Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN KASUS

GINGIVEKTOMI

ANGGOTA KELOMPOK
Yunny Mahriani
Fitri Shoufia
Retno Andriani
Reni Rahmawati

INTEGRASI PERIODONSIA RSGM GUSTI HASAN AMAN


PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
November 2013
BAB I

PENDAHULUAN

Latar belakang

Gingiva merupakan bagian dari jaringan periodonsium yang menutupi gigi

dan berfungsi sebagai jaringan penyangga gigi. Gingiva sehat mempunyai ciri

berwarna coral pink, tekstur stipling, berbentuk tajam seperti kerah baju dan

konsistensi kenyal. Penyakit periodontal merupakan salah satu penyakit yang paling

luas penyebarannya pada manusia.

Penyakit periodontal yang paling sering terjadi adalah penyakit gingiva,

karena gingiva merupakan bagian terluar dari jaringan periodonsium yang dapat

terlihat secara langsung sehingga mempengaruhi faktor estetik. Penyakit ini terjadi

karena infeksi jaringan pendukug gigi. Ketika plak muncul, bakteri akan mengiritasi

gingiva dan menyebabkan gingiva menjadi bengkak. Pada awalnya penyakit ini

disebut gingivitis dan hanya mempengaruhi gingiva. Selanjutnya gingiva dapat

mengalami penambahan jumlah sel yang nantinya terlihat membesar atau yang sering

disebut hyperplasia gingival atau enlargement gingiva. Kelainan ini menyebabkan

perubahan bentuk gingiva yang secara klinis terlihat lebih besar dari normal.

Pembesaran gingiva ditandai dengan penambahan ukuran gingival dan dapat

menimbulkan efek negatif berupa gangguan fungsi. Pembesaran gingiva dapat

menimbulkan ketidaknyamanan, terutama jika sudah mempengaruhi fungsi bicara

dan mastikasi, dapat menimbulkan halitosis, dan mengganggu estetik.


Bedah periodontal termasuk dalam tahap koreksi pada terapi periodontal,

karena dilakukan koreksi deformitas jaringan periodontal. Bedah periodontal

merupakan istilah umum untuk setiap tindakan bedah periodontal termasuk gigi,

gingiva, tulang alveolar maupun perlekatannya. Bedah periodontal ini bertujuan

untuk memperbaiki segala kelainan maupun kerusakan jaringan sebagai akibat dari

penyakit periodontal dan untuk mengembalikan bentuk serta fungsi dari jaringan

periodontal sehingga normal kembali.

Perawatan periodontal menjadi salah satu solusi untuk problem estetik yang

banyak dikeluhkan oleh masyarakat, dan ternyata penampakan klinis gingiva sangat

menunjang penampilan estetik seseorang. Problem estetik gingiva yang biasa

dikeluhkan pasien antara lain pembesaran gingiva, kontur gingiva yang tidak bagus,

papila yang hilang, dan terbukanya permukaan akar. Pembesaran gingiva dapat

dikoreksi dengan gingivektomi, yaitu eksisi jaringan gingiva yang berlebih untuk

menciptakan margin gingiva yang baru. Gingivektomi dilakukan apabila hiperplasi

gingiva tidak berhasil dirawat dengan perawatan biasa dan prosedur oral hygiene,

atau pada kasus hiperplasi gingival.


BAB II
ISI

2.1 Pengertian Hiperplasi Ginggiva

Hiperplasi gingiva adalah suatu pertumbuhan berlebih dari gingiva (jaringan

gusi) yang ditandai dengan gusi yang membesar, terinflamasi, dan mengalami

perdarahan. Gusi akan tampak berlobulasi akibat pembesaran papil, dan mahkota gigi

ditutupi sebagian oleh jaringan hiperplasia gingiva. Pasien mengalami kesulitan atau

terganggu dalam berinteraksi dengan orang lain, karena penampilan gusi dapat

menyebabkan pasien merasa tidak percaya diri. Selain itu, pembentukkan kantung-

kantung jaringan gingiva dapat mengganggu kesehatan mulut, dan memberikan

kontribusi bagi penyakit-penyakit periodontal.

Hiperplasi gingival ini menyebar secara perlahan-lahan. Pembesaran gusi

yang ditimbulkan dapat mengakibatkan sulitnya pemeliharaan kebersihan mulut

dengan baik, sehingga gusi rentan terhadap infeksi oleh bakteri di dalam mulut.

