Anda di halaman 1dari 17

POSISI DOMINAN

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum Persaingan Usaha


Dosen Pengampu: Galuh Widitya Qomaro, S.HI, M.HI.

Oleh: Kelompok 7
1. Diana Wahyuningsih (170711100066)
2. Ahdi Triwahyudi (170711100086)
3. Ismu Abdul Zaky (170711100099)

HUKUM BISNIS SYARIAH


FAKULTAS KEISLAMAN
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas karunia, hidayah, dan nikmat-Nya
penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Penulisan makalah ini bertujuan untuk
memenuhi mata kuliah Hukum Persaingan Usaha berjudul “Posisi Dominan”.
Makalah ini ditulis oleh penulis yang bersumber dari buku sebagai refrensi. Tak
lupa kami ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing Galuh Widitya
Qomaro, S.HI, M.HI., koordinator program studi Hukum Bisnis Syariah, ketua
jurusan Ilmu Keislaman Fakultas Keislaman, dekan Fakultas keislaman, dan
teman-teman sekalian atas dukungan dan doanya sehingga dapat diselesaikanya
makalah ini.
Penulis berharap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat
bagi kita semua.Makalah ini secara fisik dan substansinya diusahakan relevan
dengan pengangkatan judul makalah yang ada, Keterbatasan waktu dan
kesempatan sehingga makalah ini masih memiliki banyak kekurangan yang
tentunya masih perlu perbaikan dan penyempurnaan maka penulis mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju ke arah yang lebih baik.

Demikian makalah ini, semoga dapat bermanfaat bagi penulis dan yang
membacanya, sehingga menambah wawasan dan pengetahuan tentang bab ini.
Amin.

Bangkalan, 24 Februari 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii


DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah......................................................................... 2
C. Tujuan Masalah............................................................................. 2
BAB II : PEMBAHASAN
A. Pengertian Posisi Dominan........................................................... 3
B. Penetapan Posisi Dominan............................................................ 5
C. Penyalahgunaan Posisi Dominan.................................................. 8
BAB III : PENUTUP
Kesimpulan.............................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 14

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan masyarakat serta laju dinamis dunia bisnis saat ini
berlangsung demikian pesat. Berbagai upaya dilakukan melalui pembaharuan
atas substansi produk-produk hukum yang sudah tertinggal maupun dengan
membuat peraturan perundang-undangan baru mengenai bidang-bidang untuk
menunjang kegiatan ekonomi dan bisnis. Salah satu permasalahan kita dapati
adalah persaingan usaha, adanya persaingan tidak sehat didalamnya pada
dasarnya dunia usaha hanya mementingkan kepentingan pribadi dan
menginginkan keuntungan yang sangat besar pada sektor usahanya. Hal
tersebutlah yang secara langsung memiliki posisi dominan dalam suatu pasar.
Penataan kembali kegiatan usaha di Indonesia akhirnya ditandai dengan
diundangkannya Undang-undang nomor 5 Tahun 1999 Tentang larangan
praktik monopoli dan persaingan tidak sehat, yang berasaskan pada
demokrasi ekonomi dengan memperhatikan keseimbangan antara
kepentingan pelaku usaha dan kepentingan umum dengan tujuan untuk
menjaga kepentingan umum dan melindungi konsumen, menumbuhkan iklim
usaha yang kondusif melalui terciptanya persaingan usaha yang sehat dan
menjamin kepastian kesempatan berusaha yang sama bagi setiap orang,
mencegah praktek-praktek monopoli serta menciptakan efektifitas dan
efisiensi dalam rangka meningkatkan ekonomi nasional. Diluar hal itu yang
mendasari adanya praktek kegiatan monopoli adalah adanya posisi dominan.
Posisi dominan dapat dikatakan salah satu kunci pokok (pusat) dari
persaingan usaha.
Memiliki posisi dominan disuatu pasar adalah keinginan dari setiap
pelaku usaha. Dengan menjadi dominan dalam suatu pasar tentu akan
menarik keuntungan yang lebih maksimal terhadap para pelaku usaha. Oleh
karena itu menjadi lebih unggul di suatu pasar adalah bukan suatu hal yang

