Anda di halaman 1dari 8

GALEN IKA J OURNAL OF PHARM ACY

GALENIKA Journal of Pharmacy Vol. 2 (2) : 124 - 131 ISSN : 2442-8744


October 2018

STUDI RETROSPEKTIF PENGGUNAAN TRIHEXYFENIDIL PADA PASIEN


SKIZOFRENIA RAWAT INAP YANG MENDAPAT TERAPI ANTIPSKOTIK DI
RUMAH SAKIT JIWA SAMBANG LIHUM

RETROSPECTIVE STUDY OF THE TRIHEXYFENIDIL USE INPATIENTS


SCHIZOPHRENIA’S RECEIVING ANTIPSYCHOTIC THERAPY AT SAMBANG
LIHUM HOSPITAL-SOUTH BORNEO

Anggie Rahaya1, Noor Cahaya1*


1
Program Studi Farmasi, Fakultas MIPA, Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin, Indonesia

Received 16 Agustus 2016, Accepted 26 September 2018

ABSTRAK

Penggunaan triheksifenidil (THP) pada pasien skizoprenia bertujuan untuk mencegah atau mengobati salah
satu efek samping dari penggunaan obat antipsikotik konvensional jangka pendek dan panjang berupa sindrom
ekstra piramidal atau extra pyramidal syndrome (EPS). Efek samping EPS meliputi reaksi distonia akut, akatisia dan
parkinsonisme merupakan penyebab ketidakpatuhan pasien meminum obat antipsikotik sehingga memicu
munculnya kekambuhan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa persentase penggunaan THP dan
menganalisa pola pemberian THP pada pasien skizoprenia di Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum Kalimantan
Selatan. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif retrospektif dengan mengeksplorasi data sekunder dari data
rekam medis. Penelitian dilakukan terhadap 264 sampel rekam medik pasien skizoprenia rawat inap periode tahun
2013. Data dianalisis menggunakan analisis univariat. Hasil penelitian menunjukkan pasien skizoprenia
mendapatkan obat THP sebesar 94.32% (249 pasien). Berdasarkan jumlah pasien skizoprenia yang mendapatkan
THP tersebut diperoleh data sebanyak 96.79% mendapatkan pemeriksaan EPS sebelum pemberian obat THP dan
sebanyak 15.66% mendapatkan evaluasi pengobatan setelah 14 hari pemberian obat THP.

Kata kunci : Skizoprenia, Triheksifenidil, EPS

ABSTRACT

Trihexyphenidyl (THP) is used to treat symptoms of Parkinson's disease or involuntary movements due to
the side effects of certain psychiatric drugs. It can also decrease other side effects such as muscle stiffness/rigidity
(extrapyramidal syndrome or EPS). EPS were an unavoidable consequence of effective antipsychotic therapy. EPS
reduce beneficial effects of antipsychotic treatment on the negative, cognitive, and mood symptom domains, while
increasing the risk of tardive dyskinesia and reducing compliance. The purpose of this research was to analyze the
percentage use of THP and the pattern of THP usage on schizophrenia patient which treated at Sambang Lihum
Hospital. This retrospective observational study was conducted at an inpatient Sambang Lihum Hospital. This
research were conducted to 264 medical records of patients period January 2013 to December 2013 which receive
antipsychotics medication. Data were analyzed by univariate analysis. The result showed 94.32% (n=264) received
THP. This research has shown the pattern of THP usage in Sambang Lihum Hospital which was to give THP
directly to patients without EPS examination is 96.79% (n=249) and there are 15.66% (n=249) patients evaluated
after 14 days after THP administered.

