Anda di halaman 1dari 22

Fiqh Muamalah

Maliyah
Nama :
Kelompok 8 :

1. Kurnia Widi Setianingsih 1802010157

2. Rafi Dimas Hendrawan 1802010160

3. Shahlia Khairani 1802010162

4. Uswatun Haniah 1802010168

2
Diagram Pengkajian Islam dan Posisi Muamalah
Maliyah
Islam

Aqidah Syariah Akhlak

Muamalah Ibadah

Ghairu-Maliyah Maliyah

Tijari Ghairu Tijari


3
Definisi Muamalah
Secara bahasa Muamalah berasal dari kata amala yu’amilu yang
artinya bertindak, saling berbuat, dan saling mengamalkan.
Sedangkan menurut istilah Muamalah adalah tukar menukar
barang atau sesuatu yang memberi manfaat dengan cara yang
ditentukan.
Muamalah juga dapat diartikan sebagai segala aturan agama yang
mengatur hubungan antara sesama manusia, dan antara manusia dan
alam sekitarnya tanpa memandang perbedaan.
Definisi Muamalah Maliyah
Muamalah Maliyah adalah hukum syarat islam yang mengatur interaksi
antar manusia satu dengan lainnya yang berkenaan dengan harta,
misalnya jual-beli, sewa, hibah, hadiah, pinjam-meminjam, hutang dll

Para ulama muamalah memberikan batasan muamalah secara khusus


yaitu persoalan hukum yang berkaitan dengan seluk beluk harta dan
keuangan, mulai dari teori kepemilikan, harta, dan akad-akad syariah.

5
Bidang Kajian Muamalah Maliyah
(Objek kajian atau ruang lingkup )
Hukum harta yang terdiri dari :

> Konsep Harta (Al-Mal) meliputi pengertian harta, unsur-unsur, dan pembagian jenis-jenis
harta.

> Konsep Hak (Al-Huquq) meliputi pembahasan mengenai hak, sumber hak, perlindungan
dan pembatasan hak, dan pembagian jenis-jenis hak.

> Konsep Hak Milik (Al-Malkiyah) meliputi pembahasan tentang pengertian hak milik,
sumber-sumber kepemilikan, dan pembagian macam-macam hak milik

2. Konsep Umum akad, membahas tentang pengertian akad, dan Itasharruf (transaksi), unsur-
unsur akad, dan syariat masing-masing unsur, dan macam-macam akad.

6
Bidang Kajian Muamalah Maliyah
(Objek kajian atau ruang lingkup )
3. Aneka akad khusus membahas tentang berbagai macam transaksi muamalah seperti jual-
beli (al-bai’ at tijarah), gadai (rahn), jaminan dan tanggungan (kafalah & dhaman),
pemindahan hutang (hiwalah), perkongsian (asy-syirkah), dan lainnya.

Hak dan kewajiban dua orang yang melakukan transaksi telah diatur sedemikian rupa dalam
fiqh muamalah. Tujuannya agar setiap hak sampai kepada pemiliknya dan tidak ada orang
yang mengambil sesuatu yang bukan haknya.

Dengan demikian, hubungan antara manusia dengan manusia lain dapat terjalin dengan baik
dan harmonis. Hal tersebut terjadi karena tidak ada pihak-pihak yang merugikan maupun
pihak yang dirugikan.

7
Kaidah (Dasar) yang Membangun dalam Kajian Muamalah
Maliyah

1. Kebebasan dan kebolehan bermuamalah dan membuat kontrak perjanjian kecuali ada

unsur yang diharamkan, hukum asal dari semua muamalah adalah dihalalkan.
Dalil
QS. Al-Isra’ : 34

“Dan penuhilah janji, karena janji itu pasti diminta pertanggungjawabannya.”

Sabda Nabi Muhammad SAW

“Kaum muslimin itu terikat dengan persyaratan yang mereka sepakati, kecuali syarat yang

mengharamkan perkara yang halal atau menghalalkan perkara yang haram.” (HR. Abu

Dawud)
.

8
Kaidah (Dasar) yang Membangun dalam Kajian Muamalah
Maliyah

2. Larangan Berbuat Zalim (menempatkan sesuatu bukan pada tempatnya)

Larangan tegas berbuat zalim secara tegas disampaikan dalam hadist Nabi Muhammad
SAW :Dari Abu Dzar Radhiallahu ‘Anhu, dari Nabi Muhammad SAW bersabda tentang
apa yang beliau riwayatkan dari Allah SWT bahwa Dia berfirman : “Wahai hambaKu, Aku
haramkan zalim atas diri-Ku. Dan Kujadikan ia larangan bagimu, maka janganlah saling
menzalimi.” (HR. Imam dan Al Bukhari)

3. Larangan Al-Gharar (menipu)

Dalil Hadist Rasul SAW

“ Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu : Sesungguhnya Nabi Muhammad SAW telah
melarang dari jual beli gharar (penipuan).”

