Anda di halaman 1dari 13

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN DAN TEKNOLOGI

MENINGKATKAN MUTU PENGAMBILAN KEPUTUSAN


MANAJEMEN UNTUK PERUSAHAAN DIGITAL

Disusun oleh:
1. Salsabillah Alsifa’a Ardy (190810301005)
2. Dessy Rachmawati (190810301045)
3. Foni Lolita Agustin (190810301081)
4. Yuris Ayu Anisa (190810301114)

S1 AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS JEMBER
2020/2021

1
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................................. 1
DAFTAR ISI ......................................................................................................................... 2
BAB I. PENDAHULUAN .................................................................................................... 3
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................... 3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 4
2.1 Pengertian Keputusan ................................................................................................ 4
2.2 Pengertian Manajemen ............................................................................................... 4
2.3 Pengertian Perusahaan ............................................................................................... 4
2.4 Pengertian Digital ...................................................................................................... 4
2.5 Pengertian Perusahaan Digital .................................................................................... 5
BAB III. PEMBAHASAN .................................................................................................... 6
3.1 Pengambilan Keputusan dan Sistem Informasi ........................................................... 6
3.1.1 Nilai Bisnis yang Meningkatkan Pengambilan keputusan ............................... 6
3.1.2 Tipe Keputusan .............................................................................................. 7
3.1.3 Proses Pengambilan Keputusan ...................................................................... 7
3.1.4 Manajer dan Pengambila Keputusan dalam Dunia Nyata ................................ 8
3.2 Intelijen Bisnis dalam Perusahaan ............................................................................ 10
3.2.1 Apakah yng Dimaksud dengan Intelijen Bisnis? ........................................... 10
3.2.2 Lingkungan Intelijen Bisnis .......................................................................... 10
3.2.3 Intelijen Bisnis dan Kapabilitas Analitis ....................................................... 11
3.3 Pemilihan dalam Intelijen Bisnis .............................................................................. 11
3.3.1 Dukungan Keputusan Untuk Manajemen Operasional Dan Manajemen
Menengah ..................................................................................................... 11
3.3.2 Dukungan Keputusan bagi Manajemen Senior .............................................. 12
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 13

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Kegiatan seorang manajemen yang penting salah satunya yaitu memahami
sebuah sistem dengan sepenuhnya agar dapat mengambil sebuah keputusan yang tepat
sehingga nantinya akan dapat memperbaiki hasil sebuah sistem secara keseluruhan dan
tentunya sesuai dengan batasan-batasan yang telah ditentukan. Dengan demikian
pengambilan keputusan itu sendiri dapat didefinisikan sebagai suatu proses alternatif
untuk melakukan sebuah pilihan baik secara kualitatif maupun kuantitatif agar
mendapatkan suatu jalan alternatif yang terbaik sehingga bermanfaat untuk menjawab
permasalahan pada perusahaan dan dapat menyelesaikan adanya konflik atau
kesengajaan yang sedang terjadi di perusahaan atau organisasi tersebut.
Adanya suatu keputusan yang telah dibuat dengan tujuan untuk memecahkan
suatu permasalah yang ada dan didalamnya seorang manajemen juga ikut serta
bertanggung jawab dalam menentukan bagaimana seharusnya sistem pendukung
manajemen dapat berperan atau berkontribusi besar dalam menjalankan kinerja
organisasi atau perusahaan serta dapat mengalokasikan sumberdaya yang ada untuk
pembuatannya. Namun juga membawa beberapa tantangan bagi seorang manajemen.
Salah satu tantangan yang dimaksud yaitu kurangnya sebuah pemahaman yang dimilik
sehingga menyebabkan proses pengambilan keputusan dalam membuat sistem
pendukung manajemen menjadi tidak efektif, oleh karena itu sistem tidak mendukung
pengambilan keputusan tersebut.
Tujuan diciptakannya sebuah sistem tersebut salah satunya untuk
membangkitkan informasi yang nantinya dapat digunakan bagi seorang manajer untuk
melaksanakan stategi, mengendalikan operasi, membuat perencanaan jangka panjang
maupun perencanaan jangka pendek, melakukan pengendalian manajemen dan
melakukan pemecahan masalah secara khusus. Dalam sebuah sistem yang
komputerisasi, program secara terus-menerus, melakukan pemantauan transaksi yang
sedang diproses atau yang baru digunakan untuk melakukan pengidentifikasian serta
secara otomatis juga melaporkan lingkungan manajemen yang dianggap perlu mendapat
perhatian dari seorang manajer.
Dengan adanya bantuan sistem tersebut, manajer secara mudah dapat
mengendalikan operasional perusahaan atau organisasi yang sedang beroperasi. Selain
itu seorang manajer juga dapat melakukan pengambilan keputusan bisnis dengan lebih
cepat dan tepat sesuai dengan sasaran karena manajer tersebut memperoleh informasi
yang lebih efektif dan aktual kebenarannya. Namun keputusan yang akan diambil tetap
membutuhkan pemahaman tersendiri dan demi mangarahkan pengambilan keputusan
yang terkait seorang manajemen perlu melakukan pertimbangan dengan policy
organisasi.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PENGERTIAN PKEPUTISAN
Keputusan merupakan suatu hasil dari pemecahan suatu masalah yang dihadapi
oleh seseorang. Keputusan ini berhubungan dengan bagaimana dan apa yang harus
dilakukan. Keputusan adalah suatu hasil dari beberapa alternatif yang berupa satu
pilihan yang digunakan untuk memecahkan masalah.

