Anda di halaman 1dari 35

CASE REPORT

MODUL 2 PENYAKIT KELAINAN JARINGAN


PERIODONTAL

“Gingival Enlargement”

Diajukan untuk memenuhi syarat dalam melengkapi


Kepaniteraan Klinik pada Modul 2

Oleh:
INTAN SEPTIANI
19100707360804022

Dosen Pembimbing
drg. Fauzia Nilam Orienty, MDSc

RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
PADANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah case report yang

berjudul “Gingival Enlargement” untuk memenuhi salah satu syarat dalam

menyelesaikan kepanitraan klinik modul 2 dapat diselesaikan.

Dalam penulisan laporan kasus ini penulis menyadari, bahwa semua proses

yang telah dilalui tidak lepas dari bimbingan ibu drg. Fauzia Nilam Orienty,

MDSc selaku dosen pembimbing, bantuan dan dorongan yang telah diberikan

berbagai pihak lainnya. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada

semua pihak yang telah membantu.

Akhir kata penulis mengharapkan Allah SWT melimpahkan berkah-Nya

kepada kita semua dan semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat serta dapat

memberikan sumbangan pemikiran yang berguna bagi semua pihak yang

memerlukan.

Padang, Oktober 20

Penulis
HALAMAN PERSETUJUAN

Telah disetujui case report yang berjudul “Gingival Enlargement” guna

melengkapi persyaratan Modul 2.

Padang, Oktober 2020

Disetujui Oleh
Dosen Pembimbing

(drg. Fauzia Nilam Orienty, MDSc)


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit pada jaringan periodontal yang diderita manusia hampir diseluruh

dunia dan mencapai 50% dari jumlah populasi dewasa. Menurut hasil survey

kesehatan gigi dan mulut di Jawa Timur tahun 1995, penyakit periodontal terjadi

pada 459 diantara 1000 penduduk. Negara Asia dan Afrika prevalensi dan

intensitas penyakit periodontal terlihat lebih tinggi dari pada di Eropa, Amerika

dan Australia. Penyakit periodontal di Indonesia menduduki urutan kedua utama

yang masih merupakan masalah utama di masyarakat (Wahyukundari, 2008).

Penyakit atau kelainan pada jaringan penyangga yang paling banyak

terjadi adalah kelainan gingiva (gusi), karena merupakan bagian dari jaringan

penyangga yang terletak di permukaan. Salah satu kelainan itu adalah pembesaran

gingiva yang dapat terjadi karena peradangan, tanpa peradangan, kombinasi

keduanya, pengaruh sistemik dan neoplastik (Care, 2014).

Gingiva merupakan salah satu jaringan periodonsium yang mendukung

dan mengelilingi gigi.Salah satu fungsi dari gingiva adalah melindungi jaringan

yang dibalutnya. Gingiva yang sehat berwarna merah muda pucat terkadang

bervariasi menjadi warna lainnya dengan kepekatan pigmen yang terlihat. Kondisi

yang sering menyertai penyakit - penyakit gingiva yaitu perubahan ukuran yang

bertambah yang disebut gingival enlargement (Daliemunthe, 2008).

Masalah yang sering dikeluhkan oleh pasien dengan kondisi gingival

enlargement adalah faktor estetika walaupun sebenarnya aspek kesehatan jaringan

pendukung gigi dan mulut juga mengalami gangguan. Gingival enlargement di


daerah papilla interdental, kontur gingiva yang menebal dan membulat, perasaan

tidak nyaman, penampakan morfologi mahkota gigi yang terkesan tidak baik

menjadikan permasalahan utama yang harus ditangani agar penampilan dan

fungsinya menjadi optimal (Suryono, 2007).

Gingiva merupakan bagian dari jaringan periodonsium yang menutupi gigi

dan berfungsi sebagai jaringan penyangga gigi. Penyakit periodontal yang paling

sering terjadi adalah penyakit gingiva, karena gingiva merupakan bagian terluar

dari jaringan periodonsium yang dapat terlihat secara langsung sehingga

mempengaruhi faktor estetik. Salah satu penyakit gingiva yang sangat menggangu

estetik dan fungsional gigi adalah terjadinya pembesaran gingiva. Kelainan ini

menyebabkan perubahan bentuk gingiva yang secara klinis terlihat lebih besar

dari normal (Lindhe et al, 2008).


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Gingiva

Gingiva merupakan bagian dari jaringan periodonsium yang menutupi gigi

dan berfungsi sebagai jaringan penyangga gigi. Penyakit periodontal yang paling

sering terjadi adalah penyakit gingiva, karena gingiva merupakan bagian terluar

dari jaringan periodonsium yang dapat terlihat secara langsung sehingga

mempengaruhi faktor estetik. Salah satu penyakit gingiva yang sangat menggangu

estetik dan fungsional gigi adalah terjadinya pembesaran gingiva. Kelainan ini

menyebabkan perubahan bentuk gingiva yang secara klinis terlihat lebih besar

dari normal (Lindhe et al, 2008).

2.2 Gingival Enlargement

Gingival enlargement adalah keadaan dimana besar gingiva bertambah

dari normal. Keadaan ini merupakan gambaran yang sering menyertai penyakit

gingiva (Daliemunthe, 2008).

