Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

“SISTEM HARGA POKOK PRODUK SAMPINGAN”

DISUSUN OLEH KELOMPOK 3:

1. A031211026 – ANDI MUH. ADITYA ANUGRA


2. A031211049 – FIERENZA CAPIROSSY FRAN PAGAYANG
3. A031211080 – MUH. RISAL PURNAMA SAKTI
4. A031211130 – PUTRI NUR AINUN JARIAH

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Rasa syukur kami panjatkan kepada tuhan yang maha esa, dimana atas izin, rahmat, dan
hidayah yang telah diberikan kepada kita, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
kami buat selaku kelompok 3 yang berjudul “Sistem Harga Pokok Proses Bagian II Konsep
Yang Diperluas” dimana topik tersebut merupakan topik yang akan dibahas pada pertemuan
11 pada mata kuliah Akuntansi Biaya.

Makalah yang kami buat ini dapat terselesaikan berkat adanya dukungan dari teman-teman
kelompok 3, dimana dukungannya berupa motivasi, baik itu berupa pembahasan materi
bersama-sama maupun lain sebagainya. Oleh karena itu, penulis banyak menyampaikan
terima kasih kepada seluruh anggota kelompok 3 yang terlibat dalam membantu
menyelesaikan makalah ini.

Kami dari kelompok 3 dengan penuh kesadaran mengatakan bahwasanya makalah ini masih
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, semua kritik dan saran dari pembaca ataupun dari
dosen kelas kami akan sangat kami hargai. Karena dengan adanya kritik dan saran yang
diberikan, akan menjadi perbaikan kedepannya mengenai pembuatan makalah selanjutnya.
Kami selaku kelompok 3 memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila terdapat kesalahan
kata ataupun sebagainya yang terdapat dalam makalah ini. Semoga dengan adanya makalah
ini dapat menjadi manfaat bagi kita semua, terutama bagi kami kelompok 3.

Makassar, 11 Mei 2022

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i


DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I ......................................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 2
C. Tujuan ............................................................................................................................. 2
BAB II........................................................................................................................................ 3
A. Pengertian Produk Sampingan ........................................................................................ 3
B. Bagian-bagian Produk Sampingan .................................................................................. 4
BAB III ...................................................................................................................................... 9
A. Simpulan ......................................................................................................................... 9
B. Saran ............................................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Produk bersama dan atau produk sampingan merupakan produk-produk berbeda yang
dihasilkan secara simultan dari suatu atau serangkaian proses produksi. Produk bersama dan
produk sampingan merupakan produk-produk yang dihasilkan dan bersifat tak terhindarkan
dari suatu proses produksi, terutama karena sifat dari jenis atau beberapa jenis bahan yang
secara bersamaan digunakan dalam proses produksi tersebut. Proses produksi bersama, dalam
hal ini berlangsung sampai dengan bahan (baku) dapat diidentifikasikan secara spesifik
kepada produk akhir. Tahap atau saat identitas (fisik) dari tiap-tiap produk akhir dapat
diketahui disebut sebagai saat pemilahan (split-off point). Perbedaan antara produk bersama
dan produk sampingan hanya terletak pada jumlah harga atau nilai jual relatifnya, Jika dari
suatu proses produksi dihasilkan dua atau lebih jenis produk yang masing-masing
mempunyai harga jual relatif sama maka kedua macam produk itu disebut sebagai produk
bersama. Tetapi apabila total harga jual dari salah satu atau lebih produk yang dihasilkan
berbeda secara signifikan dengan produk lainnya maka di antara produk bersama dibedakan
ke dalam kategori produk utama dan produk sampingan. Suatu produk dianggap sebagai
produk sampingan apabila jumlah relatif harga jualnya tidak cukup berarti dibanding total
harga jual seluruh produk yang dihasilkan.

