0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
185 tayangan7 halaman
Dokumen tersebut membahas desain Dauroh Marhalah 1 (DM1) yang diselenggarakan oleh Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI). DM1 merupakan pintu masuk bagi mahasiswa baru untuk menjadi kader KAMMI. Dokumen tersebut menjelaskan tujuan, metode, dan tahapan pelaksanaan DM1 serta permasalahan yang sering dihadapi beserta solusinya, seperti persiapan yang kurang matang dan imat yang kurang
Dokumen tersebut membahas desain Dauroh Marhalah 1 (DM1) yang diselenggarakan oleh Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI). DM1 merupakan pintu masuk bagi mahasiswa baru untuk menjadi kader KAMMI. Dokumen tersebut menjelaskan tujuan, metode, dan tahapan pelaksanaan DM1 serta permasalahan yang sering dihadapi beserta solusinya, seperti persiapan yang kurang matang dan imat yang kurang
Dokumen tersebut membahas desain Dauroh Marhalah 1 (DM1) yang diselenggarakan oleh Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI). DM1 merupakan pintu masuk bagi mahasiswa baru untuk menjadi kader KAMMI. Dokumen tersebut menjelaskan tujuan, metode, dan tahapan pelaksanaan DM1 serta permasalahan yang sering dihadapi beserta solusinya, seperti persiapan yang kurang matang dan imat yang kurang
Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) sebagai organisasi
pengkaderan (Harokatul Tajnid) sudah semestinya menyiapkan anggotanya untuk memiliki kualitas yang mumpuni, salah satu cara utamanya yaitu dengan tarbiyah islamiyah. Tarbiyah islamiyah, seperti yang kita ketahui bersama, merupakan proses penyiapan manusia yang saleh, agar tercipta suatu keseimbangan dalam potensi, tujuan, ucapan, dan tidakannya secara keseluruhan. Dauroh merupakan aktivitas berkala, yang dilaksanakan setiap waktu tertentu secara rutin. Dauroh adalah salah satu perangkat tarbiyah yang digunakan oleh KAMMI untuk meningkatkan kadar wawasan pada diri anggota, untuk kepentingan aktivitas islam dan dakwah. Dauroh termasuk metode yang baik untuk membentuk opini ilmiah dan objektif dalam diri kader terhadap berbagai persoalan yang melingkupinya, yang penting dilakukan oleh para aktivis di medan dakwah Islam. KAMMI memiliki pola alur pengkaderan yang khas mulai dari Dauroh Marhalah 1 (DM1), Dauroh Marhalah 2 (DM2), dan Dauroh Marhalah 3 (DM3), serta dauroh- dauroh lain sebagai suplemen tambahan bagi kader seperti Dauroh Pemandu Madrasah KAMMI (DPMK), Training For Instructor (TFI), Dauroh Jurnalisme Pergerakan (DJP), Dauroh Siyashi, Dauroh Ijtimaiyah, dan lain-lain. Dauroh-dauroh tersebut memiliki output yang berbeda-beda bergantung pada jenis daurohnya. Dauroh Marhalah 1 (DM 1) merupakan pintu rekruitmen terbesar bagi KAMMI, dimana seorang mahasiswa muslim baru dinyatakan sebagai kader KAMMI apabila ia telah mengikuti DM 1, oleh karena itu DM 1 merupakan kunci keberhasilan bagi KAMMI untuk mencetak kader-kadernya dengan profil muslim negarawan. Dimana output dari DM 1 sesuai dengan manhaj pengkaderan KAMMI 1427 H adalah membentuk aktivis yang memiliki syakhsiyah Islamiyah al-harakiyah, yaitu kader yang memiliki pemahaman islam yang baik serta siap dan bersedia untuk bergerak di tengah-tengah masyarakat guna merealisasikan dan mengeksekusi tugas-tugas dakwah yang telah digariskan KAMMI. Namun pada praktiknya, pengelolaan DM 1 KAMMI masih terbilang prematur di beberapa komisariat, mulai dari persiapan yang kurang matang, kurangnya koordinasi antara Steering Comitee (SC) dan Operating Comitee (OC), serta perangkat dauroh (instruktur). Hal tersebut pada akhirnya berpengaruh terhadap pelaksanaan dauroh, dan hasil yang diperoleh dari dauroh tersebut