Disusun oleh:
Pembimbing:
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2019
JUDUL : Oral Pemphigus Vulgaris
Menyetujui :
Pembimbing Utama
i
ii
3.1.1 Definisi............................................................................................. 20
3.2.1 Definisi............................................................................................. 26
3.2.2 Etiologi............................................................................................. 27
3.2.3 Patogenesis....................................................................................... 28
DAFTAR GAMBAR
PENDAHULUAN
autoimun berupa bula yang bersifat kronik, dapat mengenai membran mukosa
maupun kulit. Pada penyakit ini ditemukan antibodi IgG yang bersirkulasi dan
yaitu reaksi pemisahan sel-sel epidermis karena tidak adanya kohesi antara sel-sel
epidermis tersebut, hal ini yang nantinya akan menyebabkan terbentuknya bula di
paraneoplastik.
Pada laporan kasus ini, pasien perempuan usia 35 tahun datang ke Rumah
Sakit Hasan Sadikin dengan keluhan awal nyeri pada gusi. Setelah dilakukan
1
2
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1.2 Anamnesis
Pasien datang dengan keluhan merasa perih pada sekitar rongga mulut.
Pasien mengeluh gusi nyeri sejak ±3 minggu yang lalu dan muncul tiba-tiba.
Riwayat penyakit sistemik disangkal. Pasien sudah berobat ke dokter umum diberi
Tidak ada
1. Kelenjar Limfe
Submandibula Kiri : Teraba, kenyal, tidak sakit
Kanan : Teraba, kenyal, tidak sakit
Submental Kiri : Tidak teraba, tidak sakit
Kanan : Tidak teraba, tidak sakit
Servikal Kiri : Tidak teraba, tidak sakit
Kanan : Tidak teraba, tidak sakit
2. Mata Pupil : Isokhor
Konjungtiva : Non-Anemis
Sklera : Non-Ikterik
3. TMJ Kliking : Tidak Ada
4
2. Gingiva : Lesi eritema erosif pada regio 14, 15, 23, 32-43
7. Frenulum : TAK
Status Gigi
5
Radiologi : TDL
Mikrobiologi : TDL
1. OHI KIE (Instruksi pembersihan rongga mulut dengan sikat gigi berbulu
halus 2x sehari)
A B
C D
E F
8
G H
I J
Gambar 2.1. Gambaran Klinis Pasien Kunjungan I (a) tampilan regio belakang kanan
maxila lesi erosif eritema; (b) tampilan regio depan maxila; (c) tampilan regio
belakang kiri maxila lesi erosif eritema; (d) tampilan regio belakang kiri
mandibula lesi erosif eritema (e) tampilan regio depan mandibula lesi erosif
eritema; (f) tampilan regio belakang kanan mandibula lesi erosif eritema; (g)
Tampilan palatum, lesi erosif, eritema; (h) Tampilan lidah; (i) biopsi regio
belakang kiri mandibula; (j) jaringan biopsi
9
2.2.2 Anamnesis
operasi tidak sakit. Kecuali pada bibir atas, perih masih dirasakan pada pipi
belakang kanan-kiri dan langit-langit sisi belakang. Obat diminum teratur dan hari
1. Kelenjar Limfe
Submandibula Kiri : Teraba, kenyal, tidak sakit
Kanan : Teraba, kenyal, tidak sakit
Submental Kiri : Tidak teraba, tidak sakit
Kanan : Tidak teraba, tidak sakit
Servikal Kiri : Tidak teraba, tidak sakit