Banyak contoh industri yang dalam proses produksinya menghasilkan produk


bersama atau produk utama dan produk sampingan. Dalam industri penyulingan minyak
mentah, misalnya, dihasilkan produk-produk bersama yang terdiri dari antara lain nafta,
kerosene, bensin. Sedang dalam proses produksi minyak kelapa, sekurang-kurangnya
dihasilkan dua macam produk yang terdiri dari satu macam produk utama berupa minyak
kelapa, dan satu macam produk sampingan berupa bungkil kelapa. Karena harga jual produk
sebagai kriteria penggolongannya, hubungan antara produk utama dan sampingan atau status
suatu produk yang dihasilkan tidak perlu permanen sepanjang waktu. Jika pada materi
sebelumnya merupakan produk bersama, maka pada materi makalah ini akan membahas
tentang produk sampingan, dimana materi ini merupakan materi lanjutan sebelumnya pada
mata kuliah Akuntansi Biaya.

1
B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud produk sampingan?


2. Apa saja bagian-bagian dari produk sampingan?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui maksud dari produk sampingan.


2. Untuk mengetahui bagian-bagian dari produk sampingan

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Produk Sampingan

Istilah produk sampingan digunakan untuk suatu produk yang bernilai total relatif
kecil dan diproduksi secara berbarengan dengan produk yang bernilai lebih besar. Produk
yang nilainya lebih besar biasa disebut dengan produk utama. Produk sampingan juga bisa
diartikan sebagai produk yang bukan tujuan utama operasi perusahaan tetapi tidak dapat
dihindarkan terjadinya dalam proses pengolahan produk disebabkan sifat bahan yang diolah
atau karena sifat pengolahan produk, kuantitas dan nilai produk sampingan relatif kecil
dibandingkan dengan nilai keseluruhan produk. Pembedaan produk utama dan produk
sampingan terletak pada nilai jualnya. Jika nilai jual salah satu produk relatif lebih kecil dari
yang lainnya maka dikategorikan sebagai produk sampingan, sedangkan apabila produk-
produk yang dihasilkan relatif sama maka dikategorikan sebagai produk bersama. Contoh:
pada pabrik penggergajian kayu, kayu lapis dan papan kayu merupakan produk utama,
sedangkan serbuk gergaji dan kayu bakar merupakan produk sampingan.

Produk sampingan dibedakan dari produk utama yang dihasilkan dari suatu proses
produksi bersama, terutama karena harga jual produk sampingan relatif sangat kecil, atau
bahkan mungkin tidak laku dijual. Karena harga jual suatu produk bisa berubah setiap saat
atau berbeda antarlokasi maka sebagai akibatnya status suatu produk dalam suatu proses
produksi bersama bisa berubah. Produk sampingan adalah produk yang dihasilkan dari suatu
proses produksi bersama yang harga jualnya relatif kecil dibanding total harga jual dari
seluruh produk yang dihasilkan. Dibandingkan dengan sisa bahan, produk sampingan
biasanya berbeda dalam dua hal. Pertama, harga jual produk sampingan pada umumnya
relatif lebih besar dibanding sisa bahan. Kedua, produk sampingan sering dapat diolah lebih
lanjut sedang sisa bahan pada umumnya harus dijual kepada pihak lain. Pada dasarnya
terdapat dua alternatif perlakuan atau metode akuntansi terhadap produk sampingan, yaitu:

1. Mengakui atau mencatat (eksistensi) produk sampingan pada saat diselesaikan dari
proses produksi,
2. Mengakui atau mencatat (eksistensi) produk sampingan pada saat penjualannya.

