Anda di halaman 1dari 145

PEDOMAN PRAKTIKUM

DENTAL ANATOMI DAN OROCOLLIFACIAL

PRAKTIKAN:

NAMA :………………………………………………………

STAMBUK :………………………………………………………

KELOMPOK :………………………………………………………

ASISTEN :……………………………………………………….

LABORATORIUM DENTAL ANATOMI DAN OROCOLLIFACIAL

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2018
i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas terselesaikannya Pedoman Praktikum Dental

Anatomi dan Orocollifacial ini, setelah berbagai hambatan yang harus dilalui. Kami sadar

bahwa pedoman praktikum ini masih jauh dari sempurna. Kami terbuka terhadap kritikan

dan saran agar dapat menyusun yang lebih baik dimasa mendatang, sehingga bagian Dental

Anatomi dan Orocollifacial dapat memberikan bahan ajar yang selalu mengikuti

perkembangan ilmu pengetahuan dan informasi yang terbaru oleh karena bahan kuliah Dental

Anatomi dan Orocollifacial yang baik, sangat diperlukan oleh mahasiswa/i kedokteran gigi

untuk menjadi dasar dalam mempelajari bidang-bidang ilmu kedokteran gigi lebih lanjut.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam

penyusunan diktat kuliah ini yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.

Akhir kata, semoga penuntun praktikum inibermanfaat bagi sejawat dan kalangan

mahasiswa/i. Aamiin...

Makassar, April 2018

TIM PENYUSUN

BLOK DENTAL ANATOMI DAN

OROCOLLIFACIAL

ii
KOORDINATOR BLOK

drg. Rachmi Bachtiar

SEKRETARIS BLOK

drg. Risnayanti Anas

KETUA WAKIL KETUA

(M. Anugrah Pratama) (Muhammad Alkautsar)

SEKERTARIS BENDAHARA

(Sitti Jai Fitri Dewi Jalias) (Alfriana Suci Wartika)

KOORD. PENERIMAAN KOORD. ASISTENSI KOORD. PRAKTIKUM KOORD. ALAT DAN


ASISTEN BAHAN
(Ade Pratiwi) (Al-Yaumil Fitri
(Aulya Maysitha) Arsyad) (Hendra Purnomo)

Asfira Nurul Muchlisa Sarmila Dewi Drana Yudha Cahyo F

Andi Tenri Rezki Oji Alvian Akbar Zakiyah Wahyuni Khairih Bin Tahir

Uky Damayanti Triana Amaliah Musdalifah Herman Dwi Nur Oktaviani


Jayanti
Adeian Suriadi M. Rakhmat Ersyad Fachrunnisa
Yulanda
Fadlia Multazam Muh. Zulham Nur
Nurfillah

iii
DAFTAR ISI

Halaman Judul................................................................................................................. i

Kata Pengantar................................................................................................................. ii

Daftar Isi........................................................................................................................... iv

Tata Tertib......................................................................................................................... v

BAB I Alat dan Bahan Praktikum...................................................................................... 1

BAB II Orocollifacial......................................................................................................... 4

BAB III Terminologi......................................................................................................... 16

BAB IV Embriologi........................................................................................................... 30

BAB V Masa Erupsi.......................................................................................................... 39

BAB VI Nomenklatur........................................................................................................ 40

BAB VII Struktur Jaringan Gigi....................................................................................... 46

BAB VIII Pengukuran Panjang gigi.................................................................................. 52

BAB IX Bentuk Kavitas Pulpa.......................................................................................... 55

BAB X Morfologi.............................................................................................................. 63

BAB XI Anomali............................................................................................................... 107

Daftar Pustaka

iv
TATA TERTIB PRAKTIKUM

1. Peraturan sebelum memasuki laboratorium


a. Praktikan harus berada di depan laboratorium 30 menit sebelum praktikum
dimulai
b. Praktikan harus telah dinyatakan lulus response untuk dapat mengikuti
praktikum
c. Semua perlengkapan praktikum harus telah siap (lengkap), tugas pendahuluan
dan laporan praktikum harus telah diserahkan pada dosen pembimbing paling
lambat satu hari sebelum praktikum
d. Sebelum memasuki laboratorium praktikan harus telah mengetahui materi dan
bahan yang akan dipraktikumkan
e. Praktikan tidak diperkenankan mengikuti praktikum apabila tidak mengikuti
asistensi praktikum
f. Praktikan harus telah mengisi daftar hadir umum sebanyak dua rangkap dan
daftar hadir kelompok.
2. Peraturan Berpakaian
a. Praktikan tidak diperkanankan memakai kaos oblong, sandal/sepatu sandal
b. Praktikan memakai baju praktikum warna putih bersih dan memakai papan
nama yang dilengkapi dengan nomor stambuk
c. Praktikan laki-laki harus memakai celana kain dan praktikan perempuan
memakai rok kain
d. Praktikan perempuan diharuskan memasukkan kerudung/jilbabnya kedalam
baju praktikum
e. Praktikan tidak diperkenankan memakai aksesoris apapun selama praktikum
berlangsung
3. Peraturan di dalam Laboratorium
a. Praktikan yang meninggalkan laboratorium tanpa alasan yang jelas dan tidak
dapat dipertanggung jawabkan maka praktikumnya dinyatakan batal
b. Praktikan yang ingin meninggalkan laboratorium untuk ke kamar kecil, shalat
dll harus dengan seizin dosen pembimbing kelompok dan sepengetahuan
koordinator praktikum
c. Praktikan tidak diperkenankan mengobrol/bercanda selain hal yang
berhubungan dengan praktikum selama praktikum berlangsung
v
d. Pekerjaan laboratorium/bahan yang dipraktikumkan tidak diperkenankan
dibawa keluar dari laboratorium
e. Selama praktikum berlangsung handphone dinonaktifkan
4. INHAL PRAKTIKUM maksimal 2 kali dengan syarat dan ketentuan yang telah
ditetapkan
5. Praktikan yang tidak mengikuti praktikum dengan alasan yang tidak dapat
dipertanggung jawabkan tidak diberikan tambahan waktu/tidak berhak mengikuti
inhal praktikum
6. Praktikan dinyatakan tidak lulus praktikum apabila tidak mengikuti praktikum
sebanyak tiga(3) kali, kecuali dikarenakan hal hal yang sifatnya darurat serta
disertai dengan surat keterangan yang dapat dipertanggungjawabkan
7. Praktikan dinyatakan tidak bisa mengikuti ujian praktikum jika tidak mengikuti
tenteran minimal 5 kali selama blok berjalan
8. Hal hal yang belum jelas dan bersifat kasuistikakan ditentukan (diinformasikan)
saat asistensi praktikum atau pada saat praktikum berlangsung.

Makassar, April 2018

Koordinator Praktikum Praktikan

……………………… ……………..

vi
BAB I

ALAT DAN BAHAN

1.1 ALAT

Pisau Malam/Lekron Pisau Gips

Alas Putih Rubber Bowl

Bunsen/Lampu Spertus Spatula/Spatel

Lap Kasar Lap Halus

Chip Blower/Pus-pus Amplas Kasar dan Halus

1
Gergaji Kecil Penggaris

Sikat Gigi Atlas Penuntun

Kotak Plastik Ukuran T=10cm, L=10cm, Plastik Obat (20x25 cm)


P=10cm

1.2 BAHAN

Malam Merah/Wax Gips Utuh (Gips dalam bentuk powder)

Spirtus Air

2
Korek Api Pensil dan Penghapus

Koran Gunting

Sabun Mandi (Batangan) Unsur I, C, P & M (Maxilla & Mandibula)

3
BAB II

ANATOMI OROCOLIFACIAL

A. TULANG (OS)

A.1. Tulang yang menutupi bagian superior rongga otak

 Os Frontale adalah tulang tunggal yang besar pada garis tengah yang

membentuk daerah dahi dan alis mata.

 Os Parietale adalah sepasang tulang yang melindungi otak bagian atas, lateral

dan posterior.

A.2. Tulang yang membentuk lantai dasar rongga otak

Os Occipitale, os sphenoidale, os ethmoidale, dan dua os temporal

menyangga basis otak. Semuanya mempunyai lubang (foramen) untuk di lewati

saraf ke wajah dan mulut. Os temporale selain menjadi lantai dasar otak, juga

berperan penting dalam memfungsikan rahang.

A.3. Tulang pada wajah dan TMJ

Ada beberapa tulang yang membentuk penampilan wajah kita sekarang ini.

Tulang fasial terletak di bawah dahi, dan sebagian besar menyusun bagian anterior

cranium. Lima tulang utama pada wajah adalah, mandibula, dua maxilla, dan dua

os zygomaticum. Tulang wajah yang lebih kecil terdiri atas os vomer, dua os

palatina, os nasale, dua os lacrimale, dan dua concha nasalis inferior

(turbinate).

4
A. TEMPOROMANDIBULA JOINT (TMJ)

TMJ adalah artikulasi antara dua condilus dan dua os temporale.

B.1. Anatomi sendi TMJ

Ada tiga bagian artikulasi untuk setiap TMJ : Condylus mandibulae, fossa

articulare os temporalis, dan discus articularis.

5
B.2. Ligamentum yang mendukung dan membatasi gerakan sendi

Ligamentum adalah pita jaringan yang sedikit elastis. Tidak menggerakkan

sendi. Ligamentum mendukung dan membatasi gerakan mandibula untuk

melindungi otot agar tidak tertarik di luar kemampuannya.

6
A. OTOT-OTOT (MUSCULUS) MULUT

C.1. Otot pengunyahan

Otot pengunyahan menggerakkan mandibula. Terdiri atas empat pasang otot

(kanan dan kiri): musculus masseter, musculus temporalis, musculus

pterygoideus medialis, dan muculus pterygoideus lateralis.

7
C.2. Ringkasan otot-otot yang menggerakkan dan mengontrol mandibula

 Elevasi mandibula

Elevasi (mengangkat mandibula dan menutup mulut) di sebabkan oleh

kontraksi bilateral dari tiga pasang otot. Musculus temporalis (serabut vertikal)

membawa mandibula ke atas dalam posisi untuk mengunyah makanan. Musculus

temporalis terutama merupakan otot yang mengatur posisi ketika mengangkat

mandibula sampai pada posisi dimana mandibula akan mendapat tekanan nyata

yang di aplikasikan oleh dua pasang otot (menutup mulut) lainnya. Musculus

masseter dan musculus pterygoideus medialis bekerja bersama untuk

mengaplikasikan gaya mengatupkan rahang yang bertekanan, seperti ketika

mengunyah makanan, contohnya menggigit wortel.

 Depresi mandibula

Depresi (menekan mandibula ke bawah dan membuka mulut) di sebabkan

terutama oleh kontraksi bilateral kedua musculus pterygoideus lateralis, di

bantu oleh musculi suprahyoidei dan musculi infrahyoidei, khususnya venter

anterior musculi digastrici, dan musculus omohyoideus (musculi infrahyoidei),

yang membantu memfixasi atau memegang os hyoideum.

 Retrusi

Retrusi (retraksi mandibula) berasal dari kontraksi bilateral serabut posterior

musculus temporalis di bantu oleh musculi suprahyoidei, khususnya musculus

digastricus venter anterior dan posterior.

8
 Protrusi

Protrusi (atau protraksi, memajukan mandibula) di sebabkan oleh kontraksi

simultan dua musculus pterygoideus lateralis.

 Gerakan lateral

Gerakan lateral (ke samping) di sebabkan oleh kontraksi satu musculus

pterygoideus lateralis. Mandibula bergerak bodily ke kiri karena kontraksi

musculus pterygoideus lateralis kanan.

B. SARAF (NERVUS) DALAM RONGGA MULUT

Ada 12 pasang Nervi Cranialis di tubuh manusia, dimana Nervus Trigeminus

merupakan nervus yang khusus mempersarafi bagian rongga mulut. Nervus trigeminus

merupakan saraf terbesar diantara nervi cranialis yang lain dan merupakan saraf sensorik

utama untuk wajah dan kulit kepala.

Nervus trigeminus bercabang menjadi tiga divisi utama (atau tiga cabang saraf) .

divisi 1 (nervus opthalmicus) dan divisi 2 (nervus maxillaris), divisi 3 (nervus

mandibularis).

D.1. Divisi 1 (Nervus Opthalmicus)

Nervus opthalmicus keluar dari cranuim melalui fissura orbitalis superior

pada permukaan superior orbita. Nervus opthalmicus dan cabang-cabangnya

menyuplai sensasi umum (sentuhan, rasa sakit, tekanan dan temperatur) pada kulit

dari sepertiga atas wajah termasuk kulit dahi dan bagian anterior kulit kepala, serta

kulit di sekitar bola mata, kelopak mata, dan hidung, dan bagian dari mukosa nasal

dan sinus maxillaris.

9
D.2. Divisi 2 (Nervus Maxillaris)

Nervus maxillaris memperlengkapi dengan sensai umum umum (sentuhan,

rasa sakit, tekanan dan temperatur) ke kulit sepertiga tengah wajah dan palatum,

serta cabang-cabang sensoris ke pulpa gigi atas.

D.3. Divisi 3 (Nervus Mandibularis)

Nervus mandibularis adalah saraf campuran, yaitu berisi serabut-serabut

sensori dan motori. Serabut-serabut motoris dari nervus mandibularis menyuplai

delapan otot pengunyahan dan musculus mylohyoideus serta venter anterior

musculus digastricus, yang membantu retraksi mandibula. Nervus mandibularis

keluar dari neurocranium melalui foramen ovale. Berjalan ke dalam ruang di medial

arcus zygomaticus dan ramus mandibulae, serta inferior dari os temporale, di sebut

spatium infratemporalis.

10
A. PEMBULUH DARAH (VASCULAR) RONGGA MULUT

E.1. Arteri

Pembuluh darah arteri adalah pembuluh darah yang berjalan dari jantung ke

gigi.

11
E.2. Vena

Vena cenderung lebih lurus dari arteri. Dalam banyak hal, perjalanan hampir

mirip arteri. Tetapi pembuluh darah vena adalah pembuluh darah balik yang artinya

dia membawa darah dari gigi kembali ke jantung beda dengan arteri yang membawa

darah dari jantung ke gigi.

12
13
E.3. Pembuluh limfa

Sistem limfatik agak lebih kompleks karena berperan mengumpulkan cairan

jaringan yang di luar dari kapiler darah kemudian mengembalikan cairan ini ke sistem

vaskular. Pada area kapiler arteri, tekanan darah melebihi tekanan osmotik, sehingga

cairan lolos ke dalam ruang jaringan. Pada area kapiler vena, tekanan darah lebih

rendah, dan tekanan osmotik menjadi lebih tinggi, memaksa 90% cairan jaringan

kembali pada area kapiler vena. Sedangkan 10% lainnya adalah limfa, yang berjalan

ke dalam lumen kapiler limfe dan kemudian dikumpulkan dalam nodus dan

dikembalikan ke sistem vaslkuler. Pada waktu infeksi, trauma, dan pertumbuhan

kanker, jumlah cairan terlepas abnormal (bersama sel-sel khusus untuk melawan

infeksi dll), dan mengakibatkan pembengkakan kelenjar limfe.

