Anda di halaman 1dari 12

PROFIL PENGOBATAN ANTIEPILEPSI DAN EFEK SAMPING YANG

TIDAK DIINGINKAN PADA PASIEN EPILEPSI DI RUMAH SAKIT JIWA


PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Frida Arunika1,Robiyanto1, Nera Umilia Purwanti1


1
Program Studi Farmasi, Fakultas Kedokteran, Universitas Tanjungpura
Jalan Prof. Hadari Nawawi, Pontianak 78124
Email : fridaarunika@yahoo.com

ABSTRAK
Latar Belakang : Epilepsi merupakan serangan berulang secara periodik dengan
atau tanpa kejang. Serangan tersebut disebabkan oleh aktivasi listrik berlebihan pada
neuron korteks dan ditandai dengan perubahan aktivitas listrik seperti yang diukur
dengan electroensephalography (EEG). Pengobatan pada pasien epilepsi yaitu
dengan jangka waktu pengobatan yang lama dan seringkali memerlukan lebih dari
satu obat, sehingga berpotensi menimbulkan efek samping. Tujuan : : Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui profil pengobatan, jenis efek samping dan persentase
kejadian efek samping pada pasien epilepsi rawat inap yang didiagnosa mengalami
penyakit epilepsi (F06.8) di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Kalimantan Barat tahun
2019. Metode : Jenis penelitian ini termasuk penelitian observasional menggunakan
rancangan studi potong lintang yang bersifat deskriptif. Pengumpulan data dilakukan
secara retrospektif menggunakan data rekam medis pasien dan lembar kuisioner
algoritma naranjo versi Bahasa Indonesia. Teknik pengambilan sampel yang
digunakan adalah accidental sampling. Hasil : Profil pengobatan yang digunakan
Karbamazepin, Fenitoin, Clobazam, Fenobarbital, dan Oskarbazepin dengan jenis
efek samping yaitu sedasi, pusing, mual/muntah, nafsu makan menurun, mudah lelah,
sembelit, nystagmus, dan ataksia dan persentase kejadian efek samping yaitu sebesar
100%. Kesimpulan : Kesimpulan dari penelitian ini yaitu penggunaan antiepilepsi
secara kombinasi lebih banyak menyebabkan efek samping yang tidak diinginkan
pada pasien.

Kata Kunci : Antiepilepsi, Efek Samping, Epilepsi


TREATMENT PROFILE OF ANTIEPILEPTIC USE AND ADVERSE DRUG
REACTIONS ON EPILEPSY PATIENTS IN A MENTAL HOSPITAL
LOCATED IN WEST KALIMANTAN

Frida Arunika1,Robiyanto1, Nera Umilia Purwanti 1


1
Pharmacy Departement, Medical Faculty, Tanjungpura University

Jalan Prof. Hadari Nawawi, Pontianak 78124


Email : fridaarunika@yahoo.com

ABSTRACT

Background : Epilepsy is a periodic recurrent attack with or without seizures.


The attack is caused by excessive electrical activation in cortical neurons and
characterized by changes in electrical activity as measured by electroensephalography
(EEG). Treatment for epilepsy patients is with a long period of treatment and often
requires more than one drug,it could potentially evoke adverse drug reaction (ADR).
Aimed : This study aims to determine the treatment profile, types of ADR and the
percentage of adverse events in inpatient epilepsy patients diagnosed with epilepsy
(F06.8) at Mental Hospital of West Kalimantan in 2019. Method : An observational
study using a study design cross sectional which is descriptive. Data collection was
carried out retrospectively using patient epilepsy medical records and the Indonesian
version of the Naranjo algorithm questionnaire sheet. The sampling technique used
was accidental sampling. Results : The treatment profile used were Carbamazepine,
Phenytoin, Clobazam, Phenobarbital, and Oskarbazepin with the types of ADR
namely sedation, dizziness, nausea / vomiting, decreased appetite, fatigue,
constipation, nystagmus, and ataxia and the percentage of adverse events is equal to
100%. Conclusion : This study is that the use of antiepilepsy in combination causes
more adverse drug reaction in patients.

Keywords: Antiepilepsy, Adverse Drug reaction, Epilepsy.