3
B. Bagian-bagian Produk Sampingan

Terdapat 3 poin mengenai hal ini, yaitu produk sampingan diakui sebagai hasil
penjualan, produk sampingan diakui pada saat selesai dari proses produksi, dan produk
sampingan dimanfaatkan sendiri oleh perusahaan. Adapun penjelasan dari masing-masing
poin tersebut sebagai berikut:

1. Produk sampingan diakui sebagai hasil penjualan


Mengakui produk sampingan pada saat produk tersebut dijual berarti tidak ada usaha
untuk mengalokasikan biaya produksi bersama kepada produk sampingan. Dengan
kata lain, membebankan seluruh biaya produksi bersama hanya kepada produk utama,
Ini khususnya terjadi apabila produk sampingan tidak bisa dijual, sebagian atau
seluruhnya, dalam periode yang sama dengan periode produksinya. Terdapat berbagai
alternatif perlakuan akuntansi terhadap pendapatan neto (hasil penjualan dikurangi
dengan biaya produksi lanjutan dan penjualannya) produk sampingan, antara lain:
 Diperlakukan sebagai Hasil Penjualan Lain,
 Diperlakukan sebagai Pendapatan di Luar Usaha,
 Diperlakukan sebagai Pengurang Harga Pokok Penjualan Produk Utama,
 Diperlakukan sebagai Pengurang Riaya Produksi Bersama
Baik memperlakukan hasil penjualan produk sampingan sebagai penambah unsur
pendapatan (hasil penjualan atau pendapatan di luar usaha) maupun sebagai
pengurang biaya (harga pokok penjualan produk utama atau biaya produksi bersama),
keduanya mengakibatkan kesenjangan waktu dalam mempertemukan antara
pendapatan dan biaya bilamana produk sampingan dijual tidak dalam periode yang
sama dengan periode produksinya. Ini disebabkan oleh karena tidak adanya nilai yang
diakui atau dicatat terhadap produk sampingan yang belum terjual. Memperlakukan
hasil penjualan produk sampingan dalam periode terjadinya penjualan mengakibatkan
adanya kesenjangan waktu dalam mengakui pendapatan sebab biaya produksinya
sudah dibebankan kepada pendapatan periode sebelumnya. Sedang memperlakukan
pendapatan produk sampingan sebagai pengurang biaya (dalam periode terjadinya
penjualan) mengakibatkan persediaan produk utama pada akhir periode produksinya
atau pada awal periode berikutnya dinilai/dicatat terlalu besar. Kecuali adanya
kesenjangan waktu dalam mengakui pendapatan dan biaya, tiga alternatif perlakuan
akuntansi yang pertama terhadap produk sampingan menghasilkan laba-rugi periodik

4
yang sama. Sedang perlakuan akuntansi yang terakhir, yaitu mengurangkan
pendapatan neto produk sampingan dari total biaya produksi bersama akan
menghasilkan laba-rugi yang berbeda dibanding perlakuan akuntansi yang lain. Ini
disebabkan oleh adanya sebagian pendapatan neto produk sampingan yang
dikurangkan dari nilai persediaan akhir produk utama. Karena produk sampingan
diakui hanya pada saat penjualannya maka tergantung pada perlakuan akuntansinya,
pendapatan mengalami kenaikan atau biaya (harga pokok penjualan) akan mengalami
penurunan sebesar pendapatan neto dari produk sampingan yang dihasilkan bulan
sebelumnya. Dengan demikian, pembebanan biaya relatif besar dalam suatu periode
(produksi) akan dikompensasi dengan pebebanan biaya yang relatif kecil atau
pengakuan pendapatan yang relatif besar dalam periode terjadinya penjualan produk
sampingan. Dengan anggapan tingkat produksi dan penjualan, baik untuk produk
utama maupun produk sampingan tidak berfluktuasi dari waktu ke waktu, maka
dampak kesenjangan waktu dalam mengakui pendapatan dan biaya produksi produk
sampingan terhadap laba-rugi periodiknya menjadi tidak berarti jumlahnya. Pada
metode tanpa harga pokok dititik-beratkan pada masalah perlakuan hasil penjualan
produk sampingan, dalam hal ini dapat digunakan beberapa metode sebagai berikut:
 Produk sampingan langsung dapat dijual setelah dipisah
1) Hasil penjualan produk sampingan diperlakukan sebagai penghasilan di
luar usaha (penghasilan lain-lain). Dalam metode ini apabila nilai jual
produk sampingan relatif kecil tidak perlu diselenggarakan pencatatan
persediaan produk sampingan, hasil penjualan bersih produk sampingan
diperlakukan penghasilan di luar usaha.
2) Hasil penjualan produk sampingan diperlakukan sebagai penambah
penghasilan penjualan produk utama. Pada metode ini hasil penjualan
produk sampingan tidak diperlakukan sebagai penghasilan di luar usaha
karena produk tersebut dihasilkan dari operasi perusahaan, akan tetapi
penjualan produk sampingan diperlakukan sebagai penambah penjualan
produk utama.
3) Hasil penjualan produk sampingan diperlakukan sebagai pengurang harga
pokok penjualan. Metode ini mengakibatkan besarnya laba bersih tidak
berbeda dengan kedua metode sebelumnya.