iv
dilarang, bahkan dengan adanya hal ini tentu akan memacu para pelaku usaha
lainnya untuk melakukan efisiensi dan inovasi-inovasi untuk menghasilkan
produk yang berkualitas dan harga yang kompetitif di dalam persaingan yang
ada dengan pelaku usaha lainnya di dalam pasar tersebut.
Namun, dalam mencapai posisi dominan di suatu pasar merupakan
pekerjaan yang sulit untuk pelaku usaha, pelaku usaha dalam mencapai suatu
posisi dominan harus meningkatkan kemampuan keuangannya, meningkatkan
akses pada pasokan atau penjualan, serta meningkatkan kemampuan untuk
menyesuaikan permintaan barang atau jasa tertentu terlebih dahulu, apabila
telah mencapai hal tersebut maka pelaku usaha tersebut barulah mencapai
posisi dominan dalam suatu pasar.
Oleh karena itu mencapai posisi dominan adalah perkara yang tidak
mudah, maka pelaku usaha cenderung akan terdorong untuk melakukan
segala cara untuk mencapai posisi dominan serta mempertahankannya agar
tidak terkalahkan dengan pelaku usaha lainnya,bahkan terkadang pelaku
usaha yang telah mencapai posisi dominan melakukan tindakan-tindakan
yang anti persaingan dalam mempertahankan posisi dominannya. Dengan
adanya hal tersebut maka tidak menutup kemungkinan akan adanya tidakan
yang disalah gunakan oleh posisi dominan terhadap pelaku usaha lainnya
dalam suatu pasar tersebut.
Oleh karena itu kelompok kami akan menjelaskan lebih lanjut dan lebih
rinci mengenai posisi dominan dan penyalahgunaan posisi dominan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Posisi Dominan ?
2. Bagaimana Penetapan Posisi Dominan ?
3. Apa saja Penyalahgunaan Posisi Dominan ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Posisi Dominan.
2. Untuk mengetahui penetapan Posisi Dominan.
3. Untuk mengetahui penyalahgunaan Posisi Dominan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Posisi Dominan


Posisi dominan atau menjadi lebih unggul di pasar tertentu adalah
menjadi salah satu tujuan pelaku usaha. Oleh karena itu, setiap pelaku
usaha berusaha menjadi yang lebih unggul (market leader) pada pasar
yang bersangkutan. Penguasaan posisi dominan di dalam hukum
persaingan usaha (HPU) tidak dilarang, sepanjang pelaku usaha tersebut
dalam mencapai posisi dominannya atau menjadi pelaku usaha yang lebih
unggul (market leader) pada pasar yang bersangkutan atas kemampuannya
sendiri dengan cara yang fair. Konsep HPU adalah menjaga persaingan
usaha yang sehat tetap terjadi di pasar yang bersangkutan dan mendorong
pelaku usaha menjadi pelaku usaha yang mempunyai posisi dominan
(menjadi unggul) melalui persaingan usaha yang sehat dan efektif. posisi
dominan merupakan suatu keadaan di mana pelaku usaha tidak
mempunyai pesaing yang berarti atau suatu pelaku usaha mempunyai
posisi lebih tinggi daripada pesaingnya pada pasar yang bersangkutan
dalam kaitan pangsa pasarnya, kemampuan keuangan, akses pada pasokan
atau penjualan serta kemampuan menyesuaikan pasokan atau permintaan
barang atau jasa tertentu tersebut menetapkan syarat atau parameter posisi
dominan, menurut Pasal 1 angka 4 UU No. 5 Tahun 1999. Pelaku usaha
dikatakan punya posisi dominan jika tidak punya pesaing dalam hal1:
1. Pangsa pasarnya yakni presentase jual beli barang atau jasa tertentu
yang dikuasai pelaku usaha pada pasar bersangkutan dalam kalender
tertentu
2. Kemampuan Keuangan, yakni kemampuan ekonomi yang dimiliki
sendiri untuk melakukan investasi sejumlah uang tertentu dan
mempunyai akses menjual kepasar Modal

1
Andi Fahmi Lubis dkk, Hukum Persaingan Usaha Antara Teks dan Konteks, (Jakarta: Komisi
Pengawas Persaingan Usaha, 2009).166.

