ABSTRAK
Latar Belakang : Epilepsi merupakan serangan berulang secara periodik dengan
atau tanpa kejang. Serangan tersebut disebabkan oleh aktivasi listrik berlebihan pada
neuron korteks dan ditandai dengan perubahan aktivitas listrik seperti yang diukur
dengan electroensephalography (EEG). Pengobatan pada pasien epilepsi yaitu
dengan jangka waktu pengobatan yang lama dan seringkali memerlukan lebih dari
satu obat, sehingga berpotensi menimbulkan efek samping. Tujuan : : Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui profil pengobatan, jenis efek samping dan persentase
kejadian efek samping pada pasien epilepsi rawat inap yang didiagnosa mengalami
penyakit epilepsi (F06.8) di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Kalimantan Barat tahun
2019. Metode : Jenis penelitian ini termasuk penelitian observasional menggunakan
rancangan studi potong lintang yang bersifat deskriptif. Pengumpulan data dilakukan
secara retrospektif menggunakan data rekam medis pasien dan lembar kuisioner
algoritma naranjo versi Bahasa Indonesia. Teknik pengambilan sampel yang
digunakan adalah accidental sampling. Hasil : Profil pengobatan yang digunakan
Karbamazepin, Fenitoin, Clobazam, Fenobarbital, dan Oskarbazepin dengan jenis
efek samping yaitu sedasi, pusing, mual/muntah, nafsu makan menurun, mudah lelah,
sembelit, nystagmus, dan ataksia dan persentase kejadian efek samping yaitu sebesar
100%. Kesimpulan : Kesimpulan dari penelitian ini yaitu penggunaan antiepilepsi
secara kombinasi lebih banyak menyebabkan efek samping yang tidak diinginkan
pada pasien.
ABSTRACT
penyakit otak yang sering ditemukan sebanyak 138 orang, dan 45-54 tahun
batasan ras dan sosial ekonomi. Data obat antiepilepsi (OAE) bersifat
World Health Organization (WHO) individual dan khas. Sifat khas ini
juta dari penduduk dunia.(1) Bila lama dan seringkali memerlukan lebih
penderita epilepsi baru 250.000 per yang dilakukan oleh Mustarsid dkk.
Kesehatan Kota Pontianak pada tahun dapat menekan semua epilepsi tanpa
pada sistem saraf pusat hingga 17,7% kejang parsial dan 1,3% kejang
METODE
penelitian secara potong lintang (cross Provinsi Kalimantan Barat. Data yang
Lama
No. Nama Obat Karakteristik Pengobatan
(Tahun)
Jenis Jumlah
Kelamin (N=10)
Karbamazepin Laki-laki 2
1. 4–7
Fenitoin Perempuan 2
Karbamazepin Laki-Laki 2
2. Fenitoin 5
Perempuan 0
Clobazam
Karbamazepin Laki-laki 0
3. 5
Fenobarbital Perempuan 1
Oskarbazepin Laki-laki 0
4. Fenobarbital 5
Perempuan 1
Karbamazepin
Fenitoin Laki-laki 2
5. 4–6
Clobazam Perempuan 0
Berdasarkan tabel 1 jumlah jurnal yang menunjukkan jenis
pasien dengan jenis kelamin laki-laki kelamin tertentu yang lebih sering
(2019), belum ada penelitian atau penelitian Shetty et.al (2011) hasil
penelitian dari ahli neurologi ditemukan bahwa pasien dengan durasi
Skor
Nama
Nama Obat Keluhan Pasien Algoritma Ket
Pasien
Naranjo
Karbamazepin Sedasi, pusing,
xxx125 5 Probable
Fenitoin mual & muntah
Sedasi, pusing,
Karbamazepin
xxx974 mual & muntah, 6 Probable
Fenitoin
nystagmus
Karbamazepin
xxx829 Sedasi, pusing 5 Probable
Fenitoin
Karbamazepin Sedasi, pusing,
xxx198 5 Probable
Fenitoin mual & muntah
Karbamazepin Sedasi, ataksia,
xxx526 Fenitoin pusing, nafsu 6 Probable
Clobazam makan menurun,
Karbamazepin
xxx122 Mudah lelah, sedasi 5 Probable
Fenobarbital
Oskarbazepin sedasi, mudah
xxx291 Fenobarbital lelah, mual & 5 Probable
Karbamazepin muntah
Nafsu makan
Fenitoin
xxx117 menurun, mual & 6 Probable
Clobazam
muntah,sembelit
Fenitoin
xxx563 Sedasi, pusing 5 Probable
Clobazam
Berdasarkan pada tabel 2. epilepsi di Rumah Sakit Jiwa Provinsi
merupakan kejadian efek samping dari samping yaitu sedasi, ataksia, pusing,
obat yang dicurigai. Total skor lebih dan nafsu makan menurun dengan
Clobazam.
Sebanyak 1 pasien menggunakan merupakan adverse drug reaction dari
lelah dan sedasi dengan diperoleh skor et.al (2011), menunjukkan sebanyak
efek samping yang dialami dari pasien ADR yang dapat dicegah adalah 57%,
efek samping yang sama dan sedikit statistik ditemukan antara jumlah ADR
berbeda dari dua orang tersebut. Skor dan usia, jenis kelamin, jenis epilepsi,
“probable” yang artinya efek samping dikaitkan dengan terdapat lebih banyak
monoterapi.(10)
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
2015; 425-25.