2.2 PENGERTIAN MANAJEMEN


Manajemen dapat diartikan sebagai proses, suatu kolektifitas manusia, serta
ilmu dan seni. Secara umum manajemen merupakan suatu cara untuk mengelola
pekerjaan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan dengan cara menggerakkan
orang lain dan dengan usaha yang maksimal. Orang yang menggerakkan para pekerja
disebut manajer.
Menurut Harrington Emerson dalam Phiffer John F. dan Presthus Robert V.
(1960) ada 5 unsur manajemen:
a. Man, tenaga kerja.
b. Money, modal yang digunakan untuk membiayai kegiatan perusahaan.
c. Materials, bahan baku yang digunakan untuk menciptakan sebuah produk.
d. Mechines, alat yang digunakan sebagai penunjang kegiatan operasional
perusahaan.
e. Methods, metode atau prosedur yang berguna sebagai panduan dalam seluruh
kegiatan yang terjadi di perusahaan.

2.3 PENGERTIAN PERUSAHAAN


Perusahaan adalah istilah ekonomi yang dipakai dalam KUHD dan
perundangan-undangan diluar KUHD. Tetapi dalam KUHD sendiri tidak dijelaskan
pengertian resmi istilah perusahaan itu. Rumusan pengertian perusahaan terdapat dalam
Pasal 1 Undang-undang No.3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan (UWDP).
Dalam Pasal 1 huruf (b) Undang-undang No.3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar
Perusahaan (UWDP), perusahaan adalah “Setiap bentuk usaha yang menjalankan setiap
jenis usaha yang menjalankan setiap jenis usaha yang bersifat tetap dan terus-menerus
dan didirikan, bekerja, serta berkedudukan dalam wilayah negara Indonesia untuk
tujuan memperoleh keuntungan atau laba”.
Menurut Swastha Dan Sukotjo (2002:12) perusahaan adalah suatu organisasi
produksi yang menggunakan dan mengkoordinir sumber-sumber ekonomi untuk
memuaskan kebutuhan dengan cara yang menguntungkan.
Menurut Molengraaffa Peusahaan dalah keseluruhan perbuatan yang dilakukan
secara terus-menerus, untuk memperoleh penghasilan, bertindak keluar, dengan cara
memperdagangkan, menyerahkan atau mengadakan perjanjian-perjanjian
perdagangan10. Pengertian perusahaan disini tidak mempersoalkan tentang perusahaan
sebagai Badan Usaha, namun justru perusahaan sebagai perbuatan, jadi terkesan hanya
meliputi kegiatan usaha.

2.4 PENGERTIAN DIGITAL


Pengertian digital ialah suatu penggambaran dari suatu keadaan atau juga situasi
bilangan yang terdiri dari angka, yakni angka 0 serta 1, atau off dan on (bilangan Biner
atau pun juga dikenal juga dengan istilah atau sebutan Binary Digit).