Key words : Schizophrenia, Trihexyphenidyl, EPS

*Coresponding author : Noor Cahaya, noorcahaya@unlam.ac.id

124
GALEN IKA J OURNAL OF PHARM ACY

PENDAHULUAN pasien, maka perlu dilakukan penelitian terkait


Skizofrenia merupakan suatu kondisi dengan pola penggunaan THP pada pasien
berupa kumpulan geala klinis yang bervariasi, skizofrenia yang mendapat terapi antipsikotik di
sangat mengganggu, psikopatologi yang Rumah Sakit Jiwa Daerah Sambang Lihum.
melibatkan kognitif, emosi, persepsi dan aspek
lain dari tingkah laku (Maramis, 2004). BAHAN DAN METODE
Berdasarkan data World Health Organization
(WHO) tahun 2013 disebutkan bahwa Penelitian ini merupakan penelitian
skizofrenia merupakan penyakit gangguan jiwa deskriptif retrospektif dengan pengambilan data
yang menyerang hampir 24 juta masyarakat di sekunder berupa data rekam medis. Penelitian
seluruh dunia, lebih dari 50% penderita dilaksanakan di Rumah Sakit Sambang Lihum
skizofrenia tidak mendapat pelayanan yang tepat Kalimantan Selatan. Populasi penelitian ini
dan 90% penderita skizofrenia yang tidak adalah semua data rekam medik pasien
terawatt berada di negara berkembang. skizofrenia rawat inap di RSJD Sambang Lihum
Perkembangan ilmu dan teknologi tahun2013. Sampel penelitian ini adalah data
membawa dampak positif bagi penatalaksanaan rekam medik pasien skizofrenia rawat inap di
psikotik, salah satunya skizofrenia, yaitu dengan RSJD Sambang Lihum Periode Januari 2013
penemuan obat antispsikotik generasi pertama yang dirawat lebih dari 14 hari. Pengambilan
(APG-I) dan generasi kedua (APG-II). Obat sampel dilakukan dengan teknik random
APG-I mempunyai keterbatasan berupa efek sampling. Sampel diambil dengan cara random
samping sindrom ekstra piramidal (EPS) seperti sampling setiap bulan. Besar sampel ditentukan
parkinsonism, diskinesia, akatisia dan distonia dengan rumus slovin (nilai tingkat kepercayaan
yang sangat mengganggu sehingga pasien tidak 95%) dan diperoleh jumlah sampel sebesar 264
melanjutkan pengobatan (PDSKJI, 2011). rekam medik yang memenuhi kriteria inklusi.
Keadian EPS dapat muncul sejak awal
pemberian obat antipsikotik tergantung dari HASIL DAN PEMBAHASAN
besarnya dosis. Untuk mengatasi EPS dapat Berdasarkan data yang diperoleh dari
diberikan obat antikolinergik, misalnya instalasi rawat inap Rumah Sakit Jiwa Daerah
triheksifenidil, sulfas atropine dan Sambang Lihum jumlah pasien skizofrenia yang
difenhidramin. Triheksifenidil merupakan obat di rawat pada periode tahun 2013 didapatkan
antikolinergik yang banyak digunakan untuk 1.225 yang terdiri dari pasien laki-laki sebanyak
mengatasi EPS (Guthrie et al, 2000). 971 orang (79,26%) dan pasien perempuan
Ada dua pendapat tentang penggunaan sebanyak 254 orang (20,73%). Untuk jumlah
THP, yaitu tidak diberikan secara rutin dan pasien skizofrenia yang di rawat lebih dari 14
diberikan rutin untuk profilaksis sebelum timbul hari adalah sebanyak 747 pasien. Kemudian
EPS. Dampak penggunaan THP berpengaruh dilakukan pengambilan sampel dengan metode
dalam penatalaksanaan pasien ganguan mental random sampling dan diperoleh jumlah sampel
yang menggunakan antipsikotik, karena THP yang harus di ambil adalah sebesar 264 orang.
dapat meningkatkan depresi psikotik dan inersia Sampel yang diambil berdasarkan kriteria
mental yang sering dikaitkan dengan penyakit inklusi yaitu data rekam medik pasien
parkinson sehingga diperlukan suatu pedoman skizofrenia yang dirawat inap di RSJD Sambang
dalam penggunaan triheksifenidil (Brati et Lihum lebih dari 14 hari. Berdasarkan data
al,2007). Berdasarkan dampak penggunaan penelitian, diperoleh data sebagaiberikut:
triheksifenidil yang bisa berakibat buruk bagi

