Anda di halaman 1dari 7

DESAIN DAUROH MARHALAH 1

KESATUAN AKSI MAHASISWA MUSLIM INDONESIA


Oleh: Sandy Aditya Trisaputra (Kamda Semarang)

Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) sebagai organisasi


pengkaderan (Harokatul Tajnid) sudah semestinya menyiapkan anggotanya untuk
memiliki kualitas yang mumpuni, salah satu cara utamanya yaitu dengan tarbiyah
islamiyah. Tarbiyah islamiyah, seperti yang kita ketahui bersama, merupakan proses
penyiapan manusia yang saleh, agar tercipta suatu keseimbangan dalam potensi, tujuan,
ucapan, dan tidakannya secara keseluruhan.
Dauroh merupakan aktivitas berkala, yang dilaksanakan setiap waktu tertentu
secara rutin. Dauroh adalah salah satu perangkat tarbiyah yang digunakan oleh KAMMI
untuk meningkatkan kadar wawasan pada diri anggota, untuk kepentingan aktivitas islam
dan dakwah. Dauroh termasuk metode yang baik untuk membentuk opini ilmiah dan
objektif dalam diri kader terhadap berbagai persoalan yang melingkupinya, yang penting
dilakukan oleh para aktivis di medan dakwah Islam.
KAMMI memiliki pola alur pengkaderan yang khas mulai dari Dauroh Marhalah
1 (DM1), Dauroh Marhalah 2 (DM2), dan Dauroh Marhalah 3 (DM3), serta dauroh-
dauroh lain sebagai suplemen tambahan bagi kader seperti Dauroh Pemandu Madrasah
KAMMI (DPMK), Training For Instructor (TFI), Dauroh Jurnalisme Pergerakan (DJP),
Dauroh Siyashi, Dauroh Ijtimaiyah, dan lain-lain. Dauroh-dauroh tersebut memiliki
output yang berbeda-beda bergantung pada jenis daurohnya.
Dauroh Marhalah 1 (DM 1) merupakan pintu rekruitmen terbesar bagi KAMMI,
dimana seorang mahasiswa muslim baru dinyatakan sebagai kader KAMMI apabila ia
telah mengikuti DM 1, oleh karena itu DM 1 merupakan kunci keberhasilan bagi KAMMI
untuk mencetak kader-kadernya dengan profil muslim negarawan. Dimana output dari
DM 1 sesuai dengan manhaj pengkaderan KAMMI 1427 H adalah membentuk aktivis
yang memiliki syakhsiyah Islamiyah al-harakiyah, yaitu kader yang memiliki
pemahaman islam yang baik serta siap dan bersedia untuk bergerak di tengah-tengah
masyarakat guna merealisasikan dan mengeksekusi tugas-tugas dakwah yang telah
digariskan KAMMI.
Namun pada praktiknya, pengelolaan DM 1 KAMMI masih terbilang prematur di
beberapa komisariat, mulai dari persiapan yang kurang matang, kurangnya koordinasi
antara Steering Comitee (SC) dan Operating Comitee (OC), serta perangkat dauroh
(instruktur). Hal tersebut pada akhirnya berpengaruh terhadap pelaksanaan dauroh, dan
hasil yang diperoleh dari dauroh tersebut menjadi kurang maksimal. Adapun
permasalahan yang sering ditemui di lapangan berkaitan dengan pelaksanaan DM 1
KAMMI yaitu pertama, banyak peserta yang bosan dengan suguhan materi karena imat
cenderung monoton dalam menyampaikan materi, hal ini dapat diatasi dengan cara imat
memperbanyak diskusi dibandingkan dengan ceramah sehingga peserta tidak mudah
bosan mendengarkan materi, kemudian perangkat dauroh yang lain seperti MOT dan
MCR dapat mencairkan suasana kelas. Kedua, waktu istirahat yang kurang sehingga
peserta merasa kelelahan dan mengantuk ketika berada di ruang kelas, hal ini dapat diatasi
dengan membuat suasana ruang kelas menjadi hangat, cair, dan bersahabat, kelas diberi
sedikit ice breaking untuk mencairkan suasana, sehingga peserta bisa refresh kembali dan
menangkap materi dengan baik. Ketiga, persiapan acara yang kurang matang, banyak
