkan sasaran-sasarannya
– mewariskannya kepada orang lain.
Faktor-faktor yang Menyebabkan
Ketidaksinambungan (Eksternal)
• Faktor Eksternal: konspirasi musuh-musuh Islam,
dengan cara:
– pendangkalan ‫ك‬
( ‫) التشكي‬
– melemparkan tuduhan (‫ ) التهمة‬jahat
– mendorong beberapa perkumpulan Islam menentang
jama’ah dan menyebarkan pertentangan serta mengadu
domba antar afrad
•  Yang harus diingat: kesinambungan da’wah dalam
tahap ujian dan cobaan merupakan kemenangan,
sedang tidak adanya kesinambungan berarti suatu
kekalahan.
Faktor-faktor yang Menyebabkan
Ketidaksinambungan (Internal)
• melalaikan aspek tarbiyah dan ruhiyah; jika da’wah dan jihad
diibaratkan sebatang pohon, maka tarbiyah dan tazkiyah
ruhiyah adalah humus dan pupuknya
• perselisihan dan pertentangan di dalam Shaff
• Sebab-sebab perselisihan dan pertentangan:
– perbedaan pemahaman dalam Islam
– perbedaan uslub amal dan harakah dan di sekitar interaksi dengan
kondisi dan situasi yang berlaku
– bersumber dari urusan pribadi di antara afrad jama’ah akibat
dijerumuskan oleh syaitan
– ta’ashub kepada seseorang, kota, daerah dan ta’ashub jahiliyah lainnya
• munculnya perasaan sia-sia di kalangan aktivis ketika dilanda
kekalahan menghadapi pertarungan dengan musuh
3. Pertumbuhan dan Kekuatan
(‫)ا لنمو وا لقوة‬
• Setelah terjaminnya kesinambungan,
pertumbuhan dan kekuatan gerakan
merupakan qadhiyah asasiyah.
•  Kesinambungan yang dikehendaki ialah
disertai perluasan medan gerakan yang
kontinyual dan kuantitas afrad dan simpanan
gerakan yang semakin berkembang serta
kekuatan struktur harakah, afrad, dan
pirantinya yang semakin meluas.
Keseimbangan Pertumbuhan dan
Perkembangan

Untuk menjaga keseimbangan dan keselarasan antara hasil


manuver dan kemampuan mentarbiyah: lebih baik melakukan
pengurangan volume manuver dari pada hasil manuver da’wah
yang banyak tetapi jelek disebabkan rendahnya kualitas tarbiyah.
Yang Harus Diperhatikan
• Pertumbuhan dan perkembangan harus mencakup semua
unsur: terbentuknya individu muslim, keluarga muslim
dan masyarakat muslim  terbentuknya basis yang kokoh
(‫) قاعدة الصلبة‬. Dan ini dilakukan secara bertahap
(‫) التدرج‬.
• Pertumbuhan dan perkembangan hendaknya dibarengi
kekuatan agar tidak lemah dan lembek. Sarana paling
utamanya: terbiyah dan praktek lapangan‫عمل‬( ‫) تدريب ال‬.
• Kekuatan ada 2: kekuatan asasi (aqidah, wihdah, dan
silah) dan kekuatan dharuri (ilmu, dana, publikasi,
kepribadian, dll)
Kekeliruan dalam Masalah Pembentukan
Masyarakat Muslim
• seluruh anggotanya harus berkualitas seorang aktivis.
– Yang benar: wujudnya sejumlah individu dan keluarga
Muslim ideal yang cukup di dalam masyarakat tersebut,
sedangkan selebihnya terdiri dari anggota-anggota
masyarakat biasa yang shalih dan memberikan respon
positif terhadap harakah Islamiyah dan sasarannya serta
menerima hukum-hukum Allah (3:104).
• Memandang masyarakat Muslim di negeri-negeri
Muslim bukan sebagai masyarakat Muslim, tapi
masyarakat jahiliyah  merupakan sikap hantam
kromo
4. Menjaga orisinalitas (‫)ا لمحافظة علىا ألصا لة‬
• Agar harakah terjamin berada di jalan yang benar menuju
sasaran, maka ia harus menjaga dan memelihara
orisinalitasnya. Sebab sekecil-kecilnya penyimpangan atau
berkurangnya orisinalitas pasti akan melahirkan penyimpangan
yang semakin besar sejalan dengan kesinambungan,
pertumbuhan dan kekuatan yang terus semakin berkembang.
