WARALABA (FRANCHISE)
Disusun Oleh :
KELOMPOK 4
MUHAMAD RIZKY RIFANI [185210211]
ISKANDAR DZULQORNAIN [195211163]
JAJANG SUHENDI [185210190]
ALVINA YULIANTIKA [185210192]
NINDIA PUTRI MUSLIMAH [185210179]
SITI NURMALA HADIANTI [185210125]
RISKAWATI PURNAMA [185210157]
MB SORE B
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmatnya kami
dapat diperkenankan menyelasaikan Makalah Pengantar Bisnis ini.
Selain sebagai tugas, Makalah ini dibuat untuk menambah pengetahuan dan ilmu kita
tentang Pengertian Franchising, Cara Mengetahui Dasar Hukum Franchising, Istilah - istilah
yang terdapat dalam Franchising, Cara agar mendapat Pengetahuan yang lebih tentang
Perkembangan Franchise di dalam Masyarakat, Cara untuk Mengetahui Membeli Franchise
yang Baik dan Benar
Banyak sekali hambatan dalam penyusunan makalah ini baik itu masalah waktu,
sarana, dan lain – lain. Oleh sebab itu, selesainya makalah ini bukan semata – mata karena
kemampuan kami, banyak pihak yang mendukung dan membantu kami. Dalam kesempatan
ini, penyusun mengucapkan terima kasih banyak kepada pihak – pihak yang telah membantu.
Kami harapkan makalah ini nantinya akan berguna bagi para pembaca, jika ada
kesalahan dalam makalah ini saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar dapat
lebih baik lagi.
i
DAFTAR ISI
A. LATAR BELAKANG...................................................................................................................... 3
B. RUMUSAN MASALAH .................................................................................................................. 3
C. TUJUAN....................................................................................................................................... 4
A. KESIMPULAN ............................................................................................................................ 22
B. SARAN ...................................................................................................................................... 22
C. STUDI KASUS ............................................................................................................................ 22
ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Selain itu perjanjian (Perikatan) waralaba dapat dikatakan suatu perjanjian yang
tidak bertentangan dengan Undang-Undang, agama, ketertiban umum dan kesusilaan,
karena itu perjanjian waralaba itu sah, dan oleh karena itu perjanjian itu menjadi Undang-
Undang bagi mereka yang membuatnya, dan mengikat kedua belah pihak.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan sumber yang kami gunakan sebagai rujukan/referensi, maka rumusan masalah
yang dapat dibahas adalah sebagai berikut :
3
C. Tujuan
4
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Waralaba
Dalam franchise ada dua pihak yang terlibat, yaitu franchisor (pemberi
waralaba) dan penerima waralaba (franchise) di mana masing-masing pihak terikat
dalam suatu perjanjian yaitu perjanjian waralaba. Peraturan Pemerintah RI No.42
Tahun 2007 dalam pasal 1ayat (2) yang dimaksud pemberi waralaba adalah orang
perseorangan atau badan usaha yang memberikan hak untuk memanfaatkan dan/atau
menggunakan Waralaba yang dimilikinya kepada Penerima Waralaba dan dalam pasal
1 ayat (3) yang dimaksud penerima waralaba adalah orang perseorangan atau badan
usaha yang diberikan hak oleh Pemberi Waralaba untuk memanfaatkan dan/atau
menggunakan Waralaba yang dimiliki Pemberi Waralaba.
Sementara itu dalam pasal 3 terdapat 6 syarat yang harus dimiliki suatu usaha apabila
ingin diwaralabakan:
Dalam sistem franchise ada pos-pos biaya yang normal dikeluarkan sebagai berikut:
1. Royalty
Merupakan pembayaran oleh pihak franchisee kepada pihak franchisor sebagai
imbalan dari pemakaian hak franchise oleh franchisee. Walaupun tidak tertutup
5
kemungkinan pembayaran royalty ini pada suatu waktu dalam jumlah tertentu
yang sebelumnya tidak diketahuinya.