Gingival enlargement dengan menggunakan kriteria letak dan penyebarannya,

dapat digambarkan seperti berikut (Newman., Takei., Carranza, 2006) :

Terlokasi : Terbatas pada gingiva di dekat satu gigi atau sekelompok gigi

Umum : Melibatkan gingiva diseluruh mulut

Marginal : Terbatas pada gingiva marginal

Papilar : Terbatas pada papila interdental

Difusi : Melibatkan marginal, attached gingiva dan papila

Terbatas : Tonjolan terilosasi atau pelebaran seperti tumor yang tidak

merata
Intensitas gingival enlargement menurut Mc Graw index yang ditetapkan

berdasarkan catatan Cheklis yang dipantau pada masing- masing pasien dengan

ketentuan sebagai berikut (Ghafari, 2008) :

Grade 0 : Tidak ada gingival enlargement (dengan margin tipis)

Grade 1 : Gingival enlargement hanya pada papila interdental

Grade 2 : Gingival enlargement menutupi sekurang-kurangnya sepertiga

mahkota gigi (dental crown)

Grade 3 : Gingival enlargement menutupi lebih dari sepertiga mahkota gigi

(dental crown)

2.2.1 Etiologi Gingival Enlargement

Penyebab gingival enlargement terdiri dari faktor lokal dan faktor

sistemik, faktor lokalnya adalah kesehatan mulut yang buruk, malposisi gigi, cara

menyikat gigi yang salah, trauma oklusi, tambalan kurang baik, iritasi, cangkolan

protesa, alat orthodontik dan kebiasaan bernapas melalui mulut. Faktor

sistemiknya adalah: kelainan hormonal, malnutrisi, kelainan darah, obat- obatan

dan sebab- sebab lain yang tidak diketahui (Usri dkk , 2006).

Gingival enlargement disebabkan juga oleh pemaparan dalam jangka

waktu yang lama oleh plak gigi. Faktor-faktor yang memudahkan penumpukan

plak dan retensi termasuk diantaranya kebersihan rongga mulut yang jelek seperti

iritasi yang disebabkan oleh abnormal anatomis dan penambalan yang tidak tepat

serta alat-alat orthodonti. Gingival enlargement dihasilkan oleh bakteri yang

terbawa ke bagian dalam jaringan sewaktu adanya benda – benda asing yang

masuk (misalnya bulu sikat gigi, pecahan biji apel, bagian cangkang lobster atau

kepiting) yang tertanam kuat kedalam gingiva (Newman dkk, 2006).


2.2.2 Klasifikasi Gingival Enlargement

Peningkatan dari ukuran gingiva merupakan ciri utama dari penyakit

gingiva. Berikut ini klasifikasi gingival enlargement (Carranza., Newman, 2006) :

a. Enlargement Karena Inflamasi

1. Enlargement Inflamasi Akut

Abses gingiva merupakan lesi meluas secara tepat, terasa sakit dan

terlokasi yang biasanya merupakan serangan tiba-tiba. Enlargement inflamasi

akut berasal dari bakteri yang terbawa jauh kedalam jaringan ketika substansi

asing seperti bulu sikat gigi, sepotong serat apel, atau pecahan cangkang lobster

tertekan ke gingiva (Newman., Takei., Carranza, 2006)

1. Enlargement Inflamasi Kronis

Pembesaran inflamatoris adalah berupa pembesaran papila interdental dan

gingiva bebas. Stadium awal pembesaran ini adalah berupa pembesaran berbentuk

pelampung yang mengelilingi gigi yang terlibat. Pembesaran bisa bertambah besar

sehingga menyelubungi sebagian mahkota gigi. Distribusi pembesaran pada

papila marginal lokalisata dan generalisata. Perkembangannya lambat dan tidak

disertai nyeri sakit sampai terkomplikasi oleh infeksi akut atau trauma. Kadang-

kadang pembesaran inflamtoris sebagai massa diskret atau masa bertangkai yang

menyerupai tumor. Distribusinya bisa diinterproksimal atau pada gingiva bebas

atau gingiva cekat. Lesi bertangkai ini lambat perkembangannya dan biasanya

tidak disertai nyeri sakit. Lesi ini mengecil secara spontan disertai eksaserbasi dan

berlanjut pembesaran. Kadang-kadang terjadi ulserasi yang disertai nyeri sakit

yang hebat pada lipatan antara masa bertangkai dengan gingiva yang berdekatan

(Daliemunthe, 2008)
b. Enlargement Karena Obat-Obatan

Enlargement yang terjadi merupakan kombinasi dari pertambahan ukuran

karena obat- obatan dan komplikasi inflamasi karena bakteri. Pertumbuhan mulai

berupa pembesaran pada papila interdental dan meluas ke marginal gingiva fasial

dan lingual. Gingival enlargement papila dan marginal menyatu, serta bisa

berkembang kelipatan jaringan besar yang mencakup bagian mahkota yang luas,

dan bisa mengganggu oklusi (Newman., Takei., Carranza, 2006).

Gingival enlargement dapat terjadi akibat berbagai penyebab. Penggunaan

obat-obatan dengan tujuan pengobatan sistemik dapat menyebabkan gingival

enlargement. Mekanisme terjadinya gingival enlargement karena obat-obatan

belum dapat ditentukan secara pasti. Prevalensi dan insidensi gingival

enlargement karena obat-obatan dihubungkan dengan beberapa faktor seperti

farmakologikal, demografik individu (Husin, 2009).

Secara umum gingival enlargement berkembang beberapa bulan

pemakaian terapi obat-obatan, biasanya menyeluruh. Gingival enlargement yang

terjadi karena obat-obatan dapat terjadi pada mulut yang bebas iritasi dan dapat

pula tidak terjadi pada mulut dimana iritasi lokal menumpuk (Daliemunthe, 2008).