3
3. Kemampuan mengakses pada pasokan atau penjual
4. Kemampuan menyesuaikan jumlah pasokan permintaan barang atau
jasa.
UU No. 5/1999 tentang larangan praktek monopoli dan persaingan
usaha tidak sehat (UU No. 5/1999) tidak melarang pelaku usaha menjadi
perusahaan besar. UU No. 5/1999 justru mendorong pelaku usaha untuk
dapat bersaing pada pasar yang bersangkutan. Persaingan inilah yang
memacu pelaku usaha untuk melakukanefisiensi dan inovasi-inovasi untuk
menghasilkan produk yang lebih berkualitas dan harga yang kompetitif
dibandingkan dengan kualitas produk dan harga jual daripesaingnya.
Persainganlah yang mendorong pelaku usaha menjadi pelaku usahayang
dominan.2
Pengertian posisi dominan prespektif ekonomi, posisi dominan
adalah posisi yang ditempati oleh perusahaan yang memiliki pangsa pasar
terbesar. Dengan pangsa pasar yang besar tersebut perusahaan memiliki
market power. Dengan market power tersebut, perusahaan dominan dapat
melakukan tindakan/strategi tanpa dapat dipengaruhi oleh perusahaan
pesaingnya. Dalam perspektif ekonomi, posisi dominan adalah posisi yang
ditempati oleh perusahaan yang memiliki pangsa pasar terbesar. Dengan
pangsa pasar yang besar tersebut perusahaan memiliki market power.
Dengan market power tersebut, perusahaan dominan dapat melakukan
tindakan/strategi tanpa dapat dipengaruhi oleh perusahaan pesaingnya.
Persentase pangsa pasar pelaku usaha posisi dominan diatur di
dalam Pasal 25 ayat (2) yakni: “Pelaku usaha memiliki posisi dominan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) apabila:
a. Satu pelaku usaha atau suatu kelompok usaha menguasai 50% atau
lebih pangan pasar satu jenis barang atau jasa tertentu.
b. Dua atau tiga pelaku usaha atau kelompok pelaku usaha menguasai
75% (tujuh puluh lima persen) atau lebih pangsa pasar satu jenis barang
atau jasa tertentu.”

2
Nadir, Hukum Persaingan Usaha,(Malang:UB Prees,2015),34

4
Kekuatan suatu perusahaan menjadi besar bila memiliki modal
besar, cash flow, omzet, keuntungan, batas kredit akses pasar nasional
maupun internasional. Larangan terhadap pelaku usaha tentang posisi
dominan menurut Pasal 25 ayat 1 UU No. 5 Tahun 1999:
1) Menentukan syarat-syarat perdagangan yang bertujuan mencegah atau
menghalangi para konsumen mendapatkan barang atau jasa yang
bersaing, baik dalam harga maupun kualitas.
2) Membatasi pasar dan pengembangan teknologi
3) Menghambat pelaku usaha lain yang berpotensi menjadi pesaing untuk
memasuki pasar bersangkutan
Memiliki posisi dominan di pasar juga dilarang oleh Undang-
undang Anti Monopoli. Sebab, memiliki posisi dominan tersebut dapat
juga mengakibatkan bahwa pihak yang mempunyai posisi dominan
tersebut dapat dengan mudah mendekte pasar dan menetapkan syarat-
syarat yang tidak sesuai dengan kehendak pasar. Demikian jelas dapat
mengakibatkan terjadinya praktek monopoli atau persaingan tidak sehat.
Tentang pelarangan posisi dominan ini terdapat ketentuan dalam bab V,
yang terdiri dari pasal 25 samapai dengan 29. Yang dilarang dalam posisi
dominan di pasar ini adalah sebagai berikut :
a) Penyalahgunaan posisi dominan
b) Jabatan rangkap yang dilarang
c) Pemilikan saham yang dilarang
d) Merger, Akuisisi dan Konsolidasi
B. Penetapan Posisi Dominan
Salah satu tahapan penting dalam hukum persaingan usaha adalah
menentukan posisi dominan suatu pelaku usaha. UU No. 5 Tahun 1999
tidak melarang pelaku usaha untuk menjadi dominan di pasar
bersangkutan. Namun disini yang dilarang dalam UU No. 5 Tahun 1999
adalah penyalahgunaan posisi dominan tesebut, yang mengakibatkan pasar
menjadi terganggu dan konsumen dirugikan. Lembaga yang berwenang
untuk menetapkan posisi dominan suatu pelaku usaha pada pasar yang