2. Franchise Fee
Merupakan bayaran yang harus dilakukan oleh pihak franchisee kepada pihak
franchisor, yang merupakan biaya franchise, yang biasanya dilakukan dengan
jumlah tertentu yang pasti dan dilakukan sekaligus dan hanya sekali saja. Dibayar
hanya pada tahap saat franchise akan dimulai atau pada saat penandatanganan akta
franchise.
3. Direct Expenses
Ini merupakan biaya langsung yang harus dikeluarkan sehubungan dengan
pembukaan/pengembangan suatu bisnis franchise. Misalnya terhadap
pemondokan pihak yang akan menjadi pelatih dan fee-nya, biaya pelatihan, dan
biaya pada saat pembukaan. Dianjurkan agar pos-pos biaya seperti tersebut di atas
hendaknya sudah ditentukan dengan jelas dalam kontrak franchise itu sendiri.
4. Biaya Sewa
Walaupun sesungguhnya kurang lazim, ada beberapa franchisor yang ikut juga
menyediakan tempat bisnis, maka dalam hal yang demikian pihak franchisee harus
membayar harga sewa tempat tersebut kepada pihak franchisor. Sebaiknya,
bayaran ini juga terlebih dahulu ditetapkan bersama secara tegas, agar tidak timbul
dipulse di kemudian hari.
5. Marketing and Advertising Fee
Karena pihak franchisor yang melakukan marketing dan iklan, maka pihak
franchisee mesti juga ikut menanggung beban baiay tersebut dengan
menghitungnya, baik secara persentase dari omzet penjualan ataupun jika da
marketing atau iklan tertentu.
6. Assignment Fees
Yang dimaksud dengan assignment fees adalah biaya yang harus dibayar oleh
pihak franchisee kepada pihak franchisor jika pihak franchisee tersebut
mengalihkan bisnisnya kepada pihak lain, termasuk bisnis yang merupakan
objeknya franchise. Oleh pihak franchisor biaya tersebut bias dimanfaatkan untuk
6
kepentingan persiapan pembuatan perjanjian penyerahan, pelatihan pemegang
franchise yang baru, dan sebagainya.
B. Unsur-unsur Waralaba
1. Adanya minimal 2 (dua) pihak, yaitu pihak franchisor dan pihak franchisee. Pihak
franchisor sebagai pihak yang memberikan franchise, sementara pihak franchisee
merupakan pihak yang diberikan/ menerima franchise tersebut.
2. Adanya penawaran paket usaha dari franchisor.
3. Adanya kerja sama pengelolaan unit usaha antara pihak franchisor dengan pihak
franchisee.
4. Mempunyai unit usaha tertentu (outlet) oleh pihak franchisee yang akan
memanfaatkan paket usaha miliknya pihak franchisor.
5. Sering kali terdapat kontrak tertulis antara pihak franchisor dengan pihak
franchise.
7
2. Adanya proses permulaan dalam pelatihan keseluruhan aspek pengelolaan bisnis
yang sesuai dengan konsep franchisor. Adalah Franchisee akan diberi pelatihan
mengenai metode bisnis yang diperlukan untuk mengelola bisnis
3. Proses Bantuan dan bimbingan yang terus menerus dari pihak franchisor
Contoh :
a. Kunjungan berkala franchisor kepada staf di lapangan
b. Menghubungkan antara franchisor dengan franchisee
c. Adanya inovasi produk dan konsep secara terus menerus
d. Adanya pelatihan dan fasilitas yang khusus
e. Adanya iklan dan promosi agar setiap orang mengenal dalam dari produk
yang ditawarkan
f. Adanya nasihat dan jasa dari para manajemen dan akuntansi dalam bidang
keuangan .
