Anda di halaman 1dari 9

TEORI-TEORI ETIKA

Tugas Mata Kuliah


Etika Bisnis dan Profesi

Oleh:
Qurrotul Kharisma
190810301028
Meilinda Rafika Sari
190810301068
Mochammad Firdaus
190810301077

Program Studi Akuntansi


Fakultas Ekonomi
Universitas Jember
2020
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keputusan moral yang diambil oleh seseorang dapat dipastikan dari adanya
kerangka yang disebut dengan teori etika. Penilaian yang disampaikan oleh satu orang
dengan orang lainnya bisa jadi berbeda-beda karena terdapat beberapa konsep dan
pemahaman tentang teori etika tersebut. Dalam hidup kita akan selalu berhubungan
dengan individu lainnya atau sebuah kelompok. Oleh karena itu, perlu adanya
pemahaman mengenai teori-teori etika yang kemungkinan akan manfaat terhadap
kehidupan atau hubungan sosial kita.
Cara manusia menilai atau memandang suatu pemecahan masalah juga dapat
mengubah nilai etika yang telah berlaku sebelumnya. Manusia yang menunjukkan diri
sebagai individu dan bagian kehidupan sosial disebut dengan monopluralis. Hal ini
menyebabkan manusia memiliki perbedaan tingkat kesadaran dalam mamaknai hidup.
Manusia juga merupakan obyek dari moral itu sendiri, sebagai akibat dari hubungan
sesame maupun tatanan hidup (Palese: 2013).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengetahuan tentang teori-teori etika dapat mempengaruhi perilaku
manusia?

C. Tujuan
1. Memahami manfaat dari pengetahuan teori-teori etika serta dapat menggunakannya
untuk kehidupan perilaku manusia.
BAB 2
PEMBAHASAN

A. ETIKA ABSOLUT VS ETIKA RELATIF


Dalam prinsip etika absolut diyakini bahwa ada prinsip-prinsip etika yang bersifat
mutlak berlaku secara universal kapanpun dan dimanapun. Immanuel Kant dan James
Rachels merupakan tokoh yang mendukung paham etika absolut. Sedangkan penganut
etika relatif mengatakan bahwa tidak ada prinsip atau nilai moral yang berlaku secara
umum. Joseph flatcher dalam (Suseno: 2006) mendukung paham etika relatif dengan
teori etika situasional nya. Prinsip dan nilai moral dalam masyarakat berbeda-beda
untuk situasi yang berbeda pula.
Contoh yang mendukung paham etika relatif yang diungkapkan oleh Rachels
(2004) tentang suku Callatia di India yang akan memakan jenazah orang tua mereka
ketika meninggal dan orang Yunani yang memilih membakar jenazah orang tua mereka
ketika meninggal.

B. PERKEMBANGAN PERILAKU MORAL


Teori perkembangan moral banyak dibahas dalam ilmu psikologi salah satu teori
yang sangat berpengaruh dikemukakan oleh Kohlberg (Atkinson: 1996) yang
memberikan teori bahwa berdasarkan pertumbuhan anak, terdapat 3 tahap dalam
perkembangan moral, antara lain:

Tingkat (Level) Sublevel Ciri menonjol


Tingkat I 1.      Orientasi pada hukuman Mematuhi peraturan untuk
menghindari hukuman.
(Preventional)
2.      Orientasi pada hadiah Menyesuaikan diri untuk
Usia <10 tahun
memperoleh hadiah atau
pujian.
Tingkat II 3.      Orientasi anak baik Menyesuaikan diri untuk
menghindari celaan orang
(Conventional)
lain.
Usia 10-13 tahun
4.      Orientasi otoritas Mematuhi hukum dan
peraturan social untuk
menghindari kecaman dari
otoritas dan perasaan
bersalah karena tidak
melakukan kewajiban
Tingkat III 5.      Orientasi kontrak social Tindakan yang dilaksanakan
atas dasar prinsip yang
(Postconventional)
disepakati bersama
Usia > 13 tahun masyarakat, demi
kehormatan diri
6.      Orientasi prinsip etika Tindakan yang didasarkan
atas prinsip etika yang
diyakini diri sendiri untuk
menghindari penghukuman
diri.