Pembesaran gingival menurut Carranza (2006) pembesaran gingiva dapat

diklasifikasikan berdasarkan faktor etiologinya:

1. Pembesaran gingiva karena inflamasi (akut dan kronis)

2. Pembesaran gingiva hiperplastik non inflamasi (gingival hiperplasi)

3. Pembesaran gingiva hiperplastik idiopatik

4. Pembesaran gingiva kombinasi

5. Pembesaran gingiva kondisional


6. Pembesaran gingiva neoplastik

7. Pembesaran gingiva yang bersifat developmental

Derajat dari hiperplasi gingival dapat dilihat dengan cara mengkategorikan

seperti berikut:

a. Derajat 0 : tidak ada tanda hiperplasi gingival.


b. Derajat 1 : hiperplasi pada interdental papilla.
c. Derajat 2 : hiperplasi pada interdental papilla dan marginal gingival.
d. Derajat 3 : hiperplasi meliputi 1/3 gingiva atau lebih dari mahkota.

2.2 Etiologi Hiperplasi Ginggiva

Hiperplasia gingival disebabkan oleh suatu peradangan gingival yang bersifat

akut atau kronis. Biasanya inflamasi ini dimulai pada daerah dengan kebersihan

mulut yang buruk, dimana terdapat pengumpulan sisa-sisa makanan atau karena

adanya iritasi yang lain. Hiperplasi gingival ini dapat disebabkan oleh faktor lokal

dan faktor sistemik. Faktor lokal primer adalah plak, sedangkan faktor lokal sekunder

adalah karang gigi, letak gigi yang tidak beraturan, kebiasaan sikat gigi yang tidak

bersih, anatomi gigi yang tidak baik, cengkeraman gigi palsu yang tidak baik,

bernafas melalui mulut. Faktor sistemiknya yaitu karena kondisi sistemik (kehamilan,

pubertas, kekurangan vitamin c, dan karena penyakit sistemik seperti leukemia).

Pembesaran gingiva dapat diklasifikasikan berdasarkan faktor-faktor etiologi:

1. Pembesaran gingiva inflamasi


a. Akut

Tanda-tanda klinisnya antara lain letaknya terlokalisir, terasa sakit, onsetnya

cepat dan meluas secara cepat, terdapat pada marginal/papila interdental, berwarna

merah, permukaan halus dan mengkilap, dalam waktu 24 s/d 48 jam terlihat eksudat

purulen, gigi didekatnya peka terhadap perkusi, lesi bisa pecah secara spontan

Etiologi pembesaran gingival inflamasi akut karena bakteri yang ikut masuk

bersama substansi asing ke dalam gingival, substansi asing: bulu sikat gigi, potongan

kulit apel, serpihan tusuk gigi.

b. Kronis

Tanda-tanda klinisnya antara lain pembesaran pada papila interdental dan

marginal gingival, letaknya terlokalisir/menyebar, bisa berupa massa tumor yg berdiri

sendiri (discrete) dan bertangkai, berkembang secara lambat, tidak sakit (kecuali

disertai trauma/inflamasi akut)

Gambaran Histopatologinya antara lain adanya eksudatif dan proliferatif yg

menandakan adanya inflamasi kronis, lesi lunak, berwarna merah tua/merah kebiruan,

permukaan halus dan mengkilap, mudah berdarah, terdapat sejumlah sel dan cairan

inflamasi, terjadi pembentukan kapiler baru. Etiologinya karena pemaparan dental

plak yang berlangsung lama.

2. Pembesaran gingiva diinduksi obat-obatan

Tanda-Tanda Klinis
Pembesarannya dimulai pada papila interdental, tidak terasa sakit, kemudian

meluas ke gingiva margin fasial dan lingual. Jika terus berlanjut, pembesaran pada

papila dan marginal bisa bergabung, dan berkembang sampai menutupi mahkota gigi

dan mengganggu oklusi. Bila tidak disertai inflamasi, lesi berbentuk mulberry,

padat/kenyal, berwarna merah muda pucat, tidak mudah berdarah. Adanya

pembesaran gingiva mempersulit plak kontrol sehingga sering menyebabkan

terjadinya proses inflamasi sekunder kombinasi pembesaran oleh karena obat-obatan

dan pembesaran oleh karena bakteri atau plak. Bila disertai inflamasi, ukuran lesi

bertambah, warna merah atau merah kebiruan, mudah berdarah. Hiperplasi menyebar

pada rongga mulut, paling sering pada rahang atas dan anterior rahang bawah.

Hiperplasi terjadi pada rahang yang bergigi, tidak terjadi pada edentulous ridge.