8
franchise fee, investasi untuk fixed asset dan modal kerja untuk menutup operasi
selama bulan-bulan awal usaha waralabanya.
e. Perjanjian Waralaba (Franchise Agreement)
Perjanjian waralaba merupakan kumpulan persyaratan, ketentuan dan
komitment yang dibuat dan dikehendaki oleh franchisor bagi para franchisee-nya.
Didalam perjanjian waralaba tercantum ketentuan berkaitan dengan hak dan kewajiban
franchisee dan franchisor, misalnya hak teritorial yang dimiliki franchisee, persyaratan
lokasi, ketentuan pelatihan, biaya-biaya yang harus dibayarkan oleh franchisee kepada
franchisor, ketentuan berkaitan dengan lama perjanjian waralaba dan perpanjangannya
dan ketetentuan lain yang mengatur hubungan antara franchisee dengan franchisor.
f. Outlet Milik Franchisor (Company Owned Outlet, Pilot Store)
Franchisor yang terpercaya adalah franchisor yang telah terbukti sukses dan
mengoperasikan outlet milik mereka sendiri yang dinamakan Company Owned Outlet
atau Pilot Store. Jangan pernah membeli hak waralaba dari franchisor yang tidak
memiliki outlet yang sejenis dengan outlet yang dipasarkan hak waralabnya.
g. Advertising Fee (Biaya Periklanan)
Advertising Fee (Biaya Periklanan) nerupakan biaya yang dibayarkan oleh
penerima waralaba (franchisee) kepada pemberi waralaba (franchisor) untuk
membiayai pos pengeluaran/belanja iklan dari franchisor yang disebarluaskan secara
nasional/international.
h. Pro Forma Keuangan (Financial Pro Forma)
Proforma keuangan dalam waralaba umumnya terdiri atas Neraca, Laporan Rugi
Laba dan Laporan Arus Kas. Ketiga janis laporan ini merupakan laporan yang wajib
diberikan oleh franchisor kepada calon franchisee-nya, sebelum Perjanjian Waralaba
ditandatangani.
i. Protected Territory
Protected Territory adalah batas geografis yang diberikan oleh franchisor kepada
franchisee secara ekslusif. Di dalam area Protected Territory, franchisor tidak
diperbolehkan memberikan hak waralaba untuk bisnis sejenis kepada pihak lain atau
mendirikan bisnis serupa dengan tujuan menyaingi atau pun tidak usaha yang dimilki
franchisee.
9
j. Quality Control (Audit Operasional)
Quality Control (Audit Operasional) merupakan metode yang dilakukan oleh
franchisor untuk menjamin standar operasional yang tercantum dalam Manual Operasi
dijalankan secara konsisten di jaringan waralabanya.
k. Rahasia Dagang (Trade Secret)
Rahasia dagang merupakan pengetahuan yang dimiliki oleh franchisor yang
diberikan kepada franchisee akibat ditandatanganinya perjanjian waralaba diantara
mereka. Rahasia dagang dapat berupa prosedur operasi, resep atau pun daftar
pelanggan dan pemasok.
l. Signature Product
Signature Product merupakan produk/Jasa yang dijual franchisor yang
merupakan identitas sekaligus satu merek dagang ekslusif yang dikenal luas dan
seringkali mewakili identitas bagi perusahaan tersebut, misalnya es teler bagi Es Teler
77 atau Big Mac untuk McDonald’s. Franchisor yang berhasil selalu memiliki
signature product yang memiliki awareness, citra positif dan diterima baik di pasar.
m. Slick
Slick merupakan materi iklan siap tayang yang disiapkan oleh franchisor untuk
para franchisee-nya. Adanya materi iklan siap pakai ini akan mempermurah biaya iklan
dan marketing dari franchisee.
n. Studi Kelayakan Pewaralaba (Franchisee Feasibility Studies)
Waralaba merupakan metode yang effektif dan terbukti sukses untuk
mendapatkan dana ekspansi eksternal dengan resiko terendah. Agar Franchisee dapat
sesukses Franchisor, maka perlu dilakukan Studi Kelayakan Pewaralaba. Studi ini
bertujuan untuk mengenali dan menemukan apakah calon franchisee memiliki
karakteristik tertentu yang dimiliki oleh franchisor saat merintis usaha tersebut dari
nol.