4
Pendapat lain kemudian juga menyatakan bahwa definisi digital ini ialah suatu
sinyal atau data yang kemudian dinyatakan di dalam serangkaian angka yakni angka 0
serta 1, serta pada umumnya itu diwakili oleh adanya nilai kuantitas fisik, seperti halnya
tegangan atau pun juga polarisasi magnetik.
Teknologi digital ini merupakan suatu alat yang tidak lagi menggunakan tenaga
manusia dengan secara manual, tetapi lebih pada sistem pengoperasian yang otomatis
dengan menggunakan sistem komputerisasi atau pun juga format yang dapat atau
bisadibaca oleh komputer. Teknologi digital tersebut pada dasarnya itu hanyalah
sebuahsistem dari penghitung yang sangat cepat yang kemudian memproses seluruh
bentukinformasi tersebut yakni sebagai nilai numerik (atau kode digital)

2.5 PENGERTIAN PERUSAHAAN DIGITAL


Perusahaan digital adalah di mana hampir semua hubungan bisnis organisasi
penting dengan pelanggan, para penyalur, dan karyawan dimungkinkan dapat ditengahi
secara digital. Proses bisnis inti perusahaan digital terpenuhi melalui jaringan digital
yang memutar keseluruhan organisasi atau penghubung berbagai organisasi.
Proses bisnis mengacu pada cara yang unik di mana pekerjaan diorganisir,
dikoordinir, dan dipusatkan untuk menghasilkan suatu produk berharga atau jasa
pelayanan. Mengembangkan suatu produksi baru, membangkitkan dan melaksanaan
suatu order/ pesanan, menggunakan atau merekrut suatu karyawan adalah contoh proses
bisnis, dan organisasi memenuhi proses bisnis mereka bisa merupakan suatu sumber
kekuatan kompetitif. Didalam suatu perusahaan digital, setiap potongan informasi
diperlukan untuk mendukung kunci keputusan bisnis yang tersedia pada setiap waktu
dan di manapun didalam perusahaan itu. Perusahaan digital merasakan dan bereaksi
terhadap lingkungan mereka yang jauh dengan cepat dibanding perusahaan tradisional,
memberi mereka lebih fleksibilitas untuk survive dalam pergolakan waktu. Perusahaan
digital menawarkan peluang luar biasa untuk manajemen dan organisasi secara lebih
global. Yang kedua dengan secara digital memungkinkan dan pelurusan pekerjaan
mereka, perusahaan digital mempunyai potensi untuk mencapai tingkatan daya saing
dan profitabilitas belum pernah terjadi.

5
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 PENGAMBILAN KEPUTUSAN DAN SISTEM INFORMASI
Pengambilan keputusan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh
pemimpin atau manajer yang dapat dijumpai pada semua tingkatan dan semua
bidanguntuk memilih alternatif terbaik yang selanjutnya akan ditindak lanjuti dan
diterapkan sebagai suatu cara pemecahan masalah (George, 1988). Pada umumnya,
proses pengambilan kepurusan dalam suatu perusahaan atau organisasi bisnis hanya
terbatas pada keputusan manajemen. Pada kondisi tersebut, para karyawan yang
memiliki posisi terendah akan memiliki tanggung jawab atas beberapa hal dari
pengambilan keputusan tersebut, seperti halnya sistem informasi yang kaan
menyediakan informasi kepada karyawan yang memiliki posisi lebih rendah dalam
perusahaan atau organisasi bisnis tersebut.
3.1.1 Nilai Bisnis yang Meningkatkan Pengambilan Keputusan
Dalam suatu perusahaan atau organisasi bisnis terdapat nilai sistem
pendukung yang dapat meningkatkan mutu dalam proses pengambilan
keputusan. Menurut Sudirman dan Widjajani (1996), perkembangan sistem
yang dapat meningkatkan pengambilan keputusan meliputi:
a. Sistem pendukung keputusan kelompok atau Group Decision Support
Systems (GDSS), merupakan suatu sistem berbasis komputer yang dapat
membantu proses pengambilan keputusan secara interaktif bagi
kelompok pembuat keputusan yang bekerja bersama-sama untuk
mengatasi masalah-masalah yang tidak terstruktur
b. Informasi Semiterstruktur. Keseluruhan informasi digital yang dimiliki
perusahaan atau organisasi bisnis tidak tersimpan dalam laporan formal.
Hampir 80% dari isi informasi dalam sebuah perusahaan atau organisasi
bisnis bersifat semiterstruktur, seperti memo, e-mail, brosur, video, dan
berbagai proposal yang disimpan dalam format berbeda.
c. Sistem pendukung keputusan organisasi atau organizational decision
support systems. Terdapat empat fase pendekatan formal, dua fase
pertama adalah strukturalisasi, perancangan, dan pembentukan kerangka
pengembangan sistem. Fase ketiga merupakan permodelan dan/atau
simulasi dari semua aspek yang telah dirancang dan akan dikembangkan.
Fase ke empat merupakan implementasi atau penerapan sistem dalam
kegiatan di perusahaan atau organisasi bisnis.