menjadi kurang maksimal. Adapun permasalahan yang sering ditemui di lapangan berkaitan dengan pelaksanaan DM 1 KAMMI yaitu pertama, banyak peserta yang bosan dengan suguhan materi karena imat cenderung monoton dalam menyampaikan materi, hal ini dapat diatasi dengan cara imat memperbanyak diskusi dibandingkan dengan ceramah sehingga peserta tidak mudah bosan mendengarkan materi, kemudian perangkat dauroh yang lain seperti MOT dan MCR dapat mencairkan suasana kelas. Kedua, waktu istirahat yang kurang sehingga peserta merasa kelelahan dan mengantuk ketika berada di ruang kelas, hal ini dapat diatasi dengan membuat suasana ruang kelas menjadi hangat, cair, dan bersahabat, kelas diberi sedikit ice breaking untuk mencairkan suasana, sehingga peserta bisa refresh kembali dan menangkap materi dengan baik. Ketiga, persiapan acara yang kurang matang, banyak terjadi di komisariat persiapan Dauroh Marhalah 1 sangat berdekatan dengan waktu pelaksanaan, sehingga terkesan terburu-buru, oleh karena itu dibutuhkan persiapan yang matang jauh-jauh hari dan meningkatkan koordinasi antara Steering Comitee (SC), Operating Comitee (OC), dan perangkat dauroh. Keempat, imat yang kurang menguasai dan lihai dalam menyampaikan materi, hal ini harus menjadi perhatian observer sehingga dapat menjadi evaluasi bagi imat dan pelaksaan dauroh selanjutnya, kemudian diperlukan adanya assessment sebelum pelaksnaan dauroh agar imat dapat menyesuaikan penyampaian dan interaksinya dengan peserta dauroh. Suasana ruang kelas juga perlu diperhatikan untuk kebaikan dauroh, dari segi fisik maupun nonfisik, seperti kondusifitas, pencahayaan, sirkulasi udara, kebersihan, dan lain sebagainya. Selain itu, pada DM 1 KAMMI juga dapat ditambahkan materi muatan lokal seperti manajemen aksi, pelatihan sidang, dan outbond di luar kelas untuk menghindari kebosanan bagi peserta dauroh. Adapun hal-hal mendetail lain yang perlu diperhatikan, demi kelancaran dan kebaikan agenda dauroh yaitu tujuan pelaksanaan dauroh, metode pelaksanaan dauroh, alur pelaksanaan dauroh, instrumen dauroh, sarana dan prasarana dauroh, administrasi dauroh, dan yang terakhir adalah evaluasi pelaksanaan dauroh. 1. Tujuan Pelaksanaan Dauroh Sebelum melaksanakan dauroh, hal yang harus diperhatikan adalah tujuan dauroh. Tujuan ini berfungsi sebagai panduan penyelenggaraan dauroh, sehingga dauroh dapat berjalan secara efektif dan mampu membawa peserta pada tujuan yang dikehendaki. Selain itu, tujuan dauroh juga berkaitan dengan penamaan dauroh, hal ini sangat berpengaruh di zaman saat ini dimana kebanyakan dari target peserta Dauroh Marhalah 1 (DM 1) yang dimana merupakan pintu gerbang rekruitmen KAMMI adalah generasi Y dan Z yang kerap kali dikaitkan dengan banyak kasus mengenai radikalisme dan anti nasionalisme, oleh karena itu kamuflase nama dauroh menjadi training atau pelatihan sangat diperlukan. Contoh: Pelatihan Negarawan Muda, Youth Leadership Training, dan lain-lain. 2. Metodologi Pelatihan a. Pendekatan Pelatihan Pendekatan utama yang dipakai dalam dauroh biasanya adalah perpaduan yang komprehensif antara pendekatan pedagogis dan andragogis namun tetap menekankan model pembelajaran kontekstual dan konstruktivis. Hal ini mengingat kultur pengkaderan KAMMI yang dibangun pada batas-batas tertentu menuntut model pendekatan pedagogis pada hal-hal yang bersifat asholah dan tsawabit, meskipun secara umum akan lebih mengembangkan pendekatan andragogis. b. Metode Pelatihan 1) Ceramah dan Demonstrasi Metode penyampaian informasi bersifat presentatif atau searah. Dalam metode ini harus diperhatikan tingkat keberterimaan, kebosanan, dan daya tangkap peserta. Imat harus lihai dalam menggunakan media, misalnya demonstrasi langsung dengan menggunakan plano dan stand board, menggunakan power point (media visual), maupun audio. 