o. Turnkey
Turnkey dalah satu kondisi dimana franchisor bertanggung jawab terhadap
dimulainya usaha franchisee mulai dari nol sampai pintu toko dibuka untuk pertama
kalinya bagi pelanggan.
p. Triying
10
Tying merupakan kebijakan yang dilakukan oleh franchisor untuk memaksa
franchisee membeli produk tertentu dari franchisor sebagai syarat untuk pembelian
produk lainnya. Di Amerika Serikat, Tying adalah illegal jika harga produk yang
ditawarkan franchisor ternyata tidak lebih murah dari harga pasar.
A. Keuntungan
1. Produk atau jasa terdistribusi secara luas tanpa memerlukan biaya promosi dan
biaya investasi cabang baru.
1. Biaya startup cost yang tinggi, karena selain kebutuhan investasi awal,
franchisee harus membayar pembelian franchise yang biasanya cukup mahal
11
4. Franchisee harus jeli dan tidak terjebak pada isi perjanjian dengan franchisor,
karena bagaimanapun biasanya perjanjian akan berpihak kepada prinsipal /
franchisor dengan perbandingan 60:40.
Penghasilan yang terus mengalir ke franchisor dari royalti dan penjualan masukan
kepada franchisee yang lebih penting adalah sumber pendapatan dari biaya awal untuk
menjual waralaba. Dengan demikian, franchisor dan franchisee mencapai sukses
dengan membantu satu sama lain.
12
Undang-undang No. 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang.
Di Indonesia ada 20 kategori usaha yang sering atau pernah menjadi objek
bisnis franchise:
10. Penjualan dan pemeliharaan perabot rumah tangga seperti home furnishing, retail
and repair services)
12. Rekreasi
16. Produk dan jasa pendidikan (health aids products and services)
17. Jasa pengepakan dan pengiriman (package preparation/ shipment/ mail services)
a. Waralaba produk
14
Produk yang ditawarkan adalah berupa barang misalnya makanan. Contoh dari
jenis usaha waralaba produk antara lain adalah seperti Mc Donald, KFC, Kebab
Turki, dan lain-lain.
b. Waralaba jasa
Dalam jenis usaha ini yang ditawarkan adalah produk yang berwujud layanan
jasa, misalnya seperti pendidikan, studio photo atau jasa sewa video, dan jasa agen
perjalanan atau travel.
Contoh dari jenis usaha waralaba jasa antara lain adalah seperti bimbingan belajar
hafara dan aliago travel.
c. Waralaba gabungan
Dalam jenis usaha ini yang ditawarkan adalah produk yang digabungkan atau
dengan kata lain produk yang ditawarkan adalah barang dan jasa.
Waralaba jenis ini lebih cenderung disukai oleh masyarakat, alasannya adalah
sistem yang berlaku lebih jelas, merek-merek perusahaan sudah diterima oleh
orang-orang di penjuru dunia, selain itu dinilai lebih bergengsi.
Waralaba jenis ini termasuk dalam salah satu pilihan investasi bagi orang-
orang yang ingin menjadi pengusaha dengan cepat namun orang tersebut tidak
memiliki pengethuan cukup mengenai awal dan kelanjutan usaha oleh pemilik
waralaba. Contoh dari jenis waralaba yang berasal dari dalam negeri adalah
Restoran cepat saji.
1. Product Franchise
15
Dalam jenis waralaba ini umumnya produsen memiliki hak dalam
mengontrol secara penuh mengenai detail yang mendistribusikan produknya.
Didalam perjanjian atau kontrak yang telah disepakatai oleh kedua belah pihak,
berisi persutujuan bahwa produsen memperbolehkan pemilik toko untuk dapat
menggunakan merek dan hak ciptanya.