Dalam teori-teori di atas, Kohlberg menyimpulkan bahwa umur seseorang juga


mempengaruhi tingkat perkembangan moral nya. Bertambahnya usia seseorang
diharapkan meningkat pula kesadaran moralnya. Namun dalam praktiknya, banyak
sekali pertumbuhan usia seseorang tidak serta merta diikuti oleh pertumbuhan tingkat
kesadaran moral nya.
C. Beberapa Teori Etika

Suatu pengetahuan tentang suatu objek baru bisa dianggap sebagai disiplin ilmu
bila pengetahuan tersebut telah dilengkapi dengan seperangkat teori tentang objek yang
dikaji. Jadi, teori merupakan tulang punggung suatu ilmu. Ilmu pada dasarnya adalah
kumpulan pengetahuan yang bersifat menjelaskan berbagai gejala alam dan sosial yang
memungkinkan manusia melakukan serangkaian tindakan untuk menguasai gejala
tersebut berdasrkan penjelasan yang ada, sedangkan teori adalah pengetahuan ilmiah
yang mencakup penjelasan mengenai suatu faktor tertentu dari sebuah disiplin keilmuan
(Suriasumantri, 2000).
Etika sebagai disiplin ilmu berhubungan dngan kajian secara kritis tentang adat
kebiasaan, nilai-nilai, dan norma-normaperilaku manusia yang dianggap baik atau tidak
baik. Sebagi ilmu, etika belum semapan ilmu fisika atau ilmu ekonomi. Dalam etika
masih dijumpai banyak teori yang mencoba untuk menjelaskan suatu tindakan, sifat,
atau objek parilaku yang sama dari sudut pandang atau perspektif yang berlainan.

Egoisme

Rachels (2004) memperkenalkan dua konsep yang berhubungn dengan


egoisme, yaitu: egoisme psikologis dan egoisme etis.

Egoisme psikologis adalah suatu teori yang menjelaskan bahwa semua tindakan
manusia dimotivasi oleh kepentingan berkuwat diri (selfish). Menurut teori ini, orang
boleh saja yakin bahwa ada tindakan mereka yang bersifat luhur dan suka berkorban,
namun semua tindakan yang terkesan luhur dan tindakan yang suka berkorban
tersebut hanyalah ilusi. Egoisme etis adalah tindakan yang dilandasi oleh
kepentingan diri sendiri (self-interest). Munculnya paham egoisme etis memberikan
landasan yang sangat kuat bagi munculnya paham ekonomi kapitalis dalam ilmu
ekonomi.

Utilitarianisme

Utilitarisme besasal dari kata latin utilis, kemudian menjadi kata Inggris Utility
yang berarti bermanfaat ( Bertens, 2000 ). Menurut teori ini, suatu tindakan dapat
dikatakan baik jika membawa manfaat bagi sebanyak mungkin anggota masyarakat,
atau dengan istilah yang sangat terkenal: “the greatest happiness of the greatest
numbers”. Jadi, ukuran baik tidaknya suatu tindakan dilihat dari akibat, konsekuensi,
atau tujuan dari tindakan itu apakah memberi manfaat atau tidak.Itulah sebabnya,
paham ini disebut juga paham teleologis. Teleologis berasal dari kata yunani telos
yang berarti tujuan.

Perbedaan paham utilitarianisme dengan paham egoisme etis adalah melihat


dari sudut pandang kepentingan individu, sedangkan paham utilitarianisme melihat
dari sudut kepentingan orang banyak (kepentingan bersama, kepentingan
masyarakat).