Infeksi di daerah dagu dan struktur di dekatnya termasuk ujung lidah, jaringan

sekitar incisivum bawah bagian depan lantai mulut, bibir bawah, dan gingiva dialirkan

ke nodi submentale (tepat linngual dari symphisis). Nodi submandibulae terletak di

atas permukaan glandula salivarius submandibularis dan dapat dipalpasi medial dan

anterior dari angulus mandibulae, dengan nodus yang paling menonjol dari rantai ini

terletak di atas arteri facialis medial dari incisura antegonial.

Nodi submentalis mengalirkan cairan lime ke dalam nodi submandibulare.

Nodi submandibulare mengalirkan limfe pada struktur intraoral yang lain, termasuk

semua gigi atas dan bawah, gingiva facial dan palatal (kecuali di sekitar gigi anterior

rahang bawah), lantai dasar mulut bagian posterior, sisi samping lidah bagian anterior,

pipi dan bagian samping hidung, bibir atas dan bagian lateral bibir bawah. Sinus

maxillaris mendrainase ke dalam nodi submandibulare parotidea.

14
Nodi parotidicus terletak di atas glandula parotis di depan telinga, menerima

limfa dari daerah di sekitar glandula parotis, termasuk kulit kepala, telinga, pipi, dan

kelopak mata. Nodi parotidei dan nodi submandibulare, dan limfa yang berlebihan

yang disebabkan dari radang tenggorokan, mengalirkan cairan limfe ke dalam nodi

servicale profundi dan servicale superficialis. Nodi ini terletak di sepanjang M.

Sternocleidomastoideus yang besar. Contoh penyebaran infeksi, jika suatu infeksi

seperti jerawat atau ulcer aptosa terbentuk pada bibir bawah, akan berdrainase ke nodi

mentale, yang kemudian ke nodi submandibularis, yang pada gilirannya, bersama

dengan nodi parotidei dari sisi wajah, akan berdrainase ke nodi servicale.

Pembengkakan nodus servikalis dapat disebabkan oleh infeksi pada bibir bawah.

Dari sini, limfe kembali melalui drainase vena dari sistem kardiovaskular. Pada

sisi kiri, drainase melalui ductus thoracicus, yang mengalirkan limfe ke dalam vena

pada pertemuan antara vena subclavia sinistra dan vena jugularis interna, yang

akhirnya membentuk ke vena brachiocepalica. Pada sisi kanan, limfe mengosongkan

isinya pada pertemuan antara vena subclavia dextra dan vena jugularis interna.

15
BAB III

TERMINOLOGI

3.1 Definisi Terminologi

Terminologi anatomi gigi merupakan istilah-istilah yang digunakan dalam anatomi gigi

untuk menerangkan struktur gigi dan jaringan sekitarnya.

Terminologi ini tidak hanya untuk kepentingan mempelajari anatomi gigi saja tetapi

merupakan dasar dari istilah-istilah yang sering dijumpai dalam bidang kedokteran gigi.

Tujuan mempelajari terminologi agar memudahkan kita untuk memahami anatomi gigi itu

sendiri sekaligus agar diperoleh persamaan persepsi dalam bidang kedokteran gigi baik

dalam teori maupun penerapannya.

3.2 Terminologi Rahang

Terminolgi rahang terbagi atas 2, yaitu :

a. Maxilla : merupakan istilah yang menunjukkan tulang rahang atas. Merupakan

tempat cavum orbita, cavum nasalis, palatum, serta melekat pada tengkorak dan

tempat melekatnya gigi geligi.

b. Mandibula : merupakan istilah yang menunjukkan rahang bawah. Mampu

melakukan gerakan artikulasi dengan tengkorak melalui TMJ sebagai bentuk

mastikasi.

16
Maksila Mandibula

3.3 Garis Median

Menurut buku senarai istilah kedokteran gigi, Garis median adalah garis yang berada di

tengah suatu tubuh atau struktur (wajah) yang membagi wajah menjadi dua bagian yang

seimbang antara kiri dan kanan.

a. Merupakan titik tengah muka.

b. Titik tengah gigi sentral insisivus kiri-kanan dan atas-bawah.

c. Pertengahan antara kedua fovea palatina (foramen palatina major).

d. Foramen insisivus.

e. Sutura palatina madiana.

f. Spina mentalis.

Gambar : Garis Median

17
3.4 Terminologi Berdasarkan Arah

a. Superior : atas

b. Inferior : bawah

c. Dextra : kanan

d. Sinistra : kiri

e. Anterior : depan

f. Posterior : belakang

3.5 Dentisi

Dentisi adalah kelompok gigi geligi yang terdapat pada kedua rahang. Pada manusia

dikenal 2 macam dentisi, yaitu dentes decidui (primary dentition) yaitu gigi sulung yang

keseluruhan berjumlah 20 dan dentes permanentes (permanent dentition) yaitu gigi permanen

yang keseluruhan berjumlah 32.

Gigi sulung/susu/primery dentition/dentes Gigi permanen/permanent dentition/dentes


decidui permanentes

3.6 Penamaan Gigi

Gigi manusia terdiri dari bermacam-macam bentuk dan masing-masing mempunyai

nama yang berbeda.

a. Gigi sulung/susu/primery dentition/dentes decidui

Gigi susu terdapat 3 bentuk gigi, yaitu :

a.1. Insisivus ( I ) : berjumlah 4 pada rahang atas dan rahang bawah. Dan berjumlah 2

pada kuadran kanan dan kiri yaitu insisivus sentral (I1) yang berada didekat garis

median dan insisivus lateral (I2) yang berada setelah I2 dari garis median.

18
a.2. Caninus (C) : berjumlah 2 pada rahang atas dan rahang bawah. Dan berjumlah 1

pada kuadran kanan dan kiri.

a.3. Molar (M) : berjumlah 4 pada rahang atas dan rahang bawah. Dan berjumlah 2

pada kuadran kanan dan kiri yaitu molar pertama (M1) dan molar kedua (M2).

b. Gigi permanen /permanent dentition/dentes permanente

b.1. Insisivus ( I ) : berjumlah 4 pada rahang atas dan rahang bawah. Dan berjumlah 2

pada kuadran kanan dan kiri yaitu insisivus sentral (I1) yang berada didekat garis

median dan insisivus lateral (I2) yang berada setelah I2 dari garis median.

b.2. Caninus (C) : berjumlah 2 pada rahang atas dan rahang bawah. Dan berjumlah 1

pada kuadran kanan dan kiri.

b.3. Premolar (P) : berjumlah 4 pada rahang atas dan rahang bawah. Dan berjumlah

2 pada kuadran kanan dan kiri yaitu Premolar pertama (P1) dan premolar kedua

(P2).

19
b.4. Molar (M) : berjumlah 6 pada rahang atas dan rahang bawah. Dan berjumlah 3

pada kuadran kanan dan kiri yaitu molar pertama (M1), molar kedua (M2), dan

molar ketiga (M3).

3.7 Pembagian Letak Gigi

Pembagian letak gigi terbagi atas 2, yaitu :

a. Gigi anterior : terdiri dari caninus kanan sampai caninus kiri baik pada rahang atas

maupun rahang bawah.

b. Gigi posterior : terdiri dari premolar pertama (P1) sampai molar ketiga (M3) baik

pada regio kanan atau kiri maupun rahang atas atau bawah.

20
3.8 Bagian-Bagian Gigi

3.8.1 Mahkota gigi/corona dentis dan akar gigi/radix dentist

3.8.1.1 Mahkota gigi/corona dentist

a. Mahkota anatomis/corona anatomica : bagian dari gigi (dalam mulut atau pada

model) yang secara normal ditutupi oleh lapisan email.

b. Mahkota klinis/corona clinica : mahkota gigi yang terlihat di rongga mulut.

3.8.1.2 Akar gigi/radix dentist

a. Akar anatomis/radix anatomica : bagian dari gigi yang ditutupi oleh sementum.

Garis servikal (CEJ) memisahkan mahkota anatomis dari akar anatomis

b. Akar klinis/radix clinica : bagian gigi yang tidak terlihat karena ditutupi oleh

gingiva.

3.8.2 Enamelum (enamel) = email : Lapisan keras gigi yang berwarna putih, translusen, dan

mengkilap serta menutupi permukaan corona anatomica. Ketebelan email menentukan

warna dari gigi. Makin tipis email, maka gigi tampak semakin kuning oleh karena

bayangan dentin semakin jelas.

3.8.3 Dentinum (dentine) = dentin : Jaringan keras yang membangun bagian terbesar gigi

berwarna kekuning-kuningan dan ditutupi oleh email dan cementum.

3.8.4 Sementum : lapisan luar gigi yang berwarna kuning dan menutupi dentin pada radix

anatomica.

3.8.5 Pulpa : jaringan lunak pada kavitas atau ruang ditengah mahkota dan akar yang disebut

kavitas pulpa (rongga pulpa).

21
3.8.6 Apex radicis dentis yaitu bagian dari akar yang merupakan ujung dari akar gigi.

3.8.7 Apex cuspidis : titik tertinggi suatu cuspis dentis (puncak gigi).

3.8.8 Linea cervicalis (cervical line) = garis servikal : junction cement enameli (cement

enamel junction) : Garis batas antara corona anatomica dengan radix anatomica

dimana terjadi pertemuan antara email dan cementum.

3.8.9 Cingulum : suatu ketinggian yang terdapat pada 1/3 cervical permukaan palatinal atau

lingual mahkota gigi anterior dan menghubungkan kedua crista marginalis.

22
3.8.10 Fissura pertumbuhan (developmental groove) : suatu celah atau parit sempit

berbatas tajam yg terbentuk selama perkembangan gigi dan biasanya memisahkan lobi

atau bagian utama gigi. Kalau celah tersebut dangkal disebut sulcus dan kalau dalam

disebut fissure.

3.8.11 Fissura tambahan (suplemental groove) : suatu parit kecil & tidak teratur yg

merupakan cabang fissure pertumbuhan, biasanya ditemukan pada permukaan

occlusal gigi posterior.

3.8.12 Fossa (e) : suatu cekungan atau kedalaman yang ditemukan pada permukaan lingual

beberapa gigi anterior atau pada permukaan occlusal semua gigi posterior.

3.8.13 Fovea (Pit)/ Foveola : suatu cekungan kecil (dan kadang-kadang dalam) yg terdpt pd

tempat persilangan dua atau lebih fissura pertumbuhan. Fovea juga kadang2 terdpt pd

ujung suatu groove yang tunggal

23
3.8.14 Crista (crest = ridge) = galengan = pemateng

a. Crista marginalis incisalis (mamelon) :Tuberculum yg terdapat dpinggiran incisal

gigi incisivus yang belum mengalami atrisi.

b. Crista marginalis (marginal ridge) : ketinggian yg terdpat dipinggiran mesial &

distal permukaan lingual gigi anterior, atau pada pinggiran mesial atau distal

permukaan occlusal gigi posterior.

c. Crista triangularis (triangular ridge) : suatu ketinggian berbentuk segitiga yg

berjalan turun dari setiap apex cuspidis kearah pusat permukaan gigi posterior.

d. Crista transversalis (transverse ridge) : Suatu ketinggian (memanjang) yg

merupakan gabungan dua crista triangularis & memotong permukaan occlusal/incisal

secara transversal (dalam arah buccolingualis).

24
e. Crista obliqua (obliqua ridge) : suatu ketinggian pada gigi molar rahang atas yang

menyilang permukaan occlusal secara miring & merupakan perpaduan dua crista

triangularis yang menghubungkan antara cuspis mesiopalatinalis dengan cuspis

distobuccalis.

3.9 Permukaan Gigi

Berikutadalahistilah-istilah yang perlu dipahami dalam hubungannya dengan

permukaan gigi:

a. Labial adalah bibir (labium)

b. Lingual adalah lidah

c. Facialadalah muka

d. Palatum adalah langit-langit

e. Sisi mesial adalah sisi yang berhadapan dengan garis tengah

f. Sisi distal adalah sisi yang bertolak belakang dengan garis tengah

g. Sisi bukal adalah sisi yang menghadap ke pipi

3.9.1 Permukaan gigi anterior

a. Permukaan labial/fasial adalah permukaan gigi yang menhhadap ke labial (bibir).

25
b. Atas : Permukaan Palatal adalah permukaan gigi yang menghadap ke palatum.

c. Bawah: permukaan lingual adalah permukaan gigi yang menghadap ke lidah.

d. Permukaan proksimal yaitu permukaan gigi yang berhadapan dengan permukaan

gigi sebelahnya, yang terletak dalam satu lengkung gigi; permukaan mesial dan

permukaan distal.

e. Permukaan mesial adalah permukaan gigi yang mendekati garis median.

f. Permukaan distal adalah permukaan gigi yang menjauhi garis median.

g. Permukaan insisal adalah permukaan gigi yang digunakan untuk memotong dan

yang menghadap kearah garis kunyah tempat tepi insisal terletak.

26
3.9.2 Permukaan gigi posterior

a. Permukaan bukal adalah permukaan gigi yang menghadap pada bukal (pipi).

b. Atas: permukaan palatal.

c. Bawah Permukaan lingual.

d. Permukaan proksimal

e. Permukaan mesial

f. Permukaan distal

g. Permukaan oklusal adalah permukaan gigi yang menghadap ke arah garis oklusi

atau kunyah yang digunakan untuk menghaluskan, menyobek, dan menggiling

makanan, tempat adanya tonjolan dan lekukan.

3.10 Garis sudut dan titik sudut

3.10.1 Line angle (garis sudut)

Dibentuk oleh pertemuan 2 permukaan, dan diberi nama berdasarkan kedua

permukaan tersebut.Sebagai contoh pada gigi anterior, pertemuan antara permukaan

mesial dan permukaan labial disebut mesiolabial angle.

27
3.10.2 Poin angle (titik sudut)

Dibentuk oleh pertemuan 3 permukaan, dan diberi nama berdasarkan permukaan

tersebut.Sebagai contoh, pertemuan dari permukaan mesial, buccal dan oklusal pada

gigi molar disebut mesiobucco-occlusal point angle.

3.11 Oklusi

Oklusi adalah hubungan kontak antara gigi-gigi dirahang atas dengan gigi-gigi di

rahang bawah waktu mulut dalam keadaan tertutup.