5
bersangkutan, apakah suatu pelaku usaha sudah mempunyai posisi
dominan, adalah KPPU. Sebelum suatu pelaku usaha ditetapkan
mempunyai posisi dominan, KPPU terlebih dahulu harus melakukan
investigasi terhadap pasar yang bersangkutan. KPPU dalam melakukan
investigasi tersebut harus melakukan pembatasan pasar bersangkutan
(market delineation). Pembatasan pasar ada tiga, yang pertama pembatasan
pasar bersangkutan berdasarkan produk (market product) atau disebut juga
secara obyektif atau faktual, yang kedua pembatasan pasar bersangkutan
secara geografi atau menurut wilayah, dan yang ketiga pembatasan pasar
menurut waktu berikut uraian singkatnya :
1. Pembatasan Pasar Bersangkutan Pasar produk atau secara objektif
(product market). Didalam pedoman Pasal 1 angka 10 bahwa pasar
produk adalah sebagai produk-produk pesaing dari produk tertentu
ditambah dengan produk lain yang dapat menjadi subtansi produk
tersebut. Dalam menentukan apakah suatu barang dengan yang lain
dinyatakan sama dapat dilihat dari empat aspek, yakni 3:
a. Bentuk dan Sifat/karakter barang
Bentuk dan fisik sebuah barang ini merupakan cara pertama untuk
mengidentifikasi suatu produk satu pasar. Produk dapat dikatakan
memiliki perbedaan yang secara fisik apakah bentuknya sama dan
sifatnya. Contohnya air mineral Aqua dan Club apakah dikatakan
sama? Aqua dan Club akan bersaingan di satu pasar, karena dilihat
dari sifatnya yakni sama-sama air mineral.
b. Dapat dilihat dari fungsi barang
Yang kedua, apakah barang atau produk tersebut memiliki fungsi
yang berbeda dengan yang lain. Misalnya aqua dan Club fungsinya
adalah menghilangkan haus, disini bisa dilihat bahwa keduanya
merupakan satu produk yang bersaing disatu pasar.

3
Andi Fahmi Lubis, Hukum Persaingan Usaha Buku Teks, Komisi Pengawas Persaingan Usaha
(KPPU), Jakarta, 2009, 175

6
c. Harga
Unsur yang paling penting dalam menentukan apakah suatu produk
dengan produk lain menyatakan sama bagai konsumen atau dapat
sebagai barang pengganti harga. Contoh air mineral Aqua 600 ml
berharga 3.000 sedangkan club hanya 2.500, maka Aqua dengan
club dapat dikatakan sama atau sebagai barang pengganti, namun
jika Aqua 600 ml berharga 5.000 dan club 3.000 maka dikatakan
bukan barang yang sama.
d. Fleksibilitas Barang Bagi Konsumen (Interchangeble)
Unsur yang terakhir yakni suatu produk dinyatakan sebagai barang
yang sama atau pengganti produk yang lain adalah sebuah
fleksibilitas kebutuhan barang tersebut bagi konsumen ini
merupakan konsep kebutuhan konsumen, jika konsumen kehabisan
atau tidak mendapat produk yang dibutuhkan maka secara otomatis
akan berpindah dengan produk yang lain. Jika itu benar maka produk
pengganti tersebut menjadi produk konsumen yang dapat
dikonsumsinya.
2. Pembatasan Pasar Bersangkutan secara Geografis4 (Relevant
Geographic Market) Bagian yang tak dapat terpisahkan dari suatu
penialaian pembatasana pasar bersangkutan secara geografis untuk
menentukan sebuah perusahaan yang memiliki posisi dominan .
menurut pasal 1 no. 10 UU No 5/1999 pasar bersangkitan menurut
daerah adalah jangakauan atau daerah pemasaran tertentu . Pembatasan
pasar bersangkutan secara geografis ditentukan pada sejauh mana
produsen memasarkan produknya diwilayah tersebut. Funsinya adalah
untuk menhitung pangsa pasar bersangkutan secara objektif disekitar
wilayah produk terebut dipasarkan. Karena hal itu bia terjadi, bahwa
suatu pasar barang tertentu dapat mencapai pasar regional, nasional,
internasional dan bahkan pasar global. Namun dalam UU No.
5/1999telah membatasi hanya dalam negeri saja. Hal ini bisa dilihat dari

