TINJAUAN PUSTAKA
A. Gagal Ginjal
1. Anatomi Ginjal
Ginjal merupakan organ yang berbentuk seperti kacang, terletak
dikedua sisi kolumna vertebralis. Ginjal kanan sedikit lebih rendah
dibandingkan dengan ginjal kiri karena tertekan kebawah oleh hati. Kutup
atasnya terletak setinggi kosta kedua belas, sedangkan kutup atas ginjal
sebelah kiri terletak setinggi kosta sebelas. Ginjal terletak dibagian
belakang abdomen atas, dibelakang peritoneum, didepan dua kosta
terakhir dan tiga otot besar yaitu transverses abdominalis, kuadratus
lumborum dan psoas mayor. Ginjal dipertahankan dalam posisi tersebut
oleh bantalan lemak yang tebal. Kelenjar adrenal terletak diatas kutup
masing-masing ginjal. Ginjal terlindung dengan baik dari trauma
langsung: disebelah posterior dilindungi oleh kosta dan otot-otot yang
meliputi kosta, sedangkan dianterior dilindungi oleh bantalan usus yang
tebal. Kalau ginjal cidera maka hampir selalu diakibatkan oleh kekuatan
yang mengenai kosta kedua belas yang berputar kedalam dan menjepit
ginjal diantara kosta sendiri dan corpus vertebrae lumbalis. Karena
perlindungan yang sempurna terhadap langsung ini maka ginjal dengan
sendirinya sukar untuk diraba dan juga sulit untuk dicapai waktu
pembedahan. Ginjal kiri yang ukurannya normal biasanya tidak teraba
waktu pemeriksaan fisik karena dua pertiga atas permukaan anterior ginjal
tertutup oleh limpa. Tetapi kutup bawah ginjal kanan yang berukuran
normal dapat diraba secara bimanual.
2. Fungsi ginjal
Fungsi utama ginjal :
a. Fungsi ekskresi
Fungsi ekskresi antara lain mempertahankan osmolalitas
plasma,
mempertahankan pH
plasma,
mempertahankan kadar
urine (oliguri) atau tidak ada urine sama sekali (anuri) (Lumenta,
2002).
b. Gagal ginjal kronik adalah kerusakan ginjal progresif yang berakibat
fatal dan ditandai dengan uremia (urea dan limbah nitrogen lainya
yang beredar dalam darah serta komplikasinya jika tidak dilakukan
dialisis atau transplantasi ginjal) (Nursalam, 2006).
penyakit maka seluruh unitnya akan hancur namun sisa nefron yang
masih utuh tetap bekerja normal. Uremia akan timbul bilamana jumlah
nefron sudah sedemikian berkurang sehingga keseimbangan cairan dan
elektrolit tidak dapat dipertahankan lagi. Hipotesis nefron yang utuh ini
paling berguna untuk menjelaskan pola adaptasi fungsional pada
penyakit ginjal progresif yaitu kemampuan untuk mempertahankan
keseimbangan air dan elektrolit tubuh kendatipun ada penurunan GFR
yang nyata.
Urutan peristiwa patofisiologi gagal ginjal progresif dapat
diuraikan dari segi hipotesis nefron yang utuh. Meskipun penyakit ginjal
kronik terus berlanjut namun jumlah solute yang harus diekskresi oleh
ginjal untuk mempertahankan homeostasis tidaklah berubah kendati
10
11
3) Pascarenal
Pascarenal yang menyebabkan gagal ginjal akut biasanya
akibat dari obstruksi di bagian distal ginjal. Tekanan di tubulus
ginjal meningkat, akhirnya laju filtrasi glomerulus meningkat.
b. Gagal ginjal kronik
Gagal ginjal kronik dapat disebabkan oleh penyakit sistemik
seperti diabetes melitus, glomerulonefritis kronis, pielonefritis,
hipertensi yang tidak dapat dikontrol, obstruksi traktus urinarius, lesi
herediter. Lingkungan dan agen berbahaya yang mempengaruhi gagal
ginjal kronis seperti timah, kadmium, merkuri, dan kromium. Dialisis
atau
transplantasi
ginjal
kadang-kadang
diperlukan
untuk
12
13
d. Disfungsi ereksi
Ketidakmampuan
seorang
pria
untuk
mencapai
atau
14
15
intermiten,
mandiri
berkesinambungan
(CAPD),
mesin
berkesinambungan (CCPD).
5. Prinsip Hemodialisa
Ginjal yang sudah sangat berkurang fungsinya akan menyebabkan
berbagai keadaan dalam tubuh antara lain: Air makin tertimbun dalam
tubuh sehingga terutama membebani jantung, paru dan organ-organ lain.
Air yang berlebuhan dapat membahayakan tubuh. Zat-zat sampah dan zat
lain makin tertumpuk sehingga meracuni tubuh, bahkan ada yang
membahayakan seperti kalium.