Ada 2 macam oklusi:

a. oklusi sentris: merupakan hubungan kontak antara gigi-gigi di rahang atas dan rahang

bawah waktu mandibula dalam keadaan relasi sentris

28
b. oklusi aktif: merupakan hubungan kontak antara gigi-gigi rahang atas dan rahang

bawah ketika gigi-gigi rahang bawah mengadakan gerakan/geseran kedepan,

kebelakang, ke kiri dan ke kanan atau gerakan lateral.

Relasi sentris adalah hubungan mandibula dengan maksilla, dimana kedua kepala sendi

(kaput) berada pada keadaan paling dorsal dalam cekungan sendi (fosa glenoid) tanpa

mengurangi kebebasannya untuk bergerak ke lateral.

29
BAB IV

EMBRIOLOGI GIGI

Setiap individu terdapat 20 gigi desidui dan 32 gigi permanen yang berkembang dari

interaksi antara sel epitel rongga mulut dan sel bawah mesenkim. Setiap gigi berbeda secara

anatomi, tapi dasar proses pertumbuhannya adalah sama pada semua gigi.

Tanda – tanda pertama dari perkembangan gigi pada embrio ditemukan di daerah

anterior mandibula pada usia 5-6 minggu. Setelah terjadi tanda-tanda perkembangan gigi di

daerah anterior maksila, perkembangan berlanjut kea rah posterior dari kedua rahang.

Pembentukan dimulai dengan pembentukan lamina gigi. Lamina gigi adalah suatu

pita pipih yang terjadi karena penebalan jaringan epitel mulut (ektodermal) yang meluas

sepanjang batas oklusal dari mandibula dan maksila pada tempat gigi-geligi akan muncul

kemudian. Lamina tumbuh dari permukaan sampai dasar masenkim. Lapisan ektodermal

berfungsi membentuk email dan odontoblast, sedangkan mesodermal membentuk dentin,

pulpa, semen, membran periodontal, dan tulang alveolar. Pertumbuhan dan perkembangan

gigi dibagi dalam lima tahap, yaitu :

a. Tahap pertumbuhan
a.1. tahap inisiasi
a.2. Tahap Proliferasi
a.3. Tahap histodiferensiasi
a.3. Tahap morfodiferensiasi
b. Erupsi intraoseus
b.1. Tahap Aposisi
b.2. Tahap Kalsifikasi
c. Tahap erupsi
d. Atrisi erupsi
e. Resorpsi.

30
Gmbar 4.1. Tahap pertumbuhan dan perkembangan gigi. (A–D)Tahap perkembangan gigi. (A)Inisiasi (bud
stage), (B)Proliferasi (cap stage), (C)Histodiferensiasi, Morfodiferensiasi (bell stage), (D)Aposisi dan dilanjut
dengan tahap kalsifikasi, (E)Sebelum erupsi, (F)Setelah erupsi, (G dan H) Atrisi, (I) Resesi gingiva dan
kehilangan jaringan pendukung sehingga terjadinya eksfoliasi. Modified from Schour and Massler.

A. TAHAP PERTUMBUHAN

A.1. Tahap Inisiasi (Bud Stage)

Gambar 4.2 Dental lamina Gambar 4.3 Inisiasi (bud stage)

31
Gambar 4.4 tahap inisiasi. (1) Proliferated oral epithelium (2) Dental lamina (3) Permanent teeth ridge (4)
Enamel organ (5) Jaw mesenchyme (6)Oral cavity.

Tahap ini merupakan permulaan terbentuknya benih gigi dari epitel mulut. Tahap

inisiasi merupakan penebalan jaringan ektodermal dan pembentukkan kuntum gigi yang

dikenal sebagai organ enamel pada minggu ke-10 IU (intrauteri). Perubahan yang

paling nyata dan paling dominan adalah proliferasi jaringan ektodermal dan jaringan

mesenkimal yang terus berlanjut Sel-sel tertentu pada lapisan basal dari epitel mulut

berproliferasi lebih cepat daripada sel sekitarnya. Hasilnya adalah lapisan epitel yang

menebal di regio bukal lengkung gigi.

Bila terjadi gangguan pada tahap inisiasi akan mengakibatkan kelainan dalam

jumlah gigi yaitu anadonsia (jumlah gigi kurang dari normal) dan hiperdonsia/ gigi

supernumerary ( jumlah gigi lebih dari normal).

Gambar 4.5. anadonsia sebagian Gambar 4.6. mesioden

32
A.2. Tahap Proliferasi (Cap Stage)

Gambar 4.7. Cud stage

Gambar 4.8 Cup stage. (1.) Dental papilla (2) Dental sac (3) Internal enamel epithelium / inner dental
epithelium (4)External enamel epithelium / outer dental epithelium (5) Jaw mesenchyme (6 )Proliferated
epithelium of the oral cavity (7)Dental lamina (8)Permanent teeth ridge (9)Stellate reticulum.

Tahap ini dimulai pada minggu ke-11 IU, lapisan sel-sel mesenkim yang berada

pada lapisan dalam mengalami proliferasi, memadat, dan bervaskularisasi membentuk

papila gigi yang kemudian membentuk dentin dan pulpa pada tahap ini. Sel-sel

mesenkim yang berada di sekeliling organ gigi dan papila gigi memadat dan fibrous,

disebut kantong gigi yang akan menjadi sementum, membran periodontal, dan tulang

alveolar.

Bila terjadi gngguan pada tahap ini kan mengakibatkan kelainan dalam jumlah gigi

seperti anadonsia dan hiperdonsia

33
A.3. Tahap Histodiferensiasi (Bell Stage)

Gambar 4.9 & 4.10 bell stage

Tahap ini adalah spesialisasi dari sel-sel, yang mengalami perubahan histologist

dalam susunannya. Terjadi diferensiasi seluler pada tahap ini. Sel-sel epitel email dalam

(inner email epithelium) menjadi semakin panjang dan silindris, disebut sebagai

ameloblas yang akan berdiferensiasi menjadi email dan sel-sel bagian tepi dari papila

gigi menjadi odontoblas yang akan berdiferensiasi menjadi dentin.

Gambar 4.11 bell stage. (1) External enamel epithelium /


outer dental epithelium (2) Internal enamel epithelium (3)
Stellate reticulum (4) Dental sacb (5) Dental papilla Jaw
mesenchyme (6 Permanent teeth ridge (7) Multilayered
(7) nonkeratinizing squamous epithelium

Bila terjadi ganggun pada tahap histodiferensiasi ini akan mengakibatkan

kelainan dalam struktur gigi seperti gentinogenesis imperfekta dan amelogenesis

imperfekta.

Gambar 4.12. amelogenesis imperfekta & dentinogenesis imperfekta

34
A.4. Tahap Morfodiferensiasi (Late Bell Stage)

Pada tahap ini susunan dari sel-sel pembentuk sepanjang dentino enamel dan

dentino cemental junction yang akan datang, yang memberi garis luar dari bentuk dan

ukuran korona dan akar yang akan datang.

Pada tahap ini Sel pembentuk gigi tersusun sedemikian rupa dan dipersiapkan

untuk menghasilkan bentuk dan ukuran gigi selanjutnya. Proses ini terjadi sebelum

deposisi matriks dimulai. Morfologi gigi dapat ditentukan bila epitel email bagian

dalam tersusun sedemikian rupa sehingga batas antara epitel email dan odontoblas

merupakan gambaran dentinoenamel junction yang akan terbentuk. Dentinoenamel

junction mempunyai sifat khusus yaitu bertindak sebagai pola pembentuk setiap macam

gigi. Terdapat deposit email dan matriks dentin pada daerah tempat sel-sel ameloblas

dan odontoblas yang akan menyempurnakan gigi sesuai dengan bentuk dan ukurannya

Gambar 4.13. Tahap morfodiferensiasi (late bell stage)

Gambar 4.14. Tahap morfodiferensiasi (late bell stage) dan keterangannya (1) Stellate Reticulum (2) internal
enamel epithelium (3) Enamel (4) Dentin (5) Predentin (6) lapisanodontoblas (7) dental papilla (8)
Ameloblast

35
Bila terjadi gangguan pada tahap ini akan mengakibatkan kelainan dalam bentuk

dan ukuran gigi seperti Hutchinson, mulberry molar, makrodonsia dan mikrodonsia.

B. ERUPSI INTRAOSEUS

Gambar 4.15 Aposisi dan kalsifikasi

B.1. Tahap aposisi

Tahap aposisi adalah pengendapan dari matriks enamel dan dentin dalam lapisan

tambahan. Pada tahap ini Terjadi pembentukan matriks keras gigi baik pada email,

dentin, dan sementum. Matriks email terbentuk dari sel-sel ameloblas yang bergerak ke

arah tepi dan telah terjadi proses kalsifikasi sekitar 25%-30%.

36
B.2. Tahap Kalsifikasi

Tahap kalsifikasi adalah pengeseran dari matriks oleh pengendapan garam-garam

kalsium. Tahap ini merupakan suatu tahap pengendapan matriks dan garam-garam

kalsium. Kalsifikasi akan dimulai di dalam matriks yang sebelumnya telah mengalami

deposisi dengan jalan presipitasi dari satu bagian ke bagian lainnya dengan

penambahan lapis demi lapis.

Gangguan pada tahap ini dapat menyebabkan kelainan pada kekerasan gigi

seperti Hipokalsifikasi. Tahap ini tidak sama pada setiap individu, dipengaruhi oleh

faktor genetik atau keturunan sehingga mempengaruhi pola kalsifikasi, bentuk mahkota

dan komposisi mineralisasi.

C. TAHAP ERUPSI

Tahap Erupsi adalah Pergerakan gigi ke dalam rongga mulut. Erupsi gigi merupakan

suatu proses yang berkesinambungan dimulai dari awal pembentukan melalui beberapa

tahap sampai gigi muncul ke rongga mulut.

Ada dua fase yang penting dalam proses erupsi gigi, yaitu erupsi aktif dan pasif.

Erupsi aktif adalah pergerakan gigi yang didominasi oleh gerakan ke arah vertikal, sejak

mahkota gigi bergerak dari tempat pembentukannya di dalam rahang sampai mencapai

oklusi fungsional dalam rongga mulut, sedangkan erupsi pasif adalah pergerakan gusi ke

arah apeks yang menyebabkan mahkota klinis bertambah panjang dan akar klinis bertambah

pendek sebagai akibat adanya perubahan pada perlekatan epitel di daerah apikal.

Gigi desidui yang juga dikenal dengan gigi primer jumlahnya 20 di rongga mulut,

yang terdiri dari insisivus sentralis, insisivus lateralis, kaninus, molar satu, dan molar dua

dimana terdapat sepasang pada maksila dan mandibula masing-masing.Pada usia 6 bulan

setelah kelahiran, gigi insisivus sentralis mandibula yang merupakan gigi yang pertama

37
muncul di rongga mulut, dan berakhir dengan erupsinya gigi molar dua maksila sedangkan

Erupsi gigi permanen pada umumnya terjadi antara usia 5 sampai 13 tahun kecuali gigi

permanen molar tiga (erupsi antara 17 sampai 21 tahun), juga seiring dengan pertumbuhan

dan perkembangan pubertas

D. ATRISI ERUPSI

Atrisi adalah ausnya permukaan gigi karena lamanya pemakaian waktu berfungsi.

E. RESORPSI

Resorpsi adalah penghapusan dari akar-akar gigi susu oleh aksi dari osteoklast.

38
BAB V

MASA ERUPSI

A. Masa Erupsi Gigi Susu/ Sulung (Bulan)

i1 i2 c m1 m2

7,5 9 18 14 24

6 7 16 12 20

B. Masa Erupsi Gigi Tetap/ Permanen (Tahun)

I1 I2 C P1 P2 M1 M2 M3

7-8 8-9 11-12 9-10 10-12 6-7 12-13 17-21

6-7 7-8 9-10 10-12 11-12 6-7 11-13 17-21

39
BAB VI

NOMENKLATUR

Nomenklatur adalah cara menulis gigi-geligi. Ada beberapa cara nomenklatur, yaitu :

1. Cara Zsigmondy
2. Cara Palmer’s
3. Cara 2 Angka (FDI = Federation Dental International)
4. Cara Amerika
5. Cara Applegate
6. System Scandinavian
7. Cara Haderup
8. Cara G. B. Denton
9. Cara Utrecht / Belanda

1. Cara Zsigmondy

Gigi geligi dinyatakan dalam angka 1-8 untuk gigi permanen di mulai dari insisivus

pertama sampai molar ketiga dan huruf A-E untuk gigi decidui dimulai dari insisivus

pertama sampai molar kedua.

Gigi Tetap

87654321 12345678

87654321 12345678

Gigi Decidui

V IV III II I I II III IV V

V IV III II I I II III IV V

40
Contoh: 2 = Incisivus lateral kiri RA
Gigi Tetap
7 = Molar 2 kanan RB

II = Incisivus lateral kiri RA


Gigi Susu
IV = Molar 1 kanan RB

2. Cara Palmer’s : cara yang paling mudah dan universal untuk dental record

Gigi Tetap:
87654321 12345678

87654321 12345678

Gigi Decidui:
EDCBA ABCDE
EDCBA ABCDE

Contoh:
4 = Premolar 1 kiri RA
Gigi Tetap
5 = Premolar 2 kanan RB
D = Molar 1 kiri RA Gigi Susu

C = Caninus kanan RB

41
3. Cara 2 angka (FDI = Federation Dental International)

Gigi geligi dinyatakan dalam angka 1-8 untuk gigi permanen yang di mulai dari

gigi insisivus pertama sampai molar ketiga dan angka 1-5 untuk gigi susu yang dimulai

dari gigi insisivus pertama sampai molar kedua.

Gigi Tetap
1 2
4 3

Gigi Decidui
5 6
8 7

Angka pertama menunjukan kuadran gigi dan angka kedua menunjukan elemen gigi .
Contoh : P1 atas kanan = 14 Gigi Tetap
I2 bawah kiri = 31
C bawah kanan = 83
Gigi Susu
M2 atas kiri = 65

42
4. Cara Amerika : dengan menghitung dari atas kiri, kekanan, kebawah kanan lalu
bawah kiri.
Gigi Tetap:

16 1514 13 12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1

17 1819 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32

Gigi Decidui (pakaihuruf/angkaromawi)

X IX . . . . . VI V IV . . . . . . I

XI XII . . XV XVI XVIII . . XX

Contoh : P2 atas kanan= 13


Gigi Tetap
I1 bawah kiri= 25

C bawah kanan = XIII


Gigi Susu
M2 atas kiri = I

5. Cara Applegate

Cara applegate disebut juga sebagai penomoran universal dan merupakan

kebalikan dari cara Amerika, yaitu dengan menghitung dari kanan atas, ke kiri, ke kiri

bawah, lalu ke kanan bawah (cara yang banyak dipakai oleh para dokter gigi di AS

sekarang ini).

