Anda di halaman 1dari 17

ANALISIS KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM PERSEPSI


SENSORI ; KATARAK PADA Tn. X

Dibuat untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Mata Ajar Teori Keperawatan Medikal Bedah Lanjut I
Dosen: Cecep Eli Kosasih, Ph.D

Disusun oleh :
Ana Ikhsan H 220120180005
Cahyo Nugroho 220120180007
Sri Elis Rohaeti 220120180019
Ria Inriyana 220120180024
Mayriska Kalay 220120180032
Asha Grace Sicilia 220120180040
Ridal Sagala 220120180045

PEMINATAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan analisis kasus ini yang berjudul
“Analisis Kasus Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Persepsi Sensori ; Katarak Pada Tn.
X”.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai
segala usaha kita. Amin.

Bandung, 27 Mei 2019

Penyusun

2
A. KASUS

Tn X, usia 80 tahun, agama Islam. Saat ini Tn. X tidak bekerja, sebelumnya bekerja sebagai
petani dan kadang – kadang, berjualan tape untuk memenuhi kebutuhannya sehari - hari.
Sekarang tidak lagi sanggup untuk bekerja dikarenakan semakin meningkatnya usia. Tn X
mengeluh tidak bisa melihat dengan jelas, seperti ada kabut di matanya.
Sejak satu tahun lalu Tn.X mengeluh nyeri di daerah kepala dan dada. Tn. X tidak tahu
kenapa dia terus mengalami pusing dan dadanya terasa sesak, tapi setelah berobat di klinik
baru tahu kalau sakit hipertensi. Biasanya mengonsumsi captopril 12, 5 mg 2x1 dan kalau sakit
dadanya kumat selalu mengkonsumsi neo napacin tablet 1x dalam sehari. Tidak ada riwayat
alergi, baik alergi terhadap obat maupun makanan. Makan 3x sehari dengan ½ porsi, Berat
badan: 50 kg, Tidak punya masalah dalam mengkonsumsi makanan.
Pemeriksaan Fisik
TD:190/100 mmhg, RR: 28 x/mnt, N: 84 x/mnt, Temp: 36 C. Bentuk kepala bulat, kulit kepala
tidak terlalu bersih. Mata: mengalami perubahan penglihatan, dikarenakan usia lanjut. Dan
hanya satu mata yang bisa melihat. Hal itu dikarenakan adanya trauma yang terjadi pada
sehingga mengakibatkan mata kanannya tidak lagi berfungsi. Tidak menggunakan kacamata,
sehingga dengan begitu Tidak terlalu bisa melihat dengan baik. Fungsi penglihatan: terganggu
karena adanya kekeruhan lensa pada mata sebelah kiri dan mata sebelah kanan tidak bisa
melihat.
Psikososial
mengatakan cemas akan setiap hari - hari yang dilaluinya, juga mengaku kalau dia sering
menangis jika mengingat akan jalan hidupnya. Juga mengatakan kalau dia sering mengalami
kesulitan dalam berkonsentrasi.

3
B. Diskusikan :
1. Patofisiologi kasus diatas

2. Intervensi keperawatan (diagnosa, rencana intervensi, rasional)


DS:
 Usia 80 thn
 Tn X mengeluh tidak bisa melihat dengan jelas, seperti ada kabut di matanya.
 Sejak satu tahun laluTn. X mengeluh nyeri di daerah kepala dan dada
 Tn. X tidak tahu kenapa dia terus mengalami pusing dan dadanya terasa sesak, tapi setelah
berobat di klinik baru tahu kalau sakit hipertensi
 Biasanya mengonsumsi captopril 12,5 mg 2x1 dan kalau sakit dadanya kumat selalu
mengkonsumsi neonapacin tablet 1x dalam sehari
 Mengatakan cemas akan setiap hari - hari yang dilaluinya
 Pasien sering menangis jika mengingatakan jalan hidupnya dan sering mengalami kesulitan
dalam berkonsentrasi.
DO:
 TD:190/100 mmhg,
 RR: 28 x/mnt,
 N: 84 x/mnt

4
 Temp: 36 C
 Kulit kepala tidak terlalu bersih
 Mata: mengalami perubahan penglihatan, dikarenakan usia lanjut
 Hanya satu mata yang bisa melihat adanya trauma yang terjadi pada sehingga mengakibatkan
mata kanannya tidak lagi berfungsi
 Fungsi penglihatan: terganggu karena adanya kekeruhan lensa pada mata sebelah kiri dan
mata sebelah kanan tidak bisa melihat.

ANALISA DATA

No Data Etiologi Masalah


1. DS: Katarak Gangguan persepsi
 Tn X mengeluh tidak ↓ sensori-perseptual
bisa melihat dengan Bertambah usia penglihatan
jelas, seperti ada kabut ↓
di matanya. Pusing. Lapisan luar katarak
Sakit kepala. mencair

DO: Membentuk cairan
 Fungsi penglihatan: putih seperti susu
terganggu karena ↓
adanya kekeruhan lensa Penumpukan cairan
pada mata sebelah kiri ↓
dan mata sebelah kanan Kapsul lensa pecah
tidak bisa melihat. ↓
Menghalangi
cahaya yang masuk
ke kornea

Bayangan semu

5
yang sampai ke
retina

Otak
menginterpretasikan
sebagai bayangan
berkabut

Pandangan kabur

Gangguan Persepsi
Sensori:
Penglihatan
2. DS: Katarak Ansietas
 Pasein mengatakan ↓ (Domain 9 : Koping/
cemas akan setiap hari - Penyakit tertentu toleransi stress, kelas 2:
hari yang dilaluinya (hipertensi) respon koping)
 Pasien tidak tahu ↓
kenapa dia terus Viskositas darah
mengalami pusing dan meningkat
dadanya terasa sesak. ↓
 Pasien sering menangis Menyumbat
jika mengingatakan pembuluh darah
jalan hidupnya dan pada mata
sering mengalami ↓
kesulitan dalam Suplai O2 pada
berkonsentrasi. mata menurun

DO: Kematian jaringan
o RR: 28 x/mnt, pada lensa
o TD:190/100 mmhg, ↓

6
Pusing dan sulit
berkonsentrasi

Koping tidak efektif

Ansietas
3 DS: Katarak Defisit pengetahuan/
. Pasien tidak tahu ↓ Kurang Pengetahuan
kenapa dia terus Penyakit tertentu
mengalami pusing dan (hipertensi)
dadanya terasa sesak, ↓
tapi setelah berobat di Viskositas darah
klinik baru tahu kalau meningkat
sakit hipertensi ↓
Menyumbat
DO: - pembuluh darah
pada mata

Suplai O2 pada
mata menurun

Kematian jaringan
pada lensa

Pusing dan sulit
berkonsentrasi

Pasien tidak tahu
dan sering bertanya

Kurang

7
Pengetahuan
DS:
4 Katarak Resiko cedera

. Pasien mengeluh tidak ↓
bisa melihat dengan Fisik (trauma) dan
jelas, seperti ada kabut bertambahnya usis
di matanya. ↓
Degenerasi lensa
DO: ↓
 Mata: mengalami Perubahan protein
perubahan penglihatan, & senyawa pada
dikarenakan usia lanjut lensa
 Hanya satu mata yang ↓
bisa melihat karena Koagulasi serat
adanya trauma yang protein
terjadi sehingga ↓
mengakibatkan mata Noda pada lensa
kanannya tidak lagi (Lensa Keruh)
berfungsi ↓
 Fungsi penglihatan: Menghalangi
terganggu karena cahaya yang masuk
adanya kekeruhan lensa ke kornea
pada mata sebelah kiri ↓
dan mata sebelah kanan Bayangan semu
tidak bisa melihat. yang sampai ke
retina

Sensitivitas dan
ketajaman mata
menurun

Sensitif dengan

8
cahaya

Resiko Jatuh

Diagnosa keperawatan Prioritas:


1. Gangguan persepsi sensori-perseptual penglihatan b.d Gangguan penerimaan sensori/status
organ indera ditandai dengan menurunnya ketajaman
2. Ansietas b.d Perubahan pada status kesehatan.
3. Kurang pengetahuan b.d Kurang informasi tentang penyakit
4. Resiko Jatuh b.d Keterbatasan penglihatan.

Nursing Plane Care


1. NCP Gangguan persepsi sensori-perseptual penglihatan b.d Gangguan
penerimaan sensori/status organ indera ditandai dengan menurunnya ketajaman
Diagnosa Kep : Gangguan persepsi sensori-perseptual penglihatan b.d Gangguan penerimaan
sensori/status organ indera ditandai dengan menurunnya ketajaman
Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
NOC : NIC :
Setelah dilakukan tindakan  Kaji ketajaman penglihatan  untuk mengidentifikasi
keperawatan selama 2x24 kemampuan visual
Jam Pasien mampu pasien.
mengindera dengan tepat  Orientasikan pasien akan lingkungan  untuk meningkatkan
gambaran secara visual, fisik sekitarnya. kemampuan persepsi
mengidentifikasi dan sensori
menunjukkan pola-pola  Anjurkan penggunaan alternative  untuk meningkatkan
alternatif untuk rangsang lingkungan; kemampuan respon
meningkatkan penerimaan stimulus lingkungan.
rangsang penglihatan.  Cegah sinar yang menyilaukan  untuk mencegah distress
Kriteria Hasil :  untuk menurunkkan
 Berespon terhadap  Optimalisasi lingkungan resiko cedera

9
stimulus pandangan
 Pandangan kabur  Gunakan kacamata sebagai alat bantu  Membantu penglihatan
 Penglihatan terganggu
 Sakit kepala  Kolaborasi pemberian obat penurun  Mengurangi pusing dan
 Pusing tensi sakit kepala
 Tekanan pada mata

2. NCP Ansietas b.d Perubahan pada status kesehatan


Diagnosa Kep : Ansietas b.d Perubahan pada status kesehatan
Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
NOC : NIC :
Setelah dilakukan tindakan  Kaji tingkat kecemasan  untuk mengetahui
keperawatan selama 2x24  Mendorong klien mengungkapkan kecemasan klien.
Jam Pasien Tidak terjadi perasaannya  hal ini dapat mengurangi
kecemasan. rasa cemas pada klien.
Kriteria Hasil :  Menjelaskan gambaran penyakitnya  peningkatan pemahaman
 Pasien mengungkapkan tentang kejadian yang
kecemasan berkurang mungkin terjadi dapat
menurunkan kecemasan
 Memberikan kesempatan bertanya,  dapat memerjelas
pemahaman

3. NCP Kurang pengetahuan b.d Kurang informasi tentang penyakit


Diagnosa Kep : Kurang pengetahuan b.d Kurang informasi tentang penyakit
Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

10
NOC : NIC :
Setelah dilakukan tindakan  Kaji tingkat pengetahuan keluarga  untuk mengetahui
keperawatan selama 2x24 pemahaman keluarga.
memahami cara perawatan  Menjelaskan tentang proses penyakit  memberikan gambaran
dirumah. dan tanda gejala penyakit dari penyakit yang
Kriteria Hasil : diderita klien.
 Pasien mampu  Menjelaskan tindakan yang  meningkatkan
mengidentifikasi diperbolehkan dan yang perlu pemahaman keluarga.
kegiatan perawatan dihindari  untuk memperluas
rumah yang diperlukan. cakupan diskusi
 Memberika kesempatan bertanya pembahasan.
 Memberikan informasi pada pasien  Dapat mengurangi
sesuai kondisinya kecemasan pasien

4. NCP Resiko Jatuh b.d Keterbatasan penglihatan


Diagnosa Kep : 4. Resiko Jatuh b.d Keterbatasan penglihatan
Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
NOC : NIC :
Setelah dilakukan tindakan  Identifikasi kekurangan baik kognitif  Untuk mengetahui
keperawatan selama 2x24 atau fisik dari pasien yang sejauh mana kekurangan
risiko jatuh pada pasien memungkinkan meningkatkan potensi fisk terutama pada
dapat dicegah jatuh pada lingkungan tertentu penglihatan pasien
Kriteria Hasil :  Identifikasi perilaku dan faktor yang  Agar pasien mengetahui
 Penggunaan alat bantu mempengaruhi risiko jatuh resiko yang dapat
yang benar menyebabkan jatuh
 Alas kaki yang tepat  Kaji ulang risiko jatuh bersama pasien  Pasien dan keluarga
 Penggunaan dan keluarga harus mengenali risiko di
pencahayaan lingkungan sekitar
lingkungan yang benar tempat tinggal yang

11
 Latihan mengurangi menimbulkan jatuh
resiko jatuh  Ajarkan pasien bagaimana jika jatuh  Mencegah cedera lebih
 Pentingnya menjaga untuk meminimalkan cedera lanjut
alur jalan yang jelas  Sediakan pencahayaan yang cukup  Cahaya yang cukup
 Strategi menjaga dalam rangka meningkatkan dapat memperjelas
permukaan lantai tetap pandangan pandangan
aman  Sediakan lantai yang tidak licin atau  Mengurangi risiko jatuh
basah
 Orientasikan pada lingkungan fisik  Mengenali lingkungan
dapat mencegah jatuh

3. Tindakan kolaboratif (medis, fisioterafis, dll)

A. Pengobatan untuk katarak adalah pembedahan yang dilakukan jika penderita tidak dapat
melihat dengan baik dengan bantuan kaca mata untuk melakukan kegiatannya sehari-hari.
Jika katarak tidak mengganggu biasanya tidak perlu dilakukan pembedahan. Adapun indikasi
operasi :
1. Indikasi Optik
Merupakan indikasi terbanyak dari pembedahan katarak. Jika penurunan dari tajam
penglihatan pasien telah menurun hingga mengganggu kegiatan sehari-hari, maka operasi
katarak bisa dilakukan.
2. Indikasi Medis
Pada beberapa keadaan di bawah ini, katarak perlu dioperasi segera, bahkan jika
prognosis kembalinya penglihatan kurang baik :
 Katarak hipermatur
 Glaukoma sekunder
 Uveitis sekunder
 Dislokasi/Subluksasio lensa
 Benda asing intra-lentikuler
 Retinopati diabetika

12
 Ablasio retina
3. Indikasi Kosmetik Jika penglihatan hilang sama sekali akibat kelainan retina atau nervus
optikus, namun kekeruhan katarak secara kosmetik tidak dapat diterima, misalnya pada
pasien muda, maka operasi katarak dapat dilakukan hanya untuk membuat pupil tampak
hitam meskipun pengelihatan tidak akan kembali.
TEKNIK OPERASI KATARAK :
1. Intracapsular Cataract Extraction ( ICCE)
Pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa besama kapsul. Dapat dilakukan pada
zonula Zinn telah rapuh atau bergenerasi dan mudah diputus. Pada katarak ekstraksi
intrascapular tidak akan terjadi katarak sekunder dan merupakan tindakan pembedahan
yang sangat lama populer. Akan tetapi pada tehnik ini tidak boleh dilakukan atau
kontraindikasi pada pasien berusia kurang dari 40 tahun yang masih mempunyai segmen
hialoidea kapsular. Penyulit yang dapat terjadi pada pembedaha ini yaitu astigmat,
glaucoma, uveitis, endoftalmitis dan perdarahan, sekarang jarang dilakukan.
2. Extracapsular Cataract Extraction (ECCE)
a. Extracapsular Cataract Extraction (ECCE)
Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran isi lensa
dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga massa lensa dan
korteks lensa dapat keluar melalui robekan tesebut. Termasuk dalam golongan ini
ekstraksi linear, aspirasi dan ligasi. Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak
muda, pasien dengan kelainan endotel, bersama-sama keratoplasti, implantasi lensa
intra ocular, kemungkinan akan dilakukan bedah glaucoma, mata dengan predisposisi
untuk tejadinya prolaps badan kaca, sebelumnya mata mengalami ablasi retina, mata
dengan sitoid macula edema, pasca bedah ablasi, untuk mencegah penyulit pada saat
melakukan pembedahan katarak seperti prolaps badan kaca. Penyulit yang dapat
timbul pada pembedahan ini yaitu dapat terjadinya katarak sekunder.
b. Small Incision Cataract Surgery (SICS) SICS adalah salah satu teknik operasi katarak
yang pada umumnya digunakan di Negara berkembang. Teknik ini biasanya
menghasilkan hasil visus yang bagus dan sangat berguna untuk operasi katarak
dengan volume yang tinggi. Teknik ini dilakukan dengan cara insisi 6 mm pada sclera
(jarak 2 mm dari limbus), kemudian dibuat sclera tunnel sampai di bilik mata depan.

13
Dilakukan CCC, hidrodiseksi, hidrideliniasi dan disini nucleus dikeluarkan dengan
manual, korteks dikeluarkan dengan aspirasi dan irigasi kemudian dipasang IOL in
the bag.
c. Phacoemulsification. Phacoemulsifikasi adalah teknik yang paling mutakhir. Hanya
diperlukan irisan yang sangat kecil saja. Dengan menggunakan getaran ultrasonic
yang dapat menghancurkan nukleus lensa. Sebelum itu dengan pisau yang tajam,
kapsul anterior lensa dikoyak. Lalu jarum ultrasonik ditusukkan ke dalam lensa,
sekaligus menghancurkan dan menghisap massa lensa keluar. Cara ini dapat
dilakukan sedemikian halus dan teliti sehingga kapsul posterior lensa dapat dibiarkan
tanpa cacat. Dengan teknik ini maka luka sayatan dapat dibuat sekecil mungkin
sehingga penyulit maupun iritasi pasca bedah sangat kecil. Irisan tersebut dapat pulih
dengan sendirinya tanpa memerlukan jahitan sehingga memungkinkan pasien dapat
melakukan aktivitas normal dengan segera. Teknik ini kurang efektif pada katarak
yang padat.
B. Fisioterapi pada pasien katarak
Diplopia adalah persepsi bayangan ganda saat melihat satu benda. Dipopia bisa terjadi
monokuler maupun binokuler. Diplopia monokuler ada jika salah satu mata dibuka
sedangkan diplopia binokuler hilang jika salah satu mata ditutup (Wessels, 2011).
Diplopia akibat operasi katarak, menurut penelitian Karagiannis et al. (2007 ),
mengatakan 6,8% menderita diplopia setelah operasi katarak, dan lebih banyak terjadi
pada perempuan serta sering pada mata kiri
Dalam penelitian yang dilakukan oleh rian aryanda (2011) pada tatalaksana fisioterapi
pada pasien diplopia, hasil menunjukan setelah dilakukan fisioterapi dengan
menggunakan electrical stimulation dan near distance exercise. Dari hasil fisioterapi
selama 6 kali di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta diperoleh hasil yaitu
(1) berkurangnya penurunan kelopak mata setelah dilakukan electrical stimulasi arus
faradik dan near distance exercises
(2) berkurangnya diplopia yang terjadi setelah dilakukan terapi electrical stimulasi arus
faradic dan near distance exercise

14
4. Tindakan untuk keluarga pasien dan rencana pemulangan pasien
1) Cegah sinar matahari langsung menghadap mata
2) Pada saat membaca sebaiknya sinar berada dari bagian belakang kepala
3) Penerangan lampu yang memadai
4) Usahakan lantai bersih, rata, dan tidak licin
5) Pastikan tempat tidur dalam posisi rendah
6) Menghindari asap rokok
7) Gunakan alat bantu seperti tongkat/kursi jika diperlukan
8) Membuat lingkungan rumah yang nyaman dan aman untuk menghindari cedera
Bila dilakukan tindakan operasi, maka hal-hal yang perlu diperhatikan pasien dan keluarga
setelah tindakan operasi adalah :
1) Pasien tidak boleh terlalu keras mengedan pada waktu BAB
2) Hindari pasien untuk mengangkat beban berat, merokok, batuk, dan membungkuk terlalu
lama
3) Pasien boleh duduk 6 jam setelah operasi dan boleh jalan 12 jam sesudah operasi.
4) Jangan berbaring ke sisi mata yang yang di bedah
5) Menjaga kebersihan mata
6) Mata tidak boleh ditutup kasa dan digosok-gosok, tetapi tutup dengan eye patch
7) Boleh mencuci rambut, namun dibantu (salon). Mata tidak boleh terkena air
8) Kontrol rutin sesuai waktu yang ditentukan dokter
9) Hindari tetesan langsung pada pupil
10) Minum obat sesuai resep dokter
11) Jika ada masalah terkait mata, maka harus segera menghubungi dokter, yaitu :
12) Nyeri yang tidak teratasi dengan obat
13) Penglihatan memburuk seketika
14) Cairan mata berlebihan dari mata yang dioperasi
15) Cara penggunaan tetes mata
a) Cuci tangan
b) Pasien duduk/berbaring dan melihat ke atas
c) Tarik kelopak mata yang sakit ke bawah
d) Teteskan satu tetes ke tengah-tengah kelopak mata

15
e) Usahakan agar penetes tidak menyentuh lipatan mata atau bulu mata
f) Pasien menjaga agar mata tetap tertutup selama 1-2 menit upaya obat terserap
g) Cuci tangan
16) Cara penggunaan salep mata
a) Cuci tangan
b) Pasien berbaring/duduk dan melihat ke atas
c) Tarik kelopak mata yang sakit ke bawah kemudian pencet ujung salep, ujung tube
jangan sampai menyentuh mata
d) Pasien dianjurkan menutup matanya 2-3 menit, supaya obat masuk dan terserap
e) Selama pemberian salep, penglihatan akan kabur sebentar, dan istirahatlah
f) Cuci tangan

16
DAFTAR PUSTAKA

Addison D., J.,Miguel N. Burnier, Jr., Cecil C. Ewing. 2006. Ian M. MacDonald, Brent J.
MacInnis, J. Clement McCulloch (2007), et al 2008. Canadian Ophthalmological Society
evidence-based clinical practice guidelines for cataract surgery in the adult eye. Canada:
Canadian Journal of Ophthalmology (CJO). Available from : http:// 66.147.244.248/~
cosscoca/ wpcontent/uploads/2012/09/COS_CataractCPGs_Oct08.pdf
Ilyas. 2008. Ilmu Penyakit Mata Edisi Ketiga. Jakarta:FKUI
Murrill, C., A., David L. Stanfield, Michael D. VanBrocklin, Ian L. Bailey, Brian P.
DenBeste, Ralph C. DiIorio et al 2004. USA Optometric Clinical Practice Guideline Care of the
Adult Patient with Cataract. USA: American Optometric Association Consensus Panel.
Available from : http://www.aoa.org/documents/CPG-8.pdf
Tamsuri. 2008. Klien Gangguan Mata dan Penglihatan Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta:EGC
Vaughan, D.2005. Oftalmologi Umum. Alih bahasa Jan Tambajong dan Brahm U. Ed.14.
Jakarta : Widya Medika. hlm. 98-99.
Wessels. 2011. Diplopia Clinical Presentation.

17

Anda mungkin juga menyukai