6
3.1.2 Tipe Keputusan
Dalam perusahaan atau organisasi bisnis terdapat tingkatan-tingkatan
yang memiliki kebutuhan informasi yang berbeda-beda yang dibutuhkan dalam
memndukung proses pengambilan keputusan. Hal tersebut juga berarti bahwa
setiap tingkatan tersebut akan memiliki tanggung jawab yang berbeda atas tipe
keputusan yang dipilihnya. Terdapat beberapa tipe keputusan, antara lain:
a. Keputusan Tidak Terstruktur, merupakan keputusan yang tidak terjadi
secara berulang dan tidak selalu terjadi. Keputusan ini pada
umumnyaterjadi dan dilakukan oleh manajemen tingkat atas. Informasi
yang diperlukan untuk pengambilan keputusan tidak terstruktur tidak
mudah untuk didapatkan dan tidak mudah tersedia dan biasanya berasal
dari lingkungan luar. Dalam pengambilan keputusan, diperlukan
evaluasi, pertimbangan, dan wawasan untuk dapat memecahkan
permasalahan terkait. Setiap keputusan yang dihasilkan merupakan
keputusan baru dan bersifat penting, serta tidak terdapat prosedur yang
mengikat dalam proses pengambilan keputusan tersebut.
b. Keputusan Terstruktur, merupakan keputusan yang terjadi secara
berulang dan rutin, sehingga dapat diprogram. Keputusan terstruktur
pada umumnya terjadi dan dilakukan terutama oleh manjemen tingkat
bawah.
c. Keputusan Semiterstruktur, merupakan keputusan yang sebagian dapat
diprogram, sebagian terjadi secara berulang dan rutin dan sebagian tidak
terstruktur. Keputusan semiterstruktur pada umumnya bersifat rumit dan
membutuhkan perhitungan serta analisis yang terperinci.

3.1.3 Proses Pengambilan Keputusan


Pengambilan keputusan secara umum dapat didefinisikan sebagai suatu
proses pemilihan diantara berbagai alternatif. Pengertian tersebut mencakup
proses pembuatan pilihan dan proses pemecahan masalah.
a. Intelijen, menyangkut kegiatan pengidentifikasian dan pemahaman
terhadap suatu permasalahan yang terjadi dalam perusahaan atau
organisasi bisnis, meliputi mengapa dan dimana masalah tersebut terjadi,
juga apa akibat yang ditimbulkan oleh masalah tersebut.. Juga
menyangkut pencarian berbagai kondisi lingkungan yang diperlukan
bagi keputusan. Data mentah diperoleh, diolah, dan diuji yang kemudian
akan dijadikan arah tindakan yang dapat mengidentifikasi permasalahan
yang terjadi.
b. Rancangan, menyangkut kegiatan pengidentifikasian dan pencarian
alternatif yang dapat menjadi solusi permasalahan yang terjadi. Aktivitas

7
ini meliputi proses untuk memahami permasalahan untuk menghasilkan
alternatif pemecahan dan menguji kelayakan pemecahan tersebut.
c. Pilihan, menetapkan arah tindakan tertentu dari keseluruhan yang ada
berdasarkan beberapa alternatif pilihan solusi yang akan ditentukan dan
dilaksanakan.
d. Implementasi, merupakan tahap penerapan alternatif solusi yang telah
dipilih dan mengawasi peelaksanaan keputusan tersebut.