Hiperplasi hilang bila gigi bersangkutan diekstraksi. Timbulnya hiperplasi oleh

karena obat-obatan tidak dipengaruhi oleh ada atau tidaknya plak, namun

perkembangan hiperplasi dan pencegahan komplikasinya dapat dicegah dengan plak

kontrol dan OH yang baik. Hiperplasi oleh karena obat-obatan bersifat rekuren

walaupun sudah dihilangkan dengan tindakan pembedahan. Hilangnya hiperplasi

secara spontan dapat terjadi dalam beberapa bulan setelah menghentikan pemakaian

obat tersebut. Disebabkan oleh karena penggunaan obat:

Antikonvulsant
Immunosuppressant
Bloker channel kalsium

Antikonvulsant
Gingiva enlargement oleh karena antikonvulsant pertamakali ditemukan pada

pengguna Phenytoin (Dilantin) untuk perawatan epilepsi (kecuali petitmal).

Phenytoin merupakan kelompok Hydantoin yang dapat menyebabkan Gingiva

enlargement. Hydantoin lainnya yang dilaporkan dapat mengakibatkan Gingiva

Enlargement: ethotoin (Paganone), dan mephenytoin (Mesantoin). Antikonvulsant

lain yang menyebabkan Gingiva Enlargement: succinimides (ethosuximiae

[Zerontin], methsuxinimide [Celontin]) dan asam valproat ([Depakenel]). Gingiva

Enlargement terjadi pada + 50% pasien pengguna obat-obat tersebut.

Kasus ini lebih sering terjadi pada pasien yang usianya lebih muda. Beberapa

laporan mengindikasi adanya hubungan antara dosis obat dengan pertumbuhan

gingiva yang berlebih tersebut. Walaupun phenytoin terdapat pada saliva dan plasma,

namun tidak ada laporan yg mengatakan adanya hubungan tingkat keparahan gingiva

enlargement dengan tingkat phenytoin dalam plasma atau saliva. Phenytoin

merangsang proliferasi sel-sel fibroblast dan ephitelium. Terjadinya Gingiva

enlargement dipengaruhi oleh faktor genetis host dalam memberikan respon terhadap

penggunaan phenytoin. Phenytoin dapat menginduksi penurunan kolagen. Phenytoin

tidak diketahui secara pasti, tetapi beberapa bukti menghubungkannya dengan

peningkatan subpopulasi fibroblast yang ditentukan sebelumnya oleh genetis,

inaktivasi kolagenase, dan inflamasi oleh karena plak.

Immunosuppressant

Immunosuppressant yang dapat menyebabkan gingival enlargement:

Cyclosporine untuk mencegah penolakan tubuh terhadap organ yang


ditransplantasikan, dan untuk pengobatan penyakit autoimun. Vaskularisasi lebih

banyak dari pada gingiva enlargement oleh karena phenytoin. Kasus in lebih sering

terjadi pada anak-anak. Selain gingival enlargement, efek samping penggunaan

cyclosporine lainnya: nefrotoksisitas, hipertensi, hipertrichosis. Immonossuppressant

lainnya yang menyebabkan gingiva enlargement: tacrolimus (namun lebih sedikit dari

pada cyclosporine).

Bloker Channel Kalsium

Obat ini digunakan untuk perawatan kardiovaskular: hipertensi, angina

pektoris, spasmus arteri koroner, dan aritmia cardiak. Cara kerja obat ini dengan:

- Menghambat influx ion kalsium melewati membran sel hati dan sel otot halus
- Mencegah mobilisasi kalsium intra seluler
- Menyebabkan dilatasi arteri koroner dan arteriol meningkatkan suplay oksigen

menurunkan hipertensi.

Obat golongan ini yang menginduksi gingival enlargement adalah Nifedipine.

Contoh lainnya adalah Diltiazem, Felodipine, Nitredipine, Verapamil (menyebabkan

gingival enlargement namun lebih sedikit).

3. Pembesaran gingiva yang dikaitkan dengan kondisi atau penyakit sistemik

a. Pembesaran kondisional seperti pada keadaan pregnansi, pubertas, defisiensi

vitamin C, gingivitis sel plasma, pembesaran nonspesifik.

b. Pembesaran gingiva akibat penyakit sistemik seperti pada penyakit leukemia.

4. Pembesaran neoplastik
5. Pembesaran semu

a. underlying disease lesion

b. underlying dental tissues

Secara histologis pembesaran gingiva dapat dibedakan menjadi dua bagian

besar yaitu:

1) Hipertrofi Gingiva

Pada hipertrofi gingiva pembesaran gingiva disebabkan oleh bertambah besarnya

ukuran sel-sel yang terjadi karena bertambahnya fungsi kerja tubuh.