Tabel 1. Data Demografi Umum Sampel Penelitian

Demografi Umum Jumlah Persentase (%)


Jenis Kelamin
Laki-laki 222 84.09
Perempuan 42 15.91

125
GALEN IKA J OURNAL OF PHARM ACY

Kelompok Umur
10-20 tahun 26 9.85
21-30 tahun 89 33.71
31-40 tahun 80 20.30
>41tahun 69 26.14

Ada beberapa subtipe skizofrenia (Skizofrenia Residual), F.20.6 (Skizofrenia


yang diidentifikasi berdasarkan variabel Simplek), F.20.7 (Skizofrenia lainnya), dan
klinik. F.20.0 (Skizofrenia Paranoid), F.20.1 F.20.8 (Skizofrenia yang tak tergolongkan).
(Skizofrenia Hebefrenik), F.20.2 (Skizofrenia Berikut ini adalah klasifikasi pasien
Katatonik), F.20.3 (Skizofrenia Tak Terinci), skizofrenia yang dirawat inap di RSJD
F.20.4 (Depresi pasca Skizofrenia), F.20.5 Sambang Lihum berdasarkan subdiagnosis.

Tabel 2. Klasifikasi pasien skizofrenia yang dirawat inap di RSJD Sambang Lihum
Diagnosis JumlahSampel Persentase (%) (n = 264)

F 20.0 93 35.23
F 20.1 49 18.56
F 20.2 7 2.65
F 20.3 77 29.17
F 20.5 37 14.02
F 20.6 1 0.38
Total 264 100

Pasien-pasien rawat inap persentase jenis obat antipsikotik yang


skizofrenia di RSJD Sambang Lihum diberikan kepada pasien rawat inap
Kalimantan Selatan mendapatkan terapi skizofrenia di RSJD Sambang Lihum.
antipsikotik secara kombinasi menggunakan
APG I dan APG II. Berikut ini adalah tabel

Tabel 3. Persentase jenis obat antipsikotik yang diberikan kepada pasien rawat inap skizofrenia periode
tahun2013

NamaObat GolonganObat Jumlah Persentase (%) (n = 264)


Pasien
Haloperidol APGI 246 93.18
Klorpromazin APGI 238 90.15
Clozapine APGII 100 37.88
Risperidon APGII 32 12.12
Trifluoperazin APGI 28 10.61

Berdasarkan pengamatan pada 264


sampel data rekam medik pasien skizofrenia
rawat inap pada periode tahun 2013 didapatkan
sebanyak 249 pasien (94,32%) yang
mendapatkan obat triheksifenidil dan hanya
sebanyak 15 pasien (5,68%) yang tidak
mendapatkan obat triheksilfenidil. Terlihat
seperti pada gambar 1.

126
GALEN IKA J OURNAL OF PHARM ACY

Gambar 1. Gambaran terhadap penggunaan obat triheksifenidil pada pasien skizofrenia rawat inap di
RSJD Sambang Lihum

Berdasarkan pengamatan pada 249 sebanyak 8 pasien (3,21%) yang tidak


pasien skizofrenia rawat inap yang mendapatkan mendapatkan pemeriksaan EPS sebelum
obat triheksifenidil, didapatkan sebanyak 241 pemberian obat triheksifenidil. Terlihat seperti
pasien (96,79%) yang mendapatkan pemeriksaan gambar 2
EPS sebelum pemberian obat triheksifenidil dan

Gambar 2. Gambaran Pasien yang Mendapat Pemeriksaan EPS Sebelum Pemberian ObatTriheksifenidil