3.1.4 Manajer dan Pengambilan Keputusan dalam Dunia Nyata


Manajer memiliki peran yang sangat penting dalam suatu perusahaan
atau organisasi bisnis. Para manajer meiliki tanggung jawab dalam proses
pengambilan keputusan, pembuatan laporan, kegiatan rapat, dan kegiatan-
kegiatan perusahaan lainnya. Model manajemen klasik yang diterapkan selama
70 tahun sejak tahun 1920an menjabarkan 5 fungsi klasih para manajer, yaitu
melakukan perencanaan, mengatur, mengkoordinasi, memutuskan, dan
melakukan pengendalian. Model manajemen klasik hanya menjelaskan peran
manajer secara formal, namun tidak menjelaskan secara terperinci hal-hal yang
harus dilakukan oleh manajer saat menjalankan peran-perannya. Sehingga
dalam model perilaku, peran manajerial dinilai menjadi kurang sistematis, lebih
informal, kurang reflektif, lebih reaktif, dan kurang terorganisir.
Henry Mintzberg mengklasifikasikanperilaku manajer ke dalam 10
peran manajerial. Peran manajerial merupakan kegiatan atau hal-hal yang
diharapkan untuk dilakukan oleh manajer dalam suatu perusahaan atau
organisasi bisnis. Kemudian peran manajerian tersebut oleh Mintzberg dibagi
menjadi 3 kategori, yaitu:
a. Peran Antarpribadi. Para manajer berperan sebagai figur utama yang
mewakili perusahaan atau organisasi bisnis untuk berhubungan dengan
dunia luar, juga melakukan tugas-tugas simbolik terhadap para karyawan
yang memiliki posisi lebih rendah. Manajer juga berperan sebagai
pemimpin yang harus memotivasi, memberi nasihat, dan mendukung
kinerja bawahannya. Selain itu, manajer juga bertindak sebagai
penghubung antar unit kegiatan dalam perusahaan atau organisasi bisnis
yang menghubungkan anggota antar unit kegiatan tersebut.