PENDAHULUAN

Epilepsi merupakan salah satu variasi umur penderita 10-14 tahun

penyakit saraf yang sering ditemukan sebanyak 15 orang, 15-19 tahun

di dunia. Epilepsi yaitu salah satu sebanyak 20 orang, 20-44 tahun

penyakit otak yang sering ditemukan sebanyak 138 orang, dan 45-54 tahun

di dunia. Epilepsi dapat terjadi pada sebanyak 32 orang.(3)

siapa saja di seluruh dunia tanpa Pengobatan epilepsi dengan

batasan ras dan sosial ekonomi. Data obat antiepilepsi (OAE) bersifat

World Health Organization (WHO) individual dan khas. Sifat khas ini

menunjukkan epilepsi menyerang 70 yakni jangka waktu pengobatan yang

juta dari penduduk dunia.(1) Bila lama dan seringkali memerlukan lebih

jumlah penduduk Indonesia berkisar dari satu obat, sehingga berpotensi

220 juta, maka diperkirakan jumlah menimbulkan efek samping. Penelitian

penderita epilepsi baru 250.000 per yang dilakukan oleh Mustarsid dkk.

tahun. Pada berbagai studi (2011) menunjukkan semakin lama

diperkirakan prevalensi epilepsi pengobatan epilepsi maka semakin

berkisar antara 0,5-4%. Rata-rata besar kemungkinan terjadi gangguan

prevalensi epilepsi 8,2 per 1000 memori.(5)

penduduk.(2) Data dari Dinas Obat anti epilepsi yang ideal

Kesehatan Kota Pontianak pada tahun dapat menekan semua epilepsi tanpa

2013 menunjukan jumlah penderita menyebabkan efek yang tidak

epilepsi sebanyak 205 orang dengan diinginkan. Obat-obat yang digunakan


saat ini tidak hanya gagal untuk carbamazepin. Penelitian yang

mengontrol aktivitas epilepsi pada dilakukan dari 79 pasien didapat

beberapa pasien, tetapi juga sering 54,43% pasien memiliki etiologi

menyebabkan efek yang tidak primer yaitu 40 pasien, 51%

diinginkan yang bervariasi mengalami kejang sekunder, 81%

keparahannya dari gangguan minimal mengalami kejang tonik-klonik umum,

pada sistem saraf pusat hingga 17,7% kejang parsial dan 1,3% kejang

kematian akibat anemia aplastik atau mioklonik. Diperoleh persentase

gagal hati.(6) penggunaan obat seperti fenitoin

Pengobatan epilepsi banyak 86,08%, asam valproat 30,38%,

dilakukan dengan menggunakan obat clobazam 26,58% dan carbamazepin

antiepilepsi (OAE) yaitu seperti 10,13% baik digunakan tunggal

fenitoin, valproat, clobazam, dan ataupun kombinasi.(7)

METODE

Metode yang digunakan pada inklusi dan menjalani perawatan

penelitian ini adalah metode selama bulan Oktober sampai dengan

observasional dengan rancangan Desember 2019 di Rumah Sakit Jiwa

penelitian secara potong lintang (cross Provinsi Kalimantan Barat. Data yang

sectional) yang bersifat retrospektif. diperoleh berasal dari data rekam

Pemilihan subjek penelitian dilakukan medis, lembar resep, dan lembar

secara accidental sampling terhadap kuisioner algoritma naranjo versi

pasien epilepsi yang memenuhi kriteria bahasa Indonesia yang memenuhi


kriteria inklusi. Data yang diperoleh kemudian data diambil berdasarkan

selanjutnya dianalisis secara deskriptif keluhan pasien. Data yang

menggunakan software Microsoft dikumpulkan akan dinilai kualitasnya

excel. dengan menggunakan skala Algoritma

Naranjo dan dihitung skor probabilitas


Kriteria inklusi meliputi pasien
efek samping yang mungkin terjadi.
yang didiagnosa mengalami penyakit
Adapun skor tersebut sebagai berikut:
epilepsi (F06.8) pada tahun 2019,
<0 Doubtful (diragukan terjadi efek
mendapatkan minimal 1 jenis terapi
samping)
obat-obatan, bersedia menjadi subjek
1 – 3 Possible (kemungkinan kecil
penelitian dan pasien yang berada di
terjadi efek samping)
fase pemeliharaan ( fase tenang).
4 – 8 Probable (kemungkinan besar
Kriteria eksklusi meliputi pasien
terjadi efek samping)
epilepsi atau yang mewakili yang tidak
>9 Definite (pasti terjadi efek
menyelesaikan protokol penelitian dan
samping)
pasien epilepsi dengan data rekam

medis yang tidak lengkap.

Data yang telah diambil

dianalisa secara deskriptif. Analisis

dilakukan untuk mengetahui

karakteristik sosiodemografi dan

karakteristik klinik pada pasien


HASIL DAN PEMBAHASAN
Profil Pengobatan Obat Antiepilepsi

Tabel 1. Profil Pengobatan Obat Antiepilepsi

Berdasarkan Karakteristik Pasien dan Lama Pengobatan

Lama
No. Nama Obat Karakteristik Pengobatan
(Tahun)
Jenis Jumlah
Kelamin (N=10)
Karbamazepin Laki-laki 2
1. 4–7
Fenitoin Perempuan 2
Karbamazepin Laki-Laki 2
2. Fenitoin 5
Perempuan 0
Clobazam
Karbamazepin Laki-laki 0
3. 5
Fenobarbital Perempuan 1
Oskarbazepin Laki-laki 0
4. Fenobarbital 5
Perempuan 1
Karbamazepin
Fenitoin Laki-laki 2
5. 4–6
Clobazam Perempuan 0
Berdasarkan tabel 1 jumlah jurnal yang menunjukkan jenis