Tujuan dari pemeriksaan EPS sebelum rawat inap yang mendapatkan obat THP,
pemberian obat triheksifenidil adalah untuk didapatkan sebanyak 39 pasien (15,66%) yang
mengetahui apakah pasien memiliki riwayat mendapatkan evaluasi pengobatan anti EPS
sindrom ekstra piramidal sebelumnya atau setelah 14 hari pemberian obat triheksifenidil
tidak. Pemberian triheksifenidil sebagai dan sebanyak 210 pasien (84,34%) yang tidak
pencegahan, menurut para ahli adalah dengan mendapatkan evaluasi pengobatan anti EPS
tujuan untuk mencegah efek samping yang setelah 14 hari pemberian obat triheksifenidil.
ditimbulkan obat-obat antipsikotik konvensional Hasil penelitian terlihat seperti gambar 3.
seperti gejala Parkinson, hipersalivasi serta
kekakuan otot-otot alat gerak yang biasa di sebut
sindrom ekstra piramidal. Adanya sindrom
ekstra piramidal inilah yang bisa menyebabkan
ketidakpatuhan pasien minum obat, dan nantinya
berakibat pada munculnya kekambuhan (Brati et
al,2007).
Berdasarkan pengamatan pada 249
sampel data rekam medik pasien skizofrenia

127
Rahaya et al./Galenika Journal of Pharmacy

Gambar 3. Gambaran Pasien yang Mendapat Evaluasi setelah 14 Hari Pemberian


ObatTriheksifenidil

Berdasarkan tabel 1. Dapat dilihat Berdasarkan kelompok umur,


bahwa persentase pasien skizofrenia laki-laki diperoleh bahwa rentang umur 21-30 tahun dan
lebih besar daripada perempuan. Pada 31-40 tahun merupakan dua rentang umur yang
dasarnya, prevalensi pria dan wanita adalah terbanyak dirawat di Rumah Sakit Jiwa
sama, tetapi onset penyakitnya lebih awal pada Sambang Lihum baik untuk pasien pria
pria (Fatemi, 2009). Hal ini disebabkan maupun pasien wanita. Hal ini mungkin
diantaranya karena adanya efek neuroprotektif dikarenakan pada kedua rentang umur tersebut
dari hormon estrogen dan progesteron pada manusia memiliki beban hidup yang lebih berat
wanita dan kecenderungan yang lebih besar dibandingkan dengan rentang umur lainnya
mendapatkan trauma kepala pada pria sehingga menyebabkanstres. Sejalan dengan
(Seeman, 2004). Beberapa penelitian telah penelitian yang dilakukan oleh Michael et al
menyatakan bahwa pria cenderung daripada (2000), stres pada rentang umur 21-30 tahun
wanita untuk mengalami gangguan gejala dan 31-40 tahun disebabkan pada usia tersebut
negatif dan wanita cenderung untuk memiliki manusia cenderung menghadapi masalah-
fungsi sosial yang lebih baik dari pria. Pada masalah yang lebih kompleks, seperti masalah
umumnya hasil akhir untuk pasien skizofrenia dengan keluarga, pasangan, teman kerja, beban
wanita lebih baik daripada hasil akhir pasien pekerjaan yang terlalu berat, serta gaya hidup
pria (Kaplan, 2002). modern yang individualistis . Telah banyak
Berdasarkan tabel 2 ditemukan penelitian yang menyebutkan adanya hubungan
diagnosis terbanyak adalah skizofrenia tipe yang nyata antara skizofrenia dengan stres.
paranoid. Hal tersebut tidak menunjukan Dimana teori diatesis stres menyebutkan
bahwa diagnosis skizofrenia tipe paranoid seseorang mungkin memiliki suatu kerentanan
adalah diagnosis terbanyak dibandingkan spesifik stress (diatesis) yang jika dikenai oleh
skizofrenia tipe lainnya. Hal berkaitan dengan suatu pengaruh lingkungan yang menimbulkan
penilaian pada penderita skizofrenia yaitu stress memungkinkan perkembangan gejala
ditemukannya gejala positif pada pasien. Masih skizofrenia (Kaplan, 2002). Stress dapat
terdapatnya gejala-gejala positif yang menonjol menyebabkan peningkatan sekresi
pada sebagian penderita skizofrenia, neurotransmiter glutamat (suatu senyawa
menyebabkan pasien memerlukan evaluasi prekursor GABA) di daerah prefrontal kortek
lebih lanjut dalam penatalaksanaan baik dan dopamin pada system limbic (Savioli,
dengan farmakologi maupun nonfarmakologi. 2009). Ketidakseimbangan neurotransmitter
Dalam hal ini pasien skizofrenia paranoid inilah yang mencetuskan terjadinya
diberikan perawatan lebih lama di rumah sakit. skizofrenia.
(Dewi,2013).