terjadi di komisariat persiapan Dauroh Marhalah 1 sangat berdekatan dengan waktu
pelaksanaan, sehingga terkesan terburu-buru, oleh karena itu dibutuhkan persiapan yang
matang jauh-jauh hari dan meningkatkan koordinasi antara Steering Comitee (SC),
Operating Comitee (OC), dan perangkat dauroh. Keempat, imat yang kurang menguasai
dan lihai dalam menyampaikan materi, hal ini harus menjadi perhatian observer sehingga
dapat menjadi evaluasi bagi imat dan pelaksaan dauroh selanjutnya, kemudian diperlukan
adanya assessment sebelum pelaksnaan dauroh agar imat dapat menyesuaikan
penyampaian dan interaksinya dengan peserta dauroh. Suasana ruang kelas juga perlu
diperhatikan untuk kebaikan dauroh, dari segi fisik maupun nonfisik, seperti kondusifitas,
pencahayaan, sirkulasi udara, kebersihan, dan lain sebagainya. Selain itu, pada DM 1
KAMMI juga dapat ditambahkan materi muatan lokal seperti manajemen aksi, pelatihan
sidang, dan outbond di luar kelas untuk menghindari kebosanan bagi peserta dauroh.
Adapun hal-hal mendetail lain yang perlu diperhatikan, demi kelancaran dan
kebaikan agenda dauroh yaitu tujuan pelaksanaan dauroh, metode pelaksanaan dauroh,
alur pelaksanaan dauroh, instrumen dauroh, sarana dan prasarana dauroh, administrasi
dauroh, dan yang terakhir adalah evaluasi pelaksanaan dauroh.
1. Tujuan Pelaksanaan Dauroh
Sebelum melaksanakan dauroh, hal yang harus diperhatikan adalah tujuan
dauroh. Tujuan ini berfungsi sebagai panduan penyelenggaraan dauroh, sehingga
dauroh dapat berjalan secara efektif dan mampu membawa peserta pada tujuan yang
dikehendaki. Selain itu, tujuan dauroh juga berkaitan dengan penamaan dauroh, hal
ini sangat berpengaruh di zaman saat ini dimana kebanyakan dari target peserta
Dauroh Marhalah 1 (DM 1) yang dimana merupakan pintu gerbang rekruitmen
KAMMI adalah generasi Y dan Z yang kerap kali dikaitkan dengan banyak kasus
mengenai radikalisme dan anti nasionalisme, oleh karena itu kamuflase nama dauroh
menjadi training atau pelatihan sangat diperlukan. Contoh: Pelatihan Negarawan
Muda, Youth Leadership Training, dan lain-lain.
2. Metodologi Pelatihan
a. Pendekatan Pelatihan
Pendekatan utama yang dipakai dalam dauroh biasanya adalah perpaduan
yang komprehensif antara pendekatan pedagogis dan andragogis namun tetap
menekankan model pembelajaran kontekstual dan konstruktivis. Hal ini
mengingat kultur pengkaderan KAMMI yang dibangun pada batas-batas tertentu
menuntut model pendekatan pedagogis pada hal-hal yang bersifat asholah dan
tsawabit, meskipun secara umum akan lebih mengembangkan pendekatan
andragogis.
b. Metode Pelatihan
1) Ceramah dan Demonstrasi
Metode penyampaian informasi bersifat presentatif atau searah. Dalam
metode ini harus diperhatikan tingkat keberterimaan, kebosanan, dan daya
tangkap peserta. Imat harus lihai dalam menggunakan media, misalnya
demonstrasi langsung dengan menggunakan plano dan stand board,
menggunakan power point (media visual), maupun audio.
2) Diskusi
Metode ini merupakan kegiatan berbentuk dialogis yang bersifat kreatif,
menarik, dan menyenangkan. Peserta dikondiskan untuk analitis dan kritis
dalam mengungkapkan pikirannya. Pemahaman akan terkristal seiring dengan
berjalannya diskusi. Metode diskusi dapat disesuaikan dengan kebutuhan
peserta maupun materi. Adapun beberapa metode diskusi antaralain:
a) Whole Group
Diskusi bersifat klasikal dalam format setengah lingkaran yang
