Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

PERAN WARGA NEGARA DALAM PENGAMALAN SILA KE 2


DI KAITKAN PADA ASPEK BISNIS DAN EKONOMI
Tugas :

PENDIDIKAN PANCASILA

Disusun Oleh :

I Komang Allan Try Purwanta

Npm :

202032121084

Universitas Warmadewa
Fakultas Ekonomi
Prodi Manajemen
2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………… i

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………. ii

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………… iii

A. Latar Belakng Masalah....................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah……………………………………………………………… 2

C. Tujuan Penulisan……………………………………………………………….. 2

BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………………… 3

A. Keterkaitan Antara Peran Warga Negara Dengan Pancasila Sila Ke 2…………. 3

B. Larangan Yang termuat dalam UU No 5 Tahun 1999 dalam Persaingan yang Tidak
Sehat…………………………………………………………………………..... 3-5
C. Dampak Yang Ditimbulkan Akibat Persaingan Usaha Yang Tidak Sehat atau
Tidak Adil……………………………………………………………………….. 5

BAB III PENUTUP…………………………………………………………………………… 6

A. Kesimpulan……………………………………………………………………… 6

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………… 7

i
KATA PENGANTAR

OM Swastyastu

Puji syukur pada Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang telah memberikan saya kemudahan untuk
dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan waktu yang ditentukan. Tanpa adanya berkat
dan rahmat Ida Sang Hyang Widhi Wasa tidak mungkin rasanya dapat menyelesaikan makalah
ini dengan baik dan tepat pada waktunya.

Terlebih saya ingin mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang mendukung dan
membantu penulis untuk menyelesaikan makalah tugas akhir yang berjudul “Peran Warga
Negara Sesuai Dengan Sila Ke 2 Dalam Pancasila”

Saya menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu saya
sangat mengharapkan partisipasi pembaca untuk memberikan masukan baik berupa kritikan
maupun saran untuk membuat makalah ini menjadi lebih baik dari segi isi baik segi yang
lainnya. Saya mohon maaf bila ada hal yang kurang berkenan dalam penulisan makalah ini.
Akhir kata saya ucapkan terima kasih dan selamat membaca.

OM Santi Santi Santi OM

Jembrana, 2 Nopember 2020

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pancasila adalah dasar filsafat egara Republik Indonesia yang secara resmi disahkan oleh
PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 dan tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, diundangkan
dalam Berita Republik Indonesia tahun II No.7 bersama-sama dengan batang tubuh UUD 1945.
Pancasila sebagai dasar filsafat serta egara y bangsa dan egara Indonesia, bukan terbentuk
secara mendadak serta bukan hanya diciptakan oleh seseorang sebagaimana yang terjadi pada
egara y-ideologi lain di dunia. Namun, terbentuknya Pancasila melalui proses yang cukup
panjang dalam sejarah bangsa Indonesia.

Seperti yang kita ketahui, Pancasila berasal dari kata Panca yaitu lima dan Sila yang berarti
prinsip. Jadi dapat diartikan bahwa Pancasila adalah lima prinsip. Lima sila tersebut yaitu :

1 Ketuhanan Yang Maha Esa

2 Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

3 Persatuan Indonesia

4 Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan

5 Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Sebagai suatu dasar filsafat egara maka sila-sila Pancasila merupakan suatu sistem nilai,
oleh karena itu sila-sila Pancasila itu pada hakikatnya merupakan suatu kesatuan. Meskipun
dalam sila-sila terkandung nilai-nilai yang memiliki perbedaan antara satu dengan lainnya namun
kesemuanya itu tidak lain merupakan suatu kesatuan yang sistematis

Sedangkan Bisnis adalah adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh perorangan maupun
organisasi yang melibatkan aktivitas produksi, penjualan, pembelian, maupun pertukaran barang/
jasa, dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan atau laba. Dalam mencari keuntungan yang
sebesar besarnya dalam berbisnis di perlukan persaingan yang sehaat agar menimbulkan suatu
kesetaraan antara orang satu dan lainnya. Dalam bisnis dan ekonomi ada beberapa perjanjian
yang dilarang dalam UU No 5 Tahun 1999. hal ini di buat agar para pembisnis menimbukan
persaingan yang sehat. Dalam kaitannya juga sebagai pembisnis dilarang untuk melakukan
praktek monopoli perdagangan karena hanya akan menguntukan satu pihak bukan satu sama
lain.

Maka dari itu dalam hal ini kita akan secara khusus membahas tentang pancasila pada sila ke
2 dan keterkaitannya dengan ekonomi, bisnis beserta kaitannya dengan monopoli.