128
Rahaya et al./Galenika Journal of Pharmacy

Berdasarkan tabel 3. setiap pasien antipsikotik konvensional adalah sindrom


skizofrenia di RSJD Sambang Lihum diberikan ekstra piramidal. Sindrom ekstra piramidal
kombinasi lebih dari satu jenis obat merupakan suatu gejala yang ditimbulkan
antipsikotik. Jenis obat antipsikotik yang paling karena terjadinya inhibisi transmisi
banyak diberikan adalah Haloperidol. Alasan dopaminergik di ganglia basalis. Adanya
penggunaan obat antipsikotik konvensional gangguan transmisi di korpus stratum yang
adalah karena dianggap paling efektif dari segi mengandung banyak reseptor D1 dan D2
efek antipsikotiknya serta harganya yang relatif menyebabkan depresi fungsi motorik sehingga
murah. Haloperidol dan klorpromazin adalah menimbulkan reaksi berupa distonia akut atau
jenis antipsikotik yang paling sering diberikan kekakuan otot-otot alat gerak, hipersalivasi
dan kedua jenis obat tersebut termasuk ke atau air liur yang keluar secara berlebihan serta
dalam jenis antipsikotik konvensional yang tardive diskinesia yang berupa gerakan tak
dapat menimbulkan efek samping berupaEPS. terkontrol pada otot rahang (Lee et al,2008).
Kombinasi obat yang digunakan untuk masing- Satu-satunya obat golongan
masing pasien skizofrenia berbeda-beda. antikolinergik yang dijumpai sebagai obat
Berdasarkan data diperoleh obat yang sering tambahan antipsikotik adalah THP yang
digunakan secara kombinasi adalah merupakan senyawa piperidin. Daya
klorpromazin (CPZ) dan haloperidol (HLP) antikolinergik dan efek sentralnya mirip
atau kombinasi keduanya. CPZ dan HLP sering atropin namun lebih lemah, bekerja dengan
digunakan selain karena efektif dalam cara mengurangi aktivitas kolinergik di
mengatasi sindrom positif, harga obat ini juga kaudatus dan puntamen yaitu dengan
relatif lebih murah dibandingkan dengan obat memblok reseptor asetilkolin (Sulistia dan
antipsikotik lain seperti risperidon, olanzapin Vincent, 2007). Berdasarkan pada alasan itulah
dan clozapin. Namun CPZ-HLP yang diberikannya obat THP dengan tujuan
digunakan tunggal ataupun kombinasi mengurangi efek samping dari pemberian obat
berpotensi tinggi menimbulkan antipsikotik konvensional. Antipsikotik yang
sindromparkinson. menyebabkan efek samping berupa sindrom
Pemakaian kombinasi CPZ-HLP ekstra piramidal adalah chlorpromazine dan
tanpa penggunaan THP cenderung haloperidol. Namun efek samping yang di
menimbulkan sindrom parkinson tahap II. timbulkan dari obat golongan ini cukup serius.
Pada tahap ini pasien mengalami tremor Akibat berbagai efek samping yang dapat
sedang yang terjadi pada kedua sisi tubuh, ditimbulkan oleh antipsikotik konvensional,
gaya berjalan yang mulai pelan, wajah topeng banyak ahli lebih merekomendasikan
dan hal ini sedikit menganggu aktivitas sehari penggunaan antipsikosis atipikal atau
–hari pasien. Untuk mengatasinya maka antipsikotik generasi kedua (Muslim,2007).
digunakan THP. Namun ada juga pada Gambar 2. menunjukkan bahwa
sebagian pasien yang diresepkan CPZ-HLP- sebagian besar pasien di RSJD Sambang
THP masih mengalami sindrom parkinson, Lihum mendapatkan pemeriksaan EPS
namun dengan tahap yang lebih rendah yaitu sebelum dilakukan pemberian obat
tahap I. Pasien disini menunjukan tremor triheksifenidil. Dari data ini dapat
ringan, biasanya hanya pada salah satu anggota disimpulkan bahwa terdapat dua pola
tubuh dan hal ini kadang tidak disadari oleh penggunaan triheksifenidil pada pasien
pasien itu sendiri karena tidak menggangu skizofrenia rawat inap di RSJD Sambang
aktivitas sehari-hari (Doughlas et al, 2005). Lihum yang mendapat terapi obat antipsikotik
Gambar 1. menunjukkan bahwa pada periode tahun 2013, yaitu: Pemberian
pemberian obat triheksifenidil selalu obat triheksifenidil dengan pemeriksaan EPS
disertakan pada sebagian besar terapi terlebih dahulu dan pemberian obat
antipsikotik untuk pasien skizofrenia. triheksifenidil tanpa pemeriksaan
Berdasarkan literatur, obat triheksifenidil EPSsebelumnya. Parameter penentuan
digunakan untuk mengatasi efek samping yang dilakukannya pemeriksaan EPS sebelum
ditimbulkan dari penggunaan obat-obat diberikan obat triheksifenidil adalah
antipsikotik generasi pertama atau yang biasa didapatkan pada catatan rekam medik pasien
di sebut antipsikotik konvensional. Efek di lembar pemeriksaan awal. Di lembar
samping yang di timbulkan dari golongan obat pemeriksaan awal tersebut tercatat semua