5
4) Hasil penjualan produk sampingan mengurangi biaya produksi produk
utama. Penggunaan metode ini akan menghasilkan laba bersih yang
berbeda apabila pada akhir periode sebagian produk utama belum terjual,
karena hasil penjualan produk sampingan mengurangi biaya produksi
maka persediaan akhir produk utama nilainya lebih rendah dan laba bersih
akan lebih rendah pula.
 Produk sampingan memerlukan proses pengolahan lanjutan setelah dipisahkan
dari produk utama. Apabila produk sampingan memerlukan proses pengolahan
lebih lanjut maka penjualan produk sampingan dapat diperlakukan seperti
metode pertama. Yang dimaksud penjualan bersih produk sampingan adalah
hasil penjualan produknya sampingan setelah dikurangi dengan biaya produksi
produk sampingan setelah dipisah, biaya pemasaran dan administrasi atas
produk sampingan. (Supriyono, 2011:247-255).

2. Produk sampingan diakui pada saat selesai dari proses produksi


Seperti tercermin dari namanya, metode ini mencoba untuk mengakui atau mencatat
sejumlah nilai produk sampingan pada saat identitas produk sampingan dapat
dipilahkan dari produk utamanya. Pada umumnya (taksiran) nilai realisasi (net
realizable value), yaitu taksiran harga jual dikurangi dengan total biaya produksi
lanjutan dan biaya penjualannya dipakai sebagai dasar penilaian produk sampingan.
Adanya nilai produk sampingan yang diakui atau dicatat maka dapat dikatakan
adanya upaya untuk mengalokasikan biaya produksi bersama kepada produk
sampingan. Sebagai akibatnya tidak ada problem mengenai kesenjangan waktu dalam
mengakui pendapatan dan biaya produksi untuk produk sampingan. Metode ini
didasarkan pada asumsi bahwa harga pokok produk sampingan, seperti halnya produk
utama, mempunyai korelasi dengan harga jual atau harga pasarnya. Karena itu,
produk sampingan tidak perlu diperlakukan berbeda dari produk utamanya. Namun
demikian, karena nilai realisasi neto dipakai sebagai dasar penilaian produk
sampingan maka kritik terhadap metode ini juga terletak pada unsur laba kotor
implisit dalam persediaan produk sampingan. Maka dari itu, apabila jumlah
persediaan produk sampingan relatif besar, sebaiknya unsur laba kotor tersebut
dikurangkan kepada nilai persediaan.
 Metode Nilai Pasar atau Perputaran