1
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana keterkaitan antara peran warga Negara dengan pancasila sila ke 2?

2. Apa saja larangan larangan yang termuat dalam uu No 5 Tahun 1999 ?

3. Bagaimana yang trjadi jika seseorang melakukan persaingan yang tidak sehat dalam dunia
bisnis?

C. Tujuan Penulisan

1. Agar mengetahui bagaimana keterkaitan antaran peran warga Negara dan sila ke 2.

2. Untuk mengetahui larangan terhadap UU No 5 Tahun 1999 dalam dunia bisnis.

3. Untuk mengetahui apa dampak yang ditimbulkan akibat melakukan persaingan yang tidak
sehat.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Keterkaitan Antara Peran Warga Negara Dengan Pancasila Sila Ke 2

Peran warga negra dalam sila sangat jelas terlihat dalam kehidupan kita sehari-hari. Sila
ke 2 mengandung makna kemanusiaan yang adil dan beradab yang berarti kita sebagai warga
Negara haruslah adil dalm melakukan kegiatan apapun itu termasuk pada saat kita sedang
melakukan persaingan pun kita harus melakukan secara adil dan sehat. Kita meyakini persaingan
yang adil, bebas, dan terbuka. Kita mendapatkan keuntungan kompetitif melalui kualitas produk
kita, bukan melalui praktik bisnis yang tidak etis dan ilegal.

Setiap negara tempat kita beroperasi memiliki undang-undang yang mengatur hubungan
dengan kompetitor, pemasok, distributor, dan pelanggan. Karena ketentuan hukum dapat
berbeda, undang-undang persaingan yang sehat (juga disebut undang-undang antitrust, monopoli,
atau persaingan) biasanya memiliki tujuan yang sama - untuk memastikan pasar beroperasi
secara efisien dengan memberikan harga yang kompetitif, pilihan untuk pelanggan, dan inovasi

B. Larangan Yang termuat dalam UU No 5 Tahun 1999 dalam Persaingan yang


Tidak Sehat

Disini ada beberapa larangan-larangan yang termuat dalam UU No 5 Tahun 1999.

a. Larangan yang bersifat per se Illegal yaitu perbuatan perbuatan sebagai manifestasi
prilaku para pelaku usaha yang secara tegas dilarang antara lain menetapkan berbagai
bentuk perjanjian yang dilarang, kegiatan yang dilaraang, maka KPPU cukup
membuktikan bahwa telah terjadi pelanggaran, biasnnya Ini terjadi dalam bentuk (price
fixing), (price discrimination), (tying contracts)
b. Larangan yang bersifat Rule of Reason biasannya larangan ini jika terbukti terjadi unsure
yang signifikan menghambat persaingan contoh :

 Perjanjian yang bersifat Oligopoly yaitu merupakan salah satu bentuk struktur
pasar dimana di dalam paar tersebut hanya trdiri dari sedikit perusahaan dan
setiap perusahaan memiliki kekuatan yang cukup besaar untuk mempengaruhi
prilaku perusahaan lainnya ndalam pasar.
 Perjanjian pembagian wilayah pemasaran atau alokasi pasar yaitu membagi
wilayah untuk memperoleh atau memasok barang dan jasa, menetapkan pihak
pihak tertentu yang dapat memperoleh atau memasok barang dan jasa

