Anda di halaman 1dari 10

TUGAS ANALISIS JURNAL “FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMENGARUHI HUBUNGAN BISNIS WARALABA


MAKANAN LOKAL”
Di susun untuk memenuhi tugas matakuliah Hukum Bisnis
Dosen Pengampu : Rr. Chusnu Syarifa Diah Kusuma S.A.B.,M.Si.

HALAMAN JUDUL

Oleh :
Sifa Amalia Fartin
17811134026

PROGRAM STUDI D3 ADMINISTRASI PERKANTORAN


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2019
BAB I
LATAR BELAKANG
Perkembangan bisnis waralaba yang marak saat ini salah satu nya adalah pada
bidang makanan atau kuliner, hal tersebut dibuktikan dengan semakin banyak
munculnya rumahmakan waralaba ataupun waralaba toko ataau outlet
makanan. Sistem waralaba inimenawarkan berbagai kemudahan bagi
pengusaha atau penerima waralaba (franchisee) untuk menjadi pengusaha
tanpa harus repot mengurusi bisnisnya sendiri karena didukung
sistemoperasional oleh pemilik merek atau pemberi waralaba (franchisor).
Sistem waralaba ini jugaakan mengurangi resiko kegagalan karena telah teruji
baik produk maupun sistemnya danfranchisor secara penuh memberikan
supportnya.

Penelitian yang dilakukan oleh Halimi et al. menemukan bahwa relationship


marketing berpengaruh pada relationship satisfaction. Sedangkan penelitian
yang dilakukan oleh Berndt (2009) menemukan beberapa faktor yang
berpengaruh terhadap kepuasan franchisee antara lain dukungan layanan
(support service) dan franchise brand image. Penelitian tersebut dilakukan
pada bisnis franchise makanan di Afrika Selatan. Frazer & Wizar
(2005) berpendapat bahwa yang menyebabkan kegagalan bisnis franchise
adalah karena buruknya manajemen yang dilakukan oleh franchisee serta
kurangnya dukungan (service support) dari franchisor. Penelitian Roh & Y
(2009) menemukan bahwa support service dari franchisor akan berpengaruh
pada kepuasan franchisee.

Kepuasan hubungan (relationship satisfaction) franchisee terhadap


franchisor menjadi sesuatu yang penting, karena relationship satisfaction
adalah salah satu variabel yang digunakan untuk mengevaluasi relationship
marketing (Leverin & Liljander, 2006), kepuasan hubungan ini akan
berpengaruh pada kelangsungan hubungan bisnis waralaba. Dengan adanya
kepuasan ini maka franchisee merasakan hubungan dengan franchisor yang
samasama menguntungkan. Artikel ini adalah hasil penelitian pendahuluan
pada 32 waralaba makanan di Purwokero, dan akan membahas variabel trust,
communication, conflict handling, support system dan franchise brand image
yang merupakan faktor yang mempengaruhi kepuasan hubungan antara
franchisee dengan franchisor waralaba makanan lokal.
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Faktor –Faktor Yang Memengaruhi Kepuasan Hubungan Bisnis