Obat-obat yang dapat menyebabkan gingival enlargement adalah:

1. Phenytoin

Phenytoin pertama disintesa oleh Blitz pada tahun 1908 dan diperkenalkan

sebagai obat antiepilepsi. Aksi farmakologis utama dari phenytoin adalah fungsi

motorik susunan saraf pusat tanpa mempengaruhi efek sensoriknya. Phenytoin

merupakan obat antikonvulsan yang mempunyai pengaruh terhadap jaringan

gingiva yang menyebabkan gingival enlargement. Gingival enlargement terjadi


setelah 2 sampai 3 bulan penggunaan obat dan mencapai kondisi yang terparah

setelah 12 sampai 18 bulan.Mekanisme terjadinya gingival enlargement karena

penggunaan phenytoin secara pasti belum dapat ditentukan. Menurut penelitian

dengan pengkulturan jaringan menunjukkan adanya stimulasi langsung oleh

phenytoin pada proliferasi fibroblast “fibroblast like cell”. Fibroblas dari gingival

enlargement yang disebabkan oleh phenytoin secara in vitro terlihat meningkatkan

sintesa matrik non kolagen seperti glycosaminoglycan dan proteoglycan, dalam

jumlah yang lebih banyak dari matrik kolagen. Phenytoin dapat merangsang

penurunan degradasi kolagen sebagai akibat dari produksi kolagen fibroplastik

yang inaktif (Gehrig, 2008).

2. Cyclosporine

Gingival enlargement adalah salah satu komplikasi yang paling rumit

ditimbulkan akibat efek samping penggunaan cyclosporine. Penggunaan obat ini

mempengaruhi gaya hidup pasien dan dapat melemahkan fungsi saluran

pencernaan (Ghafari dkk, 2010).

Mekanisme terjadinya gingival enlargement karena pemakaian obat-

obatan belum diketahui dengan jelas, gingival enlargement karena cyclosporine

menunjukkan terjadinya pengurangan degradasi kolagen yang menyebabkan

peningkatan jumlah fibroblast dan volume dari matrik ekstraseluler. Cyclosporin

menunjukkan adanya penekanan produksi antibodi terhadap antigen sel T. Sel

yang menjadi sasaran antara lain sel T-helper dan kemungkinan T-supresor.

Cyclosporine menekan respon imun seluler dengan memproduksi limpokin

(Newman., Takei., Carranza, 2006).


Cyclosporine sangat cocok pada pasien yang telah menjalani transplantasi

jaringan maupun organ dan pengobatan penyakit autoimun. Penggunaan

cyclosporine secara klinis dilaporkan pada tahun 1978, sejak itu penggunaannya

telah meluas pada transpantasi ginjal, sumsum tulang, hati, kornea, jantung, paru-

paru. Ketika pasien menerima transplantasi organ, tubuh akan mencoba untuk

menolak transplantasi organ, maka cyclosporine akan bekerja mencegah respon

ini (Gehrig, 2008).

Gingival enlargement karena cyclosporine dipengaruhi oleh berbagai

faktor yaitu pemakaian secara kombinasi, lama pemakaian, dosis cyclosporine,

usia, jenis kelamin, kontrol plak, oral higiene. Diperkirakan 25% pasien yang

menggunakan cyclosporine sebagai pengobatan sistemik mengalami gingival

enlargement (Dannewizt, 2007 ; Husin, 2009).

3. Nifedipine

Nifedipine merupakan obat vasodilator yang dipergunakan secara luas

pada perawatan gangguan kardiovaskuler seperti hipertensi, angina pectoris,

ventricular arhytmias. Kerja utama dari nifedipine yaitu merelaksasikan otot-otot

polos pembuluh jantung dengan menghambat pergerakan kalsium melalui kanal

kalsium tanpa merubah konsentrasi kalsium dalam darah. Proses kontraksi dari

otot jantung dan otot polos pembuluh tergantung pada pergerakan ion kalsium

ekstraseluler ke dalam sel melalui kanal ion, dengan menghambat pergerakan

kalsium, nifedipine menghambat proses kontraksi yang selanjutnya akan

menyebabkan dilatasi arteri jantung dan keseluruhan tubuh (Gehrig, 2008).

Gingival enlargement yang dipengaruhi oleh obat nifedipine ditandai

dengan terjadinya peningkatan fibroblast gingiva dan matriks estraseluler jaringan


ikat, dengan berbagai tingkat peradangan kronis (Fernandes dkk, 2010).

Efek samping penggunaan nifedipine dapat menyebabkan gingival

enlargement. Gingival enlargement terjadi setelah 1 sampai 2 bulan pemberian

nifedipine dengan dosis 90 mg per hari. Mekanisme terjadinya gingival

enlargement belum dapat dipastikan, dari hasil penelitian menyatakan bahwa

perubahan level kalsium intraseluler pada sel gingiva berperan penting akan

terjadinya gingival enlargement akibat penggunaan obat tersebut jika

berkombinasi adanya inflamasi gingiva (Gehrig, 2008).

Gambaran histopatologi dari gingival enlargement karena obat-obatan

adalah terlihat acanthosis dari epitelium dan pemanjangan rete pegs yang meluas

ke dalam jaringan penghubung yang memperlihatkan gumpalan kolagen padat,

peningkatan fibroblast dan pembuluh darah. Pembesaran yang rekuren terlihat

berupa jaringan granulasi yang terdiri dari berbagai kapiler dan fibroblast yang

memiliki susunan yang tidak teratur (Gehrig, 2008).

c. Enlargement Berkaitan dengan Penyakit Sistemik

Beberapa penyakit sistemik dengan mekanisme yang berbeda,

mengakibatkan gingival enlargement. Pembesarannya bisa berupa pembesaran

difus yang melibatkan gingiva, berupa pembesaran pada gingiva bebas saja, atau

berupa massa seperti tumor yang diskret di interproksimal. Gambaran

histopatologi dari gingival enlargement pada leukemia adalah menunjukkan

derajat berbagai peradangan kronis dengan leukosit matang dan daerah jaringan

ikat ditutupi massa padat dengan leukosit berkembang biak dan belum dewasa,

sifat spesifik bervariasi jenis leukemia dengan capillaris membesar,

pembengkakan dan mengalami degenerasi jaringan ikat, dan epitelium dengan


berbaga iinfiltrasi leukositik dan edema ditemukan.Daerah terisolasi dari

permukaan Peradangan akut necrotizing dari fibrin pseudo membran, sel

epitelnekrotik, neutrofilpolimorfonuklear(PMN) dan bakteri yang sering terlihat

(Newman., Takei., Carranza, 2006).