Untuk melindungi pemahaman yang benar, Imam Syahid
Hasan Al-Banna meletakkan 20 Prinsip‫ن‬ ( ‫) أصول العشري‬.
•  Tidak dapat dibayangkan sasaran besar (tegaknya agama Allah
di bumi dan Daulah Islmiyah Alamiyah yang dipimpin sistem
khilafah) akan tercapai, kendati dengan mempersembahkan
nyawa dan mengorbankan apa saja, dengan pemahaman yang
salah terhadap Islam.
Contoh Praktis
• Contoh praktis dalam menjaga orisinalitas pemahaman:
ketika Ikhwan dilanda mihnah, muncul dua arus
perubahan:
– ada yang menghendaki pembatasan aktifitas dan permasalahan
serta pemahaman hanya terhadap beberapa aspek Islam yang
tidak menimbulkan kecurigaan pemerintah dan mengundang
berbagai kesukaran seperti persoalan hukum, perundangan dan
jihad;
– ada satunya lagi yang suka mengkafirkan kaum muslimin umum
secara serampangan.
• Imam Hasan Al-Hudhaibi menyelesaikannya dengan bijak
dengan menerbitkan buku “Kita Du’at bukan Hakim” ‫حن‬
( ‫ن‬
‫) دعاة ال قضاة‬.
Arti Memelihara Orisinalitas
• menjaga orisinalitas pemahaman terhadap Islam
dibarengi dengan pemeliharaan orisinalitas sasaran
• perhatian terhadap tarbiyah dan aspek ruhiyah
• beriltizam dengan jalan da’wah dan tahapan-
tahapannya, kendati jalan yang kita tempuh panjang
• menjaga dan menata wujudnya prinsip syura
• menekankan aktifitas produktif dengan tenang dan tidak
boleh dikalahkan oleh kepentingan diri
• memelihara sifat da’wah yang takamul dan I’tidal serta
a’lamiyyah
5. Perencanaan dan Pengembangan (‫ا لتخطيط‬
‫)وا لتطوير‬
• Untuk mencapai sasaran, Amal Islami harus berjalan dengan
perencanaan yang teliti, tidak boleh asal-asalan, spontanitas
atau reaksioner.
• Terdapat perbedaan besar antara perencanaan da’wah dan
perencanaan dalam lembaga-lembaga umum dan pemerintahan
di dalam lapangan kehidupan materi.
– Perencanaan bidang materi lebih mudah dan dapat dikalkulasi melalui
statistik, masa, perkiraan dan kemungkinan-kemungkinan.
– Sedang di lapangan da’wah terus-menerus mengalami perubahan
karena umumnya berinteraksi dengan jiwa dan hati manusia.
• Memang, semua urusan di dalam genggaman Allah. Tetapi hal
ini tidak boleh dipertentangkan dengan perencanaan. Sebab
Allah SWT memerintahkan berusaha dan mencari sebab-sebab.
Tugas Utama Perencanaan
• menentukan sasaran, kemudian membagi sasaran antaranya dan
menentukan skala prioritasnya
• mengkaji kondisi yang berkembang, mengetahui segala potensi yang
dimiliki dan potensi apa yang sudah terpenuhi dan yang harus terpenuhi
• menentukan langkah dan program dalam mewujudkan setiap sasaran,
menentukan sarana, prasarana dan aparat serta personil pelaksananya
• menentukan materi yang cocok untuk sempurnanya pelaksanaan,
membuat asumsi berbagai kemungkinan yang dapat terjadi yang kadang-
kadang mempengaruhi pelaksanaan program dan cara menghadapinya
serta menentukan alternatif-alternatifnya
• melakukan perombakan unsur terkait, bila perlu
• menentukan pengawas yang terdiri dari kalangan pakar dan orang-orang
yang berpengalaman dalam bidangnya untuk menjamin jalannya
pelaksanaan berada dalam jalan yang benar tanpa ada penyimpangan
Pengembangan
• Pengembangan, pembaharuan dan pemanfaatan hal-hal
baru harus terkendali oleh kaidah-kaidah yang
bersumber dari ajaran-ajaran Islam serta adab-adabnya,
agar dapat melahirkan kebaikan bagi manusia.