Kanan : Tidak teraba, tidak sakit
2. Mata Pupil : Isokhor
10
Konjungtiva : Non-Anemis
Sklera : Non-Ikterik
3. TMJ Kliking : Tidak Ada
Deviasi : Tidak ada
4. Bibir : Erosif a/r 22, bentuk oval, dangkal, dasar
kemerahan tepi ireguler eksfoliatif
5. Wajah : Simetri
6. Sirkum Oral : TAK
7. Lain-lain : Tidak ada
reguler nyeri(-)
nyeri (+)
7. Frenulum : TAK
Radiologi : TDL
Mikrobiologi : TDL
1. OHI KIE (Instruksi pembersihan rongga mulut dengan sikat gigi berbulu
A B
C D
E F
13
G H
I J
Gambar 2.2. Gambaran Klinis Pasien Kunjungan II (a) tampilan frontal; (b)
tampilan bibir lesi eritem erosif a/r 22; (c) tampilan regio belakang kanan maxila
lesi erosif eritema; (d) tampilan regio depan maxila; (e) tampilan regio belakang
kiri maxila lesi erosif eritema perbaikan +; (f) tampilan regio belakang kiri
mandibula lesi erosif eritema perbaikan + (g) tampilan regio depan mandibula lesi
erosif eritema; (h) tampilan regio belakang kanan mandibula lesi erosif eritema;
(i) Tampilan palatum, lesi erosif, eritema; (j) Tampilan lidah
14
2.2.2 Anamnesis
Pasien datang untuk kontrol dengan keluhan perih berkurang, perih masih
dirasakan pada pipi belakang kanan-kiri dan langit-langit sisi belakang. Obat
1. Kelenjar Limfe
Submandibula Kiri : Teraba, kenyal, tidak sakit
Kanan : Teraba, kenyal, tidak sakit
Submental Kiri : Tidak teraba, tidak sakit
Kanan : Tidak teraba, tidak sakit
Servikal Kiri : Tidak teraba, tidak sakit
Kanan : Tidak teraba, tidak sakit
2. Mata Pupil : Isokhor
15
Konjungtiva : Non-Anemis
Sklera : Non-Ikterik
3. TMJ Kliking : Tidak Ada
Deviasi : Tidak ada
4. Bibir : Erosif a/r 22, bentuk oval, dangkal, dasar
kemerahan tepi ireguler eksfoliatif (perbaikan +)
5. Wajah : Simetri
6. Sirkum Oral : TAK
7. Lain-lain : Tidak ada
7. Frenulum : TAK
8. Lidah : TAK
Radiologi : TDL
16
Mikrobiologi : TDL
2.2.6 Diagnosis
1. D/ Pemphigus vulgaris
1. OHI KIE (Instruksi pembersihan rongga mulut dengan sikat gigi berbulu
A B
C D
E F
18
G H
I J
K
19
Gambar 2.3. Gambaran Klinis Pasien Kunjungan III (a) tampilan frontal; (b)
tampilan bibir lesi eritem erosif a/r 22 perbaikan +; (c) tampilan regio belakang
kanan maxila lesi erosif eritema perbaikan +; (d) tampilan regio depan maxila; (e)
tampilan regio belakang kiri maxila lesi erosif eritema perbaikan +; (f) tampilan
regio belakang kiri mandibula lesi erosif eritema perbaikan + (g) tampilan regio
depan mandibula lesi erosif eritema perbaikan +; (h) tampilan regio belakang
kanan mandibula lesi erosif eritema perbaikan +; (i) Tampilan palatum lesi erosif,
eritema perbaikan +; (j) Tampilan lidah (k) Hasil biopsi
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Pemphigus
3.1.1 Definisi
gelembung atau bullae (Lubis, 2008). Definisi pemphigus dalam kamus saku
kedokteran Dorland (2010) adalah kelompok penyakit khusus yang dicirikan oleh
vesikel atau bula superfisial yang mudah ruptur membentuk lserasi pada mukosa
3.1.2 Klasifikasi
2000).
