Jurnal Kompeten
Vol.3 No.2 – Juli – Desember 2020; hal. 15-19;
p-ISSN : 2615-6822;
journal homepage: https://jurnalkompeten.info
Reny Deswita
Akademi Keperawatan Yayasan Jalan Kimia Jakarta
Jl. Mayor Oking Jaya atmaja No.122 Cibinong Jakarta
e-mail: rede8605@gmail.com
Abstrak
Epilepsi merupakan penyakit kronis yang dapat muncul pada semua level usia.
Kualitas hidup yang rendah umum sekali terjadi pada pasien dengan epilepsy, banyak factor
yang dapat mempengaruhi, salah satu faktornya adalah kepatuhan minum obat. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi hubungan antara kepatuhan minum obat dengan
kualitas hidup pada pasien dengan epilepsy. Penelitian ini menggunakan design penelitian
cross sectional, melibatkan 30 pasien epilepsy yang dipilih dengan menggunakan teknik
consecutive sampling. Hasil dari penelitian ini adalah sebanyak 17 orang pasien (57%)
memiliki kulitas hidup yang rendah, terdapat hubungan yang signifikan antara kepatuhan
minum obat dengan kualitas hidup (p value=0,007). Penelitian ini dapat menyediakan data
dasar bagi pengembangan ilmu keperawatan yang terkait dengan kepatuhan minum obat pada
pasien dengan epilepsy.
Abstract
Epilepsy is a chronic disorde that occurs in all types of ages. Low quality of life
commonly occurs in people among epilepsy patients, various factors might influence it, one
of these factors is medication adherence. Therefore the aim of this study is to identify
associated between medication adherence and quality of life among epilepsy patients. This
study is a cross sectional analytic design, recruited 30 patients with epilepsy, by applying
consecutive sampling technique. The results of this study show that epilepsy patients have
low quality of life 17 patients (57%), there is significant associated between medication
adherence and quality of life in epilepsy patients (p value=0,007). This study is expected to
provide input to nurses as basic data in developing nursing studies epilepsy patients related
medication adherence.
laki-laki 17 orang (57%). Sedangkan status hormon seks dan selain itu jenis epilepsy
pernikahan terbanyak adalah belum atau pada laki-laki adalah epilepsi simtomatik
tidak menikah sebanyak 16 orang (52%) sedangkan perempuan epilepsi
dengan mayoritas tingkat pendidikan pada kriptogenik (Oktaviana, 2016).
responden adalah tinggi yaitu 18 orang Sedangkan status pernikahan pada
(60%). responden mayoritas belum menikah dan
Sedangkan kepatuhan minum obat tingkat pendidikan yang dimiliki sebagian
pada penelitian ini diketahui lebih banyak besar rendah. Hal ini diakibatkan salah
memiliki kepatuhan rendah 21 orang satunya adalah karena penderita epilepsi
(70%). kualitas hidup pasien epilepsi pada biasanya akan dijauhi atau dikucilkan
responden ditemukan lebih banyak oleh masyarakat sekitar karena masih
memiliki kualitas hidup buruk yaitu adanya ketakutan bahwa dirinya akan
sebanyak 17 orang (52%). tertular epilepsi.
Selain itu, penyandang epilepsi
Tabel 2 Hubungan Faktor Kepatuhan minum obat akan dianggap aneh dan menakutkan bila
dengan Kualitas Hidup Pasien Epilepsi di RS PMI serangannya kumat atau sedang
Bogot tahun 2019
Variabel OR (95% CI) P value
terjadi serangan. Hal ini menyebabkan
Kepatuhan penderita epilepsi menarik diri dan
Minum Obat 4,426 biasanya memiliki interaksi sosial yang
Tinggi (2,415-9,173) 0,007* kurang optimal.
Rendah Akibatnya banyak penyandang
* Bermakna pada α < 0,05 dengan uji Chi epilepsi yang memiliki tingkat
Square pendidikan yang rendah karena malu
atau minder dengan teman lainnya dan
Tabel 3 menunjukan ada hubungan itu pulalah yang menyebabkan
yang signifikan antara kualitas hidup penyandang epilepsy lebih banyak belum
pasien epilepsi kepatuhan minum obat menikah (Oktaviana, 2016).
(p=0,007 ; α < 0.05). Hasil yang signifikan ditemukan
pada kepatuhan minum obat. Hasil
Pembahasan penelitian ini menunjukan terdapat
Responden pada penelitian ini hubungan yang bermakna antara
mayoritas memiliki usia dewasa muda (18- kepatuhan minum obat dengan kualitas
40 tahun). Hasil penelitian ini sejalan hidup pada pasien epilepsi (p value 0,009).
dengan penelitian yang dilakukan oleh Hasil penelitian yang tidak jauh
Lin, Saffari, Koenig, & Pakpour (2018), berbeda dengan penelitian yang dilakukan
bahwa rata-rata usia pada pasien epilepsi oleh Lin, Burri. Firdlund, & Pakpour
di Hong Kong adalah 36,1 tahun. (2017) dapat diketahui bahwa kepatuhan
Data dari badan pusat statistik minum obat memiliki hubungan yang
nasional tahun 2010 juga diketahui bahwa bermakna postif terhadap kualitas hidup
rata-rata usia penduduk Indonesia adalah pasien epilepsi dengan nilai p value
27,2. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari =>0,001. Kejang pada epilepsi dapat
WHO tahun 2005, bahwa epilepsy lebih dikontrol oleh obat, karena sekitar 75 %
banyak terjadi pada laki-laki. Jenis pasien peilepsi kejang terkontrol dengan
kelamin, laki-laki lebih besar penggunaan obat secara rutin atau patuh
kemungkinan terkena epilepsi. Angka pengobatan (Espinosa-jovel et at, 2018).
kejadian kenapa laki-laki lebih besar Hal tersebut jika kepatuhan minum
kemungkinan terkena epilepsi dari pada obat baik maka, frekuensi kejang akan
perempuan ini belum diketahui. terkontrol. Sehingga fungsi sosial baik dan
Hanya berdasarkan data kualitas hidup menjadi meningkat.
epidemiologi dan dugaan terkait dengan Sebaliknya jika kepatuhan minum obat