43
Gigi Tetap:

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

32 31 30 29 28 27 26 25 24 23 22 21 20 19 18 17

Gigi Decidui:

I II . . V VI . . . . X

XX XIX . . XVI XV . . . XI

Contoh : P2 atas kanan = 4


Gigi Tetap
I1 bawah kiri = 24

C bawah kanan = XVIII


Gigi Susu
M2 atas kiri = X

6. System Scandinavian

Jarang di gunakan dalam praktek dokter gigi

+ : untuk gigi rahang atas

- : untuk gigi rahang bawah

Contoh : P2 atas kanan= +5


Gigi Tetap
P2 atas kiri = 5+

M2 atas kiri = 05+


Gigi Susu
C bawah kiri = 03-

7. Cara Haderup

Gigi Tetap

+ +
- -

44
Gigi sulung : tinggal di tambah 0 di depan angka

Contoh: P2 atas kanan = 5 + Gigi Tetap


I bawah kiri = - 1
C bawah kanan = 03 –
M2 atas kiri = + 05 Gigi Susu

8. Cara G. B. Denton

Gigi Tetap
2 1
3 4

Gigi Decidui
b a
c d
Contoh : 1.1 = Insisivus Cental kiri RA
Gigi Tetap
3.3 = Caninus kanan RB
a.5 = M 2 kiri RA
Gigi Susu
c.3 = Caninus kanan RB

9. Cara Utrecht / Belanda


Dengan menggunakan tanda-tanda :
1. S = superior / atas
2. I = Inferior / bawah
3. d = dexter / kanan
4. s = sinister / kiri
Contoh : P 2 kanan RA = P 2 Sd
M 1 kiri RB = M 1 Is Gigi Tetap

Untuk gigi decidui penulisan dengan huruf kecil


Contoh : c kanan RB = c Id
Gigi Susu
m 2 kiri RA = m 2 Ss

45
BAB VII

STRUKTUR JARINGAN GIGI

A. JARINGAN GIGI

Jaringan gigi terdiri dari beberapa jaringan yang membentuk. Secara garis besar,

jaringan pembentuk gigi terbagi atas beberapa jaringan, yaitu :

A.1. Email / Enamel

Email adalah, lapisan putih, pada permukaan luar yang merupakan pelindung

mahkota anatomis. Sangat terkalsifikasi atau termineralisasi, dan merupakan subtansi

yang paling keras dalam tubuh. Kandungan mineralnya adalah kalsium hidroksiapatit

95% (terkalsifikasi). Subtansi sisanya adalah 5% air dan matriks email. Email

berkembang dari organ email (ektoderm) dan merupakan produk dari sel-sel epitelial

khusus yang di sebut ameloblas.

A.2. Dentin

Dentin adalah jaringan keras yang berwarna kekuningan di bawah email dan

sementum dan menyusun bagian dalam setiap mahkota serta akar gigi. Meluas dari

rongga pulpa pada bagian tengah gigi keluar ke arah permukaan dalam email (pada

mahkota) atau sementum (pada akar). Dentin normalnya tidak terlihat kecuali pada

radiograf gigi atau apabila email atau sementum aus atau terpotong ketika

mempreparasi gigi dengan bur, atau rusak karena karies. Dentin yang matang terdiri

atas 70% kalsium hidroksiapatit, 18% bahan organik (serabut kolagen) dan 12%

air, menyebabkannya lebih keras dari sementum tetapi lebih lunak dan sedikit lebih

mudah rusak dari pada email. Dentin berkembang dari papila dental embrionik

(mesoderm). Sel-sel yang membentuk dentin di sebut odontoblas, yang berada pada

batas antara pulpa dan dentin.


46
A.3. Pulpa

Pulpa adalah jaringan lunak (tidak terkalsifikasi atau termineralisasi) pada

kavitas atau ruang di tengah mahkota dan akar yang di sebut kavitas pulpa (rongga

pulpa). Rongga pulpa mempunyai bagian mahkota (kamar pulpa) dan bagian akar

(saluran pulpa atau saluran akar). Rongga pulpa di kelilingi oleh dentin kecuali

pada suatu lubang di dekat apeks (foramen apikal).

Email

Dentin

Pulpa

Sementum

Foramen apikal

Gambar 7.1. Jaringan gigi

B. JARINGAN PENDUKUNG GIGI (PERIODONTIUM)

Periodontium adalah jaringan pendukung gigi di dalam mulut yang terdiri dari

tulang alveolar, gingiva, ligamen periodontal, dan sementum.

B.1. Tulang Alveolar

Tulang alveolar adalah bagian dari tulang maxilla atau mandibula yang

mengelilingi akar gigi. Fungsi dari tulang alveolar adalah sebagai penyangga gigi.

Ketebalan tulang alveolar di pengaruhi oleh ada atau tidaknya gigi yang di sangga.

47
B.2. Gingiva

Gingiva adalah jaringan lunak mulut yang menutupi tulang alveolar rahang,

dan merupakan satu-satunya bagian periodontium yang dapat terlihat pada mulut.

Berdasarkan letaknya, gingiva terdiri atas :

 Gingiva cekat merupkan gingiva yang melekat erat pada tulang alveolar.

 Gingiva bebas (marginal gingiva) merupakan suatu lengkung leher gingiva

yang tipis yang mengelilingi gigi.

 Sulkus gingiva merupakan jalan masuk ke ruangan potensial di antara gingiva

bebas dan gigi. Sulkus gingiva tidak terlihat secara visual, tetapi dapat di

evaluasi dengan sonde periodontal, karena sebenarnya ini adalah suatu

ruangan di antara permukaan gigi dan lengkung servikal dari gingiva bebas

yang sempit dan tidak cekat.

 Marginal gingiva(tepi gingiva bebas) merupakan tepi gingiva yang paling

dekat dengan permukaan gigi.

 Papila interdental (interproksimal) merupakan bagian dari gingiva bebas

yang meluas di antara gigi. Papila yang sehat menyesuaikan dengan ruang

di antara dua gigi (ruang interproksimal) sehingga menjadi suatu titik di

dekat berkontaknya dua gigi yang berdekatan.

B.3. Sementum

Sementum adalah lapisan luar berwarna kuning yang menutupi akar gigi.

Sementum sangat tipis terutama pada garis servikal. Ketebalan rata-rata 50-100 µm

bila satu µm adalah seperjuta meter. Terdiri atas 65% kalsium hidroksiapatit, 35%

bahan organik (serabut kolagen), dan 125 air. Melfi, menyatakan bahwa kandungan

mineral dari sementum kira-kira 50%. Sementum memiliki kekerasan kira-kira seperti

48
tulang, tetapi jauh labih lunak dari email. Berkembang dari sulkus dental (mesoderm)

dan di hasilkan oleh sel-sel yang di sebut sementoblas.

B.4. Ligamen Periodontal

Ligamen periodontal adalah suatu ligamen yang sangat tipis yang tersusun

dari banyak serabut jaringan yang melekatkan lapisan luar akar gigi (yang di tutupi

oleh sementum) ke lapisan tipis tulang alveolar yang padat, yang mengelilingi setiap

gigi. Ligamen periodontal terdiri dari serat-serat periodontal yang tersusun atas serat

kolagen, pembuluh darah dan saraf.

Gambar 7.2. Jaringan pendukung gigi

49
C. Gambaran Radiografi Struktur Gigi

Keterangan :

1. Kondil 12. Sudut gonial

2. Proc. Koronoideus 13. Fossa nasalis

3. Septum nasal 14. Dasar sinus maksilaris

4. Foramen insisivus 15. Dinding anterior sinus maksilaris

5. Sinus maksila 16. Palatum durum

6. Bayangan tulang hyoid 17. Orbita

7. Fossa mandibula 18. Foramen mentale

8. Eminensia artikularis 19. Gigi impaksi

9. Arkus zigomatikus 20. Tuberositas maksilaris

10. Kanalis mandibula 21. Retromlolar pad

11. Linea obliqua eksterna

50
Keterangan :

a. Email f. Apeks

b. Dentin g. Periodontal

c. CEJ (Cemento Enamel Junction) h. Sementum

d. Ruang pulpa i. Tulamg alveolar

e. Saluran akar

51
BAB VIII

PENGUKURAN PANJANG GIGI

Pengukuran panjang gigi berguna untuk mempelajari tentang :

1. Panjang dari akar gigi untuk perawatan saluran akar

2. Panjang dari mahkota untuk penambalan gigi atau pembuatan crown

Namun pada umunya setiap manusia memiliki panjang gigi yang berbeda-beda.

Tabel 5.1 Daftar ukuran gigi susu (dalam milimeter)


Diameter
Diameter Diameter
Diameter labio-/buko-
Gigi Panjang Panjang mesio- mesio-
labio-/buko- palatal/
geligi korona akar distal distal
palatal/lingual lingual pada
korona serviks
serviks

Ra : I1 6,0 10,0 6,5 4,5 5,0 4,0

Ra : I2 5,6 11,4 5,1 3,7 4,0 3,7

Ra : C 6,5 13,5 7,0 5,1 7,0 5,5

Ra : M1 5,1 10,0 7,3 5,2 8,5 6,9

Ra : M2 5,7 11,7 8,2 6,4 10,0 8,3

Rb : I1 5,0 9,0 4,2 3,0 4,0 3,5

Rb : I2 5,2 10,0 4,1 3,0 4,0 3,5

Rb : C 6,0 11,5 5,0 3,7 4,8 4,0

Rb :M1 6,0 9,8 7,7 6,5 7,0 5,3

Rb :M2 5,5 11,3 9,9 7,2 8,7 6,4

Keterangan : Ra ( rahang atas ), Rb ( rahang bawah ), I1 ( incisivus pertama ), I2 (incisivus kedua ), C (


caninus ), M1 ( Molar pertama ) dan M2 ( molar kedua )

52
Untuk pengukuran panjang gigi dilakukan dengan menggunakan alat ukur Sigmat atau

Vernier Caliper atau Jangka sorong.

53
Cara Mengukur Gigi

Gigi anterior

Gigi posterior

Keterangan : A. Panjang Korona, B. Panjang Akar, C. Diameter mesio distal korona, D. Kurva mesial
dari garis servikal

Gigi anterior

Gigi posterior

Keterangan : A. Diameter mesiodistal pada serviks, B. Diameter labio- / bukopalatal/ lingual, C.


Diameter labio/ buko-palatal/ lingual pada serviks

54
BAB IX

BENTUK KAVITAS PULPA

Kavitas pulpa merupakan kavitas yang terdapat pada bagian dalam gigi berisi saraf dan

pasokan darah ke gigi, kavitas ini dibagi menjadi kamar pulpa (dibagian koronal) dan saluran

akar (di dalam akar).

Gambar 9.1. Bagian-bagian dari kavitas pulpa


Sumber : scheid RC, and Weiss. Woelfel Anatomi gigi. Ed.8. jakarta : EGC; 2013. P. 245
1. Kamar Pulpa Dan Tanduk Pulpa

Kamar pulpa adalah bagian paling oklusal atau insisal dari kavitas pulpa.

Terdapat satu kamar pulpa pada setiap gigi dapat berada sebagian didalam pada gigi

anterior, namun pada gigi posterior, sering ditemukan pada bagian servikal dari akar.

Dindingnya merupakan bagian terdalam dari dentin. Setiap kamar pulpa memiliki atap

pada perbatasan insisal atau oklusalnya, sering dengan penonjolan yang dikenal tanduk

pulpa.

Kamar pulpa pada gigi dengan beberapa akar memiliki dasar pada bagian servikal

dengan orifis untuk setiap saluran akar. Jumlah tanduk pulpa yang ditemukan pada gigi

bertonjol (molar, premolar, dan kaninus) biasanya satu tanduk untuk setiap tonjol

fungsional, dan untuk gigi muda, adalah tiga (ketiga lobus fasial masing-masing berisi

satu tanduk, yaitu lobus setiap satu mamelon. Pengecualian adalah satu tipe insisal lateral

55
atas (disebut peg lateral dengan tepi insisal menyerupai sebuah tonjol) yang hanya

memiliki satu tanduk pulpa.

Tabel 1. Jumlah tanduk pulpa pada gigi dewasa

Nama Gigi Jumlah tonjol Jumlah tanduk


Insisif sentar atas - 3
Insisif lateral atas 3 (namun hanya 1 pada peg
-
lateral)
Kaninus atas 1 1
Premolar pertama RA 2 2
Premolar kedua atas 2 2
Molar pertama atas 4 (atau 5 terdapat
4 (carabelli tidak fungsional)
carabelli)
Molar kedua atas 3 atau 4 3 atau 4
Insisif sentral bawah - 3
Insisif lateral bawah - 3
Kaninus bawah 1 1
Premolar pertama
1 atau 2 (tonjol lingul mungkin
2
bawah tidak fungsional)
Premolar kedua
2-3 3-3
bawah
Molar pertama bawah 5 5
Molar kedua bawah 4 4

2. Saluran Akar (Saluran Pulpa)

Saluran akar (saluran pulpa) merupakan bagian dari kavitas pulpa yang berada

didalam akar gigi. Saluran akar menghubungkan kamar pulpa melalui orifis kanal pada

dasar kamar pulpa, dan saluran pulpa terbuka kebagian luar gigi melalui permukaan yang

disebut dengan foramen apikal. Foramen ini paling sering ditemukan pada atau dekat

dengan apeks akar.

56
a. Tipe saluran akar

Bentuk dan jumlah saluran akar telah dibagi menjadi 4 konfirugasi atau tipe

utama secara anatomis.

1) Konfirugasi tipe I : memiliki satu saluran

2) Konfirugasi tipe II, III, dan IV : memiliki dua saluran atau satu saluran yang

terpisah menjadi dua untk setiap bagian akar.

Gambar 2. Tipe konfirugasi kanal


Sumber : scheid RC, and Weiss. Woelfel Anatomi gigi. Ed.8. jakarta : EGC; 2013. P. 246
Keempat tipe saluran dapat diuraikan sebagia berikut :

1) Tipe I : satu saluran memanjang dari kamar pulpa hingga apeks

2) Tipe II : dua saluran terpisah dari kamar pulpa, namun menjadi satu saluran saat

mendekati apeks dan membentuk satu saluran apikal dan satu foramen apikal .

3) Tipe III : dua saluran terpisah dari kamar pulpa dan tetap terpisah, keluar dari

apeks akar sebagai dua foramen apikal yang terpisah.

4) Tipe IV : satu saluran dari kamar pulpa, namun terpisah menjadi dua saluran

pada sepertiga apikal akar dan membentuk dua foramen apikal.

Kanal aksesoris (lateral) juga dapat ditemukan, paling sering berada pada bagian

sepertikal apikal akar.