9
Kaidah (Dasar) yang Membangun dalam Kajian Muamalah
Maliyah
4. Tidak mengandung riba

Dalil larangan riba : “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan

tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Maka

jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), Jika kamu tidak melaksanakannya,

maka umumkanlah perang dari Allah dan Rasul-Nya. Tetapi jika kamu bertaubat, maka

kamu berhak atas pokok hartamu. Kamu tidak berbuat zalim (merugikan) dan tidak

dizalimi (dirugikan)” (Q.S. Al-Baqoroh 2:278-279)

Hadist , “Rasulullah SAW melaknat orang yang memakan riba, yang memberi makan riba,

penulisnya, dan dua orang saksinya. Beliau bersabda; Mereka semua sama.” (HR.Muslim)

10
Kaidah (Dasar) yang Membangun dalam Kajian Muamalah
Maliyah
5. Larangan Maisir (Judi, gambling)

Dalil (QS. Al-Maidah:90)

“Wahai orang-orang yang beriman, sesungguhnya arak, judi, berhala, dan mengundi nasib

adalah perbuatan keji termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah perkara-perkara itu agar

kamu mendapat keberuntungan.” 4 Kriteria Maisir termasuk judi/tidak :

1) Taruhan

2) Pelaku mencari uang dengan spekulasi (Mengadu nasib dengan berjudi)

3) Pemenang mengambil hak orang lain yang kalah

4) Harta yang dipertaruhkan diambil dari peserta.

11
Kaidah (Dasar) yang Membangun dalam Kajian
6. Jujur dan amanah
Muamalah Maliyah
Dalil AMANAH (QS An Nisa:58) “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan

amanah kepada yang berhak menerimanya.” Dari Anas bin Malik Radhiallahu ‘anhu, yang

menjelaskan amanah dan menepati janji adalah salah satu sifat orang beriman. Ia berkata : “

Tidaklah Nabiyullah Muhammad SAW berkhutbah kepada kami, melainkan beliau bersabda :

“Tidak ada iman bagi orang yang tidak memiliki (sifat) amanah, dan tidak ada agama bagi

orang yang tidak menepati janjinya.” Dalil JUJUR

Dari Jabir bin Abdillah ia berkata : Rasulullah SAW bersabda:”Allah mengampuni seseorang

sebelum kalian. Orang itu bila menjal memudahkan urusan, bila membeli memudahkan

urusan, bila melunasi memudahkannya, dan bila menagih memudahkannya.” (HR. Al-

Baihaqi)

12
Kaidah (Dasar) yang Membangun dalam Kajian
7. Saddu Adz-Darai’
Muamalah Maliyah
Arti kata; Sadd (menutup celah), Dzarai’ (Sarana), dan secara terminologis Saddu Adz-Darai’

artinya menghindari beberapa sarana/jalan yang jelas zhahir hukumnya mubah, tapi berpotensi

atau berdampak pada yang haram dan mafsadah. Dalil (QS. Al-An’am: 108) “Dan janganlah

kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti

akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. Demikianlah kami jadikan

setiap umat menganggap baik pekerjaan merela. Kemudian kepada Tuhan merekalah kembali

mereka, lalu dia memberitahukan kepada mereka apa yang dahulu mereka kerjakan.”

Contoh Saddu Adz-Darai’ dalam muamalah next >>

13
Kaidah (Dasar) yang Membangun dalam Kajian
Muamalah Maliyah
Contoh Saddu Adz-Darai’ dalam muamalah :

Penetapan haramnya Bai’ al-inah yaitu seseorang membeli barang secara tidak tunai, dengan
kesepakatan akan menjualnya kembali kepada penjual pertama dengan harga lebih kecil
secara tunai. Bai’ al-inah dapat didefinisikan dari aspek pembeli dan dari aspek penjual.
Pembeli Seseorang membeli barang secara tidak tunai, dengan kesepakatan akan menjualnya
kembali kepada penjual pertama dengan harga lebih kecil secara tunai. Penjual Seseorang
menjual barang secara tunai, dengan kesepakatan akan membelinya kembali dari pembeli
yang sama dengan harga yang lebih kecil secara tidak tunai. Larangan transaksi ini memiliki
tujuan untuk mrnghindarkan transaksi hilah ribawiyah (manipulasi) untuk melakukan riba
yang terlarang atau praktik simpan pinjam berbunga dengan modus jual beli.

14
Transaksi yang
Diharamkan dalam
Islam

15
Transaksi yang Diharamkan dalam Islam
1. Haram zatnya (objek transaksinya). Objek yang dilarang dalam islam seperti jual beli

narkoba, alkohol, organ mausia, dan lainnya.