• Aqidah Islam, nilai-nilai, prinsip, akhlak, dan seluruh
asas-asas yang di atasnya dibangun masyarakat utama
bersifat tetap, tidak pernah mengalami perubahan.
Sedangkan sarana dan prasarana, setiap saat harus
dilakukan pengembangan dan pembaharuan untuk
memenuhi tuntutan zaman.
6. Kesatuan pandangan (‫)جمع ك لمة ا لمسلمين‬
• Realita kaum Muslimin: terkotak-kotak dan berserakan dalam
berbagai parpol dan perkumpulan keagamaan.
– Jalan pertama untuk menyatukan: usaha menghidupkan akidah Islamiyah di
dalam diri dan membangkitkan keimanan di dalam hati.
– Kemudian memperkenalkan kaum Muslimin akan hakikat agama Islam,
keagungan dan kesyumulannya.
– Untuk mencapainya diperlukan kesabaran dan keteguhan dan menghindari
penggunaan agitasi dan pemberontakan.
• Berkenaan dengan perkumpulan keagamaan yang bekerja untuk
mewujudkan satu atau beberapa aspek Islam, kita menghadapinya
laksana seorang dokter atau sebatang pohon (mangga) dan berusaha
menyatukan pandangan dan barisan dengan berpadukan kaidah:
“kita bekerja sama dalam hal-hal yang sama-sama kita sepakati dan
saling menghargai terhadap hal-hal yang di antara kita berbeda
(‫”) نتعاون فيما اتفقنا عليه ويعذر بعضنا بعضا فيما إختلفنا فيه‬
Kewajiban Kita untuk Menyatukan kaum
Muslimin
• taat asas terhadap arahan-arahan Islam
• selalu menghindari setiap yang dapat
melahirkan buruknya hubungan antara kita dan
para aktifis lainnya di lapangan da’wah
• mendorong pemimpin-pemimpin jama’ah untuk
melakukan koordinasi, saling memahami dan
sedapat mungkin menyatukan sikap sebagai
prolog bagi kesatuan perkumpulan mereka
7. Bekerja dalam Lapangan Da’wah (‫ا لعملف ي‬
‫)م جا ال لدعوة‬
• Karakter da’wah Islam: lebih mementingkan segi amaliyah
dari pada di’ayah (kampanye) dan propaganda.
• Urutan daerah da’wah: khayal  kata-kata  amal  jihad
 jihad yang manhaji
• Untuk memikul beban dan melaksanakan aktifitas da’wah
yang medannya semakin luas dan aktifitasnya semakin
beragam serta membutuhkan waktu dan tenaga besar,
diperlukan orang yang memusatkan seluruh hidupnya untuk
da’wah dan siap menghadapi berbagai kesulitan perjalanan
da’wah.
• Ingat bahwa seorang da’iyah adalah orang yang hati dan
pikirannya selalu sibuk dengan urusan da’wah ( :‫الداعية‬
‫اشتغالالعقول والقلوب بالدعوة‬ ).
Da’wah dan Mata Pencaharian
• Setiap pribadi Muslim dituntut bekerja dalam lapangan
da’wah, selain dituntut mengerjakan pekerjaan-pekerjaan lain
sebagai mata pencaharian untuk membiayai hidupnya dan
kehidupan keluarga dan rumah tangganya.
• Setiap kita harus selalu mengaitkan urusan yang berhubungan
dengan aktifitas kehidupan, kerumahtanggaan, mata
pencaharian dan lain-lainnya dengan kepentingan da’wah.
• Pokoknya kita harus mengerahkan harta kita untuk
mendukung amal Islami, kendati harta yang kita miliki
merupakan sebagian dari keperluan kita. Amal Islami
memerlukan dana besar, karena itu tidak cukup dari harta
lebih.