Gambar 9. 3. Kanal aksesoris


Sumber : scheid RC, and Weiss. Woelfel
Dental Anatomy. Ed.8.
57
Tabel 2 jumlah umum saluran akar pada gigi dewasa
Nama Gigi Jumlah Akar Jumlah Saluran Akar
Insisif sentar atas 1 1
Insisif lateral atas 1 1
Kaninus atas 1 1
Premolar pertama 2 (bukal dan lingual) atau 2 (meskipun dengan 1
atas 1 akar)
Premolar kedua 1 1 atau 2
atas
Molar pertama 3 (mesiobukal, 4 (2 di akar
atas distobukal, dan palatal) mesiobukal, akar
distobukal dan palatal)
Molar kedua atas 3 (mesiobukal, 4 (2 di akar
distobukal, dan palatal) mesiobukal, akar
distobukal dan palatal)
Insisif sentral 1 1
bawah
Insisif lateral 1 1
bawah
Kaninus bawah 1 1
Premolar pertama 1 1
bawah
Premolar kedua 1 1
bawah
Molar pertama 2 (mesia dan distal) 3 (2 di mesial dan 1 di
bawah distal)
Molar kedua 2 (mesia dan distal) 3 (2 di mesial dan 1 di
bawah distal)

58
3. Bentuk Pulpa Pada Gigi
a. Kamar pulpa dan tanduk pulpa gigi anterior

Gambar 9.4. Insisif sentral tampak mesiodistal


Sumber : scheid RC, and Weiss. Woelfel Dental Anatomy. Ed.8.
Satu gigi insisif memiliki pulpa yang terlihat lebar, hanya dua tanduk yang terlihat

pada insisif sentral atas. Namun pada gigi insisif muda dapat menampilkan konfirugasi

dari tiga mamelon, yaitu mengasilkan tiga tanduk pulpa yang berada pada sisi mesial,

tengah dan distal. Ingat bahwa pada dasarnya gigi anterior memiliki akar tunggal. Jumlah

saluran akar gigi anterior pada kamar.

Gambar 9.5. Insisive sentral tampak fasiolingual


Sumber : scheid RC, and Weiss. Woelfel Dental Anatomy. Ed.8.

59
Gambar 9.6. Gigi kaninus tampak mesial
Sumber : scheid RC, and Weiss. Woelfel Dental Anatomy. Ed.8.

b. Kamar pulpa dan tanduk pulpa gigi premolar

Saat gigi premolar dengan arah mesiodistal ean dilihat dari sisi fasial (atau

lingual). Batas oklusal atau atap pulpa melengkung dibawah tonjol, menyerupai

lengkungan dari permukaan oklusal. Tanduk pulpa pada atap terlihat di bawah

setiap tonjol, dan memiliki panjang relative mendekati ketinggian relatif jadi

tanduk bakal lebih dari tanjol panjang dari pada tanduk lingual.

Pada umumnya, gigi premolar memiliki satu tanduk pulpa pada setiap tonjol

fungsional. Oleh karena itu, gigi premolar dengan dua tipe toonjol sering memiliki

dua tanduk pulpa tetapi premolar kedua bawah dengan tipe tiga-tonjol memiliki

tiga tanduk pulpa, dan premolar pertama bawah dengan satu tonjol lingual tanpa

fungsi mungkin hanya memiliki satu tanduk pulpa, serupa dengan kaninus.

60
Gambar 9.7. C (premolar 1 atas) A (premolar 1 bawah)
Sumber : scheid RC, and Weiss. Woelfel Dental Anatomy. Ed.8.

Pada premolar pertama atas seringkalai memiliki dua akar (satu bukal dan satu

lingual) serta dua saluran (satu dalam setiap akar). Bahkan gigi premolar pertama atas

dengan akar tunggal hampir selalu memiliki dua saluran (satu dalam akar bukal dan

satu dalam akar lingual, adalah 90% meskipun insiden yang kecil

c. Kamar pulpa dan tanduk pulpa gigi molar

Kamar pulpa pada gigi molar pertama dan kedua atas lebih lebar bukolingual

dibandingkan dengan mesiodistal (seperti betuk mahkotanya) dan sering menyempit

dekat dengan dasar kamar pulpa.

Gambar 9.8. molar pertama atas


Sumber : scheid RC, and Weiss. Woelfel Dental Anatomy. Ed.8.

61
Pada gigi molar pertama dan kedua bawah, kamar pulpa lebih lebar mesiodistal

dibandingkan dengan bukolingul (seperti benutk mahkotanya). Seperti pada semua gigi

bertonjol

Gambar 9.9. molar pertama bawah


Sumber : scheid RC, and Weiss. Woelfel Dental Anatomy. Ed.8.

62
BAB X

MORFOLOGI

A. INCISIVUS RAHANG ATAS

63
A.1. INCISIVUS CENTRAL RA

Gigi incisivus central rahang atas adalah gigi kesatu di rahang atas, yang terletak di

bagian kiri dan kanan dari garis tengah / median. Gigi ini berfungsi untuk menggigit dan

memotong makanan

 Nomenklatur : FDI : 11, 21


Zygmondy : 1 1
 Masa erupsi : 7-8 tahun

Keterangan :
1. Apeks Akar
2. Garis Servikal
3. Crest Labial
4. Kontak Distal
5. Kontak Mesial
6. Mahkota
7. Akar
8. Crest labial

Insisif sentral
Mahkota lebih besar, lebih lebar ke servikal. Sudut mesial insisal

adalah sudut lurus. Kontak distal lebih dekat ke linger insisal. Ujung

akar jarang bengkok ke distal. Tepi insisal lebih dekat ke horizontal.

64
Insisif sentral

Fosa lingual yang dangkal lebih besar. Posisi

singulum di distal. Ceruk lingual jarang ada.

Insisif sentral

Kekonfakan mahkota lingual lebih dalam.

Outline akar lebih melengkung pada lingual

daripada fasial

Insisif sentral

Mahkota terlihat lebih besar di mesiodistal


daripada fasiolingual.outline mahkota secara
kasar berbentuk segitiga. Singulum sedikit keluar
dari tengah ke arah distal. Tepi insisal
melengkung di mesiodistal.

65
A.2. INCISIVUS LATERAL RA

Gigi incisivus lateral rahang atas adalah gigi dua di rahang atas, yang terletak di

bagian kiri dan kanan dari garis tengah / median. Gigi ini mempunyai fungsi yang sama

dengan gigi incisivus sentral di dalam mulut yaitu untuk menggigit dan memotong

makanan.

 Nomenklatur : FDI : 12, 22


Zygmondy : 2 2
 Masa erupsi : 8-9 tahun

Keterangan :
1. Apeks Akar
2. Garis Servikal
3. Crest labial
4. Groove disto labial
5. Groove mesio labial
6. Titik Kontak distal
7. Titik Kontak mesial
8. Edge Incisal Labial

Insisif lateral

Mahkota lebih kecil, lebih sempit ke servikal. Sudut


mesial insisal lebih bulat. Kontak distal dekat sepertiga
tengah. Ujung akar sering bengkok distal. Tepi insisal
miring di servikalke distal.

66
Insisif lateral

Fosa dalam tetapi kecil. Singulum di tengah.

Ceruk lingual lebih sering ada.

Insisif lateral

Kekonfakan mahkota lingual sedikit lebih

dangkal. Akar lebih sering meruncing ke

fasial dan lingual

67
Insisif lateral

Mahkota minimal lebih lebar di mesiodistal

daripada fasiolingual. Outline mahkota lebih

bulat atau oval. Singulum di tengah. Tepi

incisal lebih lurus di mesiodistal.

B. INCISIVUS RAHANG BAWAH

B.1 INCISIVUS CENTRAL RB

Gigi incisivus central rahang bawah adalah gigi pertama di rahang bawah, yang

terletak di bagian kiri dan kanan dari garis tengah / median. Pada umumnya, gigi ini

adalah gigi yang paling kecil dalam lengkung gigi.


68
 Nomenklatur : FDI : 31, 41
Zygmondy : 1 1
 Masa erupsi : 6-7 tahun

Insisif sentral

Mahkota lebih simetris. Tonjolan distal dan

mesial mahkota sedikit. Kontak proksimal

mesial dan distal pada ketinggian yang

sama. Lebih kecil daripada lateral pada

mulut yang sama.

Insisif sentral

Singulum ditengah. Lingir marginal mesial

dan distal mempunyai panjang yang sama.

69
Insisif sentral

Tidak ada putaran distolingual

Insisif sentral

Tidak ada putaran distolingual dari tepi

insisal. Singulum berada di tengah.

B.2. INCISIVUS LATERAL RB

Gigi incisivus lateral rahang bawah adalah gigi kedua di rahang bawah, yang

terletak di bagian kiri dan kanan dari garis tengah / median.

 Nomenklatur : FDI : 32, 42

Zygmondy : 2 2
 Masa erupsi : 7-8 tahun

70
Insisif lateral

Mahkota kurang simetris. Tonjolan distal mahkota

jelas, mahkota kelihatan miring ke distal. Kontak

proksimal mesial leboh insisal. Lebih lebar daripada

sentral pada mulut yang sama.

Insisif lateral

Singulum distal dari tengah. Lingir marginal

mesial lebih panjang.

Insisif lateral

Lingir insisal distal dapat lebih ke lingual

71
Insisif lateral

Putaran distolingual dari tepi insisal.

Singulum berada di distal

C. CANINUS
Gigi caninus adalah gigi ketiga dari garis median, dan satu-satunya gigi di rahang

yang mempunyai 1 cusp. Gigi ini berfungsi untuk mengoyak makanan.

C.1. CANINUS RAHANG ATAS

 Nomenklatur : FDI :13, 23


Zygmondy : 3 3
 Masa erupsi : 11-12 tahun

72
Kaninus atas

Mahkota lebih lebar mesiodistal. Sudut tonjol lebih

tajam, lebih runcing. Lingir tonjol mesial lebih pendek

daripada distal. Kontak proksimal mesial, distal lebih

servikal. Tonjolan mahkota mesial di luar outline akar.

Lingir labial lebih tegas. Ujung akar lebih runcing.

Kaninus atas

Anatomi lebih jelas pada lingual. Lingir marginal

lingual tegas. Lingir lingual dan fosa jelas. Singulum

di tengah.

Kaninus atas

Singulum lebih jelas. Ujung tonjol, labial terhadap garis


sumbu akar. Tinggi kontur labial kurang ke servikal.
Tinggi kontur labial lebih tegas. Keausan insisal lebih
lingual, bahkan pada fosa. Ujung tonjol terlihat lebih tebal
fasiolingual.

73
C.2. CANINUS RAHANG BAWAH

 Nomenklatur : FDI : 33, 43

Zygmondy : 3 3
 Masa erupsi : 9-10 tahun

Kaninus bawah

Mahkota lebih sempit mesiodistal. Sudut

tonjol lebih tumpul. Lingir tonjol mesial

jauh lebih pendek daripada distal. Lingir

tonjol mesial hampir horizontal. Kontak

proksimal distal lebih insisal. Ujung akar

lebih tumpul.

74
Kaninus bawah

Permukaan lingual lebih licin. Lingir

marginal lingual kurang tegas. Lingir

lingual dan fosa kurang jelas. Singulum di

tengah atau di distal.

Kaninus bawah

Singulum kurang jelas. Ujung tonjol, lingual

terhadap garis sumbu akar. Tinggi kontur labial

kurang tegas, hampir bersambung dengan akar.

Keausan insisal lebih labial. Ujung tonjol terlihat

kurang tebal pada fasiolingual.

D. PREMOLAR RAHANG ATAS


D.1. PREMOLAR 1 RAHANG ATAS

 Nomenklatur : FDI : 14, 24


Zygmondy : 4 4
 Masa erupsi : 10-11 tahun

Keterangan :
1. Apeks akar
2. Garis servikal
3. Groove disto bukal
4. Titik kontak mesial 75
5. Titik kontak distal
6. Ujung cusp
D.2. PREMOLAR 2 RAHANG ATAS

 Nomenklatur : FDI : 15, 25


Zygmondy : 5 5
 Masa erupsi : 10-12 tahun

76
Ciri yang membedakan premolar pertama dan kedua atas dari

aspek bukal

Premolar pertama Premolar kedua

Sudut tonjol bukal lebih tajam. Sudut tonjol bukal lebih tumpul.

Lingir tonjol mesial paling panjang. Lingir tonjol distal paling

Lingir bukal jelas. Bahu panjang. Lingir bukal kurang

menggembung dan outline bersudut. jelas. Bahu sempit, lebih bulat.

Lebih runcing dari kontak ke Kurang runcing dari kontak ke

servikal. Cekungan lingir bukal servikal. Cekungan lingir bukal

mesial lebih sering ada. distal lebih sering ada.

Ciri yang membedakan premolar kiri dan kanan atas dari aspek

bukal

Premolar pertama Premolar kedua

Lingir tonjol mesial lebih panjang. Lingir tonjol mesial lebih pendek.

Cekungan lebih sering mesial dari Cekungan lebih sering distal dari

lingir bukal. lingir bukal.

77
Ciri yang membedakan premolar pertama dan kedua atas dari aspek

lingual

Premolar pertama Premolar kedua

Tonjol lingual lebih pendek dua Tonjol bukal sangat sedikit lebih

tonjol dapat terlihat. Mahkota panjang dari lingual. Sedikit kurang

runcing ke arah lingual. runcing ke arah lingual.

Ciri yang membedakan premolar kiri dan kanan atas dari aspek

lingual

Premolar pertama Premolar kedua

Lingir tonjol mesial lebih panjang Lingir tonjol mesial lebih pendek dari

daripada distal distal

78
E. PREMOLAR RAHANG BAWAH
E.1. PREMOLAR 1 RAHANG BAWAH

 Nomenklatur : FDI : 34, 44

Zygmondy : 4 4
Masa erupsi : 10-12 tahun

E.2. PREMOLAR 2 RAHANG BAWAH

 Nomenklatur : FDI : 35, 45

Zygmondy : 5 5
 Masa erupsi : 11-12 tahun

79
Ciri yang membedakan premolar pertama dari premolar kedua

bawah dari aspek bukal

Premolar pertama Premolar kedua

Mahkota lebih panjang, lebih Mahkota lebih pendek dan lebar.

runcing dari kontak mesial. Tonjol Tonjol kurang tajam. Akar lebih

lebih tajam. Lingir bukal lebih panjang dengan apeks tumpul.

menonjol. Akar lebih pendek

dengan apeks yang runcing.

Ciri yang membedakan premolar kanan dan kiri bawah dari aspek

bukal

Premolar pertama Premolar kedua

Kontak mesial lebih rendah Kontak distal lebih rendah dari

daripada distal mesial

80
Ciri yang membedakan premolar pertama dari premolar kedua bawah

dari aspek lingual

Premolar pertama Premolar kedua

Satu tonjol lingual. Mahkota Kebanyakan mempunyai 2 tonjol

jauh lebih sempit pada lingual. lingual. Mahkota agak lebar dilingual.