2) Diskusi Metode ini merupakan kegiatan berbentuk dialogis yang bersifat kreatif, menarik, dan menyenangkan. Peserta dikondiskan untuk analitis dan kritis dalam mengungkapkan pikirannya. Pemahaman akan terkristal seiring dengan berjalannya diskusi. Metode diskusi dapat disesuaikan dengan kebutuhan peserta maupun materi. Adapun beberapa metode diskusi antaralain: a) Whole Group Diskusi bersifat klasikal dalam format setengah lingkaran yang dimoderatori langsung oleh imat. b) Diskusi Kelompok (Open Discussion Group) Diskusi kelompok dengan anggota minimal 3 orang dengan topik tertentu yang dimoderatori oleh salah satu anggota kelompok. Diskusi ini bersifat problem case study atau berfungsi untuk menajamkan muatan. c) Panel Diskusi dilakukan oleh peserta training, dimana salah satu peserta menjadi panelis di depan forum untuk menyampaikan hasil karya ilmiah nya, dan peserta lainnya menjadi audiens yang terlibat aktif bertanya maupun mengkritisi peserta yang menjadi panelis. d) Syndicate Group Peserta dibagi dalam beberapa kelompok-kelompok kecil yang membahas beberapa masalah dengan fokus yang berbeda tiap kelompok. Imat menyediakan sumber referensi dalam bentuk media atau lainnya, kemudian hasil diskusi kelompok dibahas dalam pleno. e) Informal Debate Peserta dibagi menjadi dua tim sama besar, yang kemudian mendiskusikan suatu tema yang sama. Namun, masing-masing tim bertindak dalam posisi pro atau kontra sesuai dengan peran yang telah ditentukan. 3) Simulasi Simulasi dauroh dapat berupa game sederhana, role play, dimana peserta bermain peran dalam suatu tema permasalahan dan workshop, dimana peserta melakukan beberapa kegiatan secara deskriptif dan sistematis untuk mencapai target tertentu berdasarkan petunjuk. 3. Alur Dauroh Dauroh diawali dengan pre-test yang bertujuan untuk mengetahui kondisi awal peserta dengan menggali tujuan, alasan, visi-misi, dan komitmen peserta dalam mengikuti dauroh serta kapasitas peserta. Dapat dilakukan secara tertulis atau wawancara. Kemudian, dilakukan orientasi dauroh dimana hal ini merupakan pijakan awal dalam memasuki dauroh. Berisi penggambaran global desain dauroh, mengapa dauroh tersebut dilaksanakan sehingga peserta semakin yakin dan bersungguh-sungguh untuk mengikuti dauroh, pada saat orientasi juga dilakukan kontrak belajar untuk membangun komitmen secara kolektif agar dauroh berjalan lancar, orientasi disampaikan oleh MOT yang paling paham tentang desain dauroh secara keseluruhan. Tahap ketiga yaitu materi, yaitu sekumpulan sesi yang sudah dirancang sesuai dengan kebutuhan dauroh. Disampaikan oleh imat maupun ustadz, terdiri dari forum klasikal, dinamika kelompok, stadium general, FGD, dan lain-lain. Tahap keempat yaitu refleksi, berfungsi untuk merefleksikan keseluruhan kegiatan yang telah dilangsungkan selama dauroh, akan dilakukan proses kristalisasi keseluruhan materi dalam diri peserta sekaligus pembangunan komitmen pasca dauroh. Tahap kelima yaitu post-test, digunakan untuk mengetahui kondisi akhir peserta setelah mengikuti rangkaian dauroh serta signifikansi proses dauroh terhadap peserta, dapat dilakukan secara tertulis maupun wawancara. Bagian terakhir yaitu penutup, dimana diadakan pembahasan follow up post-test dan evaluasi keseluruhan dauroh secara tertulis. 