PERCOBAAN III
FENOMENA DISTRIBUSI
Mengetahui dan mempraktekkan cara menentukan koefisien partisi suatu zat dalam
pelarut yang tidak saling bercampur
Kelarutan suatu zat dalam suatu pelarut tertentu dan pada suhu tetap.
Senyawa mempunyai beberapa bentuk Kristal yang berbeda. Perbedaan ini dapat
diperlihatkan dalam bentuk kelarutannya ini dapat digunakan sebagai suatu cara
untuk menetapkan apakah suatu senyawa membentuk Kristal berbeda atau tidak
(Martin,1993). Kelarutan diartikan sebagai konsentrasi bahan terlarut dalam larutan
jenuhnya pada suhu tertentu. Larutan dalam campuran homogen bahan yang
berlainan dapat dibedakan antara larutan dari gas , cairan dan bahan padat didalam
cairan. (Voight,1995)
Koefisien distribusi atau koefisien partisi didefinisikan sebagai rasio fraksi
berat zat terlarut dalam fase K ekstrak, dibagi dengan fraksi berat zat terlarut dalam
fase pemurnian, pada kesetimbangan. Koefisien distribusi juga dapat dinyatakan
dalam fraksi mol (Kasmiyatun dan Bakti, 2008). Koefisien distribusi merupakan
sistem dengan kesetimbangan konstan karena koefisien distribusi suatu zat
dipengaruhi oleh perlakuan termodinamika yang diberikan pada sistem
kesetimbangan. Nyatakan koefisien distribusi dalam bentuk energi bebas standar
yang diperlukan untuk zat terlarut untuk bergerak di antara dua fase dengan
mempertimbangkan tingkat molekul. Koefisien distribusi dapat merupakan interaksi
dari tiga hal mendasar, yaitu perpindahan fasa dalam larutan dan kesetimbangan fasa.
Larutan dan kesetimbangan fasa dihubungkan oleh kapasitansi, perpindahan larutan
dan fasa dihubungkan oleh kelarutan, sedangkan perpindahan fasa dan
kesetimbangan fasa dihubungkan karena persaingan antara setidaknya satu
konstituen selama proses perpindahan fasa. (Cazes, 2001).
Peran koefisien partisi obat dalam bidang farmasi sangat penting. Teori
absorpsi, ekstraksi dan kromatografi sangat erat hubungannya dengan teori koefisien
partisi. Laju absorpsi obat sangat dipengaruhi oleh koefisien partisinya. Hal ini
disebabkan komponen dinding usus yang sebagian besar terdiri dari lipid. Oleh
karena itu, obat yang mudah larut dalam lemak akan dengan mudah melewatinya. Di
sisi lain, obat yang kurang larut dalam lipid akan sulit diserap. Obat yang larut dalam
lemak secara alami memiliki koefisien partisi lipid-air yang tinggi, sedangkan obat
yang sukar larut dalam lipid akan memiliki koefisien partisi yang sangat kecil. Secara
umum, obat-obatan adalah asam lemah. Jika obat larut dalam air, sebagian akan
terionisasi. Jumlah fraksi obat yang terionisasi tergantung pada pH larutan. Obat
yang tidak terionisasi (non-ionized) lebih larut dalam lipid, sebaliknya dalam bentuk
ion kelarutannya kecil atau bahkan praktis tidak larut, oleh karena itu pengaruh pH
terhadap laju absorpsi obat yang bersifat asam dan basa lemah lemah sangat besar.
(Martin dkk., 2009).
IV. Referensi
Sinko, Patrick J., 2002, “Martin Farmasi Fisika dan Ilmu Farmasetika”, Edisi 5,
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
V. ALAT DAN BAHAN
Aluminium foil
Aquades
Asam benzoat
Asam borat
Indikator fenolftalein
Kertas timbang
Minyak kelapa
NaOH 0,5694 N
VI. CARA KERJA
VIII. Reaksi
IX. Perhitungan
A. Standarisasi NaOH dengan Asam Oksalat
Volume NaOH yang tersisa didalam buret = 20 ml
Konsentrasi asam oksalat = 0.05 (10 ml)
M 1 . V 1=M 2 .V 2
M 1 . 20 mL=0.05 .10 mL
M1 = 0,025 M
B. Asam Borat
1. Dengan Minyak
a. Konsentrasi Asam Borat
V1 = 0,4 mL V2 = 2 mL
M 1 NaOH . V 1 NaOH =M 2 H 3 B O 3 . V 2 H 3 B O 3
M 2=0,005
gr 1000
0,005= ×
62 2
gram=0,0062 gram
0,062
¿ ×100 %
0.1
¿ 0.62 %
2. Tanpa Minyak
a. Konsentrasi Asam Borat
V1 = 0,5 mL V2 = 5 mL
M 1 NaOH . V 1 NaOH =M 2 H 3 B O3 . V 2 H 3 B O3
M 2=0,0025
gr 1000
0,0025= ×
62 5
gram=0,000775 gram
0,000775
¿ ×100 %
0.1
¿ 0,775 %
M 2=0,0018
gr 1000
0,0018= ×
122 4
gram=0,00087 gram
0,00087
¿ ×100 %
0.1
¿ 0,87 %
2. Tanpa Minyak
a. Konsentrasi Asam Benzoat
V1 = 1 mL V2 = 10 mL
M 1 NaOH . V 1 NaOH =M 2 C7 H 6 O2 . V 2 C 7 H 6 O2
M 2=0,0025
gr 1000
0,0025= ×
122 10
gram=0,0030 gram
0,0030
¿ ×100 %
0.1
¿3%
Ansel, H., C.1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Cazes, J. 2001. Encyclopedia of Chromatography. Marcel Dekker : New York
Kasmiyatun, M. dan Bakti J. 2008. Ekstraksi Asam Sitrat dan Asam Oksalat : Pengaruh
Trioctylamine sebagai Extracting Power dalam Berbagai Solven Campuran Terhadap
Koefisien Distribusi. Jurnal Reaktor. Vol. 12 (2)
Martin, A., James S., dan Arthur C. 2009. Farmasi Fisik. UI-Press: Jakarta
Martin, A., Swarbick, J., dan A. Cammarata. 1993. Farmasi Fisik 2. Edisi III. Jakarta: UI Press.
Pp. 940-1010, 1162, 1163, 1170.
Martin,Alfred. 1990, Farmasi Fisika I , Universitas Indonesia Press, Jakarta
Voigt. 1984. Buku Ajar Teknologi Farmasi. Diterjemahkan oleh Soendani Noeroto
S.,UGM Press, Yogyakarta. Hal: 337-338