8
b. Peran Informasi. Para manajer berperan sebagai pusat alur lalu lintas
informasi dalam perusahaan atau organisasi bisnis. Manajer bertugas
menerima informasi terbaru lalu menyebarkannya kepada karyawan
yang membutuhkan informasi tersebut. Manajer juga berperan sebagai
juru bicara dalam menyampaikan informasi yang ada dalam perusahaan
atau organisasi bisnisnya.
c. Peran Pengambil Keputusan. Manajer berperan dalam pengambilan
keputusan dengan mengusulkan jenis-jenis aktivitas baru, mengatasi
masalah-masalah yang muncul dalam perusahaannya, mengalokasikan
sumberdaya yang dimiliki oleh perusahaannya, dan menjadi penengah
dalam konflik yang terjadi antar kelompok atau unit kegiatan yang ada
dalam perusahaannya.
Peran manajer tidak sepenuhnya dapat dibantu oleh sistem informasi.
Sistem informasi dapat membantu manajer dalam penyediaan informasi yang
dibutuhkan dalam proses pengambilan keputusan, namun tidak semua investasi
yang dilakukan untuk mendukung teknologi dan sistem informasi akan
memberikan hasil yang positif. Terdapat 3 hal utama yang menyebabkan hal
tersebut, yaitu:
a. Kualitas Informasi. Informasi berkualitas tinggi sangat diperlukan dalam
proses penambilan keputusan berkualitas tinggi. Informasi berkualitas
tinggi merupakan informasi yang memiliki tingkat keakuratan dan
kelengkapan yang tinggi. Apabila informasi yang terdapat dalam
perusahaan tidak memiliki kualitas yang tinggi, maka proses
pengambilan keputusan berkualitas tinggi akan sulit dilakukan.
b. Penyaring Manajemen. Para manajer harus memiliki kemampuan dama
menyeleksi solusi pemecahan yang diperlukan dalam setiap
permasalahan yang terjadi dalam perusahaannya karena setiap
permasalahan memiliki solusi pemecahan yang berbeda-beda. Para
manajer juga harus mampu menyeleksi informasi yang diperlukan dan
tidak diperlukan dalam peroses pengambilan keputusan yang
dilakukannya agar menghasilkan keputusan yang berkualitas.
c. Politik dan Inersia Organisasional. Organisasi merupakan birokrasi yang
memiliki kemampuan dan tingkat kompetensi yang terbatas untuk dapat
melakukan tindakan-tindakan yang bertujuan untuk penentuan masa
depan ornasisasi tersebut. Proses pengambila keputusan dalam
organisasi harus memperhatikan perubahan-perubahan yang terjadi
dalam lingkungan.
3.1.5 Pengambilan Keputusan Otomatis yang Berkecepatan Tinggi.
Saat ini banyak pengambilan keputusan manajerial dalam perusahaan
atau organisasi bisnis tidak dilakukan oleh para manajer, melainkan dilakukan
oleh teknologi informasi. Pengambilan keputusan secara otomatis mungkin
dilakukan dengan adanya algoritme komputer yang mampu mendefinisikan
langkah-langkah atau prosedur dengan tepat, database yang sangat besar,
prosesor berkecepatan tinggi, dan prangkat lunak yang mampu melaksanakan
tugas secara optimal. Hal tersebut berarti bahwa perusahaan dapat melakukan
proses pengambilan keputusan tidak melalui para manajer, melainkan dengan
bantuan teknologi informasi. Teknologi informasi mampu memonitor berbagai
kegiatan dalam organisasi dan melakukan pengendalian lebih cepat daripada
yang dilakukan oleh para manajer, atau manusia.

9
3.2 INTELIJEN BISNIS DALAM PERUSAHAAN
Dalam proses pengambilan keputusan, terdapat berbagai jenis sistem yang
dapat digunakan untuk membantu manajemen. Terdapat fondasi yang mendasi sistem-
sistem tersebut, yaitu intelijen bisnis dan infrastruktur analitis bisnis yang mampu
menyediakan pasokan data, informasi, dan alat bantu analitis yang akan mendukung
pengambilan keputusan manajemen.
3.2.1 Apakah yang Dimaksud dengan Intelijen Bisnis?
Intelijen bisnis atau Business Intelligence (BI) merupakan suatu istilah
yang digunakan oleh para penyedia perangkat keras dan perangkat lunak, serta
patra konsultan dalam teknologi informasi yang digunakan untuk
menggambarkan infrastruktur teknologi dalam pergudangan, pengintegrasian,
pelaporan, dan penganalisisan sumber daya yang dimiliki dalam perusahaan.
Sedangkan analisis bisnis atau Business Analytics (BA) merupakan istilah yang
digunakan oleh penyedia atau pemasok untuk menyebutkan alat bantu atau
teknok yang digunakan untuk menganalisis dan memahami data.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa BI dan BA merupakan
pengintegrasian aliran informas yang dimiliki oleh perusahaan menjadi satu
bagian tunggal, serangkaian data yang berisi keseluruhan data perusahaan yang
saling terhubung secara logis yang kemudia menggunakan permodelan, alat
bantu analisis, dan alat bantu penelususran data untuk memahami logika dari
rankaian data tersebut untuk dapat digunakan oleh para maanjer dalam proses
pengambilan keputusan yang lebih baik maupun dalam kegiatan pengendalian.
Intelijen bisnis dan analisis bisnis merupakan produk yang disediakan oleh para
penyedia atau pemasok teknologi dan perusahaan konsultasi.
3.2.2 Lingkungan Intelijen Bisnis
Aliran dan kapasitas sumber daya dari masing-masing elemen
lingkungan intelijen bisnis yang berbeda akan memiliki intensitas yang berbeda.
Hal tersebut menunjukkan bahwa setiap elemen lingkungan intelijen bisnis akan
memberikan tingkat pengaruh yang berbeda-beda (Susilo, 2011). Menurut
Loudon, terdapat 6 elemen lingkungan intelijen bisnis:
a. Data dari Lingkungan Bisnis. Data yang dimiliki perusahaan atau
organisasi dapat berupa data yang terstruktur maupun tidak terstruktur
yang berasal dari sumber-sumber yang berbeda. Perlu dilakukan
pengintegrasian dan pengorganisasian data sebelum dapat digunakan
dalam pengambilan keputusan.
b. Infrastruktur Intelijen Bisnis. Database merupakan hal yang mendasari
intelijen bisnis. Database tersebut dapat menangkap berbagai data yang
digunakan untuk mengoperasionalkan bisnis. Database akan
digabungkan dan diintegrasikan ke dalam berbagai data mart yang saling
berhubungan.
c. Seperangkat Alat Bantu Analitis Bisnis. Proses penganalisissan data dan
pembuatan laporan, pemberian tanggapan pertanyaan dari manajer, dan
penelususran perkembangan bisnis dilakukan menggunakan serangkaian
alat bantu berupa perangkat lunak.
d. Metode dan Pengguna Manajerial. Berbagai metode manajerial
digunakan oleh para manajer untuk mendefinisikan tujuan strategis
bisnis dan mengukur perkembangan bisnis.
e. Platform Pengiriman-SIM, DSS, ESS. Hasil dari intelijen bisnis dan
analisis bisnis dapat berbeda-beda, tergantung kebutuhan para