Deontologi

Istilah deontologi berasal dari kata Yunani deon yang berarti kewajiban (Beterns,
2000). Paham ini dipelopori oleh Immanuel Kant (1724-1804) dan kembali mendapat
dukungan dari filsuf abad ke-20, Anscombe dan suaminya .Peter Geach (Rachels,
2004). Paham deontologi mengatakan bahwa etis tidaknya suatu tindakan tidak ada
kaitannya sama sekali dengan tujuan, konsekuensi, atau dari akibat dari tindakan
tersebut.

Untuk memahami lebih lanjut tentang paham deontologi ini, sebaiknya dipahami
terlebih dahulu dua konsepn penting yang dikemukakan oleh Kant, yatu konsep
imperative hypothesis dan impertive categories. Imperative hypotesis adalah
perintah-perintah (ought) yang bersifat khusus yang harus diikuti jika seseorang
mempunyai keinginan yang relevan. Imperative categories adalah kewajiban moral
yang mewajibkan kita begitu saja tanpa syarat apa pun. Dalam hal ini, kewajiban
moral bersifat mutlak tanpa ada pengecualian apa pun dan tanpa dikaitkan dengan
keiginan atau tujuan apa pun.

Teori hak

Menurut teori hak, suatu tindakan atau perbuatan dianggap baik bila
perbuatan atau tindakan tersebut sesuai dengan hak asasi manusia (HAM). Namun
senagaimana dikatakan oleh Bertens (2000), teori hak merupakan suatu aspek dari
teori deontologi (kewajiban) karena hak tidak dapat dipisahkan dengan kewajiban
bagaikan satu keping mata uang logam yang sama dengan du sisi. Teori hak
sebenarnya di dasarkan atas asumsi bahwa manusia mempunyai martabat dan
semua manusia mempunyai martabat yang sama.

Hak asasi manusia didasarkan atas beberapa sumber otoritas (Weiss, 2006),
yaitu:

1) Hak hukum (legal right)


Adalah hak yang didasarkan atas sistem/yurisdiksi hukum suatu negara, dimana
sumber hukum tertinggi suatu negara adalah Undang-Undang Dasar negara
yang bersangkutan.
2) Hak moral atau kemanusiaan (moral, human right)
Dihubungkan dengan pribadi manusia secara individu, atau dalam beberapa
kasus dihubungkan dengan kelompok bukan dengan masyarakat dalam arti luas.
Hak moral berkaitan dengan kepentingan individu sepanjang kepentingan
individu itu tidak melanggar hak-hak orang lain.
3) Hak kontraktual (contractual right)
Mengikat individu-individu yang membuat kesepakatan atau kontrak bersama
dalam wujud hak dan kewajiban masing-masing pihak.

Teori Keutamaan (Virtue Theory)

Teori keutamaan sebenarnya telah lahir sejak jaman dahulu yang didasarkan
atas pemikiran Aristoteles (384-322 SM) yang sempat tenggelam. Teori keutamaan
berangkat dari manusianya (Bertens, 2000). Teori keutamaan tidak menanyakan
tindakan mana yang etis dan tindakan mana yang tidk etis. Tidak seperti kedua teori
yang pernah dijelaskan sebelumnya, dasar teori keutamaan sangat berbeda.

Teori ini tidak lagi mempertanyakan suatu tindakan, tetapi berangkat dari
pernyataan mengenai sifat-sifat atau karakter yang harus dimiliki seseorang agar bisa
disebut sebagai manusia utama, dan sifat-sifat atau karakter yang mencerminkan
manusia hina. Dengan demikian, karakteristik/sifat utama dapat didefinisikan sebagai
disposisi sifat/watak yang telah melekat dan dimiliki oleh seseorang dan
memungkinkan dia untuk selalu bertingkah laku yang secara moral bernilai baik.

Teori Etika Teonom

Teori etika teonom dilandasi oleh filsafat Kristen. Teori ini mengatakan bahwa
karakter moral manusia ditentukan secara hakiki oleh kesesuaian hubungannya
dengan kehendak Allah. Perilaku manusia secara moral dianggap baik jika sepadan
dengan kehendak Allah, dan perilaku manusia dianggap tidak baik bila tidak
mengikuti aturan-aturan perintah Allah sebagaimana telah di ungkapkan dalam kitab
suci.