1. Pemphigus Vulgaris
tersebar di seluruh dunia, dapat mengenai semua ras, frekuensi terjadinya hampir
sama pada laki-laki dan perempuan. Pemphigus vulgaris merupakan bentuk yang
sering dijumpai kira-kira 70% dari semua kasus pemphigus, biasanya pada usia
20
21
50-60 tahun dan jarang pada anak-anak. Insidensi pemphigus vulgaris bervariasi
terikat pada permukaan sel keratinosit menimbulkan suatu reaksi pemisahan sel-
sel epidermis dan membentuk bula (Lubis, 2008). Bullae atau bulla berupa
kantung berisi cairan yang berkembang pada bagian atas kulit, sehingga tampak
tipis dan rapuh, mudah pecah serta menimbulkan area erosi yang dapat meluas
dan terasa nyeri. Predileksi bula terdapat pada kulit dan membran mukosa dasar
2013). Hal ini diakibatkan hilangnya integritas pada perlekatan interseluler normal
antara epidermis kulit dan epitel mukosa yang berhubungan dengan kehadiran
menyerupai lesi terbakar dari ringan sampai berat. Apabila tidak dirawat dengan
tepat, maka lesi akan menetap dan semakin meluas, menyebabkan kerusakan kulit
Pasien sering mengeluhkan rasa sakit dan terdapat ulser persisten yang
sering terjadi di kavitas oral, lebih sering ditemukan pada mukosa bukal, mukosa
palatal, dan bibir. Ulserasi ini juga dapat terjadi di membran mukosa lainnya,
termasuk konjungtiva, mukosa nasal, faring, laring, esofagus, dan mukosa genital.
dengan molekul major histocompatibility complex (MHC) kelas II. Selain itu,
pemphigus vulgaris juga sering terjadi pada pasien dengan penyakit autoimun
22
2. Pemphigus Vegetans
Jenis ini merupakan suatu varian dari pemfigus vulgaris. Gejalanya tidak
sehebat pemfigus vulgaris. Sering mulai terjadi pada daerah hidung dan mulut,
2009). Membran mukosa sering kali terkena yang ditandai dengan adanya
vegetasi fungoid yang terbentuk pada erosi setelah bula pecah, terutama mengenai
batas vermilion dari merah bibir (Tarmidi dan Nugroho, 2001). Masa fungoid
3. Pemphigus Foliaceus
vegetans. Dapat sembuh setelah bertahun-tahun atau berubah menjadi varian yang
lebih berat. Lesi di mulut jarang ditemukan (Tarmidi dan Nugroho, 2001).
granulosum atau lapisan spinosum pada epidermis ( James, Kirk A., et al., 2012).
4. Fogo Selvagem
pemphigus foliaceus. Kondisi pasien membaik apabila keluar dari daerah endemik
namun akan mengalami rekurensi apabila kembali. Transmisi dari penyakit ini
kemungkinan terkait dengan lalat hitam dari famili Simuliidae. Lebih dari 1000
5. Pemphigus Erythematosus
dan terjadi kebanyakan pada usia paruh baya dan orang tua. Terdapat lesi eritem,
sternum dan daerah tulang skapula. Secara histologik sama dengan gambaran pada
Sindroma dari penyakit ini sama seperti pada pemphigus vulgaris dan
pemphigus foliaceus yang dipicu oleh penggunaan obat (Baroni, 2012). Obat yang
(Moore, 2008).
epidermis dari lesi. Deposit IgA invivo ditemukan juga di bagian epidermis lesi.
7. Pemphigus Paraneoplastik
ditandai oleh onset mendadak pada kulit serta membran mukosa dan selalu
Pada pemfigus paraneoplastik, terdapat lepuhan yang parah dan erosi pada
bagian membran mukosa dan kulit. Tipe pemfigus ini biasanya berhubungan
leukimia kronis (Greenberg and Glick, 2003). Gambaran klinis biasanya ditandai
dengan mukositis yang erosif, konjungtivitis dan bulla yang menyeluruh pada
diaangkat secara operasi atau mendapat perawatan kemoterapi (Kerdel & Jimenez,
2000).
vulgaris.
3.2.1 Definisi
aksila, lipat paha, dan leher disertai lesi berkelompok dan mengadakan regresi
terjadi, yaitu 1-5 pasien per 1 juta orang dalam suatu populasi per tahum dengan
onset usia 50-60 tahun. Penyebarannya di seluruh dunia dan dapat mengenai
semua ras. Frekuensi antara laki-laki dan perempuan hampir sama (Chaudhary et
al, 2014).