10
penggunanya. SIM, DSS, dan ESS akan mengirimkan data kepada
karyawan pada tingkatan yang berbeda-beda.
f. Antarmuka Pengguna.dalam melakukan proses bisnisnya, para pelaku
bisnis tidak lagi terpaku dengan penggunaan meja kantor dan desktop.
Saat ini telah digunakan berbagai perangkat lunak yang dapat
mempermudah antarmuka pengguna dalam melakukan kegiatannya.
3.2.3 Intelijen Bisnis dan Kapabilitas Analitis
BI mampu menganalisis data yang lebih besar dan ampuh untuk
mengalisis kualitas sehingga menghasilkan informasi yang relevan bagi setiap
penggunanya (Syarli, dkk., 2018). Terdapat 6 fungsi analitik yang dapat
diberikan BI:
a. Laporan produksi, laporan yang berdasar dari kebutuhan yang jelas.
b. Laporan parameter, masukkan parameter pivot untuk menyaring dan
mengisolasi akibat yang ditimbulkan dari parameter ini.
c. Dasbhor, alat visual yang mampu menyajikan data kinerja yang
dimaksud pengguna.
d. Pencarian, emmbantu pengguna membuat laporan sesuai kata kunci.
e. Penelusuran, kemampuan berpindah dari ringkasan yang luas ke
ringkasan yang lebih terinci.
f. Skenario, kemampuan untuk melakukan peramalan dan membuat
skenario.
Kemampuan terpenting dari analisis bisnis intelijen adalah membuat
model kejadian yang mungkin akan terjadi di masa depan. Analisis statistik,
teknik data mining, historis, dan perkiraan kejadian yang akan terjadi di masa
yang akan datang merupakan unsur-unsur yang digunakan dalan analisis
prediktif. Para pengecer online mempunyai dalam membuat rekomendasi
produk onlie yang nantinya dapat dipromosikan melalui situs web mereka. Hal
ini dapat membantu meningkatkan pembelian dan juga membantu mereka dalam
memutuskan barang apa yang akan dijual selanjutnya.
Visualisasi data data yang mengadopsi sistem informasi geografis dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu, gradasi warna yang berbeda dan grafik overlay
(Erdiansyah, 2016). Visualisasi data dan analitis bisual mampu membantu
pemakai melihat pola dan juga hubungan yang ada dalam data besar. Sistem
informasi geografis disini berfungsi sebagai alat bantu untuk membantu para
pemakai mengambil keputusan dari suatu masalah yang ada.