Antara Franchise Dengan Franchisor
Hasil penelitian dari jurnal yang saya bahas, terdapat 5 faktor yang
memengaruhi kepuasan hubungan bisnis antara Franchise dengan
Franchisor diantarnya :
1) Trust
Penelitian yang dilakukan oleh Halimiet al (2009) menemukanbahwa
relationship marketing berpengaruh pada relationship satisfaction.
Bisnis waralaba ini tertuang dalam perjanjian bisnis waralaba, oleh
karena itunfranchisee harus mempunyai rasa percaya kepada
franchisor bahwa hak-hak nya akan terpenuhi dan franchisor akan
memenuhi kewajibannya sesuai dengan perjanjian. Dalam konteks
hubungan bisnis waralaba, menurut Dickey et al. (2007) trust dibagi
menjadi dua, yaitu percaya akan kemampuan franchisor dan percaya
akan kejujuran franchisor. Dalam hubungan bisnis waralaba, agar
merasa nyaman maka antara franchisee dengan franchisor harus saling
percaya agar tidak menimbulkan resiko dan keraguraguan (Grace and
Wright,2011). Ketika franchisee mempunyai keyakinan bahwa janji
franchisor dapat diandalkan dandapat memenuhi kewajibannya dalam
sebuah hubungan, franchisor sangat peduli dalammemberikan
layanan yang aman, selalu menepati janji yang diberikan, selalu
konsisten dalammenyediakan kualitas layanan dan merasa dihormati
franchisor, maka akan berdampak padapenilaian positif franchisee
terhadap keseluruhan aspek dari franchisor.
2) Communication
Menurut Taleghani (2011) komunikasididefinisikan sebagai dialog
interaktif antara perusahaan dan partnernya, yang berlangsung selama
tahap pra-penjualan, tahap penjualan, tahap mengkonsumsi, dan tahap
pasca konsumsi. Kemampuan franchisor untuk dapat memberikan
informasi yang dapat dipercaya dan tepat waktu, memberikan
informasi yang dapat dipercaya, memberikan informasi yang cepat
ketika meluncurkan produk baru, memberikan informasi tepat waktu
dan informasi yang selalu akurat akan meningkatkan kepuasan
hubungan antara franchisee dengan franchisor.
3) Conflict Handling
Dwyer et al (1987) mendefinisikan conflict handling sebagai
kemampuan perusahaan untuk meminimalkan konsekuensi negatif
yang nyata dan potensi konflik. Dalam konteks waralaba, menurut
Weaven et al (2010) konflik bisa bersumber dari franchisee atau
franchisor. Pada saat kedua belah pihak tidak bisa memenuhi
kewajibannya sesuai perjanjian waralaba yang telah disepakati maka
konflik akan muncul. Menurut Spinelli and Birley (1998) bahwa
konflik antara franchisee dengan franchisor bisa bersumber dari pihak
ketiga atau kondisi pasar, dan ini akan menimbulkan ketidakpuasan.
Ketika franchisor mrmpunyai kemampuan mencegah konflik dan
menyelesaikan konflik dengan baik maka akan berakibat pada
hubungan yang saling memuaskan antara franchisee dengan
franchisor
4) Supporrt System
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia tentang kriteria
waralabamenyebutkan bahwa dalam waralaba harus ada dukungan
yang berkesinambungan. Pembinaan yang diberikan pemberi
waralaba dilaksanakan secara berkesinambungan, termasuk
melakukan pengendalian evaluasi terhadap bisnis yang dilakukan
penerima waralaba. Menurut Chong (2011) bahwa support system
dari franchisor akan menciptakan nilai yang menguntungkan yang
akan berdampak pada kualitas hubungan antara franchisee dengan
franchisor dan selanjutnya akan mengakibatkan kepuasan dalam
hubungan antara franchise dengan franchisor. Hasil penelitian
Hnuchek et al (2013) pada bisnis waralaba makanan dan minuman di
Thailand menemukan bahwa franchisor perlu meningkatkan
dukungan dan bantuan kepada franchisee agar franchisee termotivasi
untuk terus melanjutkan hubungan bisnis waralaba.
5) Franchise Brand Image
Franchise brand image dalam bisnis waralaba merupakan coorporate
brand, yang merupakan aset intangible yang sulit untuk ditiru. Ketika
konsumen membeli produk perusahaan, mereka tidak hanya membeli
produk tapi juga menerima satu set nilai dari perusahaan. Franchise
brand image yang positif tidak hanya akan membantu memenangkan
persaingan, tapi juga mendorong konsumen untuk melakukan
pembelian kembali. Pengenalan atau pengakuan merek (brand
recognition) olehkonsumen adalah faktor utama yang mendasari
franchisee untuk terlibat dalam sebuah waralaba. Franchice brand
image adalah faktor yang dapat memberikan kepuasan hubungan bagi
franchisee.
2. Hasil Uji Kepuasan Hubungan Bisnis Antara Franchise Dengan
Franchisor Waralaba Makanan Lokal
Hasil penelitian dari jurnal yang saya bahas, menunjukkan bahwa Dari
hasil pengisian kuisioner sejumlah 32 penerima waralaba makanan lokal
di Purwokerto,telah dilakukan analisis deskripif untuk mengetahui
distribusi frekuensi jawaban responden dari daftar pertanyaan tentang
variabel trust, communication, conflict handling, support service,
franchise brand image dan relationship satisfaction. Distribusi jawaban
responden pada masing-masing variabel didasarkan pada kategori
penilaian jawaban responden pada tabel berikut:

1) Variabel Trust
Hal ini menunjukkan bahwa kategori jawaban responden atas
variabel trust adalah tinggi/baik. Franchisee mempunyai keyakinan
bahwa janji franchisor dapat diandalkan dan dapat memenuhi
kewajibannya dalam hubungan bisnis waralaba.
2) Variabel Communication
Kategori jawaban responden atas variabel communication adalah
tinggi/baik..Franchisee merasakan kemampuan franchisor untuk
dapat memberikan informasi yang dapat dipercaya dan tepat waktu.
3) Variabel Conflict Handling
Kategori jawaban responden atas variabel conflict handling dalah
tinggi/baik..Franchisee merasakan kemampuan franchisor untuk
menghindari konflik , menyelesaikan konflik sebelum terjadi
masalah dan mendiskusikan solusi ketika terjadi masalah.
4) Variabel Support System
kategori jawaban responden atas variabel support system dalah
tinggi/baik..Franchisee merasakan adanya dukungan yang
dibutuhkan dan mewadai yang diberikan oleh franchisor kepada
franchisee.
5) Variabel Franchise Brand Image
Kategori jawaban responden atas variable Franchise Brand Image
adalah tinggi/baik..Franchisee merasakan upaya yang dilakukan
franchisor agar nama merknya baik dan terkenal.
6) Variabel Relationship Satisfaction
Kategori jawaban responden atas variabel relationship satisfaction
dalah tinggi/baik..Franchisee memberikan sikap positif yang berasal
dari penilaian keseluruhan aspek franchisor
BAB III
KELEMAHAN DAN KEUNGGULAN PENELITIAN