dimoderatori langsung oleh imat.
b) Diskusi Kelompok (Open Discussion Group)
Diskusi kelompok dengan anggota minimal 3 orang dengan topik
tertentu yang dimoderatori oleh salah satu anggota kelompok. Diskusi ini
bersifat problem case study atau berfungsi untuk menajamkan muatan.
c) Panel
Diskusi dilakukan oleh peserta training, dimana salah satu peserta
menjadi panelis di depan forum untuk menyampaikan hasil karya ilmiah
nya, dan peserta lainnya menjadi audiens yang terlibat aktif bertanya
maupun mengkritisi peserta yang menjadi panelis.
d) Syndicate Group
Peserta dibagi dalam beberapa kelompok-kelompok kecil yang
membahas beberapa masalah dengan fokus yang berbeda tiap kelompok.
Imat menyediakan sumber referensi dalam bentuk media atau lainnya,
kemudian hasil diskusi kelompok dibahas dalam pleno.
e) Informal Debate
Peserta dibagi menjadi dua tim sama besar, yang kemudian
mendiskusikan suatu tema yang sama. Namun, masing-masing tim
bertindak dalam posisi pro atau kontra sesuai dengan peran yang
telah ditentukan.
3) Simulasi
Simulasi dauroh dapat berupa game sederhana, role play, dimana
peserta bermain peran dalam suatu tema permasalahan dan workshop,
dimana peserta melakukan beberapa kegiatan secara deskriptif dan
sistematis untuk mencapai target tertentu berdasarkan petunjuk.
3. Alur Dauroh
Dauroh diawali dengan pre-test yang bertujuan untuk
mengetahui kondisi awal peserta dengan menggali tujuan, alasan,
visi-misi, dan komitmen peserta dalam mengikuti dauroh serta
kapasitas peserta. Dapat dilakukan secara tertulis atau wawancara.
Kemudian, dilakukan orientasi dauroh dimana hal ini merupakan
pijakan awal dalam memasuki dauroh. Berisi penggambaran global
desain dauroh, mengapa dauroh tersebut dilaksanakan sehingga
peserta semakin yakin dan bersungguh-sungguh untuk mengikuti
dauroh, pada saat orientasi juga dilakukan kontrak belajar untuk
membangun komitmen secara kolektif agar dauroh berjalan lancar,
orientasi disampaikan oleh MOT yang paling paham tentang desain
dauroh secara keseluruhan. Tahap ketiga yaitu materi, yaitu
sekumpulan sesi yang sudah dirancang sesuai dengan kebutuhan
dauroh. Disampaikan oleh imat maupun ustadz, terdiri dari forum
klasikal, dinamika kelompok, stadium general, FGD, dan lain-lain.
Tahap keempat yaitu refleksi, berfungsi untuk merefleksikan
keseluruhan kegiatan yang telah dilangsungkan selama dauroh, akan dilakukan proses
kristalisasi keseluruhan materi dalam diri peserta sekaligus pembangunan komitmen
pasca dauroh. Tahap kelima yaitu post-test, digunakan untuk mengetahui kondisi akhir
peserta setelah mengikuti rangkaian dauroh serta signifikansi proses dauroh terhadap
peserta, dapat dilakukan secara tertulis maupun wawancara. Bagian terakhir yaitu
penutup, dimana diadakan pembahasan follow up post-test dan evaluasi keseluruhan
dauroh secara tertulis.
4. Instrumen Dauroh
Pengelolaan sebuah dauroh yang baik harus melibatkan berbagai komponen
yang tersistematiskan dalam suatu instrumen dauroh, interaksi antar komponen
tersebut harus sinergis satu sama lain agar dauroh bisa berjalan secara teratur sesuai
dengan perencanaan. Adapun komponen yang dimaksud adalah Steering Comitee,
pihak yang bertanggungjawab sebagai pemegang data dan informasi penyelenggaraan
dauroh, need assessment, serta kebijakan (mengonsep dauroh). Kemudian Operating