4
Susanti Adi Nugraho, Hukum Persaingan Usaha Di Indonesia,(Jakarta:Prenadamedia,2014),386

7
ketentuan pasal 1 No.5 : “Pelaku usaha adalah setiap orang peroangan
atau badan usaha, baik berbentuk sebauh badan hukum dan atau bukan
badan hukum yang didirikan dan berkedududkan atau melakukan
berbagai kegiatan usaha dalam wilayah hukum Negara Republik
Indonesia.” Dari ketentuan tersebut dapat diterik benang merahnya
bahwasannya jangkauan UU antimonopoli maksimum seluas Indonesia.
namun, KPPU telah menetapkan bahwa jangkauan penerapan UU No.
5/1999 tidak terbatas seluas wilayah Indonesia saat pelaku usaha
memiliki kedudukan hukumnya, namun juga pelaku usaha yang
mempunyai kedudukan hukum di luar wilayah Indonesia, tetapi
perilaku pelaku usaha tersebut memiliki dampak terhadap persaingan
usaha di pasar Indonesia. Setelah penetapan pasar produk suatu barang
tertentu, kemudian ditetapkan pasar geografis produk tersebut, yaitu
seluas mana produkproduk yang sama dan barang penggantinya
dipasarkan, maka seluas wilayah itulah dihitung berapa jumlah pelaku
usaha yang melakukan kegiatan usaha di wilayah tersebut, dan berapa
pangsa pasar masing-masing pelaku usaha. Dari pasar geografis ini
dapat disimpulkan pelaku usaha yang mana yang menguasai pangsa
pasar di wilayah tersebut, pelaku usaha itulah yang mempunyai posisi
dominan di wilayah tersebut (geographic market).
C. Penyalahgunaan Dominan
Perusahaan yang menguasai pasar besar memiliki potensi besar
untuk menyalahgunakan posisi dominannya dengan melakukan perilaku
antipersaingan. Penyalahgunaan posisi dominan sangat merugikan pelaku
usaha lain, konsumen, dan perekonomian secara keseluruhan. Karena itu
penyalahgunaan posisi dominan harus dihindari dan dicegah sesegera
mungkin. Pasal 25 ayat 1 menetapkan, bahwa pelaku usaha dilarang
menggunakan posisi dominan baik secara langsung maupun tidak langsung
untuk:

8
1. Menetapkan syarat-syarat perdagangan dengan tujuan untuk mencegah
dan atau menghalangi konsumen memperoleh barang dan atau jasa
yang bersaing dari segi harga maupun kualitas.
2. Membatasi pasar dan pengembangan teknologi.
3. Menghambat pelaku usaha lain yang berpotensi menjadi pesaing untuk
memasuki pasar yang bersangkutan.
Sedangkan larangan dalam Pasal 19 UU No. 05 tahun 1999 disebut
dengan penguasaan pasar. Penguasaan pasar di sini sebetulnya adalah
suatu proses pelaku usaha untuk menguasai pasar baik yang dilakukan
secara sendirian maupun secara bersama dengan pelaku usaha yang lain.
Akibat dari penguasaan pasar adalah persaingan usaha tidak sehat berupa :
a. Menolak dan atau menghalangi pelaku usaha tertentu untuk melakukan
kegiatan yang sama pada pasar yang bersangkutan
b. Menghalangi konsumen atau pelanggan pelaku usaha pesaingnya untuk
tidak melakukan hubungan dengan pelaku usaha pesaingnya itu;
c. Membatasi peredaran dan atau penjualan barang dan atau jasa pada
pasar yang bersangkutan ; atau
d. Melakukan praktik diskriminasi terhadap pelaku usaha tertentu.
Ketentuan Pasal 19 huruf b melarang pelaku usaha menghalangi
konsumen atau pelanggan pelaku usaha pesaingnya untuk tidak melakukan
hubungan usaha dengan pelaku usaha pesaingnya itu. Hal yang hampir
sama juga diatur di dalam Pasal 25 ayat (1) huruf a yang menetapkan,
bahwa pelaku usaha dilarangan menggunakan posisi dominan baik secara
langsung maupun tidak langsung untuk menetapkan syarat-syarat
perdagangan dengan tujuan untuk mencegah dan atau menghalangi
konsumen memperoleh barang dan atau jasa yang bersaing, baik dari segi
harga maupun kualitas. Demikian juga tentang pembatasan pasar diatur di
dalam Pasal 19 huruf c, yaitu pelaku usaha dilarang melakukan suatu
kegiatan untuk membatasi peredaran dan atau penjualan barang dan jasa
pada pasar yang bersangkutan, diatur hal yang hampir sama di dalam Pasal
25 ayat (1) huruf b, yang berbunyi pelaku usaha dilarang menggunakan

