Anda di halaman 1dari 6

STUDI KASUS:

Obat Hewan yang Membahayakan Kesehatan Konsumen


Pendahuluan
Peternakan ayam cukup popular karena sanggup memberikan asupan
protein hewani untuk manusia dalam cost yang relatif murah;
Namun, ada salah satu ciri khas yang melekat dalam industri ini, yaitu
penyakit. Sehingga, obat hewan merupakan sarana penunjang yang wajib
diperlukan dalam industri ini;
Bisnis obat-obatan hewan di Indonesia ini ramai dilakukan pada tahun
1993-1997;
Jenis-jenis obat-obatan tersebut yaitu: obat penyakit (kuratif), vaksin
(preventif), dan zat pemacu pertumbuhan, baik dengan cara disuntikkan
maupun dicampur dengan pakan;
Sehingga, Indonesia melakukan pengujian oleh Balai Pengujian Mutu dan
Sertifikasi Obat Hewani (BPMSOH).
Kasus-kasus Etika
1. Perusahaan yang belum mempunyai izin namun sudah melakukan
kegiatan penjualan.
2. Produk yang belum mendapatkan registrasi tetap diperjualbelikan.
3. Cara pemakaian dan dosis yang tidak sesuai dengan standar yang
berlaku.
4. Bahan baku obat dijual langsung ke petenak.
5. Peternak menggunakan obat manusia untuk ternak.
6. Produsen obat tidak memberikan penyuluhan kepada peternak
(berperilaku kurang etis).
7. Obat yang sudah dilarang karena membahayakan masih diperjualbelikan
dan digunakan.
Analisis
Secara langsung merupakan pelanggaran hukum karena perusahaan obat yang beroperasi di Indonesia harus
mengantongi izin dari Direktorat Jenderal Peternakan, Departemen Pertanian, dan BPMSOH. Secara tidak
Pertama dan langsung juga bertentangan dengan etika, karena (1) kewajiban mematuhi peraturan didasari atas etika dan
Kedua (2) pelanggaran ini dapat menjadi penyebab kerugian yang nantinya akan dialami konsumen.

Peternak dituntut memiliki pengetahuan mengenai antibiotika dalam menggunakan obat untuk ternaknya,
guna untuk menentukan kualitas campurannya, dosis yang tepat, juga pemakaian obatnya (aftercure dan
Ketiga withdrawal time) guna menjaga keamanan baik bagi ternak maupun bagi konsumen.

Peternak diminta hanya menggunakan obat jadi. Penggunaan bahan mentah yang diolah sendiri merupakan
penyimpangan fatal. Kedok dari hal ini tentu saja karena alasan keuntungan bagi kedua belah pihak, baik bagi
produsen maupun peternak. Baik produsen maupun peternak perlu untuk menyediakan produk yang aman
Keempat bagi konsumen, sebagai tanggung jawab etisnya.
Analisis
Harga obat manusia yang lebih murah;
Pilihan yang lebih luas;
Kuantitas penjualan obat hewan yang cenderung besar;
Kelima Kualitas obat hewan dan manusia yang hampir serupa.

Produsen obat-lah yang tidak bertindak etis. Salah satu caranya adalah dengan memberikan penyuluhan yang kurang tepat
kepada peternak (seperti tidak menyampaikan withdrawal time). Hal ini dapat menjadi kelalaian yang serius, ataupun muslihat
lain produsen untuk mendapatkan keuntungan, dalam bentuk menjual obatnya maupun manipulasi konsentrasi dalam obat
Keenam tersebut.

Pelanggaran obat hewan golongan nitrofuran dan turunannya seperti furaltadon dan furazolidon yang sudah dilarang dalam SE
Direktorat Jenderal Peternakan No. TH 260/634/DKH/0096 tertanggal 19 September 1996. Konsumen masih saja
menggunakan obat ini dengan dalih menghabiskan stok obat yang ada, padahal sudah jelas bahwa penggunaan obat ini
Ketujuh dilarang. Hal ini tentu saja mengganggu keselamatan konsumen.
Kesimpulan (Yang Perlu Dilakukan)

Peternak Produsen Obat Pemerintah

Kurang Produsen perlu Perhatian pada


profesional masuk lebih peternak kecil
Perlunya dalam untuk perlu
bimbingan mengetahui ditekankan
masalah dan Act of control
mencari solusi Menyediakan
solusi

Anda mungkin juga menyukai