3.3 CONSTITUENCIES INTELIJEN BISNIS


3.3.1 Dukungan Keputusan Untuk Manajemen Operasional Dan Manajemen
Menengah.
Perkembangan dunia bisnis telah membuat sistem informasi ikut
berkembang, sejalan dengan perkembangan teknologi sistem informasi
manajemen yang dapat membantu manajemen untuk mengambil keputusan
daintaranya DSS (Decision Support System) (Diartono, 2006). Penggunaan
sistem DSS ini membantu manajer melaksanakan tugas utamanya, yaitu
mengambil keputusan. Sistem DSS ini dirancang untuk membantu manajer
menganbil keputusan yang lebih efektif yang nantinya akan memecahkan
masalah yang sedang dihadapi baik itu masalah yang semi terstruktur maupun
masalah yang terstruktur. DSS menggunakan model analisis sensitivitas.
Analisis sensitivitas ini mampu memberikan gambaran mengenai seberapa besar
faktor yang dapat mempengaruhi keputusan yang diambil (Hasugian, 2020).

11
3.3.2 Dukungan Keputusan Bagi Manajemen Senior: Balanced Scorecard dan
Metode Manajemen Kinerja Perusahaan.
Balanced Scorecard merupakan pendekatan strategi manajemen yang
dikembbangkan oleh Drs. Robert S. Kaplan dan David Norton pada tahun 1990
(Tandiontong, 2011). Balanced scorecard berarti suatu alat pengukuran
kinerjayang lebih menekankan keseimbangan ukuran strategis satu sama lain.
Tujuan dari adanya sisitem ini adalah membantu manajer eksekutif untuk lebih
fokus terhdap informasi kinerja yang berpengaruh kepada profitabilitas dan
kesuksesan perusahaan.

12
DAFTAR PUSTAKA
Basu, Swasta dan Ibnu Sukotjo. 2002. Pengertian Bisnis Modern, Edisi Ketiga. Yogyakarta:
Liberty.
Diartono, Dwi Agus. 2006. Sistem Pendukung Keputusan sebagai Alat Bantu Manager. Jurnal
Teknologi Informasi DINAMIK. Vol. 11. No.1. Halaman 1-7.

Erdiansyah, Muhammad Zaky, dkk. 2016. Visualisasi Data Menggunakan Sistem Informasi
Geografis untuk Potensi Bank Sampah Surabaya. Journal of Information System anD
Business Intelligence. Vol. 2. No. 1. Halaman 40-49.
Gazalba, Sidi. 1973. Sistematika Filsafat: Pengantar kepada Dunia Filsafat, Teori
Pengetahuan, Metafisika, Teori Nilai, Buku III. Jakarta: Bulan Bintang.

George, Steiner A. 1988. Kebijakan Strategi Manajemen. Terjemahan Tim Dosen Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Hasugian, Ivo Handika, dkk. 2020. Analisis Kelayakan dan Sensitivitas: Studi Kasus UKM
Mochi Kecamatan Medan Selayang. Buletin Utama Teknik. Vol. 15. No. 2. Halaman
159-164.

https://materibelajar.co.id/pengertian-keputusan-dan-pengambilan-keputusan-lengkap/
Laudon, C. Keneth, Laudon, Jane P. 2007. Sistem Informasi Manajemen Mengelola
Perusahaan Digital. Jakarta : Salemba Empat.
Sudirman dan Widjajani. 1996. Ciri-Ciri Sistem Pendukung Keputusan. Yogyakarta: Gava
Media.
Susilo, Budi. 2011. Sistem Intelijen Bisnis Global untuk Perencanaan E-Commerce. Jurnal
Ilmiah SISFOTENIKA. Vol. 1. Vo. 2. Halaman 43-52.
Syarli, dkk. 2018. Perancangan Business Intelligence System Pada Gundang Farmasi Dinas
Kesehatan Kabupaten Mamasa. Jurnal Keteknikan dan Sains (JUTEKS). Vol. 1. No. 1.
Halaman 7-14.

Tandiontong, Mathius dan Erna Rizki Yoland. 2011. Penerapan Balnced Scorecard Sebagai
Alat Pengukuran Kinerja yang Memadai. Akurat Jurnal Ilmiah Akuntansi. No. 5.
Halaman 1-26.

13

Anda mungkin juga menyukai