9
posisi dominannya untuk membatasi pasar dan pengembangan teknologi.
Sehingga, dari ketentuan Pasal 25 ayat (1) pelaku usaha yang mempunyai
posisi dominan dapat menyalahgunakan posisi dominannya baik secara
langsung maupun tidak langsung untuk5:
1) Mencegah dan atau menghalangi konsumen memperoleh barang dan
atau jasa yang bersaing, baik dari segi harga maupun kualitas dengan
menetapkan syarat-syarat perdagangan.
2) Membatasi pasar dan pengembangan teknologi. Membatasi pasar dan
pengembangan teknologi dengan cara mendistorsi pasar yang
mengakibatkan pelaku usaha pesaingnya sulit untuk dapat bersaing di
pasar yang bersangkutan, atau melakukan hambatan masuk pasar (entry
barrier), mengatur pasokan barang di pasar atau membatasi peredaran
dan atau penjualan barang dan atau jasa di pasar yang bersangkutan dan
melakukan jual rugi yang akan menyingkirkan pesaingnya dari pasar,
melakukan perjanjian tertutup, dan praktik diskriminasi
3) Menghambat pelaku usaha lain yang berpotensi menjadi pesaing untuk
memasuki pasar bersangkutan.Hambatan masuk pasar oleh pelaku
usaha posisi dominan swasta adalah penguasaan produk suatu barang
mulai proses produki dari hulu ke hilir hingga pendistribusian sehingga
perusahaan tersebut demikian kokoh pada sektor tertentu
mengakibatkan pelaku usaha potensial tidak mampu masuk ke pasar
yang bersangkutan. Sedangkan hambatan masuk pasar akibat kebijakan
negara atau pemerintah ada dua, yaitu hambatan masuk pasar secara
struktur (dalam kaitan sistem paten dan lisensi) dan strategis
(kebijakankebijakan yang memberikan perlindungan atau perlakuan
khusus bagi pelaku usaha tertentu, akibatnya pesaing potensial tidak
dapat masuk ke dalam pasar).

