Anda di halaman 1dari 7

HUBUNGAN KEPATUHAN PENGOBATAN TERHADAP KEJADIAN KEJANG PADA

PASIEN EPILEPSI YANG BEBAS KEJANG SELAMA MINIMAL 1 TAHUN


PENGOBATAN DI POLI NEUROLOGI RSUD DR. A. DADI TJOKRODIPO
BANDAR LAMPUNG

Komang Ari Susanti1, Zamzanariah Ibrahim2, Muhammad Ibnu Sina3

ABSTRAK

Latar Belakang : Epilepsi merupakan keadaan gangguan sinyal listrik di otak yang
bermanifestasi menjadi kejang maka prinsip umum pengobatan Epilepsi adalah
membebaskan mereka dari kejang dimana terapi Farmakologi merupakan fundamental
utama untuk melindungi pasien Epilepsi dari kejang.11 Sementara terapi epilepsi bersifat
khas, yaitu program minum obat dalam jangka waktu yang lama bahkan bertahun-tahun
sehingga dalam prakteknya masalah terapi epilepsi meliputi ketidak patuhan dalam
meminum obat dengan alasan bosan, di takut kan obat-obatan tersebut memperparah
kejang dan beberapa lainnya berfikir pada efek samping yang didapat dari pengobatan,
yang pada akhirnya serangan Epilepsi tidak segera hilang atau tetap muncul seperti
sebelum minum obat.
Tujuan : Mengetahui Hubungan Kepatuhan Pengobatan Terhadap Frekuensi
Kejang Pada Pasien Epilepsi di Poli Neurologi RSUD.dr. A.Dadi Tjokrodipo Bandar
Lampung
Metode : Pada penelitian ini jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah observasional analitik dengan menggunakan pendekatan rancangan cross
sectional. Pengumpulan data penelitian dilakukan menggunakan tekhnik purposive
sampling Jumlah sampel dalam penelitian ini berjumlah 38 penderita dengan memenuhi
kriteria inklusi dan eksklusi. Data diambil dari data primer pasien mengisi kuesioner yg
telah diberi oleh peneliti.
Hasil Penelitian : Dari hasil penelitian mayoritas responden yang memiliki tingkat
kepatuhan kategori tidak patuh yaitu sebanyak 25 orang (65,8%). Memiliki frekuensi
kejang dengan kategori sering yaitu sebanyak 24 orang (63,2%). Berdasarkan hasil uji
statistik diperoleh p-value = 0,000 yang berarti ada Hubungan Kepatuhan Pengobatan
Terhadap Frekuensi Kejang Pada Pasien Epilepsi di Poli Neurologi RSUD.dr. A.Dadi
Tjokrodipo Bandar Lampung. Dengan nilai OR 38,000.
Kata kunci : Kepatuhan pengobatan, kejadian kejang, Epilepsi

Pendahuluan tahunnya dari setiap 100.000 orang


Epilepsi merupakan gangguan mengalami kasus baru epilepsi
neurologi kronis yang dapat terjadi di sebanyak 40-70 kasus.3
segala usia yang timbul akibat Prevalensi median epilepsi yang
terganggunya sinyal listrik di dalam aktif (kejang dalam 5 tahun terakhir) di
otak. Epilepsi telah dikenal sebagai negara maju adalah 4.9 per 1000 (2,3-
salah satu penyakit tertua di dunia 10,3), sedangkan pada negara
(2000 SM ).1 Terdapat sekitar 50 juta berkembang di pedalaman mencapai
orang menderita epilepsi di dunia.2 12,7 per 1000 (3.5-45.5) dan di
Tidak kurang setiap 3 dari 1000 orang, perkotaan mencapai 5.9 (3.4-10.2).4 Di
bahkan di beberapa negara 40 per 1000 negara Asia, prevalensi epilepsi aktif
orang penduduk (4%) di seluruh dunia tertinggi dilaporkan di Vietnam 10.7 per
menderita epilepsi. Bahkan, setiap 1000 orang, dan terendah di Taiwan 2.8

1. Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati


2. Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati
3. Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati

Jurnal Ilmu Kedokteran Dan Kesehatan, Volume 4, Nomor 2, April 2017 137
per 1000 orang.5 Dilaporkan juga akhirnya serangan Epilepsi tidak segera
prevalensi di negara sedang hilang atau tetap muncul seperti
berkembang ditemukan lebih tinggi dari sebelum minum obat.9
negara maju. Di negara maju prevalensi Berdasarkan penelitian Manjunath
berkisar antara 4-7 per 1000 orang et al, 2008, terdapat hubungan antara
namun di negara sedang berkembang risiko terjadinya serangan kejang
prevalensi berkisar 5-74 per 1000 dengan kepatuhan pengobatan yakni
orang.6 didapatkan terjadinya peningkatan
Jumlah penderita Epilepsi di risiko serangan kejang sebesar 21%
Indonesia diperkirakan mencapai 1,1- pada pasien yang tidak patuh pada
1,8 juta jiwa. Data Rekam Medik tahun pengobatan dibandingkan yang patuh
2009 di Instalansi rawat jalan bagian (hazard ratio = 1.205, p = 0.0002).
saraf RS Dr. Kariadi menunjukkan ada Selain itu, pada penelitian Jones et al,
110 kasus baru epilepsi dan 1279 kasus 2006, pasien yang buruk dalam
lama yang datang berobat.7 Di Provinsi menjalani kontrol pengobatan epilepsi
Lampung, prevalensi Epilepsi dari data mengalami serangan kejang yang lebih
Rekam Medis RSUD dr.A.Dadi sering dibandingkan dengan pasien
Tjokrodipo Bandar Lampung tahun 2014 yang kontrol pengobatan epilepsi
didapatkan bahwa terdapat 11% pasien dengan rutin (p < 0.01).14
epilepsi pada usia dewasa (>18 tahun) Obat antiepilepsi di berikan dalam
dari prevalensi total epilepsi sebesar jangka panjang yang menuntut
14,5%. kedisiplinan penderita untuk mematuhi
Epilepsi bisa mengakibatkan pengobatan maka kepatuhan
banyak hal salah satunya dari segi merupakan masalah utama hal ini
aspek psikososial penderita, yang mana memerlukan strategi dan pendekatan
di lihat baik di lingkungan masyarakat khusus dalam menanganinya.9
seperti halnya ada rasa malu sehingga Kurangnya komunikasi tentang
menarik diri dari aktivitas sosial di kepatuhan ini dapat menimbulkan
masyarakat, penderita tidak di terima di perubahan atau peningkatan dosis obat
lingkungannya.10 Sedangkan komplikasi yang sebenarnya tidak perlu
yang di akibatkan oleh epilepsi itu dilakukan.12
sendiri adalah terjadinya gangguan
listrik di otak yang terjadi terus Metode
menerus sehingga mengakibatkan Pada penelitian ini jenis
kerusakan otak akibat hypoksia bahkan penelitian yang digunakan dalam
bisa berakibat kematian. Maka dari itu penelitian ini adalah observasional
perlu sekali untuk melakukan analitik dengan menggunakan
pengobatan terhadap pasien Epilepsi.11 pendekatan rancangan cross sectional.
Epilepsi merupakan keadaan Pengumpulan data penelitian dilakukan
gangguan sinyal listrik di otak yang menggunakan tekhnik purposive
bermanifestasi menjadi kejang maka sampling Jumlah sampel dalam
prinsip umum pengobatan Epilepsi penelitian ini berjumlah 38 penderita
adalah membebaskan mereka dari dengan memenuhi kriteria inklusi dan
kejang dimana terapi Farmakologi eksklusi. Data diambil dari data primer
merupakan fundamental utama untuk pasien mengisi kuesioner yg telah
melindungi pasien Epilepsi dari diberi oleh peneliti.
kejang.11 Sementara terapi epilepsi
bersifat khas, yaitu program minum
obat dalam jangka waktu yang lama Hasil dan Pembahasan
bahkan bertahun-tahun sehingga dalam
prakteknya masalah terapi epilepsi Hasil Univariat
meliputi ketidak patuhan dalam
meminum obat dengan alasan bosan, di a. Distribusi frekuensi
takut kan obat-obatan tersebut kepatuhan pengobatan
memperparah kejang dan beberapa
lainnya berfikir pada efek samping yang Analisa univariat dalam
didapat dari pengobatan, yang pada penelitian ini bertujuan untuk

