Disusun oleh:
Annisa Tamyra Firdaus
160112190132
Pembimbing:
drg. Astrid Widhowaty
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................4
2.1.2 Anamnesis..........................................................................................5
2.2.1 Anamnesis........................................................................................11
3
3.2.3 Perawatan.........................................................................................16
3.6 Maltofer®................................................................................................20
BAB IV PEMBAHASAN......................................................................................21
BAB V KESIMPULAN.........................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................24
4
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
LAPORAN KASUS
Usia : 23 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Mahasiswa
2.1.2 Anamnesis
menyebutkan bahwa setelah meminum obat Maltofer®, warna feses menjadi lebih
gelap dari biasanya. Pasien mengonsumsi obat tersebut sejak kurang lebih 1 tahun
yang lalu, dikonsumsi setiap anemia-nya kambuh, dan terakhir mengonsumsi obat
tersebut 3 hari yang lalu. Pasien tidak memiliki kebiasaan meminum teh dan kopi,
dan tidak merokok. Pasien menyikat gigi 2x sehari. Riwayat alergi disangkal.
Riwayat penyakit keluarga disangkal, namun pasien memiliki saudara kembar
yang sama-sama mengidap thalassemia minor. Harapan pasien yaitu ingin
mengetahui kondisi tubuhnya dan keluhan ditangani.
Hipertensi YA / TIDAK
Asma/Alergi YA / TIDAK
Disangkal.
Suhu : Afebris
Pernafasan : 20 x/menit
Nadi : 96 x/menit
Kelenjar Limfe
Status Gigi :
UE CP UE
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
UE TK UE
Darah :
Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Laboratorium Rawat Jalan Rumah Sakit Harum Sisma Medika
yang dilakukan oleh pasien pada tanggal 16 Mei 2019.
Jenis pemeriksaan yang tertera merupakan pemeriksaan yang memiliki hasil diluar nilai normal.
Hasil pemeriksaan yang tidak dicantumkan berada dalam batas normal.
HITUNG JENIS
Eosinofil 0 1-3 %
Batang 1 2-6 %
Monosit 1 2-8 %
Trombosit 404000 150000 - 400000 /ul
D/ : Crenated Tongue
2. Pro KIE
2.2.1 Anamnesis
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Proses pigmentasi terdiri dari tiga tahap yaitu aktivasi melanosit, sintesis
melanin, dan ekspresi melanin.
1. Akumulasi obat pemicu itu sendiri atau deposisi metabolit obat di dermis
dan epidermis.
15
3. Perubahan kulit pasca inflamasi akibat obat atau deposit zat besi setelah
kerusakan pada pembuluh kulit.
Gambar 4. Pigmentasi drug induced pada palatum pasien yang mengonsumsi quinacrine
sebagai perawatan discoid lupus erythematous.9
3.2.3 Perawatan
Jika onset melanosis dapat dikaitkan secara kronologis dan akurat dengan
penggunaan obat tertentu (seringkali dalam beberapa minggu atau bulan sebelum
perkembangan pigmentasi), maka tidak diperlukan intervensi lebih lanjut. Dalam
kebanyakan kasus, perubahan warna cenderung memudar dalam beberapa bulan
setelah obat dihentikan. Namun, pigmentasi yang terkait dengan terapi hormon
cenderung bertahan untuk jangka waktu yang lebih lama, meskipun pengobatan
dihentikan.9
Jika ada obat lain yang bisa menjadi pengganti terapi untuk kondisi pasien,
maka itu harus menjadi pertimbangan. Jika itu tidak memungkinkan, pendekatan
yang efektif melibatkan pengurangan dosis obat. Selain itu, pigmentasi yang
diinduksi obat tertentu dapat dihindari dengan membatasi paparan sinar matahari.