Comitee yang bertanggung jawab atas teknis pelaksanaan dauroh, dan pengelola
dauroh atau instruktur yang meliputi Master of Training (MoT), asisten MoT,
administrator, Master of Class Room (MCR), Observer, Fasilitator Materi (Imat), dan
Ustadz Training. Masing-masing instruktur bertugas sesuai dengan tugasnya dengan
sinergis demi lancarnya agenda dauroh.
5. Sarana dan Prasarana Dauroh
Sarana dan prasarana merupakan hal penting dan amat mendasar bagi
pelaksanaan dauroh. Sebuah dauroh akan berjalan dengan baik mengharuskan
tersedianya sarana prasarana yang memadai, diantaranya:
a. Tempat
Tempat harus kondusif, tidak gaduh, pencahayaan yang cukup, sirkulasi
udara yang baik, dan memungkinkan peserta untuk mengekspresikan setiap
kemampuannya tanpa merasa terbatasi oleh kondisi tempat.
b. Desain Ruang Kelas
Ruang kelas harus di desain sedemikian rupa agar dauroh dapat berjalan
secara optimal. Ruang daruoh standar harus menggunakan kursi yang disusun
letter U, setengah lingkaran, ataupun segitiga, desain ruang kelas dikembalikan
kepada MoT dimana bertanggungjawab atas keberlangsungan dauroh dan
kenyamanan peserta.
c. Perlengkapan Ruang Dauroh
Perlengkapan yang digunakan selama dauroh haruslah lengkap agar dauroh
bisa berjalan dengan baik dan lancar, tanpa adanya beban sedikitpun,
perlengkapan yang dibutuhkan antaralain: stand board, kertas plano, spidol,
sound system, LCD dan proyektor (opsional), buku-buku referensi (perpustakaan
kecil), laptop, printer, dan lain-lain.
d. Prasarana Pendukung Dauroh
Prasarana adalah fasilitas penunjang dalam sebuah dauroh, yang meliputi
kamar mandi yang memadai, tempat tidur, ruang lokal, ruang instruktur, ruang
panitia, tempat sholat, alat komunikasi, lapangan dan sebagainya.
6. Administrasi Training
Administrasi dauroh berkenaan dengan hal pendataan dan pendokumentasian
dalam bentuk softcopy atau hardcopy yang meliputi biodata peserta, berisi data yang
dapat dijadikan sebagai bahan analisis kondisi awal peserta secara akurat. Daftar
peserta, merupakan rangkuman biodata peserta. Presensi peserta, berupa tanda tangan
peserta yang diberikan setiap sesi materi. Lembar observasi yang meliputi lembar
observasi peserta dan lembar mutabaah, yang bertujuan sebagai hasil pengamatan
observer tentang perkembangan forum baik secara fikriyah maupun rukhiyah. Berita
acara, berupa laporan singkat tentang keberjalanan forum dauroh. Sosiometri, berupa
lembar yang menggambarkan peta posisi peserta dalam forum bersifat mempermudah
pemantauan, dan yang terakhir adalah form data instruktur, yang terdiri dari form
biodata dan evaluasi instruktur materi yang berfungsi sebagai bentuk pemantauan
instruktur.

Gambar Sosiometri Dauroh


7. Evaluasi Dauroh
Tujuan dilakukannya evaluasi dauroh antaralain untuk menilai efektivitas dan
efisiensi penyelenggaraan dauroh, dan mengukur sejauh mana pencapaian target
dauroh. Adapun aspek evaluasi yang dilaksanakan yaitu evaluasi program dauroh,
yang meliputi perumusan tujuan program dan pelaksanaan program; evaluasi proses,
meliputi implementasi program dan evaluasi peserta (input – output); implementasi
instruktur dauroh, yang mencakup efektivitas instruktur; dan implementasi desain
pembelajaran, yang meliputi evaluasi imat (kesesuaian materi, metode pencapaian,
dll), desain dauroh (ketercapaian target forum, suasana forum, dll), dan evaluasi pasca
program.

Anda mungkin juga menyukai