3.2.2 Etiologi
Etiologi dari penyakit ini adalah autoimun saat terjadi perikatan antara IGg
mekanisme autoimun, karena ditemukannya antibodi pada lesi kulit dan mukosa
yang terletak pada ruang interseluler di antara sel-sel epitel. Pemfigus vulgaris
pemfigus dan penyakit autoimun lainnya seperti rematoid artritis dan penyakit
sjogren (Salopeka et al., 2010). Pemfigus juga dapat disebabkan oleh terapi obat
2003).
28
3.2.3 Patogenesis
seperti malaise, anoreksia, subfenris, kulit terasa panas dan sakit serta sulit
menelan. pruritus (rasa gatal) jarang ditemui. Bila lesi meluas ke bagian laring
maka akan timbul kesulitan menelan karena rasa nyeri. Permukaan mukosa lain
juga dapat terkena, seperti konjungtiva, esophagus, labia, vagina, serviks, penis
2. Manifestasi Sistemik
dimulai dengan adanya lesi di kulit kepala berambut atau di rongga mulut
sehingga sering terjadi kesalahan diagnosis sebagai pioderma pada kulit kepala
yang berambut atau dermatitis dengan infeksi sekunder. Lesi di tempat tersebut
(Harahap, 2000).
Gambar 3.9 (A) Bulla pada kulit psien dengan PV, (B) Lesi erosif di kulit
(Greenberg, 2008)
Bullae berdinding tipis akan pecah meninggalkan area kulit yang gundul
dan menjadi keropeng. Karakteristik lesi ekstra oral pada pemphigus adalah
apabila ditekan pada bagian normal di lokasi tersebut akan menimbulkan lesi
baru, hal ini dinamakan Nikolsky’s sign. Bullae biasanya mengenai epitel
skuamosa bertingkat yaitu mukosa nasal anterior, konjungtiva, kulit, laring, faring
terdapat bullae pada daerah ketiak dan ujung kuku. Perkembangan lesi ekstra oral
3. Manifestasi oral
30
Enampuluh persen dari kasus pemphigus, lesi awalnya terjadi pada intra
oral. Butuh waktu rata-rata sekitar 5 bulan dari waktu onset lesi oroal untuk
dengan dasar tidak inflamasi muncul di mukosa oral kemudian bullae pecah
menjadi lesi ulser irregular yang tertutup benag-benang fibrin (Greenberg, 2008).
Pada lesi ulser terlihat gundul karena telah kehilangan lapisan epitel. Lesi
meluas ke perifer dalam waktu beberapa minggu. Mukosa bukal merupakan lokasi
awal terdapat bullae namun lesi dapat meluas dalam beberpa minggu hingga ke
A B
Gambar 3.10 (A) Erosi dangkal irreguler pada mukosa bukal dan
permukaan palatum disebabkan pemphigus, (B) Lesi bula pada pemphigus
(greenberg, 2008)
dan juga bagian lain yangberhubungan seperti Dokter Gigi Spesialis Ilmu
1. Pemeriksaan Visual
31
Pemphigus vulgaris memiliki tanda vital khusus yaitu bullae yang mudah
ruptur. Pemeriksaan secara visual dilakukan dengan cara khusus yang dapat
bullae yang berisi cairan sehingga cairan dapat berpindah dan menimbulkan lesi
Biopsi dilakukan sebaiknya dari lesi kulit yang timbul. Diambil dari
vesikel atau bula yang berumur kurang dari 24 jam. Tetapi karena lesi tersebut
jarang pada mukosa mulut, maka biopsi diambil dari tepi lesi pada daerah
akantolisis, bila menunjukkan Nikolsky’s sign positif, lesi inilah yang dibiopsi
(Greenberg and Glick, 2008; Scully, 2013). Selain biopsi diagnosis PV dapat
bulla suprabasiler dengan akantolisis. Lapisan antara stratum basal epidermis dan
bagian epidermis lain yang lebih superfisial tampak lepas dan membentuk bulla.