3
c. Perjanjian yang bersifat kartel yaitu salah satu strategi yang diterapkan diantara para
pelaku usaha untuk dapat mempengaruhi harga dengan mengatur jumlah produksi mereka
d. Perjanjian yang bersifat trust yaitu pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan
pelaku usaha lain untuk melakukan kerja sama dengan membentuk gabunagn perushaan
atau gabungan perseroan yang lebih besar, dengan tetap menjaga mempertahaankan
kelangsungan hidup maisng masing perusahaan atau perseroan anggotannya, yang
bertujuan untuk mengotrol produksi.
e. Perjanjian yang bersifat oligopsoni yaitu para pelaku dilarang membuat perjanjian dengan
pelaku usaha lainnya yang bertujuan untuk secara bersama sama menguasai pembeli atau
penerimaan pemasok agar dapat mengendalikan harga atas barang dan tau jasa dalam
pasar bersangkutan, yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau
persiangan usaha tidak sehat.
f. Kegiatan usaha yang melakukan praktik monopoli disebutkan bahwa pelaku usaha
dilarang melakukan penguasaan atas produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa
yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak
sehat seperti : barang atau jasa bersangkutan belum mendapat subtitusinya
g. Kegiatan usaha yang melakukan praktik monopsoni didefinisikan sebagaipengasa
penerimaan pasokan atau menjadi pembeli tunggal atas barang dan atau jasa dalam pasar
bersangkutan yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau
persaingan usaha tidak sehat.
h. Kegiatan penguasaan pasar yaitu pelaku dilarang melakukan suatu atau bebrapa kegiatan,
baik sendiri maupun bersama pelaku usaha lain, yang dapat mengakibatkan terjadinya
praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat yang berupa : menolak atau
menghalangi pelaku usaha tertentu untuk melakukan kegiatan usaha yang sama pada
pasar bersangkutan.
i. Kegiatan menjual dibawah harga pokok( Predatory pricing ) menyebutkan bahwa pelaku
usaha dilarang melakukan pemasokan barang dan atau jasa dengan cara melakukan jual
rugi atau menetapkan harga yang sangat rendaha dengan maksud untuk menyingkirkan
aatau mematikan usaha pesaingnya di pasar bersangkutan sehingga mengakibatkan
terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat.
j. Jabatan rangkap dalam perushaan yang saling bersaing( interloking directorate)
maksudnya adalah seseorang yang menduduki jabatan sebaagai direksi atau komisaris ,
pada waktu yang bersamaan dilarang merangkap menjadi direksi atau komisaris pada
perusahaan lain, apabila perusahaan-perusahaan tersebut contoh : berada dalam pasar
bersangkutan yang sama atau memiliki keterkaitan yang eraat dalam bidang atau jenis
usaha

4
k. Penggabungan, Peleburan, dan Pengambil alihan perusahaan lain yaitu pelaku usaha
dilarang melakukan penggabungan atau peleburan badan usaha yang dapat
mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat hal ini
telah di atur dalam UU no 40 Tahun 2007.

C. Dampak Yang Ditimbulkan Akibat Persaingan Usaha Yang Tidak Sehat atau
Tidak Adil

Dampak yang sudah pasti diraskan yaitu sudah jelas rekan atau saingan dari pengusaha bisnis
tersebut, namun juga jika persaaingan usaha yang menyangkut urursan gelobal sudah pasti
Negara maupun warga Negara juga terkena imbasnya. Dalam dunia bisnis ini bisa
menghancurkan atau membuat lawan usaha gulung tikar. Beberapa pasal dalam UU No 5/1999
secara eksplisit menyebutkan konsumen dan/atau kata pembeli untuk mempertegas perlindungan
konsumen dari dampak persaingan tidak sehat tersebut. Misalnya saja perilaku kartel yang akan
langsung mengurangi kesejahteraan konsumen melalui harga yang mahal alias tidak kompetitif.
Perilaku penyalahgunaan posisi dominan akan berdampak kepada konsumen berupa semakin
terbatasnya pilihan yang tersedia di pasar dan tentunya, harga yang harus dibayar tidak
kompetitif. Berdasarkan kasus-kasus pelanggaran persaingan usaha yang sudah ditangani oleh
KPPU, dapat disimpulkan bahwa kerugian terhadap konsumen itu nyata adanya.

5
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan :

Dari uraian pembhasan dapat disimpulkan bahwa :

1. Keterkaitan warga Negara terhadap pancasila khusunya pada sila kedua sangat
berpengaruh atupun sangat berkaitan karena dalam dunia usaha haruslah bersikap adil.
2. menjelaskan tentang larangan larangan yang tidak boleh dilakukan oleh para sorang
pengusaha
3. Dampak yang ditimbulkan dari persaingan yang tidak sehat ialah membuat rekan usaha
menjadi gulung tikar atau bangkrut.

6
DAFTAR PUSTAKA

1. Sara, I.M., Utama, I.W.K.J., 2020. Aspek Hukum Ekonomi Dan Bisnis. Indomedika
Pustaka. Bali.

2. Kulambang Y.P.D.T., 2018. Pancasila Mutiara bangsa. Malang. URL :


https://binus.ac.id/malang/2018/07/pancasila-mutiara-bangsa-kaitan-makna-antar-sila-
bagian-2-habis/

3. Kontan. Lindungi Konsumen dari efek persaingan tak sehat, KPPU gandeng BPKN URL
: https://nasional.kontan.co.id/news/lidungi-konsumen-dari-efek-persaingan-tak-sehat-
kppu-gandeng-bpkn

Anda mungkin juga menyukai