pasien dengan jenis kelamin laki-laki kelamin tertentu yang lebih sering

sebanyak 6 pasien dan perempuan 4 mengalami epilepsi, dan tidak ada

pasien. Hasil penelitian ini sesuai perbedaan yang mencolok antara

dengan hasil penelitian Listiana (2012) jumlah penderita epilepsi laki-laki

jenis kelamin laki-laki pada pasien dengan perempuan.(4)(8) dan

umum berjumlah 23 pasien dan jenis berdasarkan tabel tersebut lama

kelamin perempuan pada pasien umum pengobatan pasien epilepsi dengan

berjumlah 21 pasien. Menurut WHO rentang 4 – 7 tahun. Menurut

(2019), belum ada penelitian atau penelitian Shetty et.al (2011) hasil
penelitian dari ahli neurologi ditemukan bahwa pasien dengan durasi

menyebutkan, lama epilepsi berperan lebih dari 10 bulan memiliki kualitas

penting dalam kualitas hidup, hidup yang buruk.(9)

Peluang ADR Obat Antiepilepsi Berdasarkan Algoritma Naranjo


Tabel 2. Peluang ADR Obat Antiepilepsi Berdasarkan Algoritma Naranjo

Skor
Nama
Nama Obat Keluhan Pasien Algoritma Ket
Pasien
Naranjo
Karbamazepin Sedasi, pusing,
xxx125 5 Probable
Fenitoin mual & muntah
Sedasi, pusing,
Karbamazepin
xxx974 mual & muntah, 6 Probable
Fenitoin
nystagmus
Karbamazepin
xxx829 Sedasi, pusing 5 Probable
Fenitoin
Karbamazepin Sedasi, pusing,
xxx198 5 Probable
Fenitoin mual & muntah
Karbamazepin Sedasi, ataksia,
xxx526 Fenitoin pusing, nafsu 6 Probable
Clobazam makan menurun,
Karbamazepin
xxx122 Mudah lelah, sedasi 5 Probable
Fenobarbital
Oskarbazepin sedasi, mudah
xxx291 Fenobarbital lelah, mual & 5 Probable
Karbamazepin muntah
Nafsu makan
Fenitoin
xxx117 menurun, mual & 6 Probable
Clobazam
muntah,sembelit
Fenitoin
xxx563 Sedasi, pusing 5 Probable
Clobazam
Berdasarkan pada tabel 2. epilepsi di Rumah Sakit Jiwa Provinsi

Peluang ADR obat antiepilepsi pada Kalimantan Barat diwawancarai terkait

penelitian ini dilakukan dengan proses 10 pertanyaan seputar efek samping

wawancara dengan menggunakan akibat penggunaan obat yang terdapat

kuesioner Algoritma Naranjo. Pasien pada Algoritma Naranjo, selanjutnya


hasil skor dari tiap pertanyaan akan Hasil penelitian menunjukkan

dijumlahkan dan disesuaikan dengan 4 pasien yang menggunakan resep obat

skala potensi efek samping pada kombinasi dari karbamazepin; Fenitoin

Algoritma Naranjo. Pada skala semuanya mengalami efek samping.

Naranjo, total skor 0 (nol) Berdasarkan analisis menggunakan

menunjukkan “doubtful” yang algoritma Naranjo diperoleh total skor

menunjukkan bukan merupakan ADR. 5-6 “probable” yang artinya dari

Total skor 1-4 menunjukkan semua efek samping yang dialami

“possible” yang menunjukkan bahwa pasien merupakan Adverse drug

keluhan pada pasien kemungkinan reaction dari kombinasi antara

merupakan kejadian efek samping. karbamazepin; fenitoin. Berdasarkan

Total skor 5-8 menunjukkan penelitian ini 1 pasien menggunakan

“probable” yang menunjukkan bahwa kombinasi Karbamazepin; Fenitoin;

kemungkinan keluhan pada pasien Clobazam dan mengalami efek

merupakan kejadian efek samping dari samping yaitu sedasi, ataksia, pusing,

obat yang dicurigai. Total skor lebih dan nafsu makan menurun dengan

dari atau sama dengan 9 menunjukkan diperoleh skor 6 “probable” yang

“definite” yang menunjukkan bahwa artinya sedasi, ataksia, pusing, dan

keluhan pada pasien merupakan efek nafsu makan menurun merupakan

samping yang diakibatkan oleh Adverse drug reaction dari kombinasi

penggunaan obat yang dicurigai. antara karbamazepin; Fenitoin;