2) Hiperplasia Gingiva

Pada hiperplasia gingiva terjadi pertambahan ukuran gingiva oleh karena adanya

peningkatan jumlah sel penyusunnya. Secara klinis hiperplasia gingiva tampak

sebagai suatu pembesaran gingival yang biasanya dimulai dari papila interdental

menyebar ke daerah sekitarnya. Kelainan ini tidak menimbulkan rasa sakit, dapat

mengganggu oklusi dan estetik serta dapat mempersulit pasien dalam melakukan

kontrol plak.

2.3 Tata Laksana Hiperplasia Gingiva

a) Pencegahan

Pencegahan penyakit periodontal merupakan kerja sama yang dilakukan oleh

dokter gigi, pasien dan personal pendukung. Pencegahan dilakukan dengan

memelihara gigi-gigi dan mencegah serangan serta kambuhnya penyakit. Pencegahan


dimulai pada jaringan periodontal yang sehat yang bertujuan untuk memelihara dan

mempertahankan kesehatan jaringan periodontal dengan mempergunakan teknik

sederhana dan dapat dipakai dalam kehidupan sehari-hari Umumnya penyakit

periodontal dan kehilangan gigi dapat dicegah karena penyakit ini disebabkan faktor-

faktor lokal yang dapat ditemukan, dikoreksi dan dikontrol. Sasaran yang ingin

dicapai adalah mengontrol penyakit gigi untuk mencegah perawatan yang lebih parah.

Pencegahan penyakit periodontal meliputi beberapa prosedur yang saling

berhubungan satu sama lain yaitu:

1. Kontrol Plak

Kontrol plak merupakan cara yang paling efektif dalam mencegah

pembentukan kalkulus dan merupakan dasar pokok pencegahan penyakit periodontal,

tanpa kontrol plak kesehatan mulut tidak dapat dicapai atau dipelihara. Setiap pasien

dalam praktek dokter gigi sebaiknya diberi program kontrol plak.

Bagi pasien dengan jaringan periodonsium yang sehat, kontrol plak berarti

pemeliharaan kesehatan.
Bagi penderita penyakit periodontal, kontrol plak berarti penyembuhan.
Bagi pasien pasca perawatan penyakit periodontal, kontrol plak berarti mencegah

kambuhnya penyakit ini.


2. Profilaksis mulut

Profilaksis mulut merupakan pembersihan gigi di klinik, terdiri dari

penyingkiran materi alba, kalkulus, stain dan pemolisan gigi. Untuk memberikan

manfaat yang maksimum bagi pasien, profilaksis mulut harus lebih luas dan meliputi

hal-hal berikut:
Memakai larutan pewarna (disclosing solution) untuk mendeteksi plak.
Penyingkiran plak, kalkulus (supra dan sub gingiva) pada seluruh permukaan.
Membersihkan dan memoles gigi, menggunakan pasta pemoles/pasta gigi
Memakai zat pencegah yang ada dalam pasta pemoles/pasta gigi.
Memeriksa tambalan gigi, memperbaiki tepi tambalan yang menggantung .
Memeriksa tanda dan gejala impaksi makanan.
3. Pencegahan dengan tindakan sistemik

Cara lain untuk mencegah penyakit periodontal adalah dengan tindakan

sistemik sehingga daya tahan tubuh meningkat yang juga mempengaruhi kesehatan

jaringan periodontal. Agen pencedera seperti plak bakteri dapat dinetralkan aksinya

bila jaringan sehat.

4. Pencegahan kambuhnya penyakit

Setelah kesehatan jaringan tercapai, diperlukan program yang positif untuk

mencegah kambuhnya penyakit periodontal. Ini merupakan tanggung jawab bersama

antara dokter gigi dan pasien (untuk pasien anak peran orang tua juga dibutuhkan).

Pasien harus mentaati pengaturan untuk menjaga kebersihan mulut dan kunjungan

berkala, dokter gigi harus membuat kunjungan berkala sebagai pelayanan pencegahan

yang bermanfaat.

b) Perawatan

Kebersihan mulut, menghilangkan semua faktor iritasi lokal dan faktor

sistemik bila mungkin serta perawatan di rumah oleh penderita dengan sebaik-

baiknya dan benar. Pada kasus ini terapi estetis dengan tindakan bedah menjadi

pilihan, karena dapat menghilangkan pembesaran gusi dan mengembalikan kontur


gusi. Pengembalian kontur gusi selain untuk tujuan estetis juga untuk mencegah

kambuhnya penyakit.