Prinsip hemodialisa adalah menempatkan darah berdampingan
dengan cairan pencuci (dialisat) yang dipisahkan oleh suatu membran
tipis (membran semi permeabel).
Membran ini dapat dilalui oleh air, zat sampah dan zat lain,
sehingga terjadi proses yang disebut dialisis yaitu berpindahnya bahan/zat
dan air melalui membran semi permeabel.
Dalam kegiatan dialisis tersebut terjadi 3 proses: (1) Proses diffusi
: berpindahnya zat karena perbedaan kadar di dalam darah dan di dalam
cairan dialisat. Makin tinggi kadar zat di dalam darah makin banyak zat
16
yang pindah ke dialisat, (2) Proses ultrafiltrasi: pindahnya zat dan air
karena perbedaan tekanan hidrostatik di darah dan dialisat, (3) Proses
osmosis: berpindahnya air karena tenaga kimia, yaitu perbedaan
osmolalitas darah dan dialisat. Luasnya membran yang memisahkan
ruangan atau kompartemen darah dari kompartemen dialisat akan
mempengaruhi jumlah zat dan air yang berpindah, demikian pula daya
saring membran.
6. Sistem Hemodialisa
Komponen dalam keadaan jalan hemodialisis terbagi dalam 3
bagian komponen yaitu :
a. Sistem sirkulasi darah, sistem ini dimulai dari pembuluh darah yang
akan mengalirkan darah kepada sirkulasi darah. Pembuluh yang
langsung dapat dipakai tanpa persiapan lebih dulu adalah vena di
paha, vena di dekat leher dan sebagainya, selain pilihan tersebut dapat
disiapkan AV Shunts, yaitu pemasangan cannula di pembuluh darah
lengan atau kaki (Scribner Shunt), darah masuk dalam sistem sirkulasi
menuju ke ginjal buatan dengan kecepatan 200-300 ml/menit karena
ditarik oleh pompa darah yang berputar memijit pipa saluran darah.
Kecepatan putaran pompa dapat diatur sesuai kebutuhan kecepatan
aliran darah. Pada awal sistem sirkulasi, heparin (suatu zat anti
pembekuan darah), diinjeksikan ke dalam darah sehingga darah tidak
menjadi beku ketika beredar di dalam sistem sirkulasi tersebut. Darah
masuk ke dalam ginjal buatan. Keluar dari ginjal buatan darah menuju
ke arah tubuh. Pada daerah ini terdapat alat monitor tekanan
hidrostatik alat yang mengawasi kalau-kalau ada gelembung udara
yang akan masuk ke tubuh.
b. Sistem pencampuran dan sirkulasi dialisat, dialisat terbentuk dari 2
bahan yaitu cairan dialisat pekat dan air. Dialisat dapat dicampur
terlebih dahulu dengan bacth system, atau dicampur secara otomatis
sambil hemodialisis berjalan disebut sebagai On Line Proportioning
System. Perbandingan campuran : cairan dialisat pekat : air = 1 : 3.
17
(PAN),
polymenthxyl
methacrylate
(PMMA).
18
C. Reuse Dialyzer
1. Pengertian
Suatu tindakan penggunaan dialyzer ulang, yang proses pembersihannya
dilakukan secara otomatis atau manual.
biokompatibilitas
dialyzer
atau
menurunkan
19
4. Prosedur
Pembuatan
Reuse
Dialyzer
Secara
Manual
dan
Menggunakan Mesin
Penggunaan Reuse dialyzer sudah diakui di dunia. Association for
The Advancement of Medical Instrumentation (AAMI) di Amerika telah
membuat prosedur pembuatan Reuse dialyzer ini sehingga secara hukum
telah legal.
Prosedur
pembuatan
dialyzer
mengklaim
bahwa
dialyzer
produknya hanya untuk sekali pakai. Di lain pihak perusahaan yang sama
juga memproduksi alat pembuat reuse, sehingga sekarang tidak ada
masalah lagi menggunakan dialyzer dengan label sekali pakai atau
dipakai berulang kali.
Program ini harus juga didukung dengan informed consent yang
baik terhadap pasien. Pasien seharunys diberitahu secara jelas prosedur
pembuatan, keuntungan dan kerugian pemakaian reuse dialyzer, bahkan
pasien dapat dilibatkan langsung dalam pembuatannya seperti yang sudah
dilakukan beberapa pusat dialisis di luar negeri.
a. Prosedur Pembuatan Reuse Dialyzer Secara Manual
Terdiri dari : (1) Rinsing (pembilasan), pembilasan dialyzer bertujuan
untuk membersihkan sisa darah setelah proses hemodialisis.
