Anda di halaman 1dari 10

PRAKTIKUM

FARMAKOTERAPI
KELOMPOK 2
Nama Anggota
Fridya Maulitha (1913026007)
Yeni Kurniasari (1913026012)
Surya Septia Ulan (1913026019)
Shefira Tasha S. (1913026027)
Dian Sekarwati (1913026033)
Siti Homsiyyah (1913026036)
Ine Dwi Oktaviani (1913026037)
Dian Eka W. (1913026046)
Riska Nahdatul A. (1913026047)
M. Dirga (1913026056)
Nur Habibah (1913026062)
Kasus 1
Wanita berusia 38 tahun datang ke poli paru RSUD dengan keluhan keringat
dingin, batuk sejak 5 minggu dan sesak nafas. Hasil pemeriksaan sputum BT
negatif, hasil foto thorax positif dokter mendiagnosa TB paru BT (-). Dokter
meminta pertimbangan kepada farmasis terkait pengobatan pasien?
Subjektif
• Wanita
• Berusia 38 tahun
• Mengeluh keringat dingin, batuk sejak 5 minggu dan sesak nafas

Objektif
• Hasil pemeriksaan sputum BT negatif
• Hasil foto thorax positif
Assesment

• Pasien mengalami TB paru BT (-) dengan hasil foto toraks mendukung


TB maka masuk kategori pasien TB terdiagnosis secara klinis dan
disarankan untuk diberikan pengobatan TB ( PMK No.67, 2016 hal 74)
.
• Pasien mengalami keringat dingin, batuk dan sesak nafas ini
merupakan gejala dari TBC.
.
Plan
Sasaran Terapi
• Inisiasi pengobatan anti-TB spesifik dan memberantas infeksi M. Tuberculosis.
• Pencapaian keadaan tidak menular pada pasien, sehingga mengakhiri isolasi.
• Menyembuhkan pasien secepat mungkin (umumnya minimal 6 bulan)

Terapi Farmakologi
Pasien disarankan mengkonsumsi obat terapi OAT (Obat Anti Tuberkulosis). Terapi OAT dilakukan
selama 2 bulan. Pengobatan lini pertama pada pasien TB adalah menggunakan 4 regimen :
• Isoniazid adalah Obat lini-pertama untuk mengobati infeksi laten pada tuberculosis. Dosis yang
diberikan isoniazid 300 mg 1 x 1.
• Rifampisin adalah Obat lini-pertama untuk tuberculosis. Penggunaannya harus di kombinasi
dengan antimikroba lainnya dalam pengobatan tuberculosis. Dosis rifampisin 450 mg 1 x 1.
• Etambutol adalah obat yang diberikan dalam terapi kombinasi awal empat- obat untuk
tuberculosis sampai sensitivitas obat diketahui. Dosis 250 mg 3 x 1.
• Pirazinamid adalah obat "sterilisator" yang digunakan selama 2 bulan pertama terapi
tuberculosis. Dosis pirazinamid 500 mg 3 x 1.
Lanjutan

Terapi Non Farmakologi


• Istirahat yang cukup
• Diet tinggi kalori dan tinggi protein untuk membentuk jaringan baru dan menambah sistem imun
• Penyuluhan khusus juga diberikan kepada pasien mengenai etika batuk / higiene respirasi
(menutup mulut dengan tangan ketika batuk atau bersin, atau lebih disarankan menggunakan
masker, mencuci tangan dengan sabun setelah batuk atau bersin) agar keluarga / orang disekitar
pasien tidak tertular
• Memperbaiki sirkulasi udara pada ruangan pasien
Monitoring
Monitoring Subjektif :
• Keluhan keringat dingin, batuk sejak 5 minggu dan sesak nafas.
• Monitoring efek samping obat :
a. Isoniazid : Peningkatan asimtomatik Aminotransferases Hepatitis Klinis, Neurotoksisitas perifer,
Hipersensitivitas.
b. Rifampisin : Pruritis, Mual & Muntah, Gejala seperti flu, Hepatotoksisitas, Perubahan warna urin
c. Pirazinamid : Mual muntah, Ruam dan dermatitis fotosensitif.
d. Etambutol : gangguan penglihatan

Monitoring Objektif :
• Pemeriksaan dahak ulang untuk memastikan pengobatan
• Pemeriksaan foto toraks ulang

Monitoring kepatuhan minum obat pada pasien


REFERENSI

Adigun R, Singh R. Tuberculosis. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing.

DiPiro J.T., Wells B.G., Schwinghammer T.L. and DiPiro C. V., 2017. Pharmacotheraphy

Handbook, Tenth edition. McGraw-Hill Education Company, Inggris.

Katzung, B.G., Masters, S.B. dan Trevor, A.J., 2014, Farmakologi Dasar & Klinik, Vol.2, Edisi 12, Editor
Bahasa Indonesia Ricky Soeharsono et al., Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Zetira, Zahra dan Merry Indah Sari. 2017. Penatalaksanaan Kasus Baru Tb Paru dengan Pendekatan
Kedokteran Keluarga. Jurnal Medula Unila Vol 7, No 3.
THANK
YOU

Anda mungkin juga menyukai