A. Tema
Tema yang diambil dari penulis jurnal yang saya bahas ini sangat
menarik dan penting keberadaannya dalam memberikan informasi
kepada pelaku bisnis ataupun masyarakat yang tertarik dan ingin terjun
didunuia bisnis ini khususnya untuk jenis usaha waralaba makanan
lokal. Seperti yang kita ketahui bersama bahwasannya di jaman
sekarang waralaba merupakan salah satu jenis usaha yang banyak
menjamur dan di minati oleh masyarakat. Sistem waralaba ini
menawarkan berbagai kemudahan bagi pengusaha atau penerima
waralaba (franchisee) untuk menjadi pengusaha tanpa harus repot
mengurusi bisnisnya sendiri karena didukung sistem operasional oleh
pemilik merek atau pemberi waralaba (franchisor). Sistem waralaba ini
juga akan mengurangi resiko kegagalan karena telah teruji baik produk
maupun sistemnya dan franchisor secara penuh memberikan
supportnya.
Pada bagian pendahuluan jurnal “Faktor-Faktor Yang Memengaruhi
Hubungan Bisnis Waralaba Makanan Lokal” sudah baik penulisannya,
karena dikonsep dari pernyataan yang umum kemudian di kerucutkan
menjadi permasalahan yang lebih spesifik lagi mengenai masalah yang
lebih diteliti yaitu faktor-faktor yang memengaruhi tingkat hubngan
bisnis antara franchise dengan franchisor. Kekurangan yang terdapat
pada jurnal ini yaitu terletak di bagaian intisari atau abstrak. Penulis
hanya menyampaikan abstrak dalam bahasa inggris saja. Seharusnya di
bagian intisari atau abstrak tersebut juga harus di ketikkan dalam
Bahasa Indinesia, sehingga masyarakat umum dapat mengerti dan
mengetahui isi dari abstrak atau intisari pada jurnal “Faktor-Faktor
Yang Memengaruhi Hubungan Bisnis Waralaba Makanan Lokal”.
B. Metode
Penulis tidak menyeertakan metode penelitian yang lemgkap pada
jurnal ini. Pada bagian pembahasan memang dijelaskan bahwa penulis
menggunakan metode penelitian secara deskriptif. Akan tetapi tuntuk
teknik pengambilan data yang digunakan tidak dijelaskan secara rinci,
yaitu apakah kuisioner yang digunakan dalam penelitian tersebut
bersifat terbuka ataupun tertuptup. Kemudian untuk objek penelitian
yang digunakan kurang jelas karena penulis disini hanya menjelaskan
mengenai 32 penerima waralaba makanan (franchise) di Purwokerto,
seharusnya penulis juga perlu mencamtumkan deskripsi lengkap
responden yang mengisi kuisioner berdasarkan umur dan jenis waralaba
makanan lokal apa yang digeluti sehingga tidak membingunkan bagi
pembaca. Kemudian penyajian data pada jurnal “Faktor-Faktor Yang
Memengaruhi Hubungan Bisnis Waralaba Makanan Lokal” ini juga
membingungkan karena hasil-hasil perhitungan dan peertanyaan yang
diajukan dalam kuisioner tidak dicantumkan secara jelas sehingga
pembaca perlu memahami maknanya lebih dalam. Mengenai tabel
penilaian kategori akan jawaban responden sudah cukup baik
disajikam. Kelemahan yang lain pada jurnal ini penulis tidak
mecantumkan kapan waktu penelitian dilakukan, kemudian tempat
penelitian yang dilakukan juga tidak disampaikan secara rinci di
wilayah kabupaten atau kota, penulis hanya menyebutkan daerah nya
saja yaitu Purwokerto. Kemudian penulis juga tidak menerangkan
dengan jelas bagaimana kriteria pengambilan responden yang mengisi
kuisioner, teknik apa yang digunakan untuk pengambilan sampel
apakah responden yang mengisi kuisioner tersebut dipilih berdasarkan
wilayah, secara acak, ataupun secara insidental.
C. Rekomendasi Yang Disarankan
Penulis tidak mencantumkan saran pada jurnal ini. Penulis hanya
menyampaikan kesimpulan dari hasil penelitiannya saja. Seharusnya
saran merupakan aspek yang harus dicantumkan dalam penulisan jurnal
yang baik dan benar. Apabila suatu karya ilmiah atau suatu jurnal tidak
terdapat saran maka karya ilmiah atau jurnal tersebut dikategorikan
kurang baik karena, bagaimanapun juga tujuan dari dibuatnya suatu
karya ilmiah atau jurnal adalah untuk menyampaian informasi kepada
sasaran yang ditujukan. Di dalam jurnal ini penulis tidak
mencantumkan rekomendasi yang disarankan hal ini tentunya akan
membuat sasaran untuk menginformasikan faktor yang memengaruhi
hubuungan bisnis antara franchise dengan franchisor kurang dapat
dirasakan manfaatnya untuk dijadikan sebagai referensi atau bahan
pertimabangan dalam mengambil keputusan bagi para pelaku bisnis.
D. Kelebihan
1. Penulisan abstrak atau intisari dalam bahasa inggris sangat singkat
dan jelas kalimatnya sehingga dapat menarik pembaca.
2. Pendahuluan yang terdapat pada jurnal telah membahas dan
meramgkum secara keseluruhan mengenai apa yang akan dibahas
pendahuluan pada jurnal ini juga sudah sesuai dengan judul dan
abstrak .
3. Pada jurnal tersebut telah dibahas dengan lengkap faktor-faktor apa
saja yang dapat memengaruhi kepuasan hubungan anatara franchise
dengan franchisor waralaba makanan lokal sehingga dapat dijadikan
referensi bagi para pembaca atau pelaku bisnis dalam mengambil
tindakan dan keputusan.
4. Penulisan daftar pustaka pada jurnal ini sudah ditulis dengan baik
sesuai kaidah yang berlaku dalam penulisan karya tulis ilmiah.
E. Kekurangan
1. Tidak terdapat penulisan abstrak atau intisari dalam Bahasa
Indonesia di jurnal tersebut.
2. Penulis tidak mencantumkan saran atau rekomendasi yang
disarankan bagi para pembaca sehingga informasi yang disampaikan
kepada sasaran jurnal ini kurang terpaparkan secara lengkap.
3. Penulis tidak menjelaskan secara jelas dan lemgkap metode
penelitian yang di jelaskan, sealin itu penyajian data yang di sajikan
dalam jurnal ini juga membingunkan karena tidak ada perhitungan
secara jelas terhadap jawaban atas kuisioner dari responden.
Kemudian pertanyaan yang terdapat dalam kuisioner juga tidak
diterangkan secara jelas dalam jurnal ini.
4. Pada jurnal ini ada beberapa kata-kata yang typo penulisannya pada
bagian pembahasan
5. Penulis tidak mencantumkan catatan kaki dalam footnote pada jurnal
ini mengenai kutipan-kutipan kalimat dari seseorang atau tokoh,
sehingga pembaca tentu akan mengalami kesulitan dalam mencari
dalam daftar pustaka terakit nama-nama orang yang tulisannya di
kutip dalam jurnal tersebut.

Anda mungkin juga menyukai