6
Metode nilai pasar (Reversal Cost Method) atau kebalikan sering disebut
metode working backwards (metode kerja mundur), pada metode ini produk
sampingan memperoleh alokasi biaya produksi sebelum dipisah dengan
produk utama sebesar taksiran harga jual semua produk sampingan dikurangi
dengan taksiran laba kotor produk sampingan, taksiran biaya produksi produk
sampingan setelah dipisah dengan produk utama, dan taksiran biaya komersial
(biaya pemasaran dan administrasi) dari produk sampingan. Jadi disebut
metode kerja mundur karena untuk menghitung alokasi biaya ke produk
sampingan harus ditentukan taksiran harga jualnya lebih dahulu kemudian
mundur ke harga pokok. Sedangkan produk utama memperoleh alokasi dari
biaya produksi sebelum dipisah dikurangi dengan biaya yang dialokasikan
pada produk sampingan. (Supriyono, 2011:260). Metode nilai pasar atau
Reversal Cost Method, pada metode nilai pasar ini yang dikurangkan adalah
taksiran nilai pasar produk sampingan. Metode ini mencoba menaksir biaya
produk sampingan dengan titik tolak dari nilai pasarnya. (Mulyadi, 2014:346)
Carter (2012:274) menyatakan bahwa metode ini mengurangi biaya produksi
dari produk utama, bukan dengan pendapatan aktual yang diterima, melainkan
dengan estimasi nilai produk sampingan pada saat dijual".
 Metode harga pokok pengganti dapat digunakan oleh perusahaan yang
menghasilkan produk sampingan di mana produk sampingan tersebut tidak
dijual tetapi digunakan sendiri di dalam proses produksi, baik sebagai elemen
biaya hahan maupun sebagai bahan bakar. Metode harga pokok pengganti
produk sampingan tidak. dijual ke pasar tetapi dikonsumsi sendiri oleh
perusahaan maka dipakai harga pokok pengganti apabila dibeli dari pihak luar
atau dari pasar. (Supriyono, 2011:258) Metode biaya pengganti atau
replacement cost method, metode ini biasanya digunakan dalam perusahaan
yang produk sampingannya dipakai dalam pabrik sebagai bahan baku atau
bahan penolong. Harga pokok yang diperhitungkan dalam produk sampingan
adalah sebesar harga beli atau biaya pengganti (replacement cost) yang
berlaku di pasar. (Mulyadi, 2014:347) Metode harga pokok pengganti dapat
digunakan bagi perusahaan yang menggunakan produk sampingan untuk
kebutuhan sendiri dalam proses produksi sebagai elemen biaya bahan maupun
bahan pembantu. Metode ini tidak menjual produk sampingan ke pasar, tetapi

7
dikonsumsi sendiri dengan patokkan harga yang didasarkan kepada harga
pasar. (Bustami dan Nurlela, 2013:173)
 Metode pengakuan pendapatan kotor, dalam metode ini, biaya persediaan final
dari produk utama dihitung terlalu tinggi (overstated) karena menanggung
biaya yang seharusnya dibebankan pada produk sampingan.Yang dikurangi
dari biaya produksi produk uatama dalam metode ini adalah nilai jual produk
sampingan dan bukannya biaya produksinya.
 Metode pengakuan pendapatan bersih, dalam metode ini disadari adanya
kebutuhan untuk membebankan biaya yang dapat ditelusuri ke produk
sampingan. Akan tetapi,metode ini tidak berusaha untuk mengalokasikan
biaya produksi gabungan ke produk sampingan.Biaya yang terjadi setelah titik
pisah batas guna memproses maupun memasarakan produk sampingan dicatat
dalam akun terpisah dari produk utama. Angka produk sampingan ditampilkan
di laporan laba rugi dengan menggunakan salah satu tampilan yang dijelaskan
dalam metode1. Ayat jurnal pada metode ini melibatkan pembebanan biaya
yang terjasi setelah titik pisah batas ke pendapatan produk sampingan.Beban
pemasaran dan administratif juga dialokasikan ke 8 produk sampingan.