2.4 Gingivektomi

Gingivektomi adalah prosedur bedah periodontal yang bertujuan

menghilangkan poket gingiva pada penyakit radang periodontal untuk menciptakan

suatu gingiva normal baik fungsi, kesehatan, dan estetika. Gingivektomi adalah eksisi

jaringan gingiva yang berlebih untuk menciptakan gingiva margin yang baru.

Gingivektomi adalah suatu tehnik yang digunakan untuk mengeksisi gingival

dengan cara menghilangkan dinding poket, sehingga memungkinkan terbentuknya

akses untuk menghilangkan kalkulus dan menghasilkan saluran akar yang halus.

Gingivektomi dilakukan apabila gingivitis tidak berhasil dirawat dengan perawatan

biasa dan prosedur oral hygiene, atau pada kasus hiperplasi gingiva. Prinsip dan

teknik gingivektomi yaitu setelah ditandai dengan poket marker, jaringan gingiva

kemudian dieksisi dengan sudut 45 kemudian gingival dibentuk sesuai kontur gingiva

normal.

Indikasi gingivektomi adalah:

1. Menghilangkan poket suprabony.


2. Menghilangkan gingival enlargement
3. Menghilangkan abses pada daerah poket periodontal suprabony.

Kontraindikasi gingivektomi adalah:

1. Poket terletak di apical mucogingival junction.


2. Pertimbangan estetik, misalnya pada gigi anterior maxilla.

Terdapat berbagai macam tehnik untuk melakukan gingivektomi, yaitu dengan

menggunakan scalpel, elektrosurgery, laser, atau menggunakan bahan kimia, namun

metode yang paling dianjurkan adalah operasi dengan scalpel.

Gingivektomi dengan electrosurgery


Keuntungan: memungkinkan kounturing jaringan gingival secara adekuat dan

mengontrol perdarahan.
Kerugian: tidak dapat digunakan pada penderita yang menggunakan alat pacu

jantung, menimbulkan bau seperti daging terbakar, jika ujung/tip elektrosurgery

menyentuh tulang dapat menyebabkan kerusakan irreversible, panas yang

ditimbulkan akibat panas yang tidak benar dapat mengakibatkan kerusakan

jaringan.

Gingivektomi dengan laser.


Laser yang paling sering digunakan adalah CO2 & neodymium: yatrium-

alumunium-garnet (Nd:YAG), keduanya memiliki wavelength yang masuk ke

dalam red infrared sehingga perlu dikombinasikan dengan sinar lain agar dapat

terlihat dan dapat diarahkan.


Gingivektomy dengan chemosurgery
Menggunakan 5% paraformaldehida atau potassium hydroxide. Kerugiannya

yaitu kedalaman masuknya bahan kimia tidak dapat dikontrol sehingga jaringan

ikat yang sehat di bawah poket dapat rusak, remodeling gingival tidak dapat

dilakukan secara efektif, epitelisasi dan pembentukan kembali dari junctional

ephitelium serta pembentukan kembali system serat pada alveolar crest terjadi
lebih lambat dibandingkan gingivektomi menggunakan scalpel. Oleh karenanya

penggunaan bahan kimia untuk gingivektomi tidak direkomendasikan.

Teknik gingivektomi adalah:

1. Melakukan anestesi lokal yang memadai dengan teknik blok atau infiltrasi.
2. Mengukur kedalaman poket di daerah operasi menggunakan probeterkalibrasi.

Kedalaman ini ditandai dengan menusuk dinding luar jaringangingiva dengan

poket marker untuk membuat titik-titik perdarahan. Apabila keseluruhan daerah

operasi telah diukur dan ditandai dengan lengkap, titik-titik perdarahan tersebut

akan membentuk ragangan (outline) insisi yang harus dilakukan.


3. Insisi dibevel pada sudut kurang lebih 45 derajat terhadap akar gigi dan berakhir

pada ujung atau lebih ke bawah dari ujung apikal perlekatan epitel. Apabila

gingiva cukup tebal, bevel sebaiknya diperpanjang untuk menghilangkan bahu

atau plato. Kadang-kadang, akses sangat terbatas atau sulit dicapai sehingga bevel

yang cukup tidak dapat dibuat pada insisi awal. Pada keadaan ini, bevel dapat

diperbaiki nantinya, menggunakan pisau bermata lebar untuk mengerok atau bur

intan kasar.
4. Jaringan gingiva yang telah dieksisi dibuang.
5. Membersihkan deposit yang menempel pada permukaan akar dengan skaling dan

root planing. Pada tahap ini, pembuangan dinding jaringan lunak

poketperiodontal membuat permukaan akar lebih mudah dicapai dan memperluas

lapang pandang operator dibandingkan pada tahap-tahap lain. Pembersihan

permukaan akar pada tahap ini menentukan keberhasilan seluruh prosedur bedah.
6. Menyempurnakan kontur gingiva seperti yang diinginkan dengan bur intan atau

pisau bermata lebar untuk mengerok jaringan.