Ciri yang membedakan premolar kanan dan kiri bawah dari aspek lingual

Premolar pertama Premolar kedua

Linger marginal mesial lebih rendah Lingir marginal distal lebih rendah

daripada distal. Alur mesiolingual dari mesial.

sering ada.

81
Ciri yang membedakan premolar pertama dan kedua bawah dari

aspek proksimal

Premolar pertama Premolar kedua

Linger marginal mesial lebih Linger marginal mesial lebih tinggi

rendah. Mahkota lingual sangat dan lebih horizontal. Mahkota lingual

miring. Tonjol lingual jauh lebih tidak begitu miring. Tonjol lingual

pendek daripada tonjol bukal. sedikit lebih pendek dari bukal.

Oklusal dapat dilihat banyak dari Oklusal dari mesial tidak terlihat

mesial. banyak. Dua tonjol lingual dapat

terlihat.

82
Ciri yang membedakan premolar pertama dan kedua bawah dari

aspek oklusal

Premolar pertama Premolar kedua

Terdapat dua fossa. Tonjol lingual Outline hampir segiempat.

lebih kecil dari bukal

F. GIGI MOLAR RAHANG ATAS

F.1. MOLAR 1 PERMANEN RAHANG ATAS

Gigi ke-6 dari garis median di rahang atas, dan gigi yang terbesar di rahang atas.

Memiliki 4 cusp dan 1 cusp tambahan yang disebut carabelli dan memiliki 3 akar yang

divergent.

 Fungsi : Menghaluskan makanan

 Nomenklatur : FDI : 16 dan 26

 Masa erupsi : 6 tahun

 Panjang gigi : 20 mm (corona : 7 mm, radix buccalis 12 mm, radix palatinalis : 13

mm)

83
MORFOLOGI

Aspek buccalis

◦ Facies buccalis lebih lebar dari gigi P, tapi cervico occlusalnya lebih pendek

◦ Dari 5 cusp, yang terlihat 4 cusp ari aspek ini kecuali distopalatinalis

◦ Dari buccal tampak ke 3 akar : radix mesiobuccal, radix distobuccal, radix palatinal

(sebagian)

◦ Akar palatinal tampak di antara percabangan akar buccal dan lebih panjang kira-kira

1mm

◦ Ke-3 akar berbentuk runcing dan 1/3 apical membelok ke distal

◦ Pinggiran oklusal dibagi oleh fissura pertumbuuhan buccalis menjadi 2 bagian, yaitu

cusp distobuccal dan cusp mesiobuccal lebih besar.

Aspek palatinal
◦ Garis servikal hampir lurus

◦ Cusp mesiopalatinal merupakan cusp terbesar dan tertinggi

◦ Pada permukaan mesiopalatinal terdapat cusp ke-5 yg disebut cusp carabelli

84
◦ Cusp carabelli lebih rendah 2mm dan terpisah dari cusp mesiopalatinal oleh fissura

cusp carabelli

◦ Ke-3 akar tampak kerucut dengan apeks membulat

Aspek mesial

◦ Garis servikal melengkung ke arah oklusal, tetapi kedalamannya tidak lebih

dari 1 mm (hampir lurus)

◦ Terlihat 3 cusp (cusp mesiobuccal, mesiopalatinal, dan carabelli)

◦ Radix palatinal lebih panjang dan tajam dari radix mesiobuccal

◦ Terlihat 2 radix (mesiobuccal dan palatainal) Radix distobuccal tertutupi oleh

radix mesiobuccal.

85
Aspek distal
◦ Terlihat 3 akar (mesiobuccal, distobuccal dan palatinal)

◦ Crista marginalis distalis kurang menonjol dan lebih rendah dari crista

marginalis mesialis

◦ Garis servikal berbentuk hampir lurus, melengkung ½ mm ke arah oklusal

◦ Bifurcatio antara radix palatinal dengan radix distobuccal terletak kira-kira

segaris dengan pusat mahkota

Aspek oklusal
◦ Berbentuk belah ketupat
◦ Corak oklusal berbentuk H
◦ Terdapat 5 cusp
◦ Cusp mesiopalatinal : tumpul
◦ Cusp mesiobuccal : agak tajam
◦ Cusp distobuccal : paling tajam
◦ Cusp distopalatal : paling kecil dan bervariasi ukurannya
◦ Cusp carabelli

86
◦ Crista tranversalis : dibentuk oleh crista triangularis mesiobuccal dan crista

triangularis mesiopalatinal

◦ Crista obliqua : gabungan crista triangularis yang menyilang facies occlusal

secara miring

◦ Crista marginalis mesialis dan crista marginalis distalis membatasi pinggiran

mesial dan distal permukaan oklusal

◦ Terdapat 2 fossa utama dan 2 fossa minor

a. Fossa sentralis : terletak mesial dari crista oblique

b. Fossa distalis : terletak di sebelah distal dari crista oblique

c. Fossa triangularis mesialis : terletak di sebelah distal crista marginalis

mesialis

d. Fossa triangularis distalis : terletak di sebelah mesial crista triangularis

distalis

87

d b a c
F.2. MOLAR 2 PERMANEN RAHANG ATAS

Merupakan gigi ke-7 dari garis median pada lengkung rahang atas. Mirip dengan

M1, tapi biasanya lebih kecil dari M1

 Fungsi : untuk menghaluskan makanan

 Nomenklatur : FDI : 17 dan 27

 masa erupsi : umur 12-13 tahun

 panjang gigi : 18 mm (coronoa : 6,5 mm, radix buccalis : 17 mm, radix

palatinalis : 13 mm)

MORFOLOGI

• Aspek buccalis
◦ Corona M2 lebih pendek cervico occlusal dan lebih sempit arah mesiodistal

dibanding M1

◦ Terlihat 2 cusp

◦ Cusp distobuccal lebih kecil, fissura bucalis terletak lebih jauh ke distal

◦ Terlihat 3 akar

◦ Kedua radix buccalis terletak sejajar dan hampir sama panjang serta

membelok ke distal

88
• Aspek palatal
◦ Terlihat 3 cusp (cusp mesiopalatinal, distopalatinal dan distobuccal)

◦ Tidak ada cusp carabelli

◦ Apex radix palatinal terletak segaris dengan ujung cusp distopalatinalis

• Aspek mesial

◦ Ukuran servico-occlusal dari aspek mesial M2 tampak lebih pendek

◦ Akar gigi M2 tidak terlalu jauh ke buccal dari palatinal

• Aspek distal

◦ Garis servikal hampir lurus

◦ Cusp mesial dapat terlihat karena cusp distopalatinal dan distobuccal lebih

pendek

◦ Apex radix palatinal terletak segaris dengan cusp distopalatinal

89
• Aspek occlusal

◦ Cusp distopalatal lebih kecil dan tidak berkembang dengan baik

◦ Ditemukan lebih banyak fissura pertumbuhan

◦ Ukuran mesio-distal M2 lebih sempit dibanding M1, kurang lebih 1 mm

F.3. MOLAR 3 PERMANEN RAHANG ATAS

Merupakan gigi ke-8 atau gigi terakhir dari garis median pada lengkung rahang atas.

 Fungsi : untuk menghaluskan makanan

 Nomenklatur : FDI : 18 dan 28

 masa erupsi : umur 17-21 tahun

 panjang gigi : 17 mm (coronoa : 6 mm, radix buccalis : 11 mm)

90
MORFOLOGI

• Aspek buccalis
◦ Jarak cervico-occlusal dan medio-distal lebih kecil dari M2

◦ Akar menyatu sehingga kadang terlihat memiliki satu akar. Ukurannya lebih

pendek dan meruncing ke apex akar

◦ Akar lebih membungkuk ke distal

• Aspek palatal
◦ Tampak cups palatinal yang besar
◦ Kadang masih dapat ditemukan fissura palatinalis

• Aspek Mesial
◦ Tampak akar yang berfusi

◦ Kadang-kadang mahkota dan akar kurang berkembang, sehingga batas luar

mahkota tidak teratur.

91
• Aspek distal
◦ Sebagian permukaan oklusal dan hampir seluruh permukaan buccal dapat

terlihat dari distal

◦ Jarak crista marginalis distalis dengan garis servical sangat dekat

• Aspek occlusal

◦ Berbentuk jantung dengan 3 cusp, 2 terletak di buccal dan 1 di palatal

◦ Cusp mesiopalatal besar, sedangkan cusp distopalatal mengalami

reduksi/menghilang.

◦ Kadang ditemukan M3 Rahang atas dengan 4 cusp atau lebih

92
Ciri yang membedakan molar pertama dan kedua atas dari apek

bukal

Molar pertama Molar kedua

Akar lebih menyebar, akar kurang Akar kurang menyebar, akar

bengkok ke distal, tonjol bukal hampir lebih bengkok ke distal, tonjol

sama besar. mesiobukal lebih besar daripda

distobukal.

93
Ciri yang membedakan molar pertama dan kedua atas dari aspek

Palatal

Molar pertama Molar kedua

Akar bukal menyebar di posterior Akar bukal kurang menyebar.

akar lingual. Tonjol lingual hampir Tonjol distolingual lebih sempit

sama lebar. daripada tonjol mesiolingual, atau

tidak ada.

Ciri yang membedakan molar pertama dan kedua atas dari aspek

proksimal

Molar pertama Molar kedua

Beberapa akar melebar kea rah luar Sedikit akar yang melebar. Tidak

mahkota. Tonjol carabelli pada ada tonjol carabelli.

tonjol mesiolingual

94
Ciri yang membedakan molar pertama dan kedua dari aspek

oklusal

Molar pertama Molar kedua

Tonjol distolingual sedikit lebih Tonjol distolingual jauh lebih

kecil dari tonjol mesiolingual. kecil dari tonjol mesiolingual

Mahkota sering lebar pada setengah atau distolingual tidak ada.

lingual. Mahkota lebih sempit pada

setengah lingual.

G. GIGI MOLAR RAHANG BAWAH

G.1. MOLAR 1 RAHANG BAWAH

M1 RB merupakan gigi ke-6 dari garis median, dan pada umumnya gigi ini adalah

gigi terbesar di RB. M1 RB memiliki 5 cusp, dan 2 akar (akar mesial dan akar distal).

Erupsi : 6-7 tahun

Fungsi : Menghaluskan Makanan

Nomenklatur : FDI = 36 dan 46


95
Panjang Gigi : Akar : 14 mm

Mahkota : 7,5 mm

MORFOLOGI GIGI

• Aspek Bukal

1. Servikal line nya membengkok sedikit ke arah apical

2. Terdapat 2 fissura :

a. fissura pertumbuhan mesiobukal

b. fissura pertumbuhan distobukal

3. Terlihat 3 cusp yang terbentuk (cusp mesiobukal, cusp distobukal, dan cusp

distalis)

4. Terlihat 2 akar (akar mesial dan akar distal), serta tampak bifurcation radiks

5. Bifurcation radiksnya terletak ± 3 mm dari garis servikal

• Aspek Lingual

1. Servikal line nya terlihat seperti berombak

2. Terdapat fissura pertumbuhan lingual

3. Aspek lingual lebih kecil dari aspek bukal

96
4. Terlihat 2 cusp yang terbentuk, yaitu cusp mesiolingual dan cusp distolingual

5. Tampak bifurcation radiks

• Aspek Mesial

1. Servikal line nya melengkung ke oklusal

2. Hanya terlihat 1 akar

3. Akar mesial lebih lebar dengan ujung akar tumpul

4. Permukaan bukal dari mahkotanya condong ke lingual

• Aspek Distal

1. Servikal line nya relatif lurus

2. Sebagian permukaan oklusal dapat dilihat dari aspek distal

97
3. Dapat terlihat 2 akar (akar mesial dan akar distal), dan sebagian akar mesial

mungkin terlihat pada sisi lingual

4. 1/3 apikal membulat dan sedikit runcing ke apeks

5. Permukaan bukal dari mahkotanya condong ke lingual

• Aspek Oklusal

1. Dari arah bukal, cusp-cusp dipisahkan oleh 2 fissura pertumbuhan (Fissura

pertumbuhan mesiobukal, dan fissura pertumbuhan distobukal)

2. Dari arah lingual, cusp-cusp dipisahkan oleh fissura pertumbuhan lingual

3. Terdapat 3 fossa, yaitu :

- fossa centralis

- fossa triangularis mesialis

- fossa triangularis distalis

98
4. Terdapat 5 cusp (sesuai urutan dari besar ke kecil)

- cusp mesiobukal

- cusp mesiolingual

- cusp distolingual

- cusp distobukal

- cusp distalis

sedangkan menurut ketinggiannya :

- cusp mesiolingual

- cusp distolingual

- cusp mesiobukal

- cusp distobukal

- cusp distalis

5. Corak developmental groove berbentuk M

6. Terdapat crista marginalis mesialis dan crista marginalis distalis yang mebatasi

pinggiran mesial dan distal permukaan oklusal

99
7. Terdapat 2 crista transversalis yang dibentuk oleh :

- crista triangularis cusp mesial

- crista triangularis cusp distobukal dan cusp distolingual

8. Permukaan oklusal berbentuk jajargenjang

G.2. MOLAR 2 RAHANG BAWAH

M2 RB merupakan gigi ke-7 dari garis median. M2 RB memiliki 4 cusp, dan 2 akar

(akar mesial dan akar distal).

Erupsi : 11-13 tahun

Fungsi : Menghaluskan Makanan

Nomenklatur : FDI = 37 dan 47

Panjang Gigi : Akar : 13 mm

: Mahkota : 7 mm

• Aspek Bukal

1. Terdapat fissura pertumbuhan bukalis yang memisahkan cusp mesiobukal dan cusp

distobukal

100
2. Kontur terbesar terletak pada 1/3 servikal

3. Terlihat 2 akar (akar mesial dan akar distal), dimana akar distal cenderung lebih

panjang dibanding akar mesial

• Aspek Lingual

1. Terdapat fissura pertumbuhan lingualis

2. Terlihat 2 cusp yang terbentuk, yaitu cusp mesiolingual dan cusp distolingual

3. Kedua cusp lingual lebih tinggi dari cusp bukal, sehingga hanya cusp-cusp lingual

yang terlihat

• Aspek Mesial

1. Akar mesial melengkung, sehingga sebagian akar distal mungkin dapat terlihat

2. Ujung akarnya meruncing ke apeks

101
3. Servikal linenya lurus

4. Fissura pertumbuhan mesialis, dangkal dan pendek

• Aspek Distal

1. Dari aspek distal, hampir sama dengan M1 RB, hanya saja pada M2 RB tidak

terdapat cusp distalis dan fissura pertumbuhan distobukal

2. Sebagian akar mesial mungkin terlihat pada sisi bukal

3. Servikal linenya tampak lurus

• Aspek Oklusal

1. Dari arah bukal, cusp-cusp dipisahkan oleh fissura pertumbuhan bukalis

2. Dari arah lingual, cusp-cusp dipisahkan oleh fissura pertumbuhan lingualis

3. Terdapat 3 fossa, yaitu :

- fossa centralis
102
- fossa triangularis mesialis

- fossa triangularis distalis

4. Terdapat 4 cusp (sesuai urutan dari besar ke kecil)

- cusp mesiobukal

- cusp mesiolingual

- cusp distobukal

- cusp distolingual

5. Corak developmental groove berbentuk +

6. Permukaan oklusal berbentuk persegi panjang

7. Terdapat crista marginalis mesialis dan crista marginalis distalis yang mebatasi

pinggiran mesial dan distal permukaan oklusal

103
Ciri yang membedakan molar pertama dan molar kedua bawah

dari aspek bukal

Molar pertama Molar kedua

Tiga tonjol bukal mesiobukal, Dua tonjol bukal mesiobukal

distobukal dan distal. Dua alur dan distobukal. Satu alur bukal.

bukal mesiobukal dan distobukal. Akar lebih lurus.

