Anda di halaman 1dari 4

KARAKTERISTIK PASIEN EPILEPSI DI POLIKLINIK SARAF RUMAH

SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH PERIODE JANUARI-DESEMBER


2016

Untuk Memenuhi Capaian Tugas Mata Ajar Keperawatan Anak

Disusun Oleh:
Bayu Tri Harryana

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS

UNIVERSITAS MEDIKA SUHERMAN (UMS)

2021
1. Analisis PICOT
1.1 Populasi
Pada populasi penelitian ini dilakukan di poli klinik RSUP
Sanglah, Denpasar.
1.2 Intervention
Penelitian ini hanya dilakukan observasi dengan menggunakan
data rekam medis pasien epilepsy yang berobat di poliklinik saraf.
1.3 Comparation
Penelitian ini tidak memiliki komparasi pada faktor variable lain
yang terjadi pada kasus.
1.4 Outcome
Pada hasil penelitian ini menunjukan sebanyak 70 pasien epilepsy
memiliki rerata usia 35 tahun dengan laki-laki sebanyak 55,7 %.
Rerata usia awitan bangkitan yakni 29 tahun.
1.5 Time
Penelitian ini dilakukan pada tahun 2018.
2. Analisis Jurnal
2.1 Abstraksi
Jumlah kasus epilepsy di Indonesia cukup tinggi dengan prevalensi
8,2 per 1.000 penduduk dan insiden 50 per 100.000 penduduk. Pada
bagian abstraksi penelitian ini tidak mencakup secara komperhensif
seperti definisi kasus.
2.2 Latar Belakang
Definisi epilepsi menurut Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf
Indonesia (PERDOSSI) adalah kelainan otak yang ditandai dengan
kecenderungan timbul bangkitan epileptic yang terus menerus dengan
konsekuensi neuro-biologis, kognitif, psikologis, dan sosial. Definisi
membutuhkan sedikitnya satu riwayat bangkitan epilepsy sebelumnya.
Epilepsi dapat terjadi pada semua umur, gender, dan ras.
Pada belakang yang dideskripsikan oleh peneliti sangat jelas, dan
tergambar baik melalui definisi ataupun data prevalesnsi.
2.3 Metodologi
Pada penelitian merupakan deskriptif observasional terhadap data
sekunder, Teknik penentuan sampel menggunakan metode total
sampling, serta diolah dengan perangkat lunak internasional business
machine. Pada metode uji statistik dilakukan sesuai dengan kebutuhan
peneliti yang ingin mengetahui karakteristik pasien melalui data rekam
medis.
2.4 Hasil
Sebanyak 70 pasien epilepsi memiliki rerata usia 35 tahun dengan
laki-laki sebanyak 55,7%. Rerata usia awitanbangkitan 29 tahun.Profil
terapi sebanyak 77,1% pasien menggunakan monoterapi dan 72,9%
berobat kurang dari dua tahun. Fenitoin merupakan obat antiepilepsi
(OAE) utama dalam monoterapi maupun sebagai kombinasi dengan
OAE lain.
2.5 Pembahasan
Rerata usia pasien dengan epilepsi yang berobat ke Poliklinik Saraf
RSUP Sanglah berusia 35 tahun dengan didominasi pasien berjenis
kelamin laki-laki sebanyak 55,7%. Rerata usia awitan bangkitan-
bangkitan yaitu 29 tahun. Jenis bangkitan paling banyak adalah
bangkitan umum dan mayoritas disebabkan etiologi yang simtomatik.
Sebanyak 77,1% pasien menggunakan monoterapi dan tercatat 72,9%
melakukan pengobatan kurang dari dua tahun. Fenitoin merupakan
OAE utama dalam monoterapi maupun sebagai kombinasi
2.6 Kesimpulan
Kasus epilepsi didominasi oleh pasien laki-laki dengan rerata usia
35 tahun dengan awitan bangkitan pada dekade kedua. Bangkitan
umum merupakan gejala paling banyak ditemukan dengan fenitoin
sebagai OAE utama
2.7 Implikasi
Penelitian ini diharapkan dapat dikembangkan khususnya pada
desain yang berbeda seperti menggunakan desain eksperimental atau
dapat menggunakan faktor risiko lain dengan usia anak yang berbeda,
dan menggunakan pendekatan pada sampel control.

Anda mungkin juga menyukai