Pembilasan dapat dilakukan dengan air yang telah diolah oleh Water
Treatment, biasa disebut air RO (Reverse Osmosis). Setelah dialyzer
dilepas dari mesin proses pembuatan reuse harus dimulai. (2)
Cleaning
(membersihkan),
darah
dapat
dibersihkan
dengan
20
21
5. Pendokumentasian
Pendokumentasian meliputi pencantuman etiket / stickey label
pada dialyzer, mencatat dalam buku reuse: nama, berapa kali di reuse,
nama petugas, jenis dialyzer, PV 80%, jam, tanggal dan penyimpanan
dialyzer pada tempatnya.
Kraton
Kabupaten
Pekalongan.
b. Tujuan khusus:
1) Dapat diulang pada pasien yang sama
2) Meringankan biaya dialysis
3) Mencegah terjadinya first use syndrome (gejala alergi karena
pemakaian obat baru)
4) Staf dialisis dapat mengetahui dan memahami prosedur yang
berlaku
c. Kebijakan
1) Keputusan direktur Nomor 800/015/2010 tanggal 10 Februari 2010
tentang pemberlakuan standar prosedur operasional di RSUD
Kraton Kabupaten Pekalongan
22
23
e. Penatalaksanaan :
1) Petugas mengenakan alat pelindung diri
2) Membawa dialyzer ke tempat reuse menggunakan ember tertutup
3) Membilas dialyzer dengan menggunakan air RO untuk membuang
sisa-sisa darah dan dialisat. Pada kompartemen darah dan
kompartemen dialisat
4) Mengalirkan
H2O2
3%
pada
kompartemen
dialisat
dan
mengizi
dialyzer
dengan
formalin
5%
pada
24
D. Kerangka Teori
Gagal ginjal kronik adalah kerusakan ginjal progresif yang berakibat
fatal dan ditandai dengan uremia (urea dan limbah nitrogen lainnya yang
beredar dalam darah serta komplikasinya jika tidak dilakukan dialisis atau
transplantasi ginjal, Nursalam, 2006).
Salah satu terapi pengganti pada gagal ginjal kronik adalah melalui
cuci darah atau hemodialisis. Hemodialisis adalah suatu bentuk prosedur cuci
darah dimana darah dibersihkan melalui ginjal buatan dengan bantuan mesin
(Lumenta, 2007). Prosedur tindakan dialisis dapat menggunakan dialyzer
baru maupun dialyzer pemakai berulang (reuse dialyzer). Baik menggunakan
dialyzer baru maupun reuse dialyzer semua ada keuntugan dan kerugiannya,
namun salah satu hal yang tidak boleh diabaikan adalah tercapainya Adekuasi
Dialisis yaitu tercapainya penurunan nilai ureum post dialisis yang adekuat.
Adapun keuntungan new dialyzer yaitu tidak adanya transmisi infeksi dan
klirens ureum masih standart, sedangkan kerugian dari pengguna new
dialyzer biasanya sering timbul first use syndrom dan biaya mahal. Proses
25
Bagal 2.1
Kerangka Teori Penelitian
Intervensi hemodialisis
dengan new dialyzer
Kadar ureum
Gagal ginjal
kronik
Kadar creatinin
Intervensi hemodialisis
dengan reuse dialyzer
26
E. Kerangka Konsep
Bagan 2.2
Kerangka Konsep Pengukuran Ureum Pre dan Post Hemodialisa
pada New Dialyzer dan Reuse Dialyzer
New Dialyzer
Post Test
Pre Test
Reuse Dialyzer 1
Post Test
Pre Test
Reuse Dialyzer 2
Post Test
Pre Test
Reuse Dialyzer 3
Post Test
Pre Test
Reuse Dialyzer 4
Pre Test
Post Test
Reuse Dialyzer 5
Pre Test
Post Test
27
F. Variabel Penelitian
Variabel adalah sesuatu yang diinginkan sebagai ciri, sifat atau ukuran
yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu konsep
pengertian (Notoatmodjo, 2005).
1. Variabel Dependent
Variabel dependent merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi
akibat karena variabel bebas. Variabel ini tergantung dari variabel bebas
terhadap perubahan (Notoatmodjo, 2005).
2. Variabel Independent
Variabel independent merupakan variabel yang menjadi sebab perubahan
atau timbulnya variabel dependent (terikat). Variabel ini juga dikenal
variabel bebas dalam mempengaruhi variabel lainnya (Hidayat, 2005).
Variabel independent pada penelitian yaitu new dialyzer dan reuse
dialyzer.
G. Hipotesis
Hipotesis penelitian ini sebagai berikut:
1. Ada perbedaan penurunan kadar ureum pada new dialyzer dengan reuse
dialyzer 1
2. Ada perbedaan penurunan kadar ureum pada new dialyzer dengan reuse
dialyzer 2
3. Ada perbedaan penurunan kadar ureum pada new dialyzer dengan reuse
dialyzer 3
4. Ada perbedaan penurunan kadar ureum pada new dialyzer dengan reuse
dialyzer 4
5. Ada perbedaan penurunan kadar ureum pada new dialyzer dengan reuse
dialyzer 5