Akar lebih melengkung

104
Ciri yang membedakan molar pertama dan kedua bawah dari aspek

lingual

Molar pertama Molar kedua

Sebaran akar lebih lebar,akar lebih Sebaran akar kurang, akar lebih

melengkung, mahkota lebih lurus, mahkota runcing ke lingual.

meruncing ke lingual.

Ciri yang membedakan molar pertama dan kedua bawah dari

aspek proksimal

Molar pertama Molar kedua

Akar mesial lebar fasiolingual Akar mesial kurang lebar

dengan ujung tumpul. Mahkota fasiolingual dengan ujung

lebih lebar fasiolingual. melengkung. Mahkota kurang

lebar fasiolingual.

105
Ciri yang membedakan molar pertama dan kedua bawah dari aspek

oklusal

Molar pertama Molar kedua

Biasanya lima tonjol : tiga bukal dan Biasanya empat tonjol dua bukal dan

dua lingual. Linger servikal bukal dua lingual. Linger bukal lebih

kurang menonjol. Bentuk segi lima. menonjol di mesial. Bentuk lebih

Mahkota lebih meruncing dari bukal empat persegi panjang. Mahkota

ke lingual. kurang meruncing dari bukal ke

lingual.

106
BAB XI

ANOMALI GIGI

Anomali adalah suatu penyimpangan dari normal, biasanya terkait dengan

perkembangan embrionik yang mungkin mengakibatkan absensi, kelebihan, atau deformitas

dari bagian-bagian tubuh. Anomali gigi adalah abnormalitas gigi yang berkisar dari insisif

lateral atas permanen berbentuk pasak (peg-shaped), sampai yang jarang terjadi, yaitu

anodonsia total (tidak ada gigi sama sekali).

Faktor penyebab terjadinya anomali gigi :

a. Faktor herediter (terkait gen)

b. Gangguan perkembangan

c. Gangguan metabolisme

A. ANADONSIA (ABSENNYA GIGI)

A.1. Anadonsia Total

Anadonsia total (anadonsia sejati) adalah absennya satu set gigi secara

kongenital.

Gambar 11.1. anadonsia total

107
A.2. Anadonsia Sebagian

Anadonsia sebagian adalah absennya gigi kongenital, melibatkan satu atau

dua gigi dalam gigi deligi.

 Gigi permanen yang paling sering absen adalah gigi molar ketiga, dengan

molaer ketiga atas absen lebih sering dari pada molar ketiga bawah.

 Gigi kedua yang paling sering absen adalah gigi insisif lateral atas permanen

(kira-kira 1-2% dari populasi mengalami absen salah satu atau kedua insisif atas)

 Gigi ketiga yang paling sering absen adalah gigi premolar kedua bawah

(dengan 1% populasi mempunyai satu atau dua premolar kedua bawah yang

absen).

Gambar 11.2. anadonsia sebagian

B. GIGI EKSTRA ATAU SUPERNUMERARI

Gigi supernumerari (gigi ekstra) adalah gigi yang mengalami kelebihan jumlah

normal pada setiap kuadran : (kuadran gigi sulung : I-2, C-1, M-2; sedangkan kuadran

gigi permanen adalah : I-2, C-1, P-2, M-3). Gigi ekstra atau supernumerari terjadi pada

0,3-3,8% dari populasi.

B.1. Area Insisif Atas

Lokasi yang paling sering untuk gigi supernumerari pada gigi geligi

permanen terletak pada garis tengah rahang atas (mesioden). Mesioden adalah

108
gigi supernumerari yang kecil, yang terbentuk di antara dua insisif sentral.

Mempunyai mahkota berbentuk konus dan akar yang pendek. Biasa terlihat di

dalam rongga mulut. Tetapi bila mengalami unerupsi akan ada diastema.

Gambar 11.3. mesioden

B.2. Area Molar Ketiga

Keberadaan gigi supernumerari di distal molar ketiga lebih sering pada

maksila di bandingkan dengan mandibula. Gigi supernumerari ini sering di sebut

distomolar, paramolar atau molar keempat.

Gambar11.4. distomolar

B.3. Area Premolar Bawah

Lokasi yang paling umum untuk gigi supernumerari di mandibula adalah

antara regio premolar pertama dan premolar kedua. Gigi supernumerari yang

terlihat di area ini biasanya terlihat mirip premolar normal dalam ukuran dan

bentuk.

109
Gambar11.5. supernumerari pada gigi premolar

C. MORFOLOGI GIGI ABNORMAL

C.1. Morfologi Mahkota Abnormal

Malformasi mahkota mungkin terlihat secara klinis melalui inspeksi visual

pada rongga mulut.

a. Malformasi molar ketiga

Gigi molar ketiga atas mempunyai bentuk mahkota yang paling berfariasi

di bandingkan gigi permanen lainnya, di ikuti molar ketiga bawah. Anomali ini

dapat berupa mahkota berbentuk pasak yang kecil sampai versi malformasi

multitonjol dari molar pertama dan molar kedua.

b. Insisif lateral berbentuk pasak.

Gigi berbentuk konus, melebar kea rah servikal dan meruncing ke arah

insisal membentuk ujung yang tumpul.

Gambar11.6. insisif lateral berbentuk pasak

110
c. Geminasi atau gigi kembar

Geminasi di sebabkan Karena pembelahan gigi tidak sempurna, mahkota

yang kembar Nampak dobel lebarnya disbanding gigi tunggal dan kemungkinan

bertakik.

Gambar11.7. geminasi

d. Fusi

Penyatuan dua benih gigi yang berdekatan selalu melibatkan dentin.

Gambar 11.8. fusi

e. Insisif hutchinson dan molar murberry

Hutchinson insisif yaitu insisif atas dan bawah mungkin berbentuk

obeng, lebar pada bagian servikal dan sempit di bagian insisal dengan tepi

insisal yang bertakik sedangkan Molar Mulberry yaitu molar pertama mungkin

mempunyai anatomi oklusal yang dibuar dari multi tuberkel dengan tonjol

yang tidak berkembang, oleh karena bentuk yang mirip buah beri pada

permukaan oklusal gigi molar.

111
Gambar 11.9. Insisif hutchinson

Gambar 11.10. molar murberry

f. Tonjol Aksesoris, Tuberkel , atau lingir

Tonjolan email aksesoris dapat berasal dari hiperlasia perkembangan

yang terlokalisir (peningkatan volume jaringan yang disebabkan oleh

pertubuhan sel-sel baru), atau kondisi berjejal sebelum erupsi dapat

menyebabkan fusi gigi supernumerari, yang mungkin terlihat mirip seperti

tonjolan ekstra. Tonjol lingual ketiga mungkin berkembang pada permukaan

lingual molar bawah dan di sebut tuberkolum intermedium. Apabila tonjol

ekstra tersebut terletak pada lingir distal, disebut tuberkolum sektum. Tonjol

talon (seperti cakar hewan) adalah tonjolan kecil pada permukaan lingual gigi

anterior atas atau bawah permanen. Gigi mungkin juga menunjukkan tonjolan

email ekstra yang kecil yang disebut tuberkel atau tonjolan aksesori ekstra

Gambar11.11. gigi tuberkel


112
Gambar 11.12. tonjol talon

Gambar 11.13. tonjol ekstra

g. Variasi ukuran gigi

Mikrodonsia ( gigi yang sangat kecil, tetapi bentuknya normal) dan

makrodonsia (gigi yang sangat besar, tetapi bentuknya normal) dapat muncul

sebagai gigi tunggal, beberapa gigi, atau semua gigi dalam gigi-geligi.

Gambar 11.15. variasi ukuran gigi

Gambar 11.14. Insisal atas berbentuk sekop

Mungkin bukan anomali yang sejati,insisif sekop adalah karakter yang

sering terjadi, yang mencerminkan perbedaan biologi antar-ras. Anatomi lingual

meliputi singulum dan lingir marginal yang menonjol, mirip bentuk sekop

113
C.2. Morfologi Akar Abnormal

Malformasi akar normalnya hanya terlihat pada radiograf, walaupun pemeriksaan

yang teliti pada gigi yang di ekstraksi mengungkap banyak variasi.

a. Mutiara Email

Mutiara email(email pearl) adalah nodulus yang kecil bulat pada email

dengan dukungan sedikit dentin. Karena dibungkus email, mencegah perlekatan

jaringan ikat normal, dapat diraba dengan probe, konsekuensinya, dapat

menyebabkan problem periontal pada regio ini.

Gambar 11.16. Mutiara Email


b. Taurodonsia

Pada taurodonsia yang disebut juga gigi sapi atau prisma, kamar pulpanya

sangat panjang, tanpa penyempitan di dekat CEJ.

Gambar 11.17. Taurodonsia

114
c. Dilaserasi
Dilaserasi adalah pembengkokan yang parah atau distorsi angular dari akar

gigi. Kejadian yang tidak biasa ini mungkin merupakan hasil dari cedera

traumatik atau ruang yang kurang untuk perkembangan, seperti sering terjadi

pada molar ketiga

Gambar 11.18. Dilaserasi

d. Dens In Dente
Dens in dente (gigi dalam gigi) adalah anomali perkembangan yang

disebabkan oleh invaginasi organ email ke dalam mahkota gigi. Secara klinis,

nampak paling sering sebagai celah yang dalam didekat singulum gigi insisif.

Gamba 11.19. Dens in Dente

115
e. Konkresensi
Konkresensi (concrescence) melibatkan fusi superfisial atau

pertumbuhan bersama dari hanya sementum dua akar gigi yang berdekatan.

Tidak seperti fusi, gigi ini biasanya bergabung setelah bererupsike rongga

mulut karena kedekatan akar dan deposisi sementum yang banyak.

Gambar 11.20. Konkresensi


f. Akar Kerdil

Gigi atas sering menunjukkan mahkota berukuran normal dengan akar

abnormal yang kerdil. Kondisi ini sering herediter, tetapi akar kerdil yang

terisolasi atau umum juga dapat terjadi dari gerakan ortodontik gigi(dengan

braces) apabila gerakan terjadi terlalu cepat.

g. Hipersementosis

Hipersementosis adalah pembentukan sementum yang berlebihan di

sekitar akar setelah gigi erupsi. Ini mungkin disebabkan oleh trauma.disfungsi

metabolisme, atau peradangan periapeks.

116
Gambar 11.21. Hipersementosis

h. Akar Aksesori ( Ekstra)

Akar aksesori yang biasanya terjadi pada gigi yang akarnya terbentuk

sejak lahir, mungkin disebabkan oleh trauma, disfungsi metabolisme, atau

tekanan. Molar ketiga adalah gigi berakar banyak yang sering menunjukkan

adanya akar aksesoris.

Gambar 11.22. Akar Extra

D. Anomali Posisi Gigi


D.1. Gigi Tidak Erupsi (Impaksi)
Gigi tidak erupsi adalah gigi yang tertanam yang gagal bererupsi ke
dalam rongga mulut karena kurangnya kekuatan untuk erupsi.

117
Gambar 11.23. Impaksi

D.2. Gigi Transposisi (Salah Letak)


Kadang-kadang, sel pembentuk gigi (benih gigi) kelihatan tidak pada
tempatnya, menyebabkan gigi muncul pada lokasi yang tidak biasa pula. Gigi
yang paling sering transposisi adalah kanius atas.

Gambar 11.24. Gigi Transposisi (Salah Letak)


D.3. Rotasi Gigi
Rotasi adalah anomali yang jarang terjadi, paling sering terjadi pada

premolar kedua atas. Kadang-kadang pada insisif atas, premolar pertama, atau

premolar kedua bawah. Gigi mungkin mengalami rotasi pada sumbunya sebesar

180.

Gambar 11.25. Rotasi

118
D.4. Ankilosis

Ankilosis mungkin diawali oleh infeksi atau trauma pada ligamen

periodontium, mengakibatkan hilangnya ruang ligamen periodontium sehingga

akar gigi benar-benar berfusi dengan prosesus alveolaris atau tulang alveoral.

E. MALFORMASI PERKEMBANGAN GIGI TAMBAHAN (DAN

DISKOLORISASI)

Malformasi gigi yang lain mungkin berhungan dengan keturunan atau cedera

selama pembentukan dan oleh karena itu, bisa menganai gigi daripada satu atau dua gigi

tertentu. Kondisi ini bukan anomali, tetapi dokter gigi harus bisa membedakannya dari

anomali yang lain.

Ada beberapa istilah yang harus anda ketahui agar mengerti bagian ini. Pertama,

akhiran plasia merujuk pada pembentukan atau perkembangan. Displasia adalah istilah

umum yang menunjukkan perkembangan abnormal. Displasia dapat terjadi dari

kandungan mineral yang terlalu sedikit(hipokalsifikasi) dalam email atau dentin.

Hipoplasia adalah bentuk displasia yang mengacu pada perkembangan jaringan yang

tidak sempurna.

E.1. Displasia Email

Displasia email adalah istilah yang digunakan untuk menyebut gangguan sel

pembentuk email (ameloblas) selama awal pembentukan email.

a. amelogenisis imperfekta

Amelogenisis imperfekta adalah kelainan herediter yang memengaruhi

pembetukan email baik dari gigi-geligi sulung maupun permanen (“amelo”

merujuk pada ameloblas atau sel pembentuk email, dan “genesis” merujuk pada

permulaan terbentuknya sel-sel ini, kata “imperfekta” berarti tidak sempurna).

119
Gambar 11.26. Amelogenesis Imperfekta

b. Fluorosis
Fluorosis adalah kondisi yang disebabkan selama pembentukan emai,

oleh konsumsi senyawa fluoride berkonsentrasi tinggi dalam air minum,

melebihi konsentrasi yang di anjurkan untuk mengendalikan karies gigi.