Obat-obatan ini termasuk antimalaria, psikotropika, amiodarone, dan tetrasiklin.12
1. Pigmentasi Fisiologis
2. Addison’s Disease
3. Smoker’s Melanosis
berlebihan, yang ditransfer ke sel dari aliran darah. Zat besi masuk ke darah
melalui tiga sumber utama: (1) penyimpanan jaringan, (2) mukosa usus, (3)
makrofag yang mengangkat dan menghancurkan sel darah merah yang mati atau
rusak. Jumlah zat besi dalam plasma darah juga bergantung pada metabolisme
protein pengangkut zat besi utama, yaitu transferrin.19
Zat besi disimpan dalam sel jaringan dalam dua bentuk: sebagai feritin dan,
bila terdapat lebih banyak zat besi, sebagai hemosiderin. Hemosiderin adalah
pigmen kuning kecoklatan yang berasal dari hemoglobin. Dengan keadaan
patologis, kelebihan zat besi menyebabkan hemosiderin sering terjadi di area
memar. Hemosiderosis dikaitkan dengan peningkatan absorpsi zat besi dalam
makanan, kondisi ketika penyimpanan dan pengangkutan zat besi terganggu, dan
anemia hemolitik.19
bertahan secara normal, dan kadar besi serum dan indeks ikterus cenderung
rendah; hemoglobin memiliki mobilitas eletroforetik yang normal, hemoglobin
fetal tidak ada, dan kerapuhan osmotik sangat menurun.20
3.6 Maltofer®
Maltofer® merupakan sebuah merk dagang dari obat yang mengandung zat
besi berupa iron polymaltose, yaitu senyawa karbohidrat besi. Maltofer®
umumnya diberikan sebagai pengobatan untuk pasien yang mengalami anemia
defisiensi besi. Komposisi aktif dalam Maltofer® tablet adalah 100 mg zat besi
berupa 370 mg iron polymaltose; sedangkan komponen inaktifnya adalah
crospovidone, hidroksipropil selulosa, hypromellose, iron oxide red, iron oxide
yellow, macrogol 6000, magnesium stearate, selulosa – mikrokristalin dan
titanium dioksida.21
Pemberian obat biasanya 1-2 tablet untuk dewasa dan anak-anak di atas 12
tahun bagi yang sedang menjalani perawatan, sedangkan bagi yang melakukan
pencegahan hanya mengonsumsi 1 tablet. Obat diminum setelah makan. Anjuran
penggunaan lebih lanjut harus dalam pengawasan dokter.21
Efek samping yang mungkin timbul bervariasi, dimulai dari yang paling
sering hingga yang paling jarang terjadi. Efek samping paling sering adalah
adanya perubahan warna feses. Efek yang tidak terlalu sering di antaranya yaitu
muntah, diskolorasi gigi, gastritis, ruam kulit, gatal, kulit kemerahan, dan
pusing.21
21
BAB IV
PEMBAHASAN
Pasien belum melakukan kontrol kembali sehingga kondisi saat ini dan
prognosisnya belum diketahui. Perawatan pada pigmentasi drug-induced tidak
harus dilakukan kecuali untuk kebutuhan estetik. Perawatan yang dapat dilakukan
adalah depigmentasi dengan cara laserasi, scalpel surgical technique, cryosurgery,
bur abrassion method, dan lain-lain.8 Teknik depigmentasi saat ini yang sederhana
dan efektif dan telah memberikan hasil yang baik yaitu teknik laserasi. 14 Dalam
kasus ini, pasien hanya setuju untuk dilakukan observasi dan KIE.
23
BAB V
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
4. Jha N, Ryu JJ, Wahab R, Al-Khedhairy AA, Choi EH, Kaushik NK.
Treatment of oral hyperpigmentation and gummy smile using lasers and role
of plasma as a novel treatment technique in dentistry: An introduction review.
Impact Journals. 2017;8(12):20496-509.
5. Peeran SW, Ramalingam K, Peeran SA, Altaher OB, Alsaid FM, Mugrabi
MH. Gingival pigmentation index proposal of a new index with a brief
review of current indices. European Journal of Dentistry. 2014;8(2):287.
10. Venkataraman BK. Diagnostic Oral Medicine. New Delhi: Wolters Kluwer
Health (India); 2013. p.121.
13. Alawi F. Pigmented lesions of oral cavity: An update. Dent Clin North Am.
2013;57(4):699-710.
19. McCance KL, Huether SE. Pathophysiology – e-book: The Biologic Basis for
Disease in Adults and Children. Elsevier; 2015. p.86.
20. Wallerstein RO, Aggeler PM. Differentiating between thalassemia minor and
iron deficiency. California Medicine. 1956;84(3):176-79.
26
21. Vifor Pharma Pty Ltd. Maltofer consumer medicine information [online].
Available at: https://www.maltofer.com.au/wp-
content/uploads/2020/06/Maltofer-Consumer-Medicine-Information-
CMI.pdf; 2018. (diakses tanggal 13 November 2020).