5
Alum Simbolon,Hukum Persaingan Usaha edisi kedua,(Yogyakarta:LibertyYogyakarta,2018),51

10
Dalam posisi dominan dimana pelaku usaha tidak mempunyai
pesaing yang berarti di pasar bersangkutan dalam kaitan dengan pangsa
pasar yang dikuasai, maka dapat dilihat bentuk-bentuk penyalahgunaan
posisi dominan yang memiliki potensi untuk melakukan :
1) Diskriminasi harga (price discrimination).
2) Perjanjian tertutup (exclusive dealing) termasuk penjualan paket (tying
in sale).
3) Diskriminasi (barrier to entry) terhadap pelaku usaha tertentu.
4) Hambatan vertikal (vertical restraint).
5) Jual rugi (predatory pricing) untuk mematikan pesaingnya.
Singkatnya dapat disimpulkan, bahwa dampak penyalahguaan
posisi dominan adalah harga barang di pasar menjadi lebih tinggi dan
barang yang dipasok menjadi sedikit. Selain itu produksi juga menjadi
lebih sedikit karena keluarannya (output) yang dihasilkan lebih sedikit.
Dengan demikian, sumber daya manusia (tenaga kerja), modal, mesin, dan
alat produksi lain yang dialokasikan di industri tersebut akan lebih sedikit
dari yang seharusnya. Hal demikian menurut istilah dalam ilmu ekonomi,
akan terjadi misalokasi sumber daya.
Berkenaan dengan penyalahgunaan posisi dominan maka KPPU bertugas
Untuk :
a. Melakukan penelitian perjanjian yang dapat mengakibatkan terjadinya
praktek monopoli atau persaingan usaha tidak sehat
b. Melakukan penilaian pada kegiatan usaha dan/ atau tindakan pelaku
usaha yangbisa berakibat terjadi suatu praktik monopoli dan/atau
persainagn idak sehat
c. Melakukan penilaian ada atau tidaknya penyalahgunaan pada posisi
dominan yang bisa menyebabkan terjadi npraktik monopoli dan atau
persaingan tidak sehat
d. Mengambil tindakan sesuai dengan wewenangnya dan

11
e. Memberikan saran dan pertimbangan pada kebijakan pemerintah dan
rintangan yang berkaitan dengan praktik monopoli dan atau persaingan
yang tidak sehat6.

6
Rai Mantil dkk, problematika Hukum Persaingan Usaha di Indonesia Dalalm Rangka
Menciptakan Kepastian Hukum, PJIH Volume 3 No 1 Tahun 2016 (ISSN 2460-1543) (E-ISSN
2442-9325) Hlm. 122

12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Penguasaan posisi dominan di dalam hukum persaingan usaha (HPU)


tidak dilarang, sepanjang pelaku usaha tersebut dalam mencapai posisi
dominannya atau menjadi pelaku usaha yang lebih unggul (market leader)
pada pasar yang bersangkutan atas kemampuannya sendiri dengan cara yang
fair. posisi dominan adalah posisi yang ditempati oleh perusahaan yang
memiliki pangsa pasar terbesar. Dengan pangsa pasar yang besar tersebut
perusahaan memiliki market power. Dengan market power tersebut,
perusahaan dominan dapat melakukan tindakan/strategi tanpa dapat
dipengaruhi oleh perusahaan pesaingnya.
Pelaku usaha yang mempunyai posisi dominan dapat
menyalahgunakan posisi dominannya baik secara langsung maupun tidak
langsung untuk :
1. Mencegah dan atau menghalangi konsumen memperoleh barang dan atau
jasa yang bersaing, baik dari segi harga maupun kualitas dengan
menetapkan syarat-syarat perdagangan.
2. Membatasi pasar dan pengembangan teknologi. Membatasi pasar dan
pengembangan teknologi dengan cara mendistorsi pasar yang
mengakibatkan pelaku usaha pesaingnya sulit untuk dapat bersaing di
pasar yang bersangkutan, atau melakukan hambatan masuk pasar.
3. Menghambat pelaku usaha lain yang berpotensi menjadi pesaing untuk
memasuki pasar bersangkutan.Hambatan masuk pasar oleh pelaku usaha
posisi dominan swasta adalah penguasaan produk suatu barang mulai
proses produki dari hulu ke hilir hingga pendistribusian sehingga
perusahaan tersebut demikian kokoh pada sektor tertentu mengakibatkan
pelaku usaha potensial tidak mampu masuk ke pasar yang bersangkutan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Adi, Susanti, Hukum Persaingan Usaha Di Indonesia, Jakarta: Prenadamedia,

2014

Fahmi,Andi Hukum Persaingan Usaha Antara Teks dan Konteks, Jakarta: Komisi

Pengawas Persaingan Usaha, 2009

Mantil,Rai, Problematika Hukum Persaingan Usaha di Indonesia Dalalm Rangka

Menciptakan Kepastian Hukum, PJIH Volume 3 No 1 Tahun 2016 (ISSN

2460-1543) (E-ISSN 2442-9325)

Nadir, Hukum Persaingan Usaha,Malang :UB Prees,2015

Simbolon,Alum,Hukum Persaingan Usaha edisi kedua,Yogyakarta:Liberty

Yogyakarta,2018

14

Anda mungkin juga menyukai