7. Membilas daerah bedah dengan air steril atau larutan saline steril untuk

membersihkan pertikel-partikel yang tersisa.


8. Menekan daerah luka dengan kain kasa yang telah dibasahi dengan air steril atau

larutan saline steril selama 2-3 menit, untuk menghentikan perdarahan.


9. Memasang dresing periodontal, mula-mula yang berukuran kecil, bersudut

didaerah interproksimal, menggunakan instrumen plastik. Selanjutnya, pasang

gulungan-gulungan yang lebih panjang di bagian fasial, lingual, dan palatal serta

hubungkan dengan dresing yang telah terpasang di daerah interproksimal. Seluruh

daerah luka ditutup dengan dresing tanpa mengganggu oklusi atau daerah

perlekatan otot. Kesalahan yang sering terjadi adalah dressing yang dipasang

terlalu lebar sehingga terasa mengganggu.


10. Mengganti dresing dan membuang debris pada daerah luka setiap minggu sampai

jaringan sembuh sempurna dan dengan mudah dibersihkan oleh pasien. Epitel

akan menutupi luka dengan kecepatan 0,5 mm per hari setelah hilangnya aktivitas

mitosis awal dari epitel, 24 jam setelah operasi.


11. Penyembuhan luka setelah dressing terakhir dilepas, poles gigi dan instruksikan

pasien untuk melakukan pengendalian plak dengan baik. Setelah seluruh prosedur

gingivektomi dilaksanakan, pasien perlu diberi informasiyang lengkap tentang

cara-cara perawatan pascaoperasi.

Pembedahan menyebabkan terputusnya kontinuitas sel-sel dan jaringan tubuh.

Penyembuhan adalah fase respons inflamasi yang menyebabkan terbentuknya

hubungan anatomi dan fisiologis yang baru di antara elemen-elemen tubuh yang

rusak. Secara umum, penyembuhan meliputi pembentukan bekuan darah,

pembentukan jaringan granulasi, epitelisasi, pembentukan kolagen, regenerasi


danmaturasi. Sel akan menutupi luka dalam waktu 7-14 hari dan terkeratinisasi

setelah 2-3 minggu. Pembentukan perlekatan epitel yang baru berlangsung selama 4

minggu. Kebersihan mulut yang baik sangat diperlukan selama periode pemulihan

ini.

LAPORAN KASUS

A. Identitas Pasien

No. Kartu : 1013

Nama : M. Rizky Rahmatillah

Umur : 12 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pekerjaan : Pelajar

Alamat : Jalan Sapta Marga Banjarbaru

B. Pemeriksaan Subyektif

1. Keluhan utama : Pasien datang

mengeluhkan gusinya yang bengkak dan ingin

membersihkan karang gigi sejak 1 tahun yang lalu.


2. Riwayat penyakit : Pasien belum pernah membersihkan karang gigi.
3. Keadaan umum :
a. Penyakit yg pernah diderita : Thypus dan DBD
b. TB/BB : 34 cm/144 kg
4. Riwayat perawatan :
a. Gigi : Tidak pernah
b. Jaringan lunak rongga mulut : Tidak pernah
5. Riwayat kesehatan :
a. Kelainan darah : T.A.K
b. Kelainan endokrin : T.A.K
c. Kelainan nutrisi : T.A.K
d. Gangguan respiratori : T.A.K
e. Gangguan TMJ : T.A.K
f. Kelainan imunologi : T.A.K
g. Kelainan jantung : T.A.K
h. Kelainan kulit/kelamin : T.A.K
i. Kelainan pencernaan : T.A.K
j. Diabetes mellitus : T.A.K
6. Obat-obatan yg telah dijalani : Tidak ada
7. Keadaan social/kebiasaan : Tidak ada
8. Riwayat keluarga :
a. Kelainan darah : T.A.K
b. Kelainan endokrin : T.A.K
c. Diabetes mellitus : T.A.K
d. Kelainan jantung : T.A.K
e. Kelainan syaraf : T.A.K
f. Alergi : T.A.K