4. Instrumen Dauroh Pengelolaan sebuah dauroh yang baik harus melibatkan berbagai komponen yang tersistematiskan dalam suatu instrumen dauroh, interaksi antar komponen tersebut harus sinergis satu sama lain agar dauroh bisa berjalan secara teratur sesuai dengan perencanaan. Adapun komponen yang dimaksud adalah Steering Comitee, pihak yang bertanggungjawab sebagai pemegang data dan informasi penyelenggaraan dauroh, need assessment, serta kebijakan (mengonsep dauroh). Kemudian Operating Comitee yang bertanggung jawab atas teknis pelaksanaan dauroh, dan pengelola dauroh atau instruktur yang meliputi Master of Training (MoT), asisten MoT, administrator, Master of Class Room (MCR), Observer, Fasilitator Materi (Imat), dan Ustadz Training. Masing-masing instruktur bertugas sesuai dengan tugasnya dengan sinergis demi lancarnya agenda dauroh. 5. Sarana dan Prasarana Dauroh Sarana dan prasarana merupakan hal penting dan amat mendasar bagi pelaksanaan dauroh. Sebuah dauroh akan berjalan dengan baik mengharuskan tersedianya sarana prasarana yang memadai, diantaranya: a. Tempat Tempat harus kondusif, tidak gaduh, pencahayaan yang cukup, sirkulasi udara yang baik, dan memungkinkan peserta untuk mengekspresikan setiap kemampuannya tanpa merasa terbatasi oleh kondisi tempat. b. Desain Ruang Kelas Ruang kelas harus di desain sedemikian rupa agar dauroh dapat berjalan secara optimal. Ruang daruoh standar harus menggunakan kursi yang disusun letter U, setengah lingkaran, ataupun segitiga, desain ruang kelas dikembalikan kepada MoT dimana bertanggungjawab atas keberlangsungan dauroh dan kenyamanan peserta. c. Perlengkapan Ruang Dauroh Perlengkapan yang digunakan selama dauroh haruslah lengkap agar dauroh bisa berjalan dengan baik dan lancar, tanpa adanya beban sedikitpun, perlengkapan yang dibutuhkan antaralain: stand board, kertas plano, spidol, sound system, LCD dan proyektor (opsional), buku-buku referensi (perpustakaan kecil), laptop, printer, dan lain-lain. d. Prasarana Pendukung Dauroh Prasarana adalah fasilitas penunjang dalam sebuah dauroh, yang meliputi kamar mandi yang memadai, tempat tidur, ruang lokal, ruang instruktur, ruang panitia, tempat sholat, alat komunikasi, lapangan dan sebagainya. 6. Administrasi Training Administrasi dauroh berkenaan dengan hal pendataan dan pendokumentasian dalam bentuk softcopy atau hardcopy yang meliputi biodata peserta, berisi data yang dapat dijadikan sebagai bahan analisis kondisi awal peserta secara akurat. Daftar peserta, merupakan rangkuman biodata peserta. Presensi peserta, berupa tanda tangan peserta yang diberikan setiap sesi materi. Lembar observasi yang meliputi lembar observasi peserta dan lembar mutabaah, yang bertujuan sebagai hasil pengamatan observer tentang perkembangan forum baik secara fikriyah maupun rukhiyah. Berita acara, berupa laporan singkat tentang keberjalanan forum dauroh. Sosiometri, berupa lembar yang menggambarkan peta posisi peserta dalam forum bersifat mempermudah pemantauan, dan yang terakhir adalah form data instruktur, yang terdiri dari form biodata dan evaluasi instruktur materi yang berfungsi sebagai bentuk pemantauan instruktur.
Gambar Sosiometri Dauroh
7. Evaluasi Dauroh Tujuan dilakukannya evaluasi dauroh antaralain untuk menilai efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan dauroh, dan mengukur sejauh mana pencapaian target dauroh. Adapun aspek evaluasi yang dilaksanakan yaitu evaluasi program dauroh, yang meliputi perumusan tujuan program dan pelaksanaan program; evaluasi proses, meliputi implementasi program dan evaluasi peserta (input – output); implementasi instruktur dauroh, yang mencakup efektivitas instruktur; dan implementasi desain pembelajaran, yang meliputi evaluasi imat (kesesuaian materi, metode pencapaian, dll), desain dauroh (ketercapaian target forum, suasana forum, dll), dan evaluasi pasca program.