Dua Tipe Manusia
• Ada dua tipe manusia:
– kehidupannya sangat didominasi oleh amal da’wah
– kehidupannya sangat didominasi oleh tugas-tugas rutin mata pencahariannya
• Pola kehidupan yang lurus dan ideal: mendekati pola kehidupan yang
pertama setelah dilakukan perbaikan di dalamnya, dengan mendudukkan
amal kehidupannya secara benar (seimbang).
• Penyebab terjadinya ketidakseimbangan antara amal da’wah dan pekerjaan
lainnya:
– banyaknya aktifitas da’wah yang dilakukan
– kegemaran berda’wah yang luar biasa semangatnya
– menumpuknya kegiatan dan beban akaibat buruknya manajemen atau perencanaan
– tidak cukup persiapan pendukung
• Orang yang mencukupkan dirinya dengan pekerjaan pokoknya dan
memberikan waktu dan tenaga sisanya untuk da’wah, akan diberkahi Allah
dalam harta, kesehatan, isteri dan anak-anaknya
8. Pewarisan dan regenerasi ‫ا لتوريثوإ لتحام ا ألجيا (ل‬
)
• Sasaran besar yang sudah dicanangkan
pencapaiannya tidak cukup hanya melalui satu
generasi, tetapi melalui beberapa generasi.
• Untuk mencapainya jelas memerlukan
pentahapan dan beberapa fase.
• Karena itu pewarisan da’wah adalah sangat
penting. Pewarisan itu mencakup: tujuan,
sasaran, wasilah, seluruh orisinalitas dan
pengalamannya secara utuh dari generasi ke
generasi, tanpa perubahan atau penyimpangan.
Munculnya Gerakan Islam
• Setelah Daulah Utsmaniyah runtuh muncul berbagai
khilaf dan peperangan antar-sesama pemerintahan
Islam.
• Dunia Islam mengalami perubahan berupa
kemorosotan menuju kehancuran yang cepat.
• Allah SWT kemudian memunculkan para du’at yang
kemudian membentuk gerakan-gerakan Islam seperti
Ikhwanul Muslimin.
• Dewasa ini muncul pemuda dan pemudi Muslim yang
konsisten dengan Islam.
Mu’ayasyah dan Regenerasi
• Pewarisan da’wah mendorong terjadinya perubahan dalam arena
aktifitas da’wah yang lebih baik.
• Ini tidak akan berjalan mulus hanya dengan buku dan risalah-risalah.
• Tapi harus dengan mu’ayasyah (koeksistensi) dan regenerasi antar
setiap generasi.
• Sehingga setiap generasi akan tahu dan memahami karakter jalan
dan rambu-rambu generasi sebelumnya.
• Di bawah naungan mu’ayasyah dan regenerasi kebijakan dan
pengalaman orang tua akan menyatu dengan dinamika dan
kekuatan pemuda.
• Muncullah pribadi-pribadi yang memiliki kekuatan semangat
pemuda‫شباب‬( ‫ )حماسة ال‬dan kebijakan orang tua (‫)حكمة الشيوخ‬
Persiapan Regenerasi
• Pada dasarnya setiap generasi akan mendapatkan pengalaman dan
pelajaran baru pada zamannya yang tidak didapat oleh generasi
sebelumnya.
• Artinya aset generasi berupa pengalaman, eksperimen dan pelajaran akan
semakin bertambah bersamaan dengan perjalanan generasi tersebut.
• Atas dasar ini kita mengharapkan generasi berikutnya akan lebih baik dan
lebih banyak aktifitasnya serta lebih teguh iltizamnya dari pada generasi
sebelumnya.
• Semestinya setiap generasi mempersiapkan generasi berikutnya untuk
memikul tanggung jawab dan menegakkan kewajiban dalam
marhalahnya.
• Karena itu generasi baru harus dilatih tanggung jawab.