D. Etika Abad ke-20


Esensi dari beberapa pemikiran moral yang berpengaruh yang muncul pada
abad ke-20 sebagai tambahan atas beberapa paham/teori etika yang telah diuraikan
sebelumnya. Ringkasan ini diambil dari buku Etik Abad Kedua puluh karangan Frans
Magnis Suseno (2006).

Arti Kata “Baik” Menurut George Edwar Moore

Kata baik adalah kunci dari moralitas, namun Moore mersa heran tidak satu pun
etikawan yang berbicara tentang kata baik tersebut, seakan-akan hal itu sudah jelas
dengan sendirinya. Kata baik sebagai nikmat (kaum hedonis), memenuhi keinginan
individu (etika egoisme, etika psikologis), memenuhi kepentingan orang banyak (etika
utilitarianisme), memenuhi kehendak Allah (etika teonom), dan bhkan ada yng
mengatakan kata baik tidak mempunyai arti. Sebenarnya kata baik adalah baik, titik.
Setiap usaha utuk mendefinisikannya akan selalu menimbulkan kekacauan.

Tatanan Nilai Max Scheller


Menurut Scheller,ada empat gugus nilai yang masing-masing mandiri dan
berbeda antara satu dengan yang lain, yaitu:

1) Nilai-nilai sekitar enak dan tidak enak


2) Nilai-nilai vital
3) Nilai-nilai rohani murni
4) Nilai-nilai sekitar roh kudus

Etika Situasi Joseph Fletcher

Joseph Fletcher termasuk tokoh yang menentang adanya prinsip-prinsip etika


yang bersifat mutlak. Ia berpendapat bahwa setiap kewajiban moral selalu
bergantung pada situasi konkrit.

Pandangan Penuh Kasih Iris Murdoch

Menurut Murdoch, yang khas dari teori-teori etika pasca Kant adalah
bahwa nilai-nilai moral dibuang dari dunia nyata. Teori Murdoch menyatakan bahwa
bukan kemampuan otonom yang menciptakan nilai, melainkan kemampuan untuk
melihat dengan penuh kasih dan adil.

Pengelolaan Kelakuan Byrrhus Frederic Skinner

Teori Skinner mengeni pengelolaan kelakuan dimulai dari


pengamantanya bahwa dalam ilmu fisika dan ilmu hayat, manusia telah mencapai
kemajuan luar biasa dalam 2000 tahun terakhir. Skinner mengatakan bahwa
pendekatan filsfat nasional dan ilmu manusia tdak memadahi sehingga yang
diperlukan bukanlah ilmu etika, tetapi sebuah teknologi kelakuan.

Prinsip Tanggung Jawab Hans Jonas

Etika tradisional hanya memperhatikan akibat tindakan manusia dalm


lingkungan dekat dan sesaat. Etika macam ini tidak dapat lagi menghadapi ancaman
global kehidupan didunia ini. Oleh karena itu, Jonas menekankan pentingnya
dirancang etika baru yang berfokus pada tanggung jawab.

Kegagalan Etika Pencerahan Alasdair Maclntyre


Maclntyre mengatakan bahwa etika pencernana telah gagal karena
perencanaan atas nama rasionalitas justru telah membuang apa yang menjadi dasr
rasionalitas setiap ajaran moral, yaitu pandangan teleologis tentang meanusia.

Dapus:
Maiwan, M. 2019. Memahami Teori-Teori Etika: Cakrawala dan Pandangan.
http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/jmb/article/download/9093/6204/
Agoes, S. dan Ardana, C. 2017. Etika Bisnis dan Profesi Tantangan Membangun Manusia
Seutuhnya. Rev ed. Jakarta : Salemba Empat

Anda mungkin juga menyukai