Clobazam.
Sebanyak 1 pasien menggunakan merupakan adverse drug reaction dari

kombinasi Karbamazepin;Fenobarbital kombinasi Fenitoin; Clobazam.

mengalami efek samping yaitu mudah Menurut penelitian Karimzadeh

lelah dan sedasi dengan diperoleh skor et.al (2011), menunjukkan sebanyak

5 “probable”dan sebanyak 1 pasien 1055 reaksi merugikan terhadap OAE

menggunakan kombinasi antara dicatat dari 201 pasien rawat jalan

Oskarbazepin; Fenobarbital; epilepsi. Reaksi merugikan yang

Karbamazepin mengalami efek paling sering terdeteksi untuk OAE

samping yaitu sedasi, mudah lelah, adalah sedasi (7,29%). Menurut

mual dan muntah dengan diperoleh algoritma Naranjo, 604 (57,25%)

skor total 5 “probable” yang artinya kemungkinan terjadi ADR. Tingkat

efek samping yang dialami dari pasien ADR yang dapat dicegah adalah 57%,

tersebut merupakan adverse drug dan hanya 0,76% ADR yang

reaction. Kombinasi Fenitoin; diidentifikasi serius. Tidak ada

Clobazam berjumlah 2 pasien dengan hubungan yang signifikan secara

efek samping yang sama dan sedikit statistik ditemukan antara jumlah ADR

berbeda dari dua orang tersebut. Skor dan usia, jenis kelamin, jenis epilepsi,

analisis algoritma Naranjo 5-6 dan generasi OAE. Politerapi juga

“probable” yang artinya efek samping dikaitkan dengan terdapat lebih banyak

yang dialami dua orang tersebut ADR dari pada

monoterapi.(10)
KESIMPULAN

1. Profil pengobatan pasien epilepsi 2. Jenis efek samping pada pasien

rawat inap yang dirawat di epilepsi rawat inap di Rumah

Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sakit Jiwa Provinsi Kalimantan

Kalimantan Barat yaitu Barat yaitu sedasi, pusing, mual

kombinasi antara Karbamazepin; dan muntah, nafsu makan

Fenitoin, kombinasi menurun, konstipasi (kelelahan),

Karbamazepin; Fenitoin; sembelit, nystagmus, dan

Clobazam, kombinasi ataksia.

Karbamazepin; Fenobarbital, 3. Persentase kejadian efek

kombinasi Oskarbazepin ; samping dari pengobatan pada

Fenobarbital; Karbamazepin dan pasien epilepsi di Rumah Sakit

kombinasi Fenitoin; Clobazam. Jiwa Provinsi Kalimantan Barat

yaitu sebesar 100%.

DAFTAR PUSTAKA

1. Brodie MJ, Schachter SC, Kwan P. Oxford: Health Press Limited:

Epidemiology and Prognosis. Fast 2012.

Fact: Epilepsy Revised 5th edition. 2. PERDOSSI. Kelompok Studi

Epilepsi Perhimpunan Dokter


Spesialis Saraf Indonesia. Jakarta: 7. Listiana SA, Setiawan D, Susanti.

Pedoman Tatalaksana Epilepsi: Identifikasi Permasalahan Dosis

2011. Dan Interaksi Obat Pada Pasien

3. Badan Penelitian dan Askes Dan Umum Penderita

Pengembangan Riset Kesehatan Epilepsi Di Rsud Prof. Dr.

Dasar 2013. Jakarta: 2013. Margono Soekardjo

4. WHO. Purwokerto.Pharmacy. 2012; 9(2).

Epilepsy.https://www.who.int/news 8. Perdossi. Buku Ajar Neurologi

-room/factsheets/detail/epilepsy. Klinis Yogyakarta: Gadjah Mada

Diakses tanggal 19 Agustus 2019. University Press.2005; 119-132.

5. Mustarsid NFT, Setiawati 9. Shetty PH, Naik RK, Saroja

SR,Salino H. Pengaruh Obat Anti AO,Punith K. Quality of life in

epilepsi terhadap Gangguan Daya patients with epilepsy in India. J

Ingat pada Epilepsi Anak, Sari Neurosci Rural Pract:2011; 33-38.

Pediatri.2011;12(5):302-306. 10. Namazi S, Borhani-

6. Tjay TH, Rahardja K. Obat-obat HA, Karimzadeh I. Adverse

Penting, Khasiat, Penggunaan dan reactions to antiepileptic drugs in

Efek-Efek Sampingnya. Edisi epileptic outpatients: A cross-

ketujuh. Jakarta: PT Elex Media sectional study in

Komputindo Kelompok Gramedia. iran.2011;34(2):79-83.

2015; 425-25.

Anda mungkin juga menyukai