2. Haram selain zatnya (cara bertransakinya). Maisir (Perjudian; mendapat keuntungan

dengan cara yang mudah) Gharar / taghrir (melakukan sesuatu secara membabi buta tanpa

pengetahuan yang mencukupi; atau mengambil resiko sendiri dari suatu perbuatan yang

mengandung resiko tanpa mengetahui persis bagaimana akibat yang akan ditimbulkan, atau

mengambil resiko tanpa memikirkan konsekuensinya. Macam Gharar= kualitas, harga dan waktu

penyerahan. Riba (pengambilan tambahan dari harta pokok atau modal secara bathil)

16
Transaksi yang Diharamkan dalam Islam
Ba’i al mudtarr (jual beli dan pertukaran dimana salah satu pihak dalam keadaan sangat

membutuhkan, sehingga sangat memungkinkan terjadinya eksploitasi oleh pihak yang kuat

dan menguntungkan pihak tersebut,sebaliknya pihak yang minoritas akan dirugikan.

Ikrah (tekanan dan pemaksaan dari salah satu pihak untuk melakukan suatu akad tertentu.

Jenis ancaman yang dilakukan bisa berupa fisik ataupun memanfaatkan keadaan seseorang

yang sedang membutuhkan “darurat”)

17
LANJUTAN
Haram selain zatnya (cara bertransakinya)

Transaksi yang Diharamkan dalam Islam


Ghabn ( penjual memberikan tawaran diatas rata-rata harga pasar tanpa disadari oleh pembeli.

Ada 2 jenis Ghabn ; Ghabn Qalil dan Ghabn Fahish)

> Ghabn Qalil = jenis perbedaan harga barang yang tidak terlalu jauh antara harga pasar

dan harga penawaran dan masih dalam kategori dapat dimaklumi oleh pihak pembeli.

> Ghabn Fahish = perbedaan harga penawaran dan harga pasar yang cukup jauh

perbedaannya.

18
LANJUTAN
Haram selain zatnya (cara bertransakinya)

Transaksi yang Diharamkan dalam Islam


> Bai’ Najash (pembeli menciptakan demand / permintaan palsu, seolah-olah ada banyak
permintaan terhadap suatu produk sehingga harga jual akan naik).

> Ihtikar (kondisi dimana penjual mengambil keuntungan diatas keuntungan normal
dengan cara mengurangi supply (penawaran) agar harga produk yang dijual naik. Contoh
menimbun barang agar ketika harga naik, banyak meraup keuntungan).

> Ghish (menyembunyikan fakta-fakta yang seharusnya diketahui oleh pihak yang terkait
dalam akad).

> Tadlis (menyembunyikan informasi dari pihak lain dengan maksud untuk menipu pihak
tersebut atas ketidaktahuan akan informasi objek yang diperbolehkan).
- Macam tadlis bisa Penipuan berbentuk kuantitas, kualitas, harga, ataupun waktu
penyerahan atas objek yang ditransaksikan.

19
LANJUTAN
Haram selain zatnya (cara bertransakinya)

Transaksi yang Diharamkan dalam Islam


> Talaqqil jalab/talaqqi rukban (sebagian pedagang menyongsong kedatangan barang dari

tempat lain yang ingin menjual produk di negerinya, lalu ia menawarkan harga yang

lebih rendah atau jauh dari harga di pasar, sehingga barang pedagang luar itu dibeli

sebelum masuk ke pasar dan sebelum mereka mengetahui harga yang sebenarnya.
- Jalab = barang yang diimpor dari tempat lain
- Rakban = pedagang dengan memiliki tunggangan.

20
LANJUTAN
Haram selain zatnya (cara bertransakinya)

Transaksi yang Diharamkan dalam Islam


> Jual beli hadir lil baad, (menjadi calo untuk orang desa, dan transaksi yang dianggap

terlarang yaitu : (a) barang yang ditawarkan umumnya dibutuhkan banyak orang seperti

makanan dll. Jika tidak, maka tidak dalam larangan, (b) jual beli untuk saat itu. Jika

dibayar secara kredit/angsuran, maka tidak masalah, (c) orang desa tidak mengetahui

harga yang dijual ketika sampai di kota. Jika ia tau, maka tidaklah masalah.)

> Risywah/Suap (pemberian yang bertujuan membatalkan yang benar atau untuk

menguatkan dan memenangkan yang salah. Baik Penyuap maupun Penerima suap,

mereka sama-sama diharamkan dalam islam (Al-Baqarah ; 188 dan QS Al-Maidah:42)

21
Syukron 
Jazaakumullah Khair

ADA YANG PERLU DITANYAKAN ?
SILAKAN 

22

Anda mungkin juga menyukai