3. Produk sampingan dimanfaatkan sendiri oleh perusahaan


ada perusahaan atau industri tertentu, produk sampingan tidak dijual kepada pihak
lain tetapi dipakai sendiri oleh perusahaan, misalnya untuk bahan bakar, bahkan
sebagai salah satu komponen untuk membuat produk utama. Dalam situasi demikian
tentu saja perusahaan dapat menghemat bahan bakar atau komponen yang
diperlukannya. Pada umumnya produk sampingan yang dipakai sendiri oleh
perusahaan dicatat atau diakui berdasar nilai atau harga penggantinya, yaitu harga beli
bahan yang fungsinya dapat digantikan oleh produk sampingan tersebut pada saat
sekarang. Situasi demikian sering dijumpai pada industri-industri atau pabrik
pengecoran besi, logam, atau baja.

8
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Istilah produk sampingan digunakan untuk suatu produk yang bernilai total relatif
kecil dan diproduksi secara berbarengan dengan produk yang bernilai lebih besar. Produk
yang nilainya lebih besar biasa disebut dengan produk utama. Produk sampingan juga bisa
diartikan sebagai produk yang bukan tujuan utama operasi perusahaan tetapi tidak dapat
dihindarkan terjadinya dalam proses pengolahan produk disebabkan sifat bahan yang diolah
atau karena sifat pengolahan produk, kuantitas dan nilai produk sampingan relatif kecil
dibandingkan dengan nilai keseluruhan produk. Pembedaan produk utama dan produk
sampingan terletak pada nilai jualnya. Jika nilai jual salah satu produk relatif lebih kecil dari
yang lainnya maka dikategorikan sebagai produk sampingan, sedangkan apabila produk-
produk yang dihasilkan relatif sama maka dikategorikan sebagai produk bersama. Contoh:
pada pabrik penggergajian kayu, kayu lapis dan papan kayu merupakan produk utama,
sedangkan serbuk gergaji dan kayu bakar merupakan produk sampingan. Produk sampingan
dibedakan dari produk utama yang dihasilkan dari suatu proses produksi bersama, terutama
karena harga jual produk sampingan relatif sangat kecil, atau bahkan mungkin tidak laku
dijual. Karena harga jual suatu produk bisa berubah setiap saat atau berbeda antarlokasi maka
sebagai akibatnya status suatu produk dalam suatu proses produksi bersama bisa berubah.

Terdapat 3 poin mengenai hal ini, yaitu produk sampingan diakui sebagai hasil
penjualan, produk sampingan diakui pada saat selesai dari proses produksi, dan produk
sampingan dimanfaatkan sendiri oleh perusahaan.

B. Saran

Kami dari kelompok hanya bisa menyarankan kepada pembaca untuk terus mencari
ilmu, baik dalam proses pembelajaran didalam kampus maupun diluar kampus. Karena,
seperti yang kita ketahui bahwa orang yang lebih tinggi derajatnya dengan yang lainnya ialah
seberapa banyak ilmu yang ia ketahui.

9
DAFTAR PUSTAKA

Harnanto. (2017). Akuntansi Biaya. Yogyakarta: C.V ANDI OFFSET.

Aditya F. (2021). Pertemuan Ke-10 Perhitungan Harga Pokok Bersama dan Produk
Sampinhgan. Diakses pada 11 Mei 2022 melalui
https://www.scribd.com/document/511985473/Pertemuan-Ke-10-Perhitungan-Harga-
Pokok-Produk-Bersama-Dan-Produk-Sampingan

Akbar. (2019). Produk Sampingan. Diakses pada 11 Mei 2022 melalui


https://www.scribd.com/doc/430592059

Anonim. (2020). Metode Tanpa Harga Pokok. Diakses pada 11 Mei 2022 melalui
http://repository.um-surabaya.ac.id/2205/3/16_BAB_II.pdf

Sukmayanda Y. (2020). Harga Pokok Produk Sampingan. Diakses pada 11 Mei 2022 melalui
https://stie-igi.ac.id/wp-content/uploads/2020/06/Harga-Pokok-Produk-
Sampingan.pdf

10

Anda mungkin juga menyukai