Kadang tampak sel keratinosit yang lepas ke dalam bulla. Bagian superfisial
Histopatologi
bulla intradermal. Perubahan awal yang terjadi adalah adanya odem interselular
suprabasal terpisah dari sel basal membentuk suatu ruang dan bulla. Sel basal
terpisah satu dengan lainnya dan tampak berjajar seperti trombostone pada dasar
bulla namun sel tersisa tetap menempel pada membran basal. Bulla berisi sel
inflamasi termasuk eosinofil dan sel akantolisis dengan sitoplasma eosinofilik dan
(Lubis, 2008).
3. Direct Immunofluoroscence
G (IgG) yang mengendap pada permukaan keratinosit dan sekitar lesi. Tes ini
dilakukan secara in vivo menggunakan antibodi dan reaktan imun. Lokasi yang
baik untuk dilakukan DIF yaitu pada kulit perilesi yang terlihat normal. Ketika
dilakukan tes DIF, kulit yang terkena lesi kemungkinan menunjukkan hasil false-
positive. IgG1 dan IgG4 merupakan subkelas IgG yang paling umum. Komponen
perubahan posisi interseluler. Pola reaktan imun tersebut tidak terlalu terlihat
secara spesifik pada pemphigus vulgaris, lebih mungkin terlihat pada pemphigus
4. Indirect Immunofluorescence
pemphigoid atau lesi oral kronis lainnya. Pada serum pasien, IDF menunjukkan
serta desmoglein. Sirkulasi antibodi interselular terdeteksi melalui DIF pada 80-
90% pasien PV. Titer sirkulasi antibodi berhubungan dengan perjalanan kelainan
ini. IDIF menggunakan serum pasien, hal ini dilakukan bila DIF menunjukkan
hasil positif. Media yang digunakan berupa bagian esophagu monyet atau
jajringan kulit normal manusia. Caranya dengan mengambil serum pasien dari lesi
yang melawan antikeratinosit interselular. Hal ini dapat terlihat pada mikroskop
5. Pemeriksaan ELISA
dan 3 pada sampel serum pasien PV. Pemeriksaan ini sangat akurat yaitu dengan
cara menghitung jumlah antibodi PV dalam darah namun tes ini hanya dapat
dilakukan pada laboratorium yang besar dan lengkap. Tes ini juga dapat
Diagnosa banding pemfigus vulgaris yaitu lichen planus tipe erosif yang
termasuk ke dalam lesi merah putih. Pada lichen planus tipe erosif, lesi yang
matang memiliki tepi merah tak teratur, pseudomembran sentral nektotik yang
tersebut disertai rasa sangat sakit dan terjadi dengan cepat. Selain itu, terdapat
vulgaris. Lesi awal eritema multiform berupa makula sirkuler, kecil dan merah
dengan diameter bervariasi dari 0.5 mm – 2 cm. Makula kemudian membesar dan
membentuk daerah putih pucat atau jernih pada bagian tengah. Setelah itu, lesi-
lesi tersebut membentuk membentuk vesikel dan bulla tanpa disadari hingga
akhirnya pecah dan bergabung. Ulkus yang terbentuk umumnya lebar, kasar, dan
fibrinosa secara khas menutupi ulkus tersebut. Lesi eritema multiform muncul
dalam bentuk rassets yaitu makulo-papular bundar yang terbentuk dari beberapa
multiforms, dan lichen planus merupakan penyakit dengan gejala klinis sama
dengan pemfigus vulgaris yaitu memiliki lesi menyerupai erosi pada bagian
3.2.7 Penatalaksanaan
serta pemberian obat dengan dosis rendah dapat digunakan dalam periode yang
adanya remisi sebesar 38%, 50%, dan 7s5% dalam waktu 3, 5, dan 10 tahun
biasanya diberikan dalam dosis 1-2 mg / kg / hari. Bila dibutuhkan dosis steroid
tinggi dalam periode yang lama, penggunaan terapi adjuvant dianjurkan untuk
mengurangi dosis steroid dan potensi komplikasi. Adjuvan yang umum digunakan
dosis prednison yang lebih rendah dalam periode yang lebih pendek, sehingga
Saat ini, belum terdapat pengobatan PV terbatas pada rongga mulut yang
topikal dengan terapi steroid sistemik, baik dengan melarutkan tablet prednisone
di dalam mulut sebelum menelan tablet atau dengan menggunakan krim steroid
topikal. Dapson telah terbukti efektif. Kegagalan pada kasus diobati dengan
3.2.8 Prognosis
kortikosteroid untuk mencapai remisi, dan adanya infeksi lain. Kasus relaps
PEMBAHASAN
mengeluhkan merasa perih pada sekitar rongga mulut dan gusi sering tiba-tiba
pertama diketahui pasien masih berusia 35 tahun. Hal ini tidak sesuai dengan
diperlukan untuk anamnesis lebih mendalam lagi terhadap keluhan yang dirasakan
pasien.