138 Jurnal IlmuDan


Jurnal Ilmu Kedokteran Kedokteran DanVolume
Kesehatan, Kesehatan, Volume
4, Nomor 4, Nomor
2, April 2017 2, April 2017 138
mengetahui distribusi frekuensi Lampung. Hasil penelitian univariat
kepatuhan pengobatan pada pasien terdapat 38 responden dan ditampilkan
epilepsi di Poli Neurologi dalam bentuk tabel distribusi frekuensi
RSUD.dr.A.Dadi Tjokrodipo Bandar sebagai berikut:

Tabel 4.1Distribusi Frekuensi Kepatuhan Pengobatan Pada Pasien Epilepsi Di


Poli Neurologi RSUD.dr.A.Dadi Tjokrodipo Bandar Lampung
No Kepatuhan pengobatan Frekuensi Persentase
1. Patuh 25 65,8%
2. Tidak Patuh 13 34,2%
3. Kurang patuh 0 0%

Jumlah 38 100%

Berdasarkan tabel 4.1 terlihat bahwa sebanyak 13 orang (34,2%). Di dalam


sebagian besar responden di Poli penelitian ini tidak di dapatkan kategori
Neurologi RSUD.dr.A.Dadi Tjokrodipo kurang patuh dan hanya di dapatkan
Bandar Lampung memiliki tingkat kategori patuh dan tidak patuh.
kepatuhan kategori tidak patuh yaitu

b. Distribusi kejadian kejang

Analisa univariat dalam penelitian Lampung. Hasil penelitian univariat


ini bertujuan untuk mengetahui terhadap 38 responden dan ditampilkan
distribusi frekuensi kejang pada pasien dalam bentuk tabel distribusi frekuensi
epilepsi di Poli Neurologi sebagai berikut:
RSUD.dr.A.Dadi Tjokrodipo Bandar

Tabel 4.2Distribusi Frekuensi Kejadian Kejang Pada Pasien Epilepsi Di Poli


Neurologi RSUD.dr.A.Dadi Tjokrodipo Bandar Lampung

No kejadian kejang Frekuensi Persentase


1. Pernah kejang 25 65,8%
2. Tidak kejang 13 34,2%
Jumlah 38 100%

Berdasarkan tabel 4.2 terlihat bahwa Hasil Analisis Bivariat


sebagian besar responden di Poli a. Hubungan Kepatuhan
Neurologi RSUD.dr.A.Dadi Tjokrodipo Pengobatan terhadap Kejadian
Bandar Lampung memiliki kejadian Kejang
kejang dengan kategori pernah kejang Hasil analisa bivariat Chi square
yaitu sebanyak 25 orang (65,8%) ditampilkan dalam bentuk tabel silang
2x2 berikut ini:

Tabel 4.3 Hubungan Kepatuhan Pengobatan Terhadap Kejadian Kejang Pada


Pasien Epilepsi Di Poli Neurologi RSUD.dr.A. Dadi Tjokrodipo Bandar Lampung

Jurnal Ilmu Kedokteran Dan Kesehatan, Volume 4, Nomor 2, April 2017 139
Kepatuhan Kejadian Kejang Total P-value OR
Tidak Pernah CI 95%
kejang kejang
N % N % N % 0,001 0,480
0,319-
Patuh 13 34,2 12 31,6 25 65,8 0,722
Tidak Patuh 0 0 13 34,2 13 34,2
Kurang patuh 0 0 0 0 0 0