C. Pemeriksaan Obyektif

Pemeriksaan Ekstra Oral

a. Wajah : Simetris
b. Pipi kanan : T.A.K
Kiri : T.A.K
c. Bibir atas : T.A.K
bawah : T.A.K
d. Sudut mulut : T.A.K
e. Kelenjar submandibularis kanan : T.A.K
kiri : T.A.K
f. Kelenjar submentalis : T.A.K
g. Kelenjar leher : T.A.K
h. Kelenjar sublingualis : T.A.K
i. Kelenjar parotis kanan : T.A.K
kiri : T.A.K

Pemeriksaan Intra Oral

Kunjungan pertama (6 November 2013)

Rahang Atas Rahang bawah


Poket: 14,12, 22, 23 Poket: -

Hiperplasi: 16,15,14,13,12,11,21 Hiperplasi: 33,32,31,41,42,43,44,46

,22,23,24,25,26,27 Resesi: -

Resesi: - Pendarahan:

Pendarahan: 17,16,15,14,13,12,11,21, 37,36,35,34,33,32,31,41.42,43,44,45,46,47

22,23,24,25,26,27 Keradangan:

Keradangan: 17,16,15,14,13,12,11,21, 37,36,35,34,33,32,31,41.42,43,44,45,46,47

22,23,24,25,26,27 Kalkulus:

Kalkulus: 17,16,15,14,13,12,11,21, 37,36,35,34,33,32,31,41.42,43,44,45,46,47

22,23,24,25,26,27 Plak gigi:

Plak gigi: 17,16,15,14,13,12,11,21, 37,36,35,34,33,32,31,41.42,43,44,45,46,47

22,23,24,25,26,27 Kegoyangan: -

Kegoyangan: 17,16,15,14,13,12,11,21, Vitalitas:

22,23,24,25,26,27 37,36,35,34,33,32,31,41.42,43,44,45,46,47

Vitalitas: 17,16,15,14,13,12,11,21, Migrasi: -

22,23,24,25,26,27 Malposisi: 35,32,45

Migrasi: -

Malposisi: 13, 23

OHIS : DIS + CIS

: 2,3 + 1,67

: 3,96 (buruk)
Indeks plak: 80,35%

Kunjungan kedua (13 November 2013)

Rahang Atas Rahang Bawah

Poket: 17,13,12,11,21,22,23,24,25 Poket: 34,33,32,31,41,42,43,45,47

Hiperplasi: 13,12,11,21,22,23 Hiperplasi: 32,31,41,42

Resesi: - Resesi: -

Pendarahan: 13,12,11,21,22,23,24 Pendarahan:

Keradangan: 13,12,11,21,22,23,24 34,33,32,31,41,42,43,44,45,46

Kalkulus: - Keradangan: -

Plak gigi: 17,16,15,14,13,12,11,21, Kalkulus: -

22,23,24,25,26,27 Plak gigi: 37,36,35,34,33,32,31,41,42,

Kegoyangan: - 43,44,45,46,47

Vitalitas: 17,16,15,14,13,12,11,21, Kegoyangan: -

22,23,24,25,26,27 Vitalitas: 37,36,35,34,33,32,31,41,42,

Migrasi: - 43,44,45,46,47

Malposisi: - Migrasi: -

Malposisi: -

OHIS : DIS + CIS

: 2+0

: 2 (sedang)

Indeks plak : 25%


D. Diagnosa

Enlargement gingiva

E. Prognosis

Baik, karena usia pasien masih muda, kesehatan yang baik, sikap pasien yang

kooperatif dan komunikatif.

F. Rencana Perawatan

1. Initial therapy yaitu DHE, scaling root planing. Bertujuan untuk meredakan

gingival enlargement yang terjadi, terutama yang disebabkan karena faktor lokal

yaitu deposit keras maupun lunak yang melekat pada permukaan gigi.
2. Corrective therapy, pada tahap ini dilakukan gingivektomi diikuti dengan

gingivoplasti yang bertujuan untuk menghilangkan poket gingiva,

mengembalikan fungsi anatomis dan fisiologis gingiva.


3. Maintenance phase, pada fase ini dilakukan kontrol untuk memeriksa perubahan

kondisi gingiva pasca bedah gingivektomi.

PROSEDUR PERAWATAN
A. Alat
1. Cytoject
2. Pinset
3. Kaca Mulut
4. Plat Kaca
5. Wing scaler
6. Spatula semen
7. Probe
8. Poket marker
9. Blade dan Scalpel
10. Water syringe
11. Saliva ejector

B. Bahan

1. Larutan anestesi
2. Kapas
3. Kasa steril
4. Iodine
5. Larutan irigasi steril
6. Periodontal dressing
7. Cotton roll dan cotton pellet

C. Tahapan operasi

1. Area operasi diolesi dengan larutan iod kemudian dilakukan anestesi lokal

dengan teknik infiltrasi pada area tersebut.