disekitar mukosa mulutnya. Hal tersebut sesuai dengan teori yang menyebutkan
tanda awal dari pemfigus vulgaris salah satu nya berupa rasa sakit yang biasanya
terjadi pada mukosa. Dari hasil anamnesis juga didapatkan bahwa Pasien
Hal tersebut diduga sebagai faktor pemicu terjadinya penyakit pada pasien. Sesuai
dengan teori yang menytakan bahwa etiologi dari pemfigus vulgaris bisa dari
genetik, penyakit autoimun, obat dan faktor lainnya seperti stress (Greenberg and
Glick, 2003).
39
40
gingiva, mukosa bukal dan palatum mole terdapt lesi eritema erosif. Hal tersebut
sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa manifestasi oral pemfigus vulgaris
yang utama adalah berupa bullae pecah meninggalkan daerah erosif yang dapat
Patogenesis pada kasus ini berawa dari rasa stress yang dialami pasien saat
ini dan memicu respon autoimun dari pasien menyebabkan antibodi IgG mengikat
pemisahan sel-sel keratinosit (tidak adanya kohesi antara sel-sel). Poses tersebut
dengan diagnosis banding Oral Lichen Planus, Erithema Multiform dan Herpes
Simpleks. Oral lichen planus, erithema multiform dan herpes simpleks merupakan
penyakit dengan gejala klinis sama dengan pemfigus vulgaris yaitu memiliki lesi
menyerupai erosi. Pada kasus ini pasien memiliki temuan klinis berupa lesi erosif
eritem berbentuk ireguler yang dapat membesar dan terasa sakit, umumnya
terdapat pada mukosa bukal, palatum, dan gingiva. Namun satu per satu diagnosis
banding dieliminasi. Oral lichen planus tidak ditegakkan karena lesi pada OLP
tipe erosif memiliki gambaran striae Whickham’s di dekat erosi (Langha, et al.,
41
2005) dan pada pasien ini tidak ditemukan gambaran tersebut. Erithema
Multiforme juga tidak ditegakkan karena lesi pada EM tanda klasiknya lesi kulit
sebagai lesi target mata sapi atau iris yang umumnya muncul pada lengan,
tungkai, lutut atau telapak tangan lalu diikuti dengan lesi oral berupa makula
papular sirkuler yang kemudian membesar dan membentuk daerah putih pucat
atau jernih pada bagian tengah lalu membentuk vesikel dan bulla pecah erosif
2005) sedangkan pada pasien ini tidak ditemukan lesi kulit seperti lesi target mata
sapi atau iris dan lesi oralnya tidak berupa makula tetapi berupa bulla yang sudah
pecah erosif serta tidak ditutupi lapisan pseudomembran fibrin yang kekuningan.
Herpes simplek pun tidak ditegakkan karena lesi pada HSV berupa vesikel yang
halo yang berwarna merah pada pasien kasus ini tidak ditemukan gambaran
tersebut. Namun pemeriksaan penunjang yang lebih spesifik lainnya sangat perlu
bagian epidermis lain yang lebih superfisial tampak lepas dan membentuk bulla.
