Anda di halaman 1dari 7

Kelompok 2

Anggota Kelompok :
• Fridya Maulitha (1913026007)
• Yeni Kurniasari (1913026012)
• Surya Septia Ulan (1913026019)
• Shefira Tasha S. (1913026027)
• Dian Sekarwati (1913026033)
• Siti Homsiyyah (1913026036)
• Ine Dwi Oktaviani (1913026037)
• Dian Eka W. (1913026046)
• Riska Nahdatul A. (1913026047)
• M. Dirga (1913026056)
• Nur Habibah (1913026062)
setelah dilakukan pemeriksaan diketahui CD4 seorang pasien
HIV/AIDS sebesar 400. pasien diberikan terapi obat lamivudin,
zidovudin, dan efanvirenz. parameter apa yang digunakan untuk
mengetahui efikasi obat?

viral load dan jumlah CD4

plasma HIV DNA dan viral load

plasma HIV DNA dan jumlah CD4

plasma HIV RNA dan viral load

plasma HIV RNA dan jumlah CD4


• Subject
Diagnosa HIV/AIDS

• Object
CD4 400 sel/mm2

• Assasment
CD4 pasien menurun dan masuk pada kategori stage 2 karena CD4 pada pasien sebesar 400 sel/mm 2
sehingga masuk dalam rentang 200-499 sel/mm 2
(Dipiro, 2017)
• Plan
1. Sasaran terapi :
 Menurunkan morbiditas dan mortalitas,
 Meningkatkan kualitas hidup
 Memulihkan dan mempertahankan fungsi kekebalan
 Mencegah penularan lebih lanjut melalui penekanan maksimum replikasi HIV (tingkat RNA HIV yang
tidak terdeteksi)

2. Terapi Farmakologi
 Pasien diberikan terapi obat ARV berupa lamivudin, zidovudin, dan efanvirenz. Zidovudine
+ lamivudine + Efavirens (ZDV + 3TC + EFV) digunakan karena merupakan panduan alternatif lini
pertama ARV. Penggunaan terapi antiretroviral kombinasi ampuh untuk menekan replikasi HIV. Cara
yang paling efektif untuk mencapai penekanan replikasi HIV yang tahan lama adalah inisiasi
kombinasi obat anti-HIV yang efektif dengan pasien yang belum pernah diobati sebelumnya dan
yang tidak resistan silang dengan agen antiretroviral yang pasien telah diobati sebelumnya. Setiap
obat antiretroviral yang digunakan dalam rejimen terapi kombinasi harus selalu digunakan sesuai
dengan jadwal dan dosis yang optimal.
Zidovudine :
Lamivudine :
Efavirens :
Terapi Non Farmakologi
 Orang yang terinfeksi HIV, bahkan mereka dengan viral load di bawah batas yang dapat dideteksi,
harus dianggap menular dan harus diberi konseling untuk menghindari perilaku seksual dan
penggunaan narkoba yang terkait dengan penularan atau penularan HIV dan penyakit menular
lainnya.
 Defisiensi gizi pada pasien positif HIV biasanya dihubungkan dengan adanya peningkatan
kebutuhan karena adanya infeksi penyerta/infeksi oportunistik. Disaat adanya infeksi penyerta
lainnya maka kebutuhan gizi tentunya akan meningkat. Jika peningkatan kebutuhan gizi tdak di
imbangi dengan konsumsi makanan yang di tambahkan atau gizi yang ditambah maka kekurangan
gizi akan terus memburuk, akhirnya akan menghasilkan sebuah kondisi yang tidak menguntungkan
bagi dengan positif HIV. Yang harus dilakukan adalah mengatasi kekurangan gizi ini adalah
mengkonsumsi makanan dengan kepadatan gizi yang lebih tinggi, mengkonsumsi minuman
berenergi, dan mengkonsumsi suplemen
• Pengaturan diet dengan misalnya menghindari makanan, dengan bumbu menyengat, kafein,
alkohol, karbohidrat sederhana (gula&sirup), makanan berpengawet dan makanan kaleng.
• Untuk mengatasi ketidakpuasan terhadap hubungan seksualnya, perawat bisa memberikan saran
kepada klien untuk melaksanakan teknik transmutasi seksual atau dengan menyarankan klien
menikah dengan HIV (+) juga.
• Monitoring
Pengukuran berkala tingkat RNA HIV plasma dan jumlah CD4 secara berkala diperlukan untuk
menentukan risiko perkembangan penyakit pada orang yang terinfeksi HIV dan untuk
menentukan kapan harus memulai atau memodifikasi rejimen pengobatan antiretroviral.
Keputusan pengobatan harus disesuaikan dengan tingkat risiko yang ditunjukkan oleh kadar RNA
HIV plasma dan jumlah CD4.
 Pemeriksaan viral load dengan rentang yang disarankan <400 copies/ml (HIV/AID Treatment
and Care, hal 17)
 Pemeriksaan CD4 meningkat setidaknya 50-100 sel/mm (HIV/AID Treatment and Care, hal 17)
Kepatuhan (adherence) merupakan faktor utama dalam mencapai keberhasilan pengobatan
infeksi virus HIV. Kepatuhan (adherence) adalah minum obat sesuai dosis, tidak pernah lupa, tepat
waktu, dan tidak pernah putus. Kepatuhan dalam meminum ARV merupakan faktor terpenting
dalam menekan jumlah virus HIV dalam tubuh manusia. Penekanan jumlah virus yang lama dan
stabil bertujuan agar sistem imun tubuh tetap terjaga tinggi. Dengan demikian, orang yang
terinfeksi virus HIV akan mendapatkan kualitas hidup yang baik dan juga mencegah terjadinya
kesakitan dan kematian
DAFTAR PUSTAKA
• Lindayani, Lindlin. 2016. Studi Komparatif : Kualitas Hidup Klien HIV (+)
Yang Menggunakan Dan Tidak Menggunakan Antiretroviral Therapy Di
Bandung. Jurnal Pendidikan Keperawatan Indonesia, 2(2) : 137-145
• DiPiro J.T., Wells B.G., Schwinghammer T.L. and DiPiro C. V., 2017.
Pharmacotheraphy Handbook, Tenth edition. McGraw-Hill Education
Company, Inggris.
• WHO. 2007. HIV/AIDS Treatment and Care. Denmark
• Karyadi, T. H. (2017). Keberhasilan Pengobatan Terapi Antiretroviral. Jurnal
Penyakit Dalam Indonesia, 4(1), 1-3.

Anda mungkin juga menyukai