Contoh dari jenis waralaba ini yaitu seperti sebuah toko computer dan
pemilik toko tersebut menjual printer merek HP, dari hasil penjualan tersebut
biasanya produsen juga akan memperoleh keuntungan yang lebih besar
dibandingkan dengan penjualnya.
2. Manufacturing Franchise
16
Business format franchising merupakan jenis waralaba yang termasuk
waralaba yang terkenal dalam pelaksanaannya. Jadi setiap perusahaan mempunyai
metode dalam hal pemberian pilihan berupa bisnis kepada pemilik bisnis dengan
menggunakan nama dan merek dagang dari perusahaan.
Dalam waralaba jenis ini akan memberlakukan intergrasi bisnis yang lebih
menyeluruh dan lengkap. Dalam mendistribusikan produk dan jasa franchisor
dilakukan oleh pihak franchisee dibawah hak cipta pihak franchisor sekaligus
penerapan format dan prosedur yang telah diberlakukan oleh pihak franchisor
dalam bisnis tertentu.
Selain hal tersebut, didalam peraturan menteri nomor 31 diatur juga perihal
keharusan bagi pembei waralaba untuk menyampaikan perjanjian waralaba kepada
18
calon penerima waralaba paling lambat dua minggu sebelum penandatanganan
perjanjian.
Kerjasama di bidang waralaba biasanya berlaku 5-10 tahun, apabila perjanjian tersebut
sudah melampaui waktu yang telah ditentukan maka pemberi waralaba akan meninjau
kembali hubungan kerjasama tersebut dan juga penerima waralaba bermaksud untuk
terus memelihara dan memperbaharui hubungan kerjasama bisnis waralaba
tersebut.Pengaturannya terangkum pula dalam Buku III KUH Perdata, sendainya para
pihak tidak mengaturnya secara khusus dalam perjanjian. Pengakhiran perjanjian dapat
terjadi karena:
a. Ditentukan dalam perjanjian oleh para pihak. Contoh dalam perjanjian
waralaba menentukan bahwa perjanjian disepakati berlangsung selama 10
tahun, maka perjanjiantersebut akan berakhir setelah jangka waktu 10 tahun;
b. Undang-undang menentukan batas berlakunya suatu perjanjian. Contoh A
(franchisor), B (franchisee) sepakat menjalankan bisnis waralaba dalam
bidang makanan. Selama masa perjanjian yang disepakati selama 10 tahun
tiba-tiba B meninggal dunia. Undang-undang menentukan bahwa batas
berlakunya perjanjian agar dilakukan pemenuhan kewajiban oleh ahli waris
sebelum jangka waktu berakhirnya perjanjian yang telah ditetapkan oleh
undang-undang;
c. Para pihak atau undang-undang menentukan bahwa dengan terjadinya suatu
peristiwa maka perjanjian tersebut menjadi hapus. Contoh perjanjian waralaba
akan hapus apabila salah satu pihak meninggal dunia;
d. Pernyataan menghentikan perjanjian oleh kedua belah pihak atau oleh salah
satu pihak. Contoh A (franchisor) menyatakan bahwa perjanjian waralaba
dihentikan karena B (franchise) dianggap tidak dapat memenuhi target yang
telah ditetapkan oleh A;
e. Perjanjian Hapus karena putusan hakim. Contoh hakim memutuskan hapusnya
suatu perjanjian waralaba karena diminta oleh salah satu pihak;
f. Tujuan perjanjian telah tercapai. Contoh para pihak sepakat bahwa perjanjian
waralaba akan dilangsungkan selama 15 tahun, setelah waktu tersebut, maka
dianggap tujuan dari bisnis tercapai sehingga terjadi pengakhiran perjanjian.
Dengan persetujuan para pihak, merasa tidak dapat memenuhi target
pembukaan outlet yang ditargetkan, penerima waralaba dengan persetujuan
pemberi waralaba mengakhiri perjanjian waralaba.