Umunya tampak sel keratinosit yang lepas ke dalam bulla. Bagian superfisial
epidermis terlihat intak (Stanley, 2008). Pada pasien dilakukan biopsi pada
tanggal 28 Mei 2019 dan didapatkan hasil pada sediaan dilapisi epitel gepeng
42
berlapis yang mengalami blister didaerah suprabasal yang terdiri dari sel sel
akantolisis inilah yang menjadi ciri khas dari lesi pemfigus vulgaris. Hasil biopsi
efek Meredakan sakit dan menurunkan demam dengan dosis pemberian 4-6 jam
sekali dalam sehari. Amoxicilin sediaan 500mg golongan penisilin yang memiliki
menit, sebanyak 2 kali sehari. Omeprazole sediaan 30mg golongan obat antasida
yang memiliki efek Mengurangi kadar asam lambung dengan dosis pemberian
1xsehari. Vitamin B12 sediaan 50mcg golongan vitamin yang memiliki efek
1xsehari. Folavit sediaan 400mcg yang memiliki kandungan asam folat atau
tubuh dengan dosis pemberian 1xsehari. Teorol sediaan 400IU dengan kandungan
43
kunjungan kedua ini masih sama dengan kunjungan pertama. Pada kunjungan ini
terapi farmakologis berupa lameson 16mg, folavit 400 mcg, omeprazole 30 mg,
gejala nyeri, bengkak, alergi dengan dosis pemberian di oles pada area yang sakit
pada kasus ini dioles pada bibir. Pasien diminta untuk kontrol secara rutin untuk
gingivitis.
masih dirasakan pada pipi belakang kanan-kiri dan langit-langit belakang. Pada
pemfigus vulgaris dalam teori yaitu pengobatan pilihan penyakit adalah dosis
dosis prednison yang lebih rendah dalam periode yang lebih pendek, sehingga
menggunakan krim steroid topikal. (Greenberg and Glick, 2008). Dalam kasus ini
yang menjadi pilihan obat yang utama diberikan adalah lameson 16mg ymemiliki
tersebut memberikan perbaikan pada kondisi penyakit pasien dalam kasus ini.
BAB V
KESIMPULAN
Pada anamnesa pasien memiliki keluhan timbul rasa perih di seluruh rongga
mulut disertai rasa nyeri pada gusi yang muncul secara tiba-tiba. Pada
pemeriksaan intraoral ditemukan adanya lesi erosif yang sakit pada mukosa bukal,
labial, bibir dan palatum. Berdasarkan hasil anamnesa dan pemeriksaan klinis
serta hasil dari biopsi dapat disimpulkan bahwa diagnosis pada kasus ini yaitu
Pemfigus Vulgaris.
45
DAFTAR PUSTAKA
Dorland. 2010. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Edisi 31. Penerbit Buku
Kedokteran EGC: Jakarta.
Fernando, Suran L., Jamma Li and Mark Schifter. 2013. Pemphigus Vulgaris and
Pemphigus Foliaceus.
Greenberg, M.S.; M.A. Glick, M. 2008. Burket’s Oral Medicine: Diagnosis and
Treatment. 11th Ed. USA: J.B. Lippincott Company
Harahap, M. 2000. Infeksi Jamur Kulit, Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta: Hipocrates.
Hasan, et al. 2013. Pemphigus Vulgaris: An Insight on Conventional and
Emerging Treatment Modalities. India: Dept of Oral Medicine and
Radiology, Faculty of Dentistry, Jamia Millia Islamia.
Herbst A, Bystryn JC. Patterns of remission in pemphigus vulgaris. J Am Acad
Dermatol 2000; 42: 422–427.
James, Kirk A., et al. 2011. Diagnosis and Clinical Features of Pemphigus
Foliaceous. Dermatol Clin 2011. Jul: 29(3) : 405-412.
46
47
Rezeki, Sri dan Titik Setyawati. 2009. Pemphigus Vulgaris: Pentingnya Diagnosis
Dini, Penatalaksanaan yang Komprehensif dan Adekuat (Laporan Kasus).
Indonesia Journal of Dentistry: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Indonesia.
Scully C. 2013. Oral and Maxillofacial Medicine The Basis of Diagnosis and
Treatment. Third Edition. London: Elsevier
Tarmidi M dan Noegroho HS. 2001. Pemfigus Vulgaris Manifestasi di Mulut dan
Penatalaksanaannya. Jakarta: Jurnal Kedokteran Gigi Universitas
Indonesia.