• Jika terjadi kekeliruan harus diperbaiki ketika itu juga. Kekeliruan dan
kesalahan dalam latihan jauh lebih baik dari pada tidak sama sekali
Langkah-langkahnya
• melibatkan setiap anggota untuk turut
memikirkan urusan da’wah
• dilibatkan dalam proses pengambilan
keputusan
• dilibatkan dalam manuver-manuver amal dan
gerakan
• dilatih membuat perencanaan, evaluasi dan
memahami positif dan negatifnya
Yang Perlu Diperhatikan dalam Pewarisan

• harus dihindari pemusatan tanggung jawab dan


beban kepemimpinan hanya pada anggota tertentu
untuk waktu yang lama
• memperhatikan fiqh amal jama’I (syarat, kewajiban,
uslub di dalam berinteraksi dan ta’awun serta
mempertegas seluruh qadhiyah asasiyah sebelumnya)
• menekankan tsiqah
• memahami benar sejarah perjalanan jama’ah
• memperhatikan dimensi ruh dan bekal perjalanan
ُ‫الم َحلِّيَّة‬
َ ‫ضايَا‬
َ ‫( ال َق‬Permasalahan Lokal)
• Setiap da’wah menghadapi permasalahan lokal yang berbeda-
beda, akan tetapi permasalahan di suatu daerah/negara bisa
menjadi cermin bagi daerah/negara lain
• Indonesia adalah negeri yang mengalami penjajahan yang sangat
panjang
– 350 tahun oleh Belanda
– 3,5 tahun oleh Jepang
– 50 tahun oleh Militer (Sukarno dan Suharto)
• Ini meninggalkan bekas yang sangat dalam, terutama terjadinya
TRAUMA PERSEPSI (ُ‫ )ا لعُ ْقَدةُ ا لظِّنِّيَّ ة‬dan trauma moral (ُ‫)ا لعُ ْقَدةُ ا ْلَم ْعنَ ِويَّة‬
• Oleh karena itu, untuk maju harus membersihkan diri dari ‘UQDAH
ini
‫تَطَ ُّه ُر َع ِن العُ ْق َد ِة الظِِّّنيَّ ِة‬
(Membersihkan Diri dari Trauma Persepsi)
• Trauma kekalahan (‫) ا لعقدة ا ِإلهْنِ َز ِامَّيُة‬
– Ini menyebabkan kurang pede karena telah lama menderita kekalahan
• Trauma obyek penderita
– selalu merasa jadi obyek terus (sasaran tembak, dikepung)
• Trauma konspirasi (ُ‫)ا لعقدة ا مل أ ََّمَرِيتَّة‬

ُ
merasa selalu ada konspirasi (konspirasi memang ada tapi tidak di
setiap hal)
– Kita tidak boleh takut berhubungan dengan orang karena takut
terpengaruh. Kalau kader sudah ditarbiyah sekian tahun
terpengaruh, itu bukan kader tapi keder
– Padahal harus berani tampil
Membersihkan Diri dari Trauma Persepsi (2)
• Trauma kekurangan (‫)ا لعقدة ا َلس ْلبِيَّ ُة‬
– Kita jamaah manusia, ada kekurangan. Yang penting ada tathahhur,
watawashaubil-haq watawashaubish-shabr watawashaubil-marhamah
• Trauma kesempurnaan (‫)ا لعقدة ا ل َك َملِيَّ ُة‬
– selalu merasa harus sempurna
– Kita ini kurang ini jangan dulu begini
– Yang lebih parah: menuntut kita untuk serba sempurna. Ini menuntut
kesempurnaan pada manusia yang tidak sempurna. Apalagi terbentuk opini publik
yang seperti ini
– Beban akan bertambah, langkah akan terhambat, minal-qa’idin
– Ini akan membunuh kita sendiri
• Trauma pengekor (‫)ا لعقدة ا لتَبَعِيَّ ُة‬
– tidak mau kreatif, inginnya ikut-ikutan, hobbinya kalau
– Kalau kayak partai itu, kalau yayasan itu
ُ‫الم َؤ َّقتَة‬
ُ ‫ضايَا‬
َ ‫ال َق‬
(Permasalahan Kontemporer)
• Permasalahan kontemporer tidak akan pernah
berhenti
• Ini menuntut du’at selalu mengikuti
perkembangan zaman
– Terus melakukan upgrading (tarqiyyah) secara
personal, kolektif dan sarana yang diperlukan
– Di sinilah diperlukan kecerdasan dalam membaca
zaman

Anda mungkin juga menyukai