Total 13 34,2 25 65,8 38 100

Berdasarkan tabel 4.3 diketahui menggambarkan perilaku


dari 25 responden yang memiliki tingkat mengkonsumsi obat yang diputuskan
patuh pengobatan kategori patuh oleh pasien, compliance sebagai
terdapat 13 orang (34,2%) yang tidak ketaatan pasien dalam mengkonsumsi
kejang dan 12 orang obat sesuai dengan saran pemberi
(31,6%) yang pernah kejang. Dari 13 resep (dokter).16
responden yang memiliki tingkat Beberapa yang lain mendefinisikan
kepatuhan kategori tidak patuh kepatuhan sebagai kesiapan untuk
terdapat 0 orang (0%) memiliki bertindak kooperatif dengan
kejadian tidak kejang dan 13 orang pengukuran diagnostik dan terapi.17
(42,2%) yang memiliki kejadian pernah Secara spesifik, ketidakpatuhan dapat
kejang,dan tidak di dapatkan kategori didefinisikan tidak minum obat sesuai
kurang patuh dalam penelitian ini. dosis (terlalu banyak atau terlalu
Berdasarkan hasil uji statistik sedikit), gagal dalam mengikuti jadwal
diperoleh p-value = 0,001 yang berarti minum obat, tidak minum obat sesuai
ada hubungan kepatuhan pengobatan jangka waktu tertentu atau meminum
terhadap kejadian kejang pada pasien obat lain yang tidak
epilepsi di Poli Neurologi RSUD.dr.A. direkomendasikan.18
Dadi Tjokrodipo Bandar Lampung. Kurangnya tingkat kepatuhan
Dengan nilai OR 0,480 berarti merupakan masalah yang serius.
responden yang tidak patuh menjalani Kegagalan dalam meminum obat
pengobatan memiliki risiko 48 kali lebih secara teratur sesuai resep dapat
besar untuk sering mengalami kejadian berakibat terjadinya resistensi obat,
kejang. reaksi obat, peningkatan morbiditas
dan mortilitas, serta mengurangi
kualitas hidup.19
Pembahasan Univariat Faktor yang memengaruhi
kepatuhan seseorang dalam berobat
Kepatuhan pengobatan yaitu faktor petugas, faktor obat, dan
faktor penderita. Karakteristik petugas
Berdasarkan tabel 4.1 terlihat yang memengaruhi kepatuhan antara
bahwa sebagian besar responden di Poli lain jenis petugas, tingkat
Neurologi RSUD.dr.A.Dadi Tjokrodipo pengetahuan, lamanya bekerja, dan
Bandar Lampung memiliki tingkat frekuensi penyuluhan yang dilakukan.
kepatuhan kategori tidak patuh yaitu Faktor obat yang memengaruhi
sebanyak 25 orang (65,8%). kepatuhan adalah pengobatan yang
Menurut National Council on sulit dilakukan tidak menunjukkan ke
Patient Informations & Educations, arah penyembuhan, waktu yang lama,
perbedaan terminologi tersebut dan adanya efek samping obat. Faktor
berkaitan dengan perbedaan cara penderita yang menyebabkan
pandang dalam hal hubungan antara ketidakpatuhan adalah umur, jenis
pasien dan penyedia jasa kesehatan kelamin, pekerjaan, anggota keluarga,
(dokter), termasuk terjadi kebingungan saudara atau teman khusus.12
dalam hal bahasa untuk

140 Jurnal Ilmu Kedokteran


Jurnal IlmuDan Kesehatan,
Kedokteran DanVolume 4, Nomor
Kesehatan, 2, April
Volume 2017 2, April 2017
4, Nomor 140
Kejadian kejang Berdasarkan hasil uji statistik
Berdasarkan tabel 4.2 terlihat diperoleh p-value = 0,001 yang berarti
bahwa sebagian besar responden Di Poli ada Hubungan Kepatuhan Pengobatan
Neurologi RSUD.dr.A.Dadi Tjokrodipo Terhadap Kejadian Kejang Selama
Bandar Lampung. memiliki kejadian Minimal Satu Tahun Pengobatan Pada
kejang dengan kategori pernah kejang Pasien Epilepsi Di Poli Neurologi
sebanyak 25 orang (65,8%). RSUD.Dr.A. Dadi Tjokrodipo Bandar
Serangan epilepsi timbul secara Lampung. Dengan nilai OR 0,480 berarti
tiba-tiba dan menghilang secara tiba- responden yang tidak patuh menjalani
tiba pula. Serangan yang hanya bangkit pengobatan memiliki risiko 48 kali lebih
sekali saja tidak boleh di anggap besar untuk sering mengalami frekuensi
sebagai serangan epilepsi, tetapi kejang.
serangan yang timbul secara berkala Rendahnya kepatuhan juga
pada waktu-waktu tertentu barulah berdampak pada penetapan keputusan
dinamakan dengan serangan epilepsi, terapi oleh
dalam bahasa ingris digunakan istilah dokter. Hal tersebut berpotensi
seizure.9 menyebabkan kenaikan dosis atau
Epilepsi biasanya dapat di kontrol penghentian pengobatan karena
dengan obat-obatan. Menurut pengobatan sebelumnya dipercaya tidak
International League Against Epilepsi efektif.10
(ILAE), tiap individu yang mengalami Kepatuhan merupakan masalah
epilepsi mempunyai risiko yang utama karena terapi pada penyakit
bermakna untuk mengalami epilepsi membutuhkan jangka waktu
kekambuhan kejang.9 Waktu munculnya yang lama, bahkan seumur hidup.
kejang terjadi secara mendadak, tidak Sama halnya dengan
disertai demam berulang dan tidak penyakit lain, ketidakpatuhan pada
dapat diprediksi. Kejang yang menahun pengobatan antiepilepsi berdampak
dan berulang dapat berakibat fatal, oleh pada hasil pengobatan dan
karena itu sasaran terapi utamanya menimbulkan efek klinis yang tidak
adalah pengendalian penuh atas diinginkan.Rendahnya kepatuhan pada
kejang.9 pasien epilepsi dewasa dalam
Diagnosis epilepsi bisa di buat menggunakan OAE berkontribusi pada
dengan segera, setelah melihat fitur morbiditas (contohnya aktivitas kejang
dari jenis kejang di mana kejang yang persisten),11 mortalitas,15
epilepsi waktu munculnya kejang terjadi tambahan biaya perawatan
secara mendadak, tidak disertai demam kesehatan.13
berulang dan tidak dapat diprediksi, Pada penelitian sbelumnya
sejalan dengan penyebaran aktivitas didapatkan bahwa umur, pendidikan,
listrik di otak, misalkan seperti kejang status pekerjaan, kepercayaan yang
jacksonia dimana di mulai dari satu buruk pada pengobatan secara
bagian tubuh tertentu (misalkan tangan signifikan berhubungan dengan
dan kaki) dan kemudian menjalar ke kepatuhan dalam pengobatan. Sehingga
anggota gerak, sedangkan kejang hal ini diketahui bahwa kepatuhan
parsial kompleks di tandai dengan seseorang terhadap pengobatan
hilangnya kontak penderita dengan berpengaruh pada kepercayaannya
lingkungan sekitarnya selama 1-2 pada pengobatan tersebut yang akan
menit, kebingungan berlangsung menyebabkan pasien malas, enggan,
selama beberapa menit kemudian di tidak rutin minum obat ataupun
ikuti dengan penyembuhan total. Gejala menghentikan pengobatan tersebut
dan gangguan epilepsi bervariasi dari secara diam-diam yang berdampak
kejang ringan sampai kejang penuh.10 pada gejala klinis timbul serangan
kejang pada pasien.12
Pembahasan Bivariat Kejang tidak terkontrol dan
ketidakpatuhan dalam pengobatan
a. Hubungan kepatuhan ditemukan berhubungan sehingga hal
pengobatan terhadap Frekuensi ini mengindikasikan bahwa diperlukan
kejang promosi kesehatan mengenai

Jurnal Ilmu Kedokteran Dan Kesehatan, Volume 4, Nomor 2, April 2017 141
kepatuhan berobat. Ini penting sebagai panjang pada pasien epilepsi. Maka dari
strategi pengobatan di klinik dimana itu penjelasan terkait dengan intruksi
ketika seorang dokter fokus dengan pengobatan dan minum obat sangat
pilihan obat dan dosis obat antiepilepsi diperlukan sehingga mencegah
saja, hasil pengobatan bisa saja tidak terhentinya pengobatan ditengah jalan
sesuai bila tidak diikuti dengan dan mengulang pengobatan tersebut.
kepatuhan pasien dalam minum obat.
Hal tersebut mungkin saja diyakini Kesimpulan
klinisi bahwa mereka merasa gagal
memberikan penatalaksaan yang tepat, Berdasarkan hasil penelitian dan
padahal secara tidak diketahui pasien pembahasan mengenai Hubungan
tidak patuh dalam mengikuti rencana Kepatuhan Pengobatan Terhadap
pengobatan. Ketidak patuhan yang kejadian Kejang Pada Pasien Epilepsi
dilakukan bisa dalam bentuk tidak Yang Bebas Kejang Selama Minimal 1
meminum obat sesuai anjuran, Tahun Pengobatan Di Poli Neurologi
mengurangi dosis obat, ataupun tidak RSUD.dr.A. Dadi Tjokrodipo Bandar
meminum/menghentikan pengobatan Lampung, maka dapat disimpulkan
tanpa membicarakannya kepada sebagai berikut:
dokter.12 1. Diketahui bahwa distribusi frekuensi
Faktor yang memengaruhi kepatuhan pengobatan pada pasien
kepatuhan seseorang dalam berobat epilepsi di Poli Neurologi
yaitu faktor petugas, faktor obat, dan RSUD.dr.A.Dadi Tjokrodipo Bandar
faktor penderita. Karakteristik petugas Lampung, memiliki tingkat
yang memengaruhi kepatuhan antara kepatuhan kategori tidak patuh
lain jenis petugas, tingkat pengetahuan, yaitu sebanyak 13 orang (34,2%).
lamanya bekerja, dan frekuensi 2. Diketahui bahwa distribusi kejadian
penyuluhan yang dilakukan. Faktor obat kejang pada pasien epilepsi di Poli
yang memengaruhi kepatuhan adalah Neurologi
pengobatan yang sulit dilakukan tidak RSUD.dr.A.Dadi Tjokrodipo Bandar
menunjukkan ke arah penyembuhan, Lampung, memiliki kejadian pernah
waktu yang lama, dan adanya efek kejang yaitu sebanyak 25 orang
samping obat. Faktor penderita yang (65,8%).
menyebabkan ketidakpatuhan adalah 3. Ada Hubungan Kepatuhan
umur, jenis kelamin, pekerjaan, Pengobatan Terhadap Kejadian
anggota keluarga, saudara atau teman Kejang Selama Minimal 1 Tahun
khusus.17 Pengobatan Pada Pasien Epilepsi Di
Berdasarkan penelitian Manjunath Poli Neurologi RSUD.dr.A. Dadi
et al, 2008, terdapat hubungan antara Tjokrodipo Bandar Lampung dengan
risiko terjadinya serangan kejang nilai p-value = 0,001
dengan kepatuhan pengobatan yakni
didapatkan terjadinya peningkatan
risiko serangan kejang sebesar 21% Daftar Pustaka
pada pasien yang tidak patuh pada 1. Weinman R & Horne R. 2005.
pengobatan dibandingkan yang patuh Patient provider Interaction and
(hazard ratio = 1.205, p = 0.0002). Health Care Comunication. Report
Selain itu, pada penelitian Jones et al, For The National Coordinating
2006, pasien yang buruk dalam Centre for NHS Service Delivery
menjalani kontrol pengobatan epilepsi and organisation R & D
mengalami serangan kejang yang lebih (NCCSDO). Brighton, Falmer:
sering dibandingkan dengan pasien University of Brighton
yang kontrol pengobatan epilepsi 2. Lailathusifah SNF.2010.
dengan rutin (p < 0.01).14 Kepatuhan pasien yang menderita
Menurut pendapat peneliti tak penyakit kronis dalam
seorang pun mematuhi instruksi jika mengkonsumsi obat harian.
orang tersebut salah paham tentang Fakultas Psikologi Universitas
instruksi yang diberikan padanya, Mercu Buana Yogyakarta.
termasuk dalam hal pengobatan jangka

142 Jurnal Ilmu Kedokteran


Jurnal IlmuDan Kesehatan,
Kedokteran DanVolume 4, Nomor
Kesehatan, 2, April
Volume 2017 2, April 2017
4, Nomor 142
3. Schaffer SD, Tian L. 2004. measure of outcome in epilepsy.
Promotion Adherence: Effect of Jounal of IMAB
the Theory Based Astma 11. Baker, G.A et All. 1998. Liverpool
Education. Clinical Nursing seizure saverity scale revisited.
Research 12. Firdha, S.N. 2003. Hubungan
4. Mc Auley JW et All. 2008. An Kepatuhan Pengobatan Antiepilepsi
Evaluation of Self Management Terhadap Frekuensi Dan
Behaviors and Medication Keparahan Kejang Pasien Pediatrik
Adherence in patients with Di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.
epilepsy. (Abstrak). University Gadjah Mada.
5. Malbasa T, Kodish E and 13. Faught, E.et All. 2008.
santacrose S. 2007. Adolescent Nonadherence To Antiepileptic
Adherence To oral therapy for Drugs And Increasd Mortality:
leukemia: A focus study. Journal Finding From The RANSOM Study
of pediatric oncology nursing. Neurologi.
6. Morisky DE, et all. 2008. 14. Jones, R.M & et all. 2006.
Predictive Validity of A medication Adherence to treatment in patients
Adherence Measure For with epilepsy: Asosiation with
Hypertension Control. Journal Of Seizure Control and Illness Beliefs,
clinical hypertension. Seizure.
7. Andarini, I. 2007. Hubungan 15. Dimatteo, M.R. et all. 2002.
kepatuhan pengobatan dengan Patient Adherence and Medical
remisi epilepsi pada anak, Laporan treatment outcomes: A meta-
penelitian akhir, Yogyakarta. IP analysis. Medical Care.
saraf FK UGM, 16. Wagner, M.L & et all. 2001.
8. Dodson, W.E & Pellock J.M. 2008. Complience in epilepsy: a review.
Pediatric Epilepsi Diagnosis & U.S Pharmachist.
Therapy, 3Rd Ed, Demos. New 17. Koumoutsous, J.E & et all. 2007.
York. The dual clinical impact of
9. Carpay, H.A et all. 1998. Epilepsi nonadherence: seizures and –
in Childhood. Arch Neurol avoidable AED dosage increase
10. Todorova, K.S et all. 2013. (Abstract ) Epilepsia.
Seizure saverity as an alternative

Jurnal Ilmu Kedokteran Dan Kesehatan, Volume 4, Nomor 2, April 2017 143

Anda mungkin juga menyukai