129
Rahaya et al./Galenika Journal of Pharmacy

hasil pemeriksaan fisik pada pasien sebelum Penulis mengucapkan terima kasih kepada
pasien di rawat inap, seperti ada tidak nya Direktur Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum,
gejala parkinson, hipersalivasi serta kekakuan Kalimantan Selatan yang telah memberikan
otot. Dari lembar tersebut selain didapatkan kesempatan dan izin untuk melakukan
data gejala EPS yang sedang terjadi dan juga penelitian.
dapat diketahui riwayat EPS terdahulu pada
pasientersebut. DAFTAR PUSTAKA
Gambar 3. menunjukkan sebagian
besar pasien skizofrenia tidak mendapatkan Bratti, I.M., Kane, J.M., Marder, S.R. (2007).
evaluasi terapi obat THP setelah 14 hari. Hal Chronic Restlessness With
ini dapat dilihat dari catatan pemberian obat Antipsychotics. Am Psychiatry.164,
kepada pasien setiap harinya. Dimana 1648-1654.
penggunaan obat THP terus dilanjutkan lebih
dari 14 hari setelah penggunaan obat hingga Dewi, S. dkk. (2013). Gambaran Kebutuhan
berbulan-bulan dan tidak dilakukan evaluasi Hidup Penyandang Skizofrenia. J
pada pasien walaupun dari rekam medik tidak Indon Med Assoc. 63(3), 84-90.
didapatkan gejala EPS pada pasien skizofrenia
tersebut. Pemberian obat THP dapat Douglas, F., Haya, A., Baojin, Z. (2005).
menimbulkan efek samping yang serius, Antipsychotic monotherapy and
seperti munculnya kembali gejala psikotik polypharmacy in the naturalistic
berupa halusinasi, agresif, kebingungan treatment of schizophrenia with
(psikosis toksik). selain itu, efek samping dari atypical antipsychotics. BMC
triheksifenidil yang bekerja menghambat Psychiatry. 5:26.
reseptor asetilkolin muskarinik dapat berupa
gejala-gejala sebagai berikut: pandangan mata Fatemi, S.H., & Folsom, T.D. (2009). The
menjadi kabur, konstipasi, produksi air liur neurodevelopmental hypothesis of
berkurang, fotofobia, berkurangnya produksi schizophrenia. Revisited.
keringat, hipertermia, sinus takikardi, retensi Schizophrenia Bulletin, 35(3), 528–
urin, penurunan daya ingat, mencetuskan 548.
asma, mencetuskan glaukoma sudut sempit,
menimbulkan hambatan ejakulasi, Guthrie, S.K., Manzey, L., Scott, D., Giordani,
menimbulkan retrograt ejakulasi dan dapat B., Tandon, R. (2000). Comparison