2. Kedalaman poket ditandai menggunakan poket marker

3. Membuat eksisi (insisi miring ke luar) awal sedikit lebih ke apikal dari titik-

titik tersebut dengan pisau bermata lebar (pisau Kirkland). Insisi dibevel pada

sudut kurang lebih 45 terhadap akar gigi dan berakhir pada ujung atau lebih ke

bawah dari ujung apikal perlekatan epitel (dasar poket)


4. Mengeksisi jaringan di daerah interproksimal menggunakan pisau bermata

kecil (pisau Orban). Sudut mata pisau tersebut kira-kira sama dengan sudut

mata pisau Kirkland ketika melakukan insisi awal. Kemudian jaringan gingiva

yang telah dieksisi dibuang.

5. Deposit yang menempel pada permukaan akar dibersihkan dengan skaling

danroot planning.
6. Daerah operasi diirigasi dengan larutan irigasi steril untuk membersihkan

partikel-partikel yang tersisa kemudian daerah operasi dikeringkan. Menekan

daerah luka dengan kain kasa yang telah dibasahi dengan adrenalin untuk

menghentikan perdarahan.
7. Luka ditutup dengan periodontal pack agar penyembuhan jaringan gingiva

optimal

8. Pemberian resep

R/ Amoxilin 500 mg cap No. X

S.3.d.d I cap

R/ Mefinal 500 mg tab No. X

S.p.r.n. tab 1
9. Pasien diberikan beberapa instruksi:
Pasien diinstruksikan untuk tidak makan dan minum 1 jam setelah tindakan

bedah.
Menyikat gigi secara perlahan dengan menggunakan sikat gigi yang lembut.
Jangan makan makanan yang kerasdan lengket selama seminggu.
Meminum obat secara teratur.
10. Kontrol 1 minggu setelah operasi untuk melepas periodontal pack dan melihat

proses perkembangan penyembuhan lukanya.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Hiperplasi gingiva adalah suatu pertumbuhan berlebih dari gingiva (jaringan

gusi) yang ditandai dengan gusi yang membesar, terinflamasi, dan mengalami

perdarahan. Gusi akan tampak berlobulasi akibat pembesaran papil, dan mahkota gigi

ditutupi sebagian oleh jaringan hiperplasia gingiva. Hiperplasi gingival ini dapat

disebabkan oleh faktor lokal dan faktor sistemik.

Gingivektomi adalah prosedur bedah periodontal yang bertujuan

menghilangkan poket gingiva pada penyakit radang periodontal untuk menciptakan

suatu gingiva normal baik fungsi, kesehatan, dan estetika. Gingivektomi adalah suatu

tehnik yang digunakan untuk mengeksisi gingival dengan cara menghilangkan

dinding poket, sehingga memungkinkan terbentuknya akses untuk menghilangkan

kalkulus dan menghasilkan saluran akar yang halus.


DAFTAR PUSTAKA

1. Carranza, F.A., dan Takei, H.H., 2006, Gingival Surgical Techniques, dalam M..

Newman, H.H. Takei, P.R. Klokkevold dan F.A. Carranza (eds):Carranzas

Clinicall Periodontology, 9thed., W.B. Saunders Co., St Louis


2. Reddy, M.S., 2003, Achieving Gingival Esthetics, J Am Dent Assoc,134 (3) : 295-

304.
3. Harty, F.J., Ogston, R., 1995, Kamus Kedokteran Gigi (terj.), Penerbit Buku

Kedokteran EGC, Jakarta, h.139, 219

4. Affandi, Hiperrplasia Gingiva pada Pasien Leukimia. Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Sumatera Utara. Medan. Indonesia. 2011.

5. Newman, Michael G., Henry H. Takei, Fermin A. Carranza. Carranzas Clinical

Periodontology 9th Ed. WB Saunders: Philadelphia, 2002.

6. Shorvon S. Handbook of Epilepsy Treatment. Blackwell Science, 2000: 25-36

7. Pedoman Tata Laksana Epilepsi. Kelompok studi epilepsi Perhimpunan Dokter

Spesialis Saraf Indonesia (Perdossi) 2003.


8. J.D. Manson, B.M. Eley. Buku Ajar Periodonti. Edisi 2. Jakarta: Hipokrates.

2012.

9. Fedi, P.F., Vernino, A.R., dan Gray, J.L., 2004, Silabus Periodonti, EGC, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai