DAFTAR ISI .. 1
BAB I PENDAHULUAN .. 2
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Kelas I
Resesi ini tidak meluas ke mukogingival junction dan tidak terdapat
kerusakan tulang alveolar atau jaringan lunak di daerah interdental.
3
Gambar 2.1 Tipe resesi kelas 1
2. Kelas II
Resesi meluas ke mukogingival junction, tidak terdapat kerusakan tulang
alveolar atau jaringan lunak di daerah interdental.
3. Kelas 3
Resesi meluas ke mukogingival junction atau lebih disertai dengan
kerusakan tulang alveolar dan jaringan lunak di daerah interdental.
4. Kelas 4
Resesi meluas ke mukogingival junction atau lebih disertai dengan
kerusakan tulang alveolar dan jaringan lunak di interdental yang lebih
parah.
4
Gambar 2.4 Tipe resesi kelas 4
Malposisi gigi yang abnormal adalah penyebab penting dari resesi gingiva
yang membutuhkan pembedahan korektif dan juga merupakan faktor penting
dalam menentukan hasil perawatan. Lebar tepi gingiva pada attach gingiva dan
tinggi tulang alveolar serta ketebalannya semua dipengaruhi oleh susunan gigi.
Pada gigi yang miring atau rotasi ke labial maka tulang labial lebih tipis dan dapat
terletak jauh dari apikal gigi yang berdekatan. Pada permukaan lingual gigi
tersebut maka gingiva menjadi membulat dan margin tulang lebih dekat ke CEJ.
Tingkat perlekatan gingiva pada permukaan akar dan lebar gusi cekat setelah
dilakukan operasi mukogingiva dipengaruhi oleh posisi gigi. Operasi
mukogingiva diindikasikan untuk koreksi ortodontik dilakukan pada gigi
malposisi dalam upaya untuk memperluas attach gingiva atau untuk memperbaiki
gingiva pada akar yang terbuka.
Akar ditutupi dengan tulang tipis menimbulkan bahaya dalam operasi
mukogingiva. Bahkan jenis flap yang paling protektif yaitu dengan flap parsial
thickness dapat menciptakan risiko terjadinya resorpsi tulang pada permukaan
periosteal. Resorpsi dalam jumlah yang banyak biasanya menyebabkan tingginya
kehilangan tulang.
Biasanya garis mukogingiva di daerah insisivus dan kaninus terletak
sekitar 3 mm dari apikal ke puncak tulang alveolar dan 5 mm dari apikal ke
interdental. Sedangkan pada penyakit periodontal dan pada gigi dengan malposisi
maka tepi tulang terletak jauh ke apikal dan melampaui garis mukogingiva,
sehingga jarak antara mukogingiva dan CEJ sebelum dan setelah operasi
periodontal tidak selalu konstan. Setelah peradangan dihilangkan maka jaringan
5
cenderung berkontraksi dan menarik garis mukogingiva ke arah mahkota.
(Newman, 2006).
6
Sebuah pedicle flap memiliki pasokan darah yang lebih baik daripada free
gingival grafts.
Pada subepitel cennective tissue graft (Langer) dan teknik pouch and
tunnel menggunakan flap dengan jaringan ikat di antara flap. Flap ini didesain
untuk memaksimalkan suplai darah ke jaringan donor (Newman, 2006).
7
5. Minimal trauma daerah bedah
Seperti pada semua prosedur bedah, bedah plastik periodontal juga
didasarkan pada ketelitian, kehalusan dan ketepatan dari tehnik bedah pada
jaringan mulut. Trauma jaringan yang tidak perlu yang disebabkan oleh
pembuatan insisi, perforasi flap atau penempatan traumatis serta penjahitan yang
berlebihan dapat menyebabkan nekrosis jaringan. Pemilihan instrumen yang tepat,
jarum dan jahitan adalah wajib untuk meminimalkan trauma jaringan. Pisau tajam
berkontur, jarum jahit berdiameter kecil dan jahitan monofilamen resorbable
merupakan semua faktor penting dalam mencapai atraumatik operasi.
8
Kerugian free gingival grafts: (Sato, 2000)
9
Langkah 1: Siapkan daerah penerima (Dibart, 2006)
Setelah dilakukan anastesi lokal, lakukan root planing pada daerah
resesi dengan menggunakan kuret Gracey atau back-action chisel, untuk
menghilangkan sementum yang terkontaminasi dan meratakan permukaan
akar. Jiika diperlukan pada tahap ini, cekungan dan cembungan pada
permukaan akar dihilangkan dengan menggunakan bur.
10
apikal lebih dipanjangkan 3 mm. Sehingga prediksi penutupan akar akan
lebih besar.
Langkah 3 dan 4: Sama dengan teknik free gingival grafts untuk menambah
gingiva apikal daerah resesi.
Lihat teknik langkah demi langkah yang dijelaskan pada free gingival grafts
klasik sebelumnya yaitu teknik yang dipakai untuk menambah gingiva apikal
daerah resesi.
11
Gambar 3.25. Kontrol 1 tahun setelah operasi, terdapat gingiva yang berkeratin,
dan tidak ada tarikan pada frenulum labial. (Dibart, 2006).
Hasil teknik ini dapat untuk menambah gingiva koronal daerah resesi (root
coverage) tetapi mungkin ada perbedaan warna estetik dengan gingiva yang
berdekatan karena warna lebih terang. (Newman, 2006)
12
Gambar 4. Free Connective Tissue Graft. A. Kurang keratinisasi, attached
gingiva insisivus tengah. B. insisi vertikal untuk mempersiapkan daerah
penerima. C. daerah penerima disiapkan. D. palatal dimana jaringan ikat akan
dilepaskan untuk jaringan donor. E. Pengambilan dari jaringan ikat. F, Donor
dijahit. G, Jaringan ikat untuk graft. H. jaringan ikat ditempatkan pada tempat
donor. I.penyembuhan setelah operasi pada hari ke 10. J. penyembuhan setelah 3
bulan (Newman, 2006).
Keuntungan dari teknik ini adalah bahwa jaringan donor diperoleh dari
permukaan bawah flap palatal yang dijahit kembali saat penutupan primer
13
sehingga penyembuhan dapat dengan sendirinya. Pasien terkadang memiliki rasa
kurang nyaman pascaoperasi di daerah donor.
Keuntungan lain dari free connective tissue autograft adalah bahwa
estetika dapat dicapai dengan baik karena perbandingan warna yang sama pada
jaringan graft ke daerah yang berdekatan. (Newman, 2006)
C. PEDICLE GRAFT
Teknik ini pertama kali diperkenalkan oleh Grupe dan Warren pada tahun
1956, yang kemudian menjadi teknik standar selama bertahun-tahun dan sampai
sekarang masih diindikasikan untuk beberapa kasus. Laterally positioned flap ini
dapat digunakan untuk menutupi jaringan akar terisolasi dan terbuka yang
memiliki jaringan donor memadai di sebelahnya disertai dengan kedalaman
vestibulum yang memadai. Desain flap yang pertama kali diperkenalkan oleh
mereka adalah sliding flap (Gambar 3.3A), yang kemudian dimodifikasi oleh
Grupe pada tahun 1966 dengan insisi submarginal pada daerah donor untuk
14
mencegah resesi derah donor (Gambar 3.3B). Staffileno (1964), memberi solusi
dengan flap partial thickness untuk melindungi daerah donor dari terjadinya
resesi. Kemudian pada tahun itu juga, Corn memodifikasi dengan menambahkan
insisi cutback untuk mengurangi tension (Gambar 3.3C).
Pada tahun 1969, Dahlberg menggunakan prinsip rekayasa dengan
merotasi pedicle flap sehingga tidak membutuhkan insisi cutback (Gambar 3.3D).
Goldman dan smukler (1978) menambahkan simulasi flap periosteal dan tahun
1983 menyertakan flap rotasi partial-full yang melibatkan full thickness untuk
menutup permukaan akar terbuka dan partial thickness untuk menutup tulang
yang terekspos (Newman, 2006)
Keuntungan teknik ini yaitu: hanya meliputi satu pembedahan,
vaskularisasi yang lebih baik. Sedangkan kerugiannya meliputi: keterbatasan
jumlah gingiva berkeratin pada daerah sekitar defek, kemungkinan resesi pada
daerah donor, adanya dehisensi atau fenestrasi pada daerah donor, serta hanya
terbatas pada satu atau dua gigi yang resesi. Selain itu, teknik ini juga memiliki
kontraindikasi dimana teknik ini tidak boleh dilakukan pada daerah dengan poket
interdental yang dalam, resesi yang meluas, abrasi atau erosi akar yang dalam dan
luas, serta kehilangan ketinggian tulang interproksimal yang signifikan (Cohen,
2007)
15
Gambar 3.5 Langkah 1 prosedur teknik laterally displaced flap
(A) Gambaran resesi sampai mukogingiva junction tanpa gingiva cekat yang
tersisa, (B) Outline insisi awal a-b-c, dan insisi cutback d-e-f, (C) Insisi V pada
daerah defek, (D) Pembuangan jaringan eiptel dan jaringan ikat di sekitar defek.4
16
Insisi vertikal dibuat sepanjang margin gingiva dan papila
interdental untuk membuat flap partial atau full thickness mengunakan
blade no. 15, flap diperluas ke apikal secukupnya pada jaringan mukosa
untuk memperoleh mobiliti flap yang adekuat. Dasar flap harus luas, tetapi
tidak boleh lebih luas dari daerah koronal, untuk permeabilitas vaskuler.
17
kemudian diperluas ke interdental dan ke permukaan lingual untuk
melindungi daerah operasi. Perlu dicatat bahwa area yang terekspos adalah
daerah interradikuler antar gigi, bukan pada permukaan fasial gigi. Hal ini
dilakukan untuk menghindari terjadinya resesi pada daerah donor.
18
Gambar 3.8 Gambaran klinis prosedur teknik laterally displaced flap
(A) Defek resesi pre-operasi, (B) Ouline insisi yang terdiri dari v-shaped daerah resipien-
insisi daerah donor-rotated donor flap, (C) Hasil insisi v-shaped pada daerah resipien, (D)
Hasil pedicle flap dimana angulasi dari insisi mengarah ke daerah resipien, (E) Penjahitan
pedicle flap tanpa tension, (F) dua tahun paska operasi, terlihat peningkatan gingiva cekat
yang signifikan.4
19
distofasial dari gigi tetangga bukan pada permukaan radikuler gigi terdekat. Insisi
V-shaped dibuat untuk membuang ujung gingiva yang melapisi akar. Insisi
diperluas sejauh mungkin ke apikal untuk menghindari tension pada jaringan saat
flap dipindahkan secara bersamaan. Insisi horizontal dibuat sepanjang interdental
papil bagian atas, seluruh insisi ini dilakukan dengan menggunakan blade no.15.
Hasil insisi v-shaped dibuang, kemudian permukaan akar di scaling dan root
planing. Lalu dilakukan biseksi flap partial-thickness menggunakan blade no.15
kemudian flap dipisahkan. Lalu kedua flap disatukan dan dijahit ditengah
permukaan akar yang terbuka menutupi defek menggunakan kombinasi
interrupted dan sling, benang silk atau chromic gut ukuran 4,0-5,0-6,0.
Gambar 3.10 Gambaran klinis prosedur teknik double papillae positioned flap
(A) Defek resesi pre-operasi, (B) Hasil insisi sesuai outline dan hasil pembuangan
jaringan pada insisi v-shaped, permukaan akar terbuka di scaling dan root planing (C)
Penyatuan flap di tengah permukaan akar terbuka pada defek dan penjahitan.4
20
BAB III
KESIMPULAN
21
DAFTAR PUSTAKA
1010.
22
23