Membeli Franchise
UCOF adalah alat tangguh yang didesain untuk membantu calon terwaralaba
dalam memilih waralaba yang cocok untuknya dan menghindari pewaralaba yang tidak
jujur. Pertahanan terbaik wirausaha untuk menghadapi ketidak jujuran pewaralaba
19
adalah dengan persiapan, akal sehat, dan kesabaran. Meskipun ada perlindungan yang
ditawarkan oleh UCOF, calon pembeli waralaba tetap harus berhati – hati karena
kecurangan waralaba masih tetap ada dalam bidang yang bertumbuh dengan cepat ini.
Langkah – langkah berikut akan membantu anda membuat pilihan yang benar :
1. Mengevaluasi diri sendiri
2. Teliti pasar anda
3. Pertimbangkan pilihan – pilihan waralaba anda
4. Dapatkan salinan UCOF dari pewaralaba
5. Berbicara dengan pihak yang telah membeli waralaba
6. Ajukan beberapa pertanyaan sulit kepada pewaralaba
7. Tentukan pilihan anda
20
o fotokopi legalitas usaha
2. Pendaftaran perjanjian waralaba oleh penerima waralaba (franchisee)
kepada Menteri dengan melampirkan:
o fotokopi legalitas usaha
o fotokopi perjanjian waralaba
o fotokopi prospektus penawaran waralaba
o fotokopi KTP pemilik/pengurus perusahaan
3. Penerbitan Surat Tanda Pendaftaran Waralaba oleh Menteri yang
berlaku untuk jangka waktu 5 tahun.
4. Menurut Pasal 7 PP No. 42 Tahun 2007, prospektus penawaran yang
diajukan oleh pemberi waralaba setidaknya memuat:
o Data identitas pemberi waralaba
o Legalitas usaha pemberi waralaba
o Sejarah kegiatan usahanya
o Struktur organisasi pemberi waralaba
o Laporan keuangan 2 tahun terakhir
o Jumlah tempat usaha
o Daftar penerima waralaba
o Hak serta kewajiban pemberi waralaba dan penerima waralaba
Selain prospektus penawaran, pemberi waralaba juga diwajibkan untuk
memberikan pelatihan kepada penerima waralaba. Hal ini dimaksudkan agar kualitas
pelayanan dan produk yang diberikan sesuai dengan standar baku pemberi waralaba.
Ada 2 pihak :
a. Kreditur
Adalah orang yang berhak atas prestasi
b. Debitur
Adalah orang yang berkewajiban untuk memenuhi prestasi.
Diatur dalam pasal 7.3.1 sampai dengan pasal 7.3.5. Ada 5 hal yang diatur :
1. Hak untuk mengakhiri kontrak
2. Pemberian pengakhiran
3. Ketidakpelaksanaan yang sudah diantisipasi
4. Jaminan yang memadahi dari ketidakpastian perencanaan terserbut
5. Adanya pengaruh dari pengakhiran secara umum
Pasal 7.3.1 berbunyi ‘ Suatu pihak yang mengakhiri kontrak tersebut dimana
kegagalan untuk melaksanakan suatu kewajiban sesuai dengan kotrak tersebut
mencapai pada tingkat ketidakpastian yang mendasar .’
21
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
C. Studi Kasus
22
Gugatan dilayangkan oleh Aziz Sudaryanto penerima waralaba LP3I untuk
cabang Surabaya terhadap Presiden Direktur LP3I, Rizal Diansyah. Aziz menuding
Rizal telah melakukan wanprestasi atas perjanjian waralaba.
Berdasarkan berkas gugatan, hubungan hukum antara Aziz dan Rizal berawal
dari perjanjian waralaba yang ditandatangani pada 9 Maret 2005. Perjanjian itu
memberikan hak kepada Azis untuk menjalankan usaha dengan menggunakan nama
LP3I, dengan disertai hak dan kewajiban. Aziz mengaku tertarik untuk investasi
Waralaba LP3I karena keuntungan yang ditawarkan. Sebagaimana tercantum dalam
brosur yang dikeluarkan LP3I, investasi type B akan memberikan keuntungan sebesar
Rp2.091.241.300 dalam jangka waktu lima tahun.
Akibat wanprestasi yang dilakukan Rizal, kualitas pendidikan dan siswa LP3I
di tempat Aziz menjadi berkurang. Hal itu jelas menyimpang dari maksud dan tujuan
dibuat dan ditandatanganinya perjanjian. Selain itu, wanprestasi yang dilakukan Rizal
menyebabkan Aziz tidak dapat melaksanakan program pendidikan sebagaimana paket
yang ditawarkan. Aziz juga tidak dapat melaksanakan pembahasan evaluasi, rancana
dan strategi pendidikan LP3I ke depan yang seharusnya difasilitasi Rizal setiap
tahunnya melalui Rakernas.
23
Nirwana akhirnya menunda sidang hingga Kamis mendatang (7/10/2010) dengan
agenda replik.
Analisis Kasus
Kami menilai pihak LP3I melanggar pasal tersebut karena pihal LP3I telah
tidak menyediakan dukungan konsultasi operasional yang berkesinambungan. Dan
kelompok kami juga pada awalnya menilai bahwa seharusnya pihak LP3I dikenakan
sanksi admisnistratif seperti yang tercantum dalam PP No. 42 pasal 16, 17, dan 18.
Dalam ketiga pasal tersebut diatur demikian :
Pasal 16 :
24
a. peringatan tertulis;
b. denda; dan/atau
Pasal 17 :
(1) Sanksi administratif berupa peringatan tertulis sebagaimana dimaksud dalam Pasal
16 ayat (2) huruf a, dikenakan kepada Pemberi Waralaba dan Penerima Waralaba yang
melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, Pasal 10, dan Pasal 11.
(2) Peringatan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diberikan paling
banyak 3 (tiga) kali dalam tenggang waktu 2 (dua) minggu terhitung sejak tanggal surat
peringatan sebelumnya diterbitkan.
Pasal 18 :
(1) Sanksi administratif berupa denda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (2)
huruf b, dikenakan kepada Pemberi Waralaba yang tidak melakukan pendaftaran
prospektus penawaran Waralaba sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 atau Penerima
Waralaba yang tidak melakukan pendaftaran perjanjian Waralaba sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 11 setelah diterbitkannya surat peringatan tertulis ketiga.
(2) Denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenakan paling banyak
Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
Berdasarkan ketiga pasal tersebut kami menilai bahwa seharusnya pihak LP3I
diberi sanksi denda sesuai dengan yang tercantum dalam pasal 16 ayat 2b.
Namun, ternyata ada yang luput dari perhatian kami, yaitu bahwa setelah
penyelidikan ternyata didapati bahwa pembukaan usaha LP3I yang dijalankan oleh
sodara Aziz Sudaryanto ternyata ilegal. Dan untuk itu maka yang dikenakan sanksi
adalah sodara Aziz sendiri. Dan karena alasan ketidaklegalan usaha tersebut, kelompok
kami pun sependapat bahwa sodara aziz memang harus diberikan sanksi yaitu berupa
denda sesuai dengan yang tercantum dalam perkara perdata No:
26/Pdt.G./2010/PN.JKT.PST Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.
25
DAFTAR PUSTAKA
https://www.scribd.com/document/406998627/Perjanjian-Waralaba
https://subaripemuda.blogspot.com/2015/06/makalah-franchise-waralaba-lengkap.html
https://mywanner.blogspot.com/2016/04/12.html
https://sjifa.wordpress.com/2013/06/24/studi-kasus-tuduhan-wanprestasi-atas-perjanjian-
waralaba-lp3i/
26