menimbulkan delirium hingga koma. Oleh of Central and Peripheral
karena itu, dengan diketahuinya berbagai efek Pharmacologic Effects of Biperiden
samping yang dapat timbul akibat penggunaan and Trihexyphenidyl in Human
obat triheksifenidil, maka WHO mengeluarkan Volunteers. J. Clin
sebuah konsensus yang memberi panduan Psychopharmacol. 20(1), 77-83.
tentang penggunaan triheksifenidil tersebut
(Rudy et al,2013). Kaplan, Saddock, & Grebb. (2002). Sinopsis
Pemberian antikolinergik golongan Psikiatri Jilid II. Edisi ke-7. Bina
ini juga secara rutin pada pemberian Rupa Aksara.Jakarta.
neuroleptik tidak dibenarkan, antara lain
disebabkan kemungkinan timbulnya akinesia. Lee, H.J., Kang, S.G., Cho, C.H., Choi, J.E., &
THP juga dapat menimbulkan kebutaan akibat Kim, L. (2008). Dopamine D2
komplikasi glaukoma sudut tertutup, terutama receptor gene polymorphisms and
terjadi bila dosis harian melebihi 15-30 mg tardive dyskinesia in schizophrenia
sehari. Dosis harian untuk triheksifenidil 2 mg patients. Eur
2-3 kali sehari dengan rentang 10- 20 mg/hari Neuropsychopharmacol, 18, 210-
tergantung kepada respon dan penerimaan dari 221.
tiap individu. Karena hal inilah maka
diperlukan evaluasi pada penggunaan obat Maramis, W.F. (2004). Catatan Ilmu
triheksifenidil (Sulistia dan Vincent,2007). Kedokteran Jiwa. Jakarta
University Press. Surabaya.
UCAPAN TERIMA KASIH

130
Rahaya et al./Galenika Journal of Pharmacy

Muslim R. (2001). Buku Saku Diagnosis Savioli, W.K. (2009). The Relationship
Gangguan Jiwa Rujukan Ringkasan Between Perceived Stress and
dari PPDGJ-III. PT Nuh Jaya. Smoking: Focusing on Schizophrenia
Jakarta. and Comparative Sub-Groups
Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Diagnosed with Mental Illness.
Jiwa Indonesia. (2011). Konsensus Cleveland State University.
penatalaksanaan gangguan
skizofrenia. PDSKJI. Jakarta. Seeman, M.V. (2004). Gender Differences in
the Prescribing of Antipsychotic
Rudy, W.,Nasrun, M.W.,Damping, C.E. Drugs. Am J Psychiatry, 161, 1324-
(2013). Gambaran dan karakteristik 1333.
penggunaan triheksilfenidil pada
pasien yang mendapat terapi Sulistia, G., & Vincent, H.S. (2007).
antipsikotik. J Indon Med Assoc. Farmakologi dan Terapi, edisi 5.
63(1), 14-20. FKUI: Jakarta.

131

Anda mungkin juga menyukai