Secara klinis, semua gigi permanen dapat terkena ,bergantung pada lamanya

orang mengkonsumsi fluoride berkonsentrasi tinggi. Gigi ini sering kali

resisten terhadap karies.

Gambar 11.27. Flourosis

c. Kerusakan email karena demam tinggi


Email berceruk pada gigi permanen bisa disebabkan karena demam tinggi

pada masa awal anank-anak akibat penyakit seperti campak.

120
d. Hipomaturasi ( Hipoplasia Fokal)

Hipomaturasi adalah perkembangan email yang tidak sempurna, terlihat

sebagai spot perubahan warna terlokalisasi atau area deformitas pada gigi.

Selama pembentukan email, kondisi ini disebabkan trauma, infeksi lokal dari

gigi sulung di dekatnya yang mengalami abses, atau beberapa gangguan lain

dalam maturasi matriks email, yang kemungkinan besar terjadi pada gigi

penggatinya (disebut gigi turner).

E.2. Displasia Dentin

Displasia dentin terjadi dua kali lebih sering daripada displasia email( 1 dalam

8.000). perkembangan dentin yang abnormal mencakup kondisi heredicter dan

sistemik seperti berikut.

a. Dentinogenesis imperfekta

Dentinogenesis imperfekta adalah kelainan herediter yang memengaruhi

pembentukan dentin pada gigi-geligi sulung dan permanen.

Gambar 11.28. Dentinogenesis Imperfecta

b. Pewarnaan tetrasiklin

apabila antibiotik tetrasiklin dikomsumsi oleh wanita hamil, bayi, atau anak

selama waktu pembentukan dan kalsifikasi gigi, akan dapat memengaruhi dentin

yang sedang berkembang. Akibatnya terjadi perubahan warna gigi, bergantung

pada dosis obat, menjadi kuning atau coklat kelabu. Pewarnaan yang terjadi dapat
121
menyeluruh pada gigi-geligi sulung tetapi juga dapat mengenai beberapa gigi

permanen, bergantung pada usia ketika tetrasiklin diberikan.

Gambar 11.29. Tetracyclin

E.3. Perubahan Bentuk Gigi Karena Cedera Setelah Gigi Erupsi

Reaksi terhadapa cedera sebenarnya bukan anomali tetapi perubahan yang unik

dalam marfologi gigi terkait penyebab khusus. Kondisi ini harus dikenali sehingga

etiologinya(penyebab) dapat diidintifikasikan dan dimodifikasi, jika memungkinkan,

untuk menghindari faktor penyebab yang bisa memperburuk keadaan.

a. Atrisi

Atrisi adalah ausnya email(dan akhirnya dentin) karena pergerakan gigi bawah

terhadap gigi atas selama fungsi normal dan keadaan ini diperberat oleh pengerotan

yang berlebihan dari gigi-gigi, yang dike nal sebagai bruksime.

Gambar 11.30. Atrisi

122
b. Abrasi
Ausnya struktur gigi karena kegiatan mekanis disebut abrasi. Contoh abrasi

yang umum (kadang disebut abrasi karena menyikat gigi) adalah hilangnya email

di dekat CEJ dari permukaan fasial mahkota.

Gambar 11.31. Abrasi

c. Erosi

Erosi adalah hilangnya struktur gigi karena bahan kimia (bukan mekanis) dan

mengenai permukaan halus serta oklusal. Erosi dapat disebabkan oleh asupan

asam sitrat(seperti lemon) yang berlebihan, minuman bersoda, atau akibat dari

asam dari lambung yang dimuntahkan.

Gambar 11.32. Erosi

123
DAFTAR PUSTAKA

1. Schied, Rickne C. Woelfel’s Dental Anatomy, 8th edition , Philadelphia : Wiliam &

Wilkins. 2013

2. Harshanur, Itjiningsih W. Anatomi Gigi. Jakarta : EGC, 1991

3. Wangidjaja, Itjiningsih W. Anatomi Gigi. Edisi 2. Jakarta : EGC, 2014

124
PROSEDUR KERJA PEMBUATAN UNSUR DARI WAX

1. Malam merah (wax) digaris terlebih dahulu dengan ukuran 13 mm (lihat gambar)

2. Panaskan malam merah tersebut diatas Bunsen,kemudian dilipat lipat sesuai dengan

garis yang dibuat sehingga membentuk seperti sebuah balok (lihat gambar)

3. Tentukan dan gambar bagian corona dan radiks dari unsur yang akan dibuat

4. Tentukan bagian buccal/labial,palatal/lingual,mesial dan distal dari unsur yang akan

dibuat

5. Ukir model (yang telah digambar pada malam) tersebut dengan menggunakan pisau

malam yang telah dipanaskan diatas Bunsen,dimulai dari bagian corona

labial/buccal,palatal/lingual,mesial,distal dan radiks (palatal/lingual,mesial,distal)

6. Pada saat mengukir,perhatikan dengan seksama bentuk anatomi dari unsure yang

diukir (sulkus,pit,fissure dan bagian bagian lainnya)

7. Bersihkan dan haluskan model malam dengan menggunakan sikat gigi lalu haluskan

dengan menggunakan semburan api dari chip blower dan Bunsen

8. Acc dan kumpul

125
PROSEDUR KERJA PEMBUATAN UNSUR DARI GIPS

1. Siapkan cetakan gips


2. Campurkan bubuk gips dan air dalam rubber bowl dengan perbandingan 2:1
3. Aduk sampai rata campuran tersebut dengan menggunakan spatel.hindari porositas
pada campuran gips. Porositas dapat terjadi karena :
a. Kurang tepatnya perbandingan gips dan air
b. Cara pengadukan campuran yang kurang tepat
c. Waktu pengadukan campuran yang terlalu lama,menyebabkan sebagian gips mengeras
dengan cepat
d. Kurangnya vibrasi pada saat pencetakan
4. Tuangkan campuran gips kedalam cetakan
5. Setelah gips mengeras (salah satu tanda gips telah mengeras adalah bila disentuh
dengan jari,gips tersebut terasa hangat)
6. Tentukan sisi mesial,distal,labial/buccal,palatal/lingual. Desain ke empat permukaan
cetakan gips
7. Dengan menggunakan gergaji kecil dan pisau gips lakukan pengukiran dimulai dari
corona dan berakhir pada pengukiran bagian radiks
8. Haluskan hasil ukiran dengan menggunakan amplas kasar lalu dilanjutkan dengan
menggunakan amplas halus
9. Siapkan air sabun,dengan cara memasak sabun yang telah dipotong potong kecil
terlebih dahulu ke dalam air bersih sampai mendidih di atas alat pemanas (kompor)
10. Setelah mendidih matikan alat pemanas kemudian masukkan model gips yang telah
dihaluskan tadi ke dalam air sabun hingga air sabun menjadi hangat
11. Keringkan model gips lalu haluskan lagi menggunakan kapas basah dan keringkan
kembali
12. Acc dan kumpul

126
ODONTOGENESIS

No Aspek yang dinilai Tanggal Nilai Paraf

1 Mampu menyebutkan
dan menjelaskan
odontogenesis

2 Mampu menunjuk
bagian-bagian gambar
dan tahap
odontogenesis

3 Mampu menyebutkan
anomali dari tiap tahap
odontogenesis

4 Mampu menjelaskan
teori induksi

5 Mampu menyebutkan
nama lain dari tiap
tahap odontogenesis

6 Rata-rata

Makassar,…………………….

Asisten Pembimbing Kelompok

…………………………………

127
RASIO AKAR MAHKOTA

No Gigi geligi Nilai panjang Nilai panjang Nilai diameter Nilai kurva
korona akar mesiodistal mahkota-
korona akar

1 Insisivus

2 Caninus

3 Premolar

4 Molar

5 Rata-rata

Makassar,…………………….

Asisten Pembimbing Kelompok

…………………………………

128
INCISIVUS CENTRALIS/LATERALIS MAXILLA

UNSUR :

PARAF DOSEN PEMBIMBING

PEMBAGIAN BAHAN PRAKTIKUM

ASPEK TANGGAL/BULAN NILAI PARAF KET

MULAI SELESAI

Balok

Labial/Buccal

Mesial/Distal

Palatal/Lingual

Incisal/Oklusal

Penghalusan

Rata-rata

Makassar,…………………….

Asisten Pembimbing Kelompok

…………………………………

129
CANINUS MAXILLA

UNSUR :

PARAF DOSEN PEMBIMBING

PEMBAGIAN BAHAN PRAKTIKUM

ASPEK TANGGAL/BULAN NILAI PARAF KET

MULAI SELESAI

Balok

Labial/Buccal

Mesial/Distal

Palatal/Lingual

Incisal/Oklusal

Penghalusan

Rata-rata

Makassar,…………………….

Asisten Pembimbing Kelompok

…………………………………

130
PREMOLAR SATU/DUA MAXILLA

UNSUR :

PARAF DOSEN PEMBIMBING

PEMBAGIAN BAHAN PRAKTIKUM

ASPEK TANGGAL/BULAN NILAI PARAF KET

MULAI SELESAI

Balok

Labial/Buccal

Mesial/Distal

Palatal/Lingual

Incisal/Oklusal

Penghalusan

Rata-rata

Makassar,…………………….

Asisten Pembimbing Kelompok

…………………………………

131
MOLAR SATU/DUA MAXILLA

UNSUR :

PARAF DOSEN PEMBIMBING

PEMBAGIAN BAHAN PRAKTIKUM

ASPEK TANGGAL/BULAN NILAI PARAF KET

MULAI SELESAI

Balok

Labial/Buccal

Mesial/Distal

Palatal/Lingual

Incisal/Oklusal

Penghalusan

Rata-rata

Makassar,…………………….

Asisten Pembimbing Kelompok

…………………………………

132
INCISIVUS CENTRALIS/LATERALIS MANDIBULA

UNSUR :

PARAF DOSEN PEMBIMBING

PEMBAGIAN BAHAN PRAKTIKUM

ASPEK TANGGAL/BULAN NILAI PARAF KET

MULAI SELESAI

Balok

Labial/Buccal

Mesial/Distal

Palatal/Lingual

Incisal/Oklusal

Penghalusan

Rata-rata

Makassar,…………………….

Asisten Pembimbing Kelompok

…………………………………

133
CANINUS MANDIBULA

UNSUR :

PARAF DOSEN PEMBIMBING

PEMBAGIAN BAHAN PRAKTIKUM

ASPEK TANGGAL/BULAN NILAI PARAF KET

MULAI SELESAI

Balok

Labial/Buccal

Mesial/Distal

Palatal/Lingual

Incisal/Oklusal

Penghalusan

Rata-rata

Makassar,…………………….

Asisten Pembimbing Kelompok

…………………………………

134
PREMOLAR SATU/DUA MANDIBULA

UNSUR :

PARAF DOSEN PEMBIMBING

PEMBAGIAN BAHAN PRAKTIKUM

ASPEK TANGGAL/BULAN NILAI PARAF KET

MULAI SELESAI

Balok

Labial/Buccal

Mesial/Distal

Palatal/Lingual

Incisal/Oklusal

Penghalusan

Rata-rata

Makassar,…………………….

Asisten Pembimbing Kelompok

…………………………………

135
MOLAR SATU/DUA MANDIBULA

UNSUR :

PARAF DOSEN PEMBIMBING

PEMBAGIAN BAHAN PRAKTIKUM

ASPEK TANGGAL/BULAN NILAI PARAF KET

MULAI SELESAI

Balok

Labial/Buccal

Mesial/Distal

Palatal/Lingual

Incisal/Oklusal

Penghalusan

Rata-rata

Makassar,…………………….

Asisten Pembimbing Kelompok

…………………………………

136
DAFTAR NILAI PRAKTIKUM

1. DAFTAR NILAI PEKERJAAN LAB (Modeler malam/Gips)


NO UNSUR NILAI
KETERANGAN
1. INCISIVUS SENTRALIS/LATERALIS
MAXILLA
2. CANINUS MAXILLA
3. PREMOLAR SATU/DUA MAXILLA
4. MOLAR SATU/DUA MAXILLA
5. INCISIVUS SENTRALIS/LATERALIS
MANDIBULA
6. CANINUS MANDIBULA
7. PREMOLAR SATU/DUA MANDIBULA
8. MOLAR SATU/DUA MANDIBULA
9.
10.
RATA-RATA

2. DAFTAR NILAI LAPORAN PRAKTIKUM


NO TANGGAL TANGGAL JUDUL TTD NILAI KET
PRAKTIKUM ACC LAPORAN DOSEN
PEMBIMBING
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
1O
RATA – RATA

3. DAFTAR NILAI RESPONSI


NO TANGGAL RESPONSI MATERI RESPONSI NILAI
1.
2.
3.
4.
5.
RATA - RATA

137
4. DAFTAR NILAI TUGAS PENDAHULUAN
NO MATERI NILAI KETERANGAN
1. INCISIVUS SENTRALIS MAXILLA
2. INCISIVUS LATERALIS MAXILLA
3. CANINUS MAXILLA
4. PREMOLAR SATU MAXILLA
5. PREMOLAR DUA MAXILLA
6. MOLAR SATU MAXILLA
7. MOLAR DUA MAXILLA
8. MOLAR TIGA MAXILLA
9. INCISIVUS SENTRALIS MANDIBULA
10. INCISIVUS LATERALIS MANDIBULA
11. CANINUS MANDIBULA
12. PREMOLAR SATU MANDIBULA
13. PREMOLAR DUA MANDIBULA
14. MOLAR SATU MANDIBULA
15. MOLAR DUA MANDIBULA
16 MOLAR TIGA MANDIBULA
17. MODEL GIPS
RATA - RATA

5. DAFTAR NILAI MAKALAH


JUDUL :

ACC JUDUL : MINGGU KE ……./TGL ……….

BACA : MINGGU KE …../TGL ………..

NILAI :

6. DAFTAR NILAI UJIAN


NO MATERI NILAI KETERANGAN
1. UJIAN TEORI PRAKTIKUM
2. UJIAN PRAKTIKUM
RATA - RATA

138
7. DAFTAR NILAI RATA-RATA PRAKTIKUM
NO DAFTAR NILAI NILAI KETERANGAN
1. PEKERJAAN LABORATORIUM (MODELER
MALAM/GIPS)
2. LAPORAN PRAKTIKUM
3. RESPONSI
4. TUGAS PENDAHULUAN
5. MAKALAH
6. UJIAN PRAKTIKUM
NILAI AKHIR PRAKTIKUM

Makassar,…………………………

Koordinator praktikum
Dental Anatomi dan Orocollifacial

…………………………………..

139

Anda mungkin juga menyukai