1. Enlargement yang terkondisi

a. Pubertas

Enlargement terlihat dikedua papila interdental dan marginal yang ditandai

dengan adanya tonjolan bulat pada papila interproksimal. Gingival enlargement

selama pubertas mempunyai ciri yang sama dengan penyakit inflamasi kronis

gingiva. Pubertas merupakan suatu tahap dalam perkembangan dimana terjadi

kematangan alat-alat seksual dan tercapai kemampuan untuk reproduksi. Periode

masa pubertas biasanya usia 12-18 tahun. Pubertas terjadi karena tubuh mulai

memproduksi hormon-hormon seks seperti steroid seks. Hormon steroid seks

yang mempengaruhi perempuan adalah estrogen dan progesteron sedangkan pada

laki-laki diproduksi adalah testosteron (Yassin, 2011).

Masa pubertas kadang-kadang dapat terjadi gingival enlargement, baik

pada laki-laki maupun perempuan, dan terjadinya pada daerah-daerah yang ada

iritan lokal seperti plak bakteri. Keparahan respon gingiva pada inflamasi yang

dihubungkan dengan peningkatan sirkulasi hormon estrogen dan progesteron pada

perempuan dan testosteron pada laki-laki disaat masa pubertas. Hal ini terjadi

karena ketidak seimbangan hormon pada masa pubertas yang menimbulkan

perubahan permeabilitas dan peningkatan akumulasi cairan pada jaringan gingiva,

yang menimbulkan oedema dan gingival enlargementm dengan adanya plak

bakteri (Daliemunthe, 2008 ; Gehrig, 2008).


Gambaran histopatologi dari gingival enlargement karena pubertas adalah

gambaran mikroskopik adalah bahwa peradangan kronis dengan edema menonjol

dan perubahan degeneratif yang terkait (Newman., Takei., Carranza, 2006).

Gambar 1. Gingival enlargement karena puberta (Mozartha, 2011)

b. Kehamilan

Selama kehamilan terjadi peningkatan kadar progesteron dan estrogen,

yang pada akhir trimester ketiga, mencapai tingkat 10 dan 30 kali tingkat selama

siklus menstruasi, masing-masing. Perubahan hormon ini menyebabkan

perubahan dalam permeabilitas pembuluh darah menyebabkan gingiva edema dan

respon inflamasi meningkat menjadi plak gigi. Mikrobiota subgingiva juga dapat

mengalami perubahan, termasuk peningkatan Prevotella intermedia (Newman.,

Takei., Carranza, 2006).

Gambar 2. Gingival enlargement karena kehamilan (Mozartha, 2011)


Gambaran histopatologi dari gingival enlargement karena kehamilan

adalah angiogranuloma. Pembesaran marjinal terdiri darimassa pusat dari

jaringan ikat, dengan berbagai difus diatur,yang baru terbentuk, dan membesar

kapiler dilapisi oleh sel endotel berbentuk kubus dan stroma cukup berserat

dengan berbagai tingkat edema dan inflamasi kronis menyusup.Epitel skuamosa

bertingkat kental, dengan retepegs menonjol dan beberapa derajat jembatan antar

sel, dan infiltrasileukocytic. Meskipun temuan mikroskopis merupakan ciri khas

dari pembesaran gingiva pada kehamilan, tetapi tidak pthognomonic karena tidak

dapat digunakan untuk didiferensiasi pasien hamildan tidak hamil.

Gambaran klinis biasanya cenderung lebih ke interproksimal. Pembesaran

dapat terjadi karena pendarahan secara spontan akibat respon inflamasi lokal dan

kondisi pasien. Biasanya muncul setelah trisemester pertama atau sebelumnya

(Daliemunthe, 2008 ).

c. Defisiensi vitamin C

Secara akut kekurangan vitamin C tidak menyebabkan perdarahan,

degenerasi kolangen dan edema dijaringan ikat gingiva. Perubahan ini mengubah

respon dari gingiva ke plak menjadi gingival enlargement. Ciri-cirinya adalah

berwarna kebiruan merah, lunak, gembur, permukaan mengkilat (Daliemunthe,

2008).

Defisiensi vitamin C mempunyai manifestasi di rongga mulut seperti gusi

mudah berdarah dan pembesaran jaringan gingiva. Pembesaran yang terjadi

karena defisiensi vitamin C merupakan respon akibat adanya plak bakteri.

Defisiensi vitamin C tidak menyebabkan hemoragik, degenerasi kolagen dan

edema pada jaringan ikat gingiva. Perubahan ini memodifikasi respon gingiva
terhadap iritan lokal sehingga reaksi terhadap pertahanan yang normal terhambat

dan inflamasi bertambah parah. Kombinasi efek defisiensi vitamin C akut dengan

inflamasi menyebabkan gingival enlargement yang mencolok (Yedriwati, 2006).

Gambaran histopatologi dari gingival enlargement karena defesiensi

vitamin C adalah gingiva memiliki infiltrasi seluler kronis inflamasi akut dengan

respon dangkal. Ada daerah yang tersebar perdarahan, dengan membesar kapiler.

Ditandai menyebar edema, degenerasi kolagen, dan kekurangan fibril kolagen

atau fibroblas adalah temuan mencolok (Newman., Takei., Carranza, 2006).

Gambar 3. Gingival enlargement karena defisiensi vitamin C (Syaify, 2011)

d. Gingiva sel plasma

Enlargement ini disebut juga atipikal dan sel plasma gingivostomatitis

yang dimulai dari marginal meluas ke gingiva. Secara klinis gingiva tampak

merah, bulat, dan berdarah dengan mudah (Newman., Takei., Carranza, 2006).

2. Enlargement yang tidak terkondisi

a) Enlargement yang disebabkan leukemia

Gingival Enlargement yang disebabkan oleh zat kimia bisa lokalisata atau

generalisata. Pembesarannya bisa berupa pembesaran difus yang melibatkan

gingiva, berupa pembesaran pada gingiva bebas, atau masa seperti tumor diskret
di interproksimal. Warna gingiva yang terlibat biasanya merah kebiru-biruan

dengan permukaan yang berkilat. Konsistensinya agak padat, tetapi ada

kecenderungan menjadi friable (mudah tercabik), dan pendarahan yang terjadi

secara spontan atau dengan iritasi ringan. Kadang-kadang bisa terjadi inflamasi

ulseratif nekrosis akut pada celah yang berbentuk antara perbatasan gingiva yang

membesar dengan permukaan gigi yang berbatasan. Pada leukemia lapisan

inflamasi gingiva kronis simpel tanpa keterlibatan sesl-sel leukemia dengan

gambaran klinis dan mikroskopis yang serupa dengan gambaran yang dijumpai

pada pasien non leukemia. Kebanyakan gingival enlargement yang disebabkan

leukemia dijumpai sekaligus gambaran inflamasi kronis simpel dan infiltrat.

Gingival enlargement yang disebabkan leukemia biasanya terjadi pada penderita

leukemia akut, bisa juga terjadi pada penderita leukemia sub akut. Lesi ini jarang

sekali terjadi pada penderita leukemia kronis (Daliemunte, 2008).

a) Penyakit granulomatosa (Wegener’s granulomatosis, Sarcoidosis)

Enlargement pada penyakit granulomatosa secara klinis berwarna merah

keunguan, mudah berdarah (Newman., Takei., Carranza, 2006).

d. Enlargement neoplastis (tumor gingiva)

Epulis adalah istilah yang digunakan secara klinis untuk menandai semua

tumor yang tersebar, dan massa seperti tumor yang berada di gingiva ini hanya

untuk menentukan lokasinya bukan untuk menerangkan tumor itu sendiri.

Kebanyakan lesi yang dirujuk sebagai ‘epulis’ adalah lebih kepada peradangan

dibandingkan dengan neoplastik. Tumor pada gingiva muncul dari jaringan ikat

gingiva atau dari ligamen periodontal. Tumbuhnya lambat, tumor berbentuk bulat

yang cendrung menjadi kenyal atau kuat, serta bernodul tapi cendrung menjadi
lunak dan mudah berdarah. Fibroma yang keras pada gingiva jarang terjadi.

Kebanyakan lesinya yang di diagnosa secara klinis sebagai fibroma adalah

gingival enlargement karena peradangan (Newman., Takei., Carranza, 2006).

e. False enlargement

False enlargement sebenarnya bukan dari jaringan gingiva tetapi mungkin

muncul sebagai akibat dari peningkatan ukuran di underlying osseous dan

jaringan gigi.

1. Lesi di bawah tulang

Enlargement di bawah tulang yang paling umum terjadi pada exostosis,

tetapi bisa terjadi pada fibrous dysplasia, cherubism, central giant cell

granuloma, osteoma, osteosarcoma.

2. Bawah jaringan gigi

Tahap erupsi gigi primer gingiva sudah menunjukkan distorsi marginal

disebabkan oleh superimposition yang menonjol dari enamel setengah gingiva

dimahkota (Yassin, 2011).

2.3 Gambaran Klinis Gingival Enlargement

Gambaran klinis dari gingival enlargement karena obat-obatan adalah :

a. Tahap awal gingiva terlihat tanda-tanda pembesaran papila interdental

yang diikuti dengan pembentukan lobul-lobul yang meluas kearah labial dan

lingual.

b. Mempunyai warna merah muda, berkonsistensi keras, kaku dan lenting.

Kadang-kadang dijumpai stippling, permukaan bergranul atau licin dan tidak

mudah berdarah.

c. Bila lesi bertambah besar, pembesaran margin gingiva dan interdental


gingiva menyatu dan berkembang menjadi massa yang besar sehingga

menutupi setengah bahkan seluruh permukaan mahkota gigi sehingga

mengganggu fungsi pengunyahan (Daliemunthe, 2008).

Gambaran klinis dari gingival enlargement kerena penyakit sistemik

adalah :

a. Warna gingiva yang terlibat biasanya merah kebiru-biruan dengan

permukaan yang berkilat.

b. Konsistensinya agak padat, tetapi ada kecenderungan menjadi friabel

(mudah tercabik) dan pendarahan yang terjadi secara spontan atau dengan

iritasi ringan.

c. Inflamasi necrotizing ulcerative kadang-kadang terjadi di servikal dan

gingiva membesar dan permukaan gigi terputus.

d. Pembesaran leukemia bisa difus, marjinal, lokal atau umum.

a. Gingival enlargement pada pasien penyakit Wegener’s granulomatosis

berbentuk buah strawberry

b. Gingival enlargement pada pasien penyakit sarcoidosis gingiva cenderung

membesar secara merata dan berwarna kemerahan (Khera., Zirwas., Joseph,

2005).

Gambaran klinis dari gingival enlargement karena pubertas adalah :

a. Pembesaran berkaitan dengan pubertas mempunyai ukuran atau besar yang

jauh melebihi pembesaran biasa yang diakibatkan oleh faktor lokal yang

setara.

b. Distribusi pada marginalis dan interdental.

c. Ciri khasnya adalah papilla interdental berbentuk berlobus - lobus.


d. Melibatkan gingiva pada permukaan vestibular sedangkan bagian oral

relatif tidak terlibat.

e. Setelah pubertas gingival enlargement berkurang tetapi hilang secara

tuntas, sebelum faktor iritan lokal dihilangkan (Daliemunthe, 2008).

Gambaran klinis dari gingival enlargement karena kehamilan adalah :

a. Lesi muncul seperti jamur, massa bulat pipih yang menonjol dari margin

gingiva atau lebih umum di ruang interproksimal.

b. Cenderung untuk memperluas lateral, dan tekanan dari lidah dan pipi

memerah. Warna kehitaman atau magenta, memiliki permukaan halus,

berkilau yang sering menunjukkan merah tua.

c. Lesi dangkal dan biasanya tidak menyerang tulang yang mendasarinya

(Newman., Takei., Carranza, 2006).

Gambaran klinis dari gingival enlargement karena defesiensi Vitamin C

adalah distribusi gingival enlargement yang berkaitan dengan defisiensi vitamin

C adalah marginalis, gingiva merah kebiru-biruan, lunak, mudah tercabik, dengan

permukaan yang licin dan berkilat. Pendarahan gingiva bisa terjadi secara

spontan atau dengan iritasi ringan. Pada permukaan gingiva sering terjadi

nekrose disertai pembentukan membran semu (Yassin, 2011).

2.4 Perawatan Gingival Enlargement

2.4.1 Gingivektomi

Secara harafiah gingivekvomi berarti eksisi dari gingiva. Dengan

disingkirkannya dinding saku yang terinflamasi akan diperbaiki visibilitas dan

aksesbilitas ke permukaan akar gigi sehingga penyingkiran iritan lokal berupa

deposit dapat dilakukan secara tuntas.Tersingkirkannya jaringan yang terinflamasi


dan iritan lokal akan menciptakan lingkungan yang menguntungkan bagi

penyembuhan gingiva dan restorasi kontur gingiva yang fisiologis.

1. Indikasi Gingivektomi

a. Penyingkiran saku supraboni,tanpa melihat kedalamannya, bila konsistensi

dinding sakunya fibrous dan padat serta zona gingiva cekatnya adekuat.

b. Penyingkiran gingival enlargement.

c. Penyingkiran abses periodontal dengan saku supraboni.

2. Kontra Indikasi Gingivektomi

a. Terdapat cacat tulang yang memerlukan koreksi atau pemeriksaan bentuk dan

morfologi tulang alveolar.

b. Dasar saku berada dekat atau diapikal batas muko gingiva.

c. Gingival enlargement yang terlalu besar, sepeti hiperplasia gingiva yang

diinduksi obat-obatan.

d. Karena pertimbangan estetis, khususnya pada saku disisi vestibular anterior

rahang atas.

3. Prosedur Gingivektomi

a. Anestesi, sebelum melakukan gingivektomi daerah yang dikerjakan terlebih

dulu diberi anestesi lokal.

b. Penandaan dasar saku, dengan memakai alat yaitu pocketmarker.

c. Mereseksi gingiva, reseksi gingiva dapat dilakukan dengan beberapa macam

alat yaitu pisau gingivektomi, pisau bedah (skalpel), gunting, alat bedah

elektro (laser).

d. Menyingkirkan gingiva bebas dan gingiva interdental, gingiva yang telah

direseksi disingkirkan dengan menggunakan kuret.Alat kuret diselipkan


sedalam mungkin ke daerah yang diinsisi sampai berkontak dengan

permukaan gigi, lalu dengan sapuan kearah koronal jaringan yang telah

direseksi disingkirkan.

e. Penyingkiran jaringan granulasi dan kalkulus, setelah gingiva bebas dan

gingiva interdental disingkirkan akan tersingkap jaringan granulasi yang

terinflamasi dan kalkulus yang belum tersingkirkan pada fase terapi inisial.

f. Pembersihan daerah kerja, daerah yang di gingivektomi dibilas dengan

aqudes atau larutan garam fisiologis.

g. Pemasangan pembalut periodontal, setelah bekuan darah terbentuk, luka

bedah ditutup dengan pembalut periodontal ( Daliemunthe, 2006)


BAB III

LAPORAN KASUS

3.1 Kasus

Seorang pasien perempuan berusia 22 tahun datang ke RSGM

Baiturrahmah dengan keluhan adanya pembesaran pada gusi belakang atas yang

mengganggu penampilan dan sering tersodok saat menyikat gigi namun tidak

sakit. Pasien menyadari adanya pembesaran setelah pemakaian kawat gigi 2 tahun

yang lalu. Pasien telah memakai kawat gigi selama 7 tahun dan tidak melakukan

kontrol ke dokter gigi hampir 1 tahun terakhir. Pemeriksaan klinis ditemukan

adanya pembesaran pada regio 13 dengan keadaan jaringan periodontal normal,

warna coral pink, dan tekstur permukaan stipling (+).

3.2 Identifikasi pasien

3.2.1 Pemeriksaan

A. Data Pasien

a. Nama : Ayu Dewi

b. Umur : 22 tahun

c. Jenis kelamin : Perempuan

d. Pekerjaan : Mahasiswa

e. Alamat : Pondok Kopi Siteba

f. Tanggal Pemeriksaan : 20 April 2018


B. Pemeriksaan subyektif

 Keluhan utama

Pasien datang ingin memperbaiki gusi bagian belakang atas yang

membesar

 Keluhan tambahan

a. Pasien mengeluhkan gusi belakang atas mulai membesar

setelah pemakaian kawat gigi 7 tahun yang lalu

b. Pasien tidak melakukan kontrol 1 tahun terakhir

c. Pasien tidak nyaman dan tidak percaya diri dengan keadaan

gusi yang membesar pada satu gigi belakang atas, dan merasa terganggu

saat melakukan penyikatan gigi

 Riwayat Medis Gigi dan Mulut :

 Pasien menggunakan kawat gigi

 Terdapat gigi nekrosis pada regio 36

 Pasien setiap kali kontrol tidak dilakukan pembersihan

karang gigi

 Pasien terkahir dibersihkan karang giginya 6 bulan yang

lalu

 Riwayat Penyakit Keluarga : -

C. Pemeriksaan obyektif

 Ekstra Oral
TMJ : Normal
Lympnode : Normal
Bibir : Normal
 Intra Oral
a. Mukosa Lidah : Normal
b. Mukosa Palatum : Normal
c. Mukosa Pipi : Normal
d. Mukosa Bibir : Normal
e. Dasar Mulut : Normal
f. Gigi
18 17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27 28
48 47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37 38
NP

Keterangan :
36 : nekrosis pulpa
24, 28, 47 : missing

g. Kondisi jaringan periodontal interdental regio 13

 Jaringan periodontal : Pembesaran Gingiva

 Warna : Coral pink

 Tekstur permukaan : Stipling (+)

 Pemeriksaan kebersihan mulut

Debris Calculus
Kana Ant Kir Tota Kana Ant To
V/O V/O Kiri
n . i l n . tal

Atas 1/0 0/0 1/0 2/0 Atas 1/0 0/0 1/0 2/0

Bawa
Bawah 0/1 0/0 0/l 0/2 0/1 1/0 0/1 0/3
h

DI =
CI =

OHI-S = DI + CI = 0,66 + 0,83 = 1,49 (sedang)


Skor OHI-S : 0 - 1,2 = Baik

1,3 - 3,0 = Sedang

3,1 - 6,0 = Buruk


D. Pemeriksaan Rontgen Foto

Pemeriksaan rontgen foto tidak dilakukan.

E. Pemeriksaan Oklusi

 Statis : Normal

 Berfungsi : Normal

 Protesa : (-)

3.3 Diagnosa

Gingiva Enlargement inflamasi kronis pada regio gigi 15 karena

penempukan plak akibat pemakaian piranti orhodonti cekat.

3.4 Prognosis

Prognosis untuk perawatan pasien adalah sedang, dengan alasan sebagai

berikut:

 Gingival enlargement dapat kembali lagi dikarenakan pasien masih

menggunakan orthodonti cekat

 Pasien kooperatif

 Pasien masih muda dan tidak mempunyai penyakit sistemik

 OH pasien didapatkan sebesar 1,49 dimana berdasarkan Skor OHI

level kebersihan oral pasien sedang

Gambar Pasien
BAB IV

RENCANA PERAWATAN

4.1 Kunjungan I (Fase Inisial)

1. Melakukan pengukuran Oral hygiene Index dan calculus index

jumlah permukaan gigi yang terdapat debris


DI =
jumlahseluruh permukaan gigi

jumlah permukaan gigi yang terdapat kalkulus


CI =
jumlah seluruh permukaan gigi

OHI = DI + CI

2. Melakukan pengukuran gingival index pada bagian distal, palatal, mesial,

danbucal pada rahang atas dan rahang bawah

skor gingiva
GI =
jumlah indeks x jumlah permukaan

3. Melakukam pengukuran plaque control record

jumlah permukaan yang terkena( RA∧RB)


PCR =
jumlah gigi x 4

2. Melakukan pengukuran kedalaman saku (KS) pada bagian mesial, tengah,

bucal bagian vestibular oral rahang atas dan rahang bawah.


3. Penskeleran kalkulus/ karang gigi supragingival dan subgingival pada

rahang atas dan rahang bawah.

4. Memberitahu ke pasien untuk datang 1 minggu lagi untuk dilakukan

tindakan.

4.2 Kunjungan II (Fase Kuratif)

1. melakukan pengukuran plaque control record kembali

jumlah permukaan yang terkena( RA∧RB)


PCR =
jumlah gigi x 4

2. melakukan pengukuran kedalaman saku (KS) pada bagian mesial tengah

bucal bagian vestibular oral rahang atas dan rahang bawah.

3. melakukan tindakan gingivektomi, dengan prosedur sebagai berikut :

a. Dudukkan pasien di dental unit dengan posisi yang benar

b. Pemasang celemek untuk pasien

c. Asepsis operator (cuci tangan, pakai masker dan handscun)

d. Isolasi dan Asepsis daerah kerja

e. Ukur kedalaman poket dengan menggunakan dental probe.

f. Anestesi local(infiltrasi/cytojet)

g. Menandai poket (bleeding point) dengan pocket marker Untuk

menghilangkan seluruh dinding poket,batas apical dari pocket harus

diidentifikasi terlebih dahulu.ini digunakan sebagai acuan dalam

membuat insisi gingivektomi.

h. Insisi gingivektomi Insisi harus dibuat disebelah apical dari tanda

yang sudah dibuat yaitu apical dasar pocket dan bersudut 45 ° sehingga

blade dapat menembus gingival kedasar pocket.insisi yang kontinu

dibuat dengan mengikuti dasar poket.insisi yang akurat akan dapat


menghilangkan dinding poket dan membentuk kontur jaringan yang

ramping.setelah pembuatan insisi bevel maka selanjutnya dibuat insisi

horizontal diantara setiap daerah interdental dengan menggunakan

blade no 15. Jenis-jenis pisau yang dapat digunakan adalah: pisau

Kirkland, pisau orban atau pisau goldman fox dan blade disposable.

i. Buang sisa jaringan gingival (fibrosa dan jaringan granulasi) dapat

dibersihkan dengan kuret.

j. Skaling dan root planning Bersihkan deposit yang menempel pada

permukaan akar dengan skeling dan root planing pembersihan

permukaan akar pada tahap ini menentukan keberhasilan seluruh

prosedur bedah.

k. Sempurnakan kontur gingival seperti yang diinginkan dengan pisau

serta rapikan kontur jaringan tersebut dengan  gunting.

l. Irigasi dengan NaCl 0,9 %

m. Tekan daerah luka dengan kain kassa yang telah dibasahi air saline/air

steril sekitar 2-3 menit untuk menghentikan perdarahan.

n. Pasang dressing periodontal. Dressing harus dipasang dengan hati-

hati sehingga dapat menutupi daerah luka dan mengisi seluruh ruang

interdental.dressing harus di muscle trimming dengan cara

menggerakkan bibir,pipi,dan lidah dan kelebihan dressing pada

permukaan oklusal harus dibersihkan.Dressing ini berfungsi sebagai

untuk melindungi luka dari iritasi,untuk menjaga agar daerah luka tetap

dalam keadaan bersih,untuk mengontrol perdarahan,untuk mengontrol

produksi jaringan granulasi yang berlebihan.


o. Gambar :

Gambar1. Anastesi infiltrasi Gambar 2.Bleeding Point

Gambar 3.Eksisi Gingiva Gambar 5. Jaringan yang diambil

Gambar 6.setelah dilakukan irigasi Gambar 7. Pemakaian pack periodontal

1. Instruksi pasca gingivektomi:


 Intruski pasien pasca operasi :Hindari makan atau minum selama

satu jam.

 Jangan minum-minuman panas dan alcohol selama 24 jam,jangan

berkumur-kumur satu hari setelah operasi.

 Jangan makan makan yang keras,kasar dan lengket dan kunyahlah

makanan dengan sisi yang tidek dioperasi.

 Minumlah analgesic bila pasien merasa sakit setelah efek anestesi

hilang.Pengguanan aspirin merupakan kontraindikasi karena akan

memperpanjang waktu perdarahan.

 Gunakan larutan kumur saline hangat setelah satu hari operasi.dan

bila perlu gunakan obat kumur klorhexidin  tiap pagi dan malam

hari sebagai pengontrolan plak secara mekanis.

 Bila terjadi perdarahan,tekanlah dressing selama 15 menit dengan

menggunakan sapu tangan bersih yang sudah dipanaskan,jangan

berkumur dan segera hubungi dokter bila perdarahan belum

berhenti.

 Sikat bagian mulut yang tidak dioperasi saja.

 Dan bila terjadi pembengkakan atau rasa sakit pasca perawatan

segera hubungi dokter.

2. Pemberian Obat
RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT
YAYASAN PENDIDIKAN BAITURRAHMAH
Izin Dinkes : PPK.03.2186 V.2009
Jl. Raya By Pass KM 15 Aie Pacah Padang. Telp. 0751-463871

Dokter : drg. Fauzia Nilam Orienty, MDSc


Tanggal : 04 Juni 2018

R/ Cataflam tab 25 mg No. X


Sprn tab 1 pc

R/ Amoksisilin 500 mg No XV
S3dd tab 1 pc

Hexadol garg 100 ml fls No I


m.et.v
________________________________
R/ Becom C no.V
S1dd pc

Op: Naim Bariyah


Diagnosa : Pasca Gingiveketomi

Pro : Ayu Dewi


Umur : 22 Tahun

4.3 Fase III (Fase Restoratif)

Dimana pada fase ini dalam rentang waktu 1 minggu setelah dilakukan

tindakan pembungan gingival enlargement yaitu fase penyembuhan diri.


4.4 Kunjungan IV (Fase maintenance)

Melakukan pengukuran kedalaman saku (KS) pada bagian mesial, buccal,

bagian vestibular oral rahang atas dan rahang bawah.

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Pembesaran gingiva didefenisikan sebagai suatu keadaan dimana ukuran

gingiva bertambah dari normal yang dapat menimbulkan masalah estetis dan

kebersihan gigi geligi. Bertambah besarnya gingiva merupakan gambaran klinis

adanya kelainan gingiva yang disebabkan oleh hiperplasia dan hipertrofi gingival.

Pada kasus pasien akan direncanakan dengan pembedahan pada gingival

enlargement berupa gingivektomi agar memperbaiki visibilitas dan aksesibilitas

dan dilanjutkan dengan kuretase pada jaringan nekrotik. Prognosa dari pasien ini

adalah baik, karena pasien kooperatfi dan pasien tidak memiliki penyakit sistemik

yang berhubungan dengan pembengkakan tersebut.

5.2 Saran

Pembuatan case report ini diharapkan dapat memberikan tambahan

wawasan, serta keterampilan dalam penegakkan dan menentukan rencana

perawatan beserta prognosa perawatannya.


DAFTAR PUSTAKA

Arfani, A. 2011. Pembesaran gingiva karena leukemia. http://asnuldentist..com


/2011/02/22/pembekakangusi leukemia/,pdf/. [12 mei 2015]
Carranza FA, Hogan EL. Gingiva Enlargement. In: Newman MG, Takei HH,
Klokkevold PR, Carranza FA (eds), Clinical Periodontology, 10th edition,
St. Louis, Saunders-Elsevier, 2006, p: 373-90.
Daliemunthe, S.H. 2006. Terapi Periodontal. Departemen Periodonsia Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. Medan. Hlm: 34-39.
Daliemunthe, S.H. 2008. Periodonsia. Departemen Periodonsia Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. Ed : Revisi. Medan.
Hlm: 101-102.
Lindhe J, et al. Clinical periodontology and implant dentistry. 5th ed. Oxford:
Blackwell Munksgaard, 2008: 395.
Mozartha, M. 2011. Pembesaran Gingiva Karena Pubertas. http://www.
klikdokter.com/userfiles/periodental2/, [12 mei 2015 ]
Syaify, A. 2011. Pembesaran gingiva karena defisiensi vitamin
C.http://www.klikdokter.com/userfiles/periodental2/, [12 mei 2015]
Yedriwati. 2006. Kebutuhan Vitamin C dan Pengaruhnya Terhadap Kesehatan
Tubuh Dan Rongga Mulut. Dentika Dental Jurnal. Edisi 11. Hal 78,
82.

Anda mungkin juga menyukai