Anda di halaman 1dari 12

INTERPETASI DATA KLINIK

& Studi kasus


MATA KULIAH
Pengantar Farmasi Klinik
DOSEN PENANGGUNG JAWAB
Yusnita Usman, S.Si., M.Si., Apt.
BOBOT (JUMLAH SKS)
1 SKS
PENDAHULUAN
 Perubahan paradigma pelayanan kefarmasian yang awalnya
orientasi pada obat (drug oriented) berubah menjadi
orientasi pada pasien (patient oriented) menuntut perlunya
seorang farmasis mempunyai akses data klinik pasien.
 Pemeriksaan laoratorium dilakukan untuk pasien yang
sedang sakit berasal dari instruksi dan kolaborasi tenaga
kesehatan.
 Dalam tugasnya, seorang farmasis dihadapkan dengan
informasi mengenai hal tersebut sehingga dibutuhkan
penguasaan ilmu dalam hal menginterpretasikan data klinik
dari pasien
TEORI UMUM
 Pemahaman dalam hal menginterpretasikan data klinik pasien bisa
diperoleh dari beberapa buku penunjang terkait hal tersebut.
 Kemampuan tersebut akan menunjang peranan farmasis untuk
memahami pengertian meliputi deskripsi, nilai normal dan
abnormal serta kaitannya dengan penyakit atau obat-obatan dan
drug related problem (efek samping dan interaksi obat)
 Paien yang sedang sakit membutuhkan informasi mengenai
pemeriksaan laboratorium untuk dirinya.
 Ketergantungan kepada tenaga kesehatan seperti farmasis untuk
mendapatkan informasi terkait hasil terapi, terapi farmakologi dan
nonfarmakologi serta dapat diberikan saran terkait hasil
pemeriksaan pasien tersebut.
ASESMEN TERHADAP KEBUTUHAN
PASIEN AKAN OBAT

Evaluasi Database-Farmakoterapi

Pendekatan Problem List


STUDI KASUS
Tuan A 34 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan mual
disertai pusing yang tidak hilang sejak seminggu terakhir
meskipun sudah minum domperidone dan neuralgin tablet.
Hasil anamnesa MRI oleh Neurologi ditemukan abses otak
dengan perkiraan diameter 5 cm. Pasien mendapatkan
terapi :
 Kloramfenikol 4 x 500 mg i.v
 Metronidazol 3 x 500 mg i.v
 Metoklopramid 3 x sehari i.v
 Novalgin 3 x sehari i.v
DOKUMENTASI &
PEMBAHASAN KASUS
1. Karakteristik Pasien : Laki-laki berumur 34 tahun
2. Subyektif (S) : Pusing yang disertai mual yang tidak
hilang seminggu terakhir meski telah minum
domperidone dan neuralgin tablet.
3. Obyektif (O) : MRI dari Neurologi ditemukan abses
otak dengan perkiraan diameter 5 cm
4. Terapi Obat
Kloramfenikol 4 x 500 mg i.v
Metronidazol 3 x 500 mg i.v
Metoklopramid 3 x sehari i.v
Novalgin 3 x sehari i.v
Lanjutan ……
5. Drug Related Problem (DRP)
 Etiologi dari Abses Otak tidak jelas disebabkan oleh
bakteri atau protozoa atau mikroorganisme lainnya
 Tidak ada hasil kultur untuk penggunaan antibiotik
yang tepat untuk penanganan penyakit tersebut.
 Ketika etiologinya tidak diketahui, menurut (Robert
H. A. Haslam; 2004 dalam buku Neurologi
Evaluation dan Adam RD dalam buku Brain Abscess)
dapat digunakan kombinasi dari sefalosporin generasi
ketiga dan metronidazole. Sehingga penggunaan
kloramfenikol kurang tepat untuk kasus di atas.
Lanjutan ……
6. PLAN
 Perlu dilakukan test sensitifitas dari kultur material abses untuk
penggunaan terapi antibiotic yang paling sesuai untuk terapi Abses
Otak.
 Ketika menunggu hasil test sensitifitas, sebaiknya menggunakan
sefalosporin generasi ketiga seperti Cefotaxime 50-100
mg/KgBB/Hari dengan aturan pakai 2-3 kali sehari secara i.v atau
Ceftriaxone 50-100 mg/KgBB/Hari dengan aturan pakai 2-3 kali
sehari secara i.v dan dikombinasikan dengan Metronidazole 35-50
mg/KgBB/Hari dengan aturan pakai 3 kali sehari i.v.
 Monitoring massa abses otak seiring dengan penggunaan antibiotik.
 Penggunaan metoklopramid dan novalgin sebagai obat
simpatomimetik, sehingga sebaiknya penggunaannnya saat perlu saja
yakni pada saat gejala mual dan sakit kepala dan pusing pada pasien.
Jika gejala tersebut tidak muncul sebaiknya penggunaannya tidak perlu.
DAFTAR PUSTAKA
1. Robert H. A. Haslam. Neurologic Evaluation. In
Nelson Textbook of Pediatrics 17th ed. USA: WB
Saunders. 2004.
2. Adams RD, Victor Maurice. Brain Abscess. In
Principles of Neurology. 5th ed. USA:McGraw-Hill Inc,
1993.
3. Mardjono, M. Sidharta, P. 2006. Neurologi Klinis
Dasar. Jakarta: Penerbit Dian Rakyat
SOAL MID
 Ny. GH 58 tahun, BB 54 kg, TB 162 cm. MRS dengan
keluhan nyeri pada saat rinasi, disertai mual. Pasien
mengaku punya riwayat gagal ginjal dan DM, namun saat
ini sudah tidak meminum OAD maupun suntik insulin.
Pada observasi dijumpai data estimasi CrCl 18ml/min,
temperatur38oC, tekanan darah 170/100 mmHg. Pasien
didiagnosis ISK dan mendapat kotrimoksazol 2x2 tablet,
captopril 3x25 mg, diltiazem 3x30 mg, aspilet 1x1
tablet, primoeran 3x1 ampul dan antasida 3x1 mg.
Buatlah pencatatan SOAP seperti contoh studi kasus di
atas. Dikumpulkan minggu depan.
TUGAS INDIVIDU
 Setiap mahasiswa harus mencari studi kasus dan buat
pendokumentasian SOAPnya. Tugas dibuat dengan di
ketik